Category: Beritajatim.com Regional

  • Usai Kasus Keracunan MBG, SPPG Tukang Kayu Banyuwangi Ditutup

    Usai Kasus Keracunan MBG, SPPG Tukang Kayu Banyuwangi Ditutup

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Sejak Sabtu (25/10/2025) satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kelurahan Tukang Kayu, Kecamatan Banyuwangi resmi ditutup sementara oleh Badan Gizi Nasional (BGN).

    Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut atas insiden dugaan keracunan yang menimpa 112 pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banyuwangi, usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Kepala Dinkes Banyuwangi, Amir Hidayat membenarkan atas penutupan sementara SPPG di Kelurahan Tukang Kayu tersebut oleh BGN.

    Menurutnya, penutupan yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari kasus keracunan yang menimpa 112 pelajar MAN 1 Banyuwangi pada Kamis (23/10/2025) lalu usai menyantap menu Ayam Bumbu Merah.

    “SPPG langsung dihentikan. Setelah ada informasi terjadi keracunan ini, kita lakukan investigasi, rectal swab dan segera kita feedback-kan hingga penghentian operasi sementara,” kata Amir, Senin (27/10/2025).

    Setelah dilakukan pemeriksaan di SPPG Kelurahan Kepiting, Dinkes Banyuwangi menemukan beberapa hal yang tidak sesuai standar dan perlu adanya perbaikan. Di antaranya seperti lubang pada pintu masuk vektor gudang penyimpanan.

    Tak hanya itu, berbagai temuan lain seluruhnya telah disampaikan ke BGN sebelum memutuskan penghentian sementara SPPG Kepiting.

    “Penutupan tersebut bersifat sementara hingga SPPG melakukan perbaikan dan dinyatakan memenuhi syarat untuk beroperasi kembali,” jelasnya.

    Diberitakan sebelumnya, sebanyak 112 Siswa MAN 1 Banyuwangi keracunan MBG yang didistribusikan oleh SPPG Kepiting. Para siswa mengalami gejala seperti mual, demam, hingga diare.

    Berdasarkan hasil sementara yang telah ditemukan oleh Labkesda Banyuwangi, menu ayam bumbu merah tumbuh bakteri Streptococcus Porcinus. Bakteri yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, diare, muntah, demam, dan dehidrasi.

    Sedangkan untuk menu makanan lain yakni tumis sawi putih dan wortel ditemukan tumbuh bakteri Klebsiella oxytoca. Bakteri ini diketahui bisa menyebabkan gejala gastrointestinal atau diare dan kram perut.

    Untuk diketahui, saat peristiwa keracunan di MAN 1 Banyuwangi, SPPG Kepiting masih dalam proses mendapatkan Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS). Artinya selama 33 hari melayani MAN 1 Banyuwangi SPPG tersebut belum mendapat SLHS. [tar/ian]

  • Sumpah Pemuda 2025, Dispora Jatim Soroti Anarkisme, Narkoba dan LGBT

    Sumpah Pemuda 2025, Dispora Jatim Soroti Anarkisme, Narkoba dan LGBT

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemprov Jatim akan menggelar peringatan Hari Sumpah Pemuda 2025 di Taman Candra Wilwatikta, Pandaan, Kabupaten Pasuruan, pada Selasa (28/10/2025) besok.

    Acara ini akan menjadi forum krusial bagi berbagai elemen kepemudaan untuk memperkuat nilai kebangsaan dan membahas tantangan moral serta sosial yang marak di kalangan anak muda.

    ​Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Kadispora) Jatim, M. Hadi Wawan Guntoro, menjelaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi ruang refleksi. Peserta yang diundang meliputi BNPT, Duta Damai, IPNU, GP Ansor, santri, dan berbagai elemen kepemudaan.

    ​”Untuk aksi anarkis pada akhir Agustus kemarin sampai fenomena LGBT, dan narkoba juga akan kami bahas bersama,” ujar Hadi dalam acara Teras Informasi yang diadakan Dinas Kominfo Jatim, Senin (27/10/2025).

    ​Hadi Wawan menyoroti fenomena LGBT sebagai perhatian serius setelah terungkapnya pesta seks sesama jenis di salah satu hotel di Surabaya. Kasus tersebut menjadi peringatan bersama bagi seluruh daerah di Jatim untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap praktik yang tidak sesuai dengan norma masyarakat.

    ​Hadi menilai, fenomena LGBT bukan hanya persoalan moral, tetapi juga berdampak pada kesehatan publik. Ia mencontohkan adanya korelasi antara hubungan sesama jenis dengan tingginya kasus HIV/AIDS di beberapa daerah.

    ​”Tingkat HIV itu bisa dilihat nanti, apakah ada korelasi positif dengan fenomena LGBT. Ini perlu dicek dan diwaspadai bersama,” ungkapnya.

    ​Sebagai langkah antisipasi, Hadi menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam deteksi dini terhadap aktivitas mencurigakan di lingkungan sekitar, serta peningkatan pengawasan terhadap tempat-tempat tertutup seperti hotel dan penginapan.

    ​Meskipun demikian, Hadi menegaskan bahwa langkah kewaspadaan ini tidak boleh disalahartikan sebagai bentuk diskriminasi. “Kita tidak menytigma, tapi menjaga agar norma-norma sosial tetap terpelihara,” pungkasnya. (tok/ian)

  • Musim Tanam Padi Dimulai, Petani Sampang Khawatir Kelangkaan Pupuk Terulang

    Musim Tanam Padi Dimulai, Petani Sampang Khawatir Kelangkaan Pupuk Terulang

    Sampang (beritajatim.com) – Memasuki musim hujan, para petani di Kabupaten Sampang, Madura, mulai bersiap menanam padi.

    Awan gelap dan hujan deras yang turun dalam beberapa hari terakhir menjadi pertanda dimulainya musim tanam di wilayah tersebut.

    Di Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, para petani tampak sibuk membajak lahan sawah mereka. Aktivitas itu menandai awal dari perjuangan panjang dalam siklus pertanian yang penuh tantangan, terutama terkait ketersediaan pupuk.

    “Kami sudah mulai menggarap lahan untuk penanaman padi,” ujar Soim, salah satu petani setempat, saat ditemui di sawahnya, Senin (27/10/2025).

    Namun, di tengah semangat menyambut musim tanam, para petani masih dibayangi kekhawatiran soal kelangkaan pupuk. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya membuat mereka waspada akan kemungkinan sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi di pasaran.

    “Sering kali waktu mau beli pupuk itu sulit, kalau pun ada harganya mahal. Kami harap pemerintah bisa mempermudah pembelian pupuk dan menjaga agar harganya tetap terjangkau bagi petani kecil seperti kami,” harap Soim.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta KP) Sampang, Suyono, menegaskan bahwa stok pupuk bersubsidi di Kabupaten Sampang dalam kondisi aman hingga akhir tahun 2025.

    “Stok pupuk subsidi cukup, karena jumlah yang tersedia saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan serapan petani,” jelasnya.

    Berdasarkan data Disperta KP Sampang, ketersediaan pupuk di daerah tersebut meliputi 2.960 ton pupuk urea, 1.108 ton pupuk NPK, dan 3.339 ton pupuk organik. Dari total stok tersebut, baru sekitar 30 persen yang terserap oleh petani.

    Dengan kondisi tersebut, pemerintah daerah berharap para petani bisa menjalani musim tanam tahun ini tanpa hambatan berarti, terutama dalam hal pasokan pupuk yang menjadi faktor penting dalam keberhasilan produksi padi di Sampang. (ted)

  • Pemkab Pamekasan Dinilai Lalai Perhatikan Nasib Pedagang Kecil

    Pemkab Pamekasan Dinilai Lalai Perhatikan Nasib Pedagang Kecil

    Pamekasan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, dinilai lalai dan tidak serius memperhatikan nasib pedagang kecil. Bahkan Bupati Kholillurrahman juga dinilai tidak menepati janji kepada para Pedagang Kaki Lima (PKL).

    Hal tersebut disampaikan salah satu korlap aksi bertajuk ‘PKL Pamekasan Menggugat; Menagih Janji Politik Bupati Pamekasan’, Bambang yang dilakukan puluhan PKL di Kantor Bupati Pamekasan, Jl Kabupaten 107 Pamekasan, Senin (27/10/2025).

    Bahkan dalam kesempatan tersebut, para PKL juga menagih janji politik Bupati Kholillurrahman kepada mereka saat masa kampanye politik, yakni mengijinkan mereka kembali membuka lapak dan berjualan di kawasan Arek Lancor.

    Terlebih kebijakan memindahkan para PKL Arek Lancor ke Sentra PKL di area Food Colony Jl Kesehatan, juga dinilai tidak memberikan dampak positif bagi penghasilan mereka. “Sejak pindah ke Food Colony, kami justru merugi. Tempatnya sepi dan tidak strategis, dan pembeli tidak datang,” kata Bambang.

    “Kami hanya ingin berdagang seperti dulu (di kawasan Arek Lancor), agar keluarga kami bisa makan. Apalagi bupati juga sempat berjanji untuk mengembalikan kami dan kembali berjualan di Arek Lancor,” imbuhnya.

    Selain itu pihaknya menilai jika Pemkab Pamekasan, tidak serius memperhatikan nasib para PKL. Terbukti dari beberapa rapat koordinasi yang dilakukan untuk melakukan kaji ulang perda seputar PKL, justru tidak kunjung mendapatkan solusi.

    Dalam aksi tersebut, mereka juga melakukan aksi bakar rombong sebagai bentuk putus asa menanti janji Pemkab Pamekasan. “Kami tidak ingin anarkis, tapi sampai kapan kami terus diabaikan,” sambung seorang PKL yang akrab disapa Lina.

    “Rombong ini sebagai simbol sarana mata pencaharian kami yang hancur akibat kebijakan yang tidak adil, terlebih pemerintah juga terkesan tutup mata terhadap nasib kami yang berjuang untuk bisa makan,” tegasnya.

    Dalam aksi tersebut, massa aksi juga ditemui langsung oleh Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman, didampingi Wakil Bupati Pamekasan, Sukriyanto bersama Kapolres Pamekasan, AKBP Hendra Eko Triyulianto beserta sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Pamekasan. [pin/ted]

  • Cegah Kasus Keracunan MBG Terulang, Bupati Banyuwangi Tegur SPPG Soal SOP Higienitas

    Cegah Kasus Keracunan MBG Terulang, Bupati Banyuwangi Tegur SPPG Soal SOP Higienitas

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegur pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar lebih disiplin menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan menjaga higienitas dapur penyedia makanan program Makan Bergizi (MBG). Langkah ini dilakukan untuk mencegah kasus keracunan makanan kembali terulang di Banyuwangi.

    Penegasan itu disampaikan Ipuk saat meninjau langsung salah satu SPPG di Kecamatan Giri, Banyuwangi, Senin (27/10/2025). Ia meminta seluruh pihak memperketat proses pengolahan makanan MBG setelah dalam sepekan terakhir dua sekolah dilaporkan mengalami kasus keracunan yang diduga akibat konsumsi makanan dari program tersebut.

    “Kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar teman-teman pengelola SPPG tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin memang tidak disengaja, tapi kalau proses dan SOP-nya dijalankan dengan benar, bisa dihindari,” kata Ipuk.

    Dua sekolah yang siswanya mengalami keracunan mendapat suplai makanan dari dua SPPG berbeda. Satu di antaranya telah ditutup sementara, sementara satu lagi masih dalam proses pemeriksaan oleh tim gabungan.

    Bupati Ipuk menekankan pentingnya penerapan SOP yang ketat, termasuk pemilihan bahan baku, proses memasak, dan penyajian makanan. Ia juga meminta agar seluruh menu MBG disajikan dengan standar higienitas tinggi dan gizi seimbang.

    “Dengan demikian bisa dinikmati anak-anak dengan menu yang bervariasi. Mudah-mudahan program ini bisa terus berjalan dengan baik,” ujarnya.

    Selain memperkuat SOP, Pemkab Banyuwangi juga mendorong seluruh SPPG memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sesuai ketentuan terbaru Kementerian Kesehatan. Sertifikat ini menjadi syarat wajib bagi dapur penyedia makanan MBG agar dinyatakan layak dan aman.

    Ipuk juga meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) meningkatkan koordinasi dengan pengelola SPPG dalam pengelolaan limbah dan sanitasi dapur. Menurutnya, upaya ini penting untuk menjaga kebersihan lingkungan sekaligus menjamin keamanan pangan.

    “Program MBG merupakan salah satu prioritas Presiden Prabowo untuk mendukung pemenuhan gizi anak dan siswa. Maka pelaksanaannya harus maksimal, agar anak-anak benar-benar merasakan manfaatnya tanpa ada lagi isu makanan sisa, makanan yang dibuang, atau bahkan keracunan,” tegasnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat menyebut, dua kasus keracunan yang terjadi telah ditindaklanjuti. SPPG yang terlibat telah dihentikan sementara sampai seluruh persyaratan keamanan pangan terpenuhi.

    “Dari 38 SPPG yang beroperasi, 12 di antaranya sudah menjalani proses sertifikasi SLHS dan siap diterbitkan sertifikatnya. Sisanya masih dalam tahap persiapan atau perbaikan sarana prasarana,” jelas Amir.

    Amir menjelaskan, ada tiga komponen utama yang wajib dipenuhi SPPG untuk memperoleh SLHS. Pertama, penjamah pangan harus mengikuti pelatihan keamanan pangan dan lulus uji kompetensi. Kedua, SPPG harus dinyatakan layak berdasarkan inspeksi sanitasi dan kesehatan lingkungan. Ketiga, dilakukan uji sampel makanan, alat, serta pemeriksaan kesehatan bagi penjamah makanan untuk memastikan tidak ada kontaminasi dalam proses pengolahan.

    “Pemkab terus memantau dan memfasilitasi pengurusan SLHS agar seluruh SPPG di Banyuwangi memenuhi standar keamanan pangan,” pungkasnya. [alr/beq]

  • Pelajar Naik Motor di Mojokerto Tabrak Pejalan Kaki Hingga Meninggal, Diduga Kurang Konsentrasi

    Pelajar Naik Motor di Mojokerto Tabrak Pejalan Kaki Hingga Meninggal, Diduga Kurang Konsentrasi

    Mojokerto (beritajatim.com) – Kecelakaan maut melibatkan pelajar terjadi di Jalan Raya Dusun Sugihanyar, Desa Mojorejo, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Senin (27/10/2025) sekitar pukul 07.30 WIB. Seorang pejalan kaki tewas setelah tertabrak sepeda motor yang dikendarai dua pelajar perempuan.

    Sepeda motor Honda Vario yang dikendarai PHI (16), pelajar asal Kecamatan Gedeg, berboncengan dengan temannya ZLA (17) asal Kecamatan Kemlagi. Keduanya melaju dari arah timur menuju barat. Namun di tengah perjalanan, diduga karena kurang konsentrasi, PHI menabrak seorang perempuan pejalan kaki bernama ARY (48), warga Kecamatan Kemlagi.

    Korban diketahui tengah menyeberang dari arah selatan ke utara saat kejadian berlangsung. Benturan keras membuat ARY mengalami luka parah di bagian kepala. Ia meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara PHI mengalami luka di bagian kaki.

    Petugas Unit Gakkum Satlantas Polres Mojokerto Kota yang tiba di lokasi segera melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), memeriksa sejumlah saksi, dan mengamankan barang bukti berupa sepeda motor ke kantor Satlantas Polres Mojokerto Kota.

    Kasat Lantas Polres Mojokerto Kota, AKP Galih Yasir Mubaraq, menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden ini. Ia mengingatkan pentingnya disiplin dan kehati-hatian dalam berkendara, terutama bagi pengendara muda yang masih dalam usia pelajar.

    “Kami imbau kepada seluruh pengguna jalan agar selalu mematuhi aturan lalu lintas. Bila merasa lelah atau mengantuk, sebaiknya menepi dan beristirahat di tempat aman. Jaga jarak aman, jangan menyalip bila ruang tidak mencukupi,” ujar AKP Galih, Senin (27/10/2025).

    Kasat Lantas menegaskan bahwa kecelakaan dapat terjadi kapan saja jika pengendara lalai atau kehilangan fokus. Ia juga mengingatkan agar pengendara senantiasa memprioritaskan keselamatan di jalan.

    “Keluarga selalu menunggu di rumah, jadi keselamatan adalah hal yang paling utama,” tegasnya. [tin/beq]

  • Temukan Pelanggaran HET, Satgas Pengendalian Harga Beras Magetan Tegur Keras Salah Satu Toko Ritel

    Temukan Pelanggaran HET, Satgas Pengendalian Harga Beras Magetan Tegur Keras Salah Satu Toko Ritel

    Magetan (beritajatim.com) – Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Harga Beras Kabupaten Magetan menegur keras salah satu toko ritel modern di wilayah Plaosan setelah ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET). Temuan itu terjadi saat tim Satgas melakukan pengawasan harga beras di sejumlah titik pada Senin (27/10/2025).

    Kapolres Magetan AKBP Raden Erik Bangun Prakasa menyampaikan, kegiatan pengawasan tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah pada 20 Oktober 2025 dan Surat Keputusan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 375 Tahun 2025 tentang pembentukan Satgas Pengendalian Harga Beras.

    “Satgas Pangan Polres Magetan bersama Disperindag dan Unit II Satreskrim telah melakukan pengecekan langsung di pasar tradisional maupun toko ritel modern di wilayah Plaosan,” ujar AKBP Raden Erik.

    Pengawasan dilakukan di Pasar Tradisional Plaosan serta di toko ritel Indomaret Plaosan. Dari hasil pengecekan di empat toko di pasar tradisional, seluruh pedagang diketahui menjual beras sesuai dengan HET yang berlaku.

    Beberapa merek beras yang dijual di antaranya Beras Poles Lele, SM UD Sejahtera, Bengawan Super Cap Ikan Paus, dan Beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Harga jual di tingkat pedagang berkisar antara Rp11.500 hingga Rp14.500 per kilogram, tergantung merek dan kualitas.

    Namun, di toko ritel modern Indomaret Plaosan, petugas menemukan harga beras premium yang melebihi HET. “Beras merek Jeruk Siam dijual Rp15.800 per kilogram dan Sintanola Premium Rp14.900 per kilogram. Untuk beras SPHP dijual Rp12.500 per kilogram,” jelas AKBP Raden Erik.

    Menindaklanjuti temuan tersebut, Satgas langsung memberikan teguran keras dan peringatan kepada pengelola toko agar menyesuaikan harga jual sesuai dengan ketentuan pemerintah.

    AKBP Raden Erik menegaskan, Satgas Pengendalian Harga Beras akan terus melakukan pengawasan rutin maupun insidentil di seluruh wilayah Kabupaten Magetan. Pihaknya juga mendorong Dinas Perdagangan dan Dinas Pangan untuk memperkuat sosialisasi kepada pelaku usaha, termasuk penggilingan dan penjual beras.

    “Tujuannya agar seluruh pihak memahami aturan tentang HET, mutu, kemasan, serta mekanisme izin edar, sehingga tidak terjadi pelanggaran di lapangan,” pungkasnya. [fiq/beq]

  • Demo, PKL Tagih Janji Bupati Pamekasan

    Demo, PKL Tagih Janji Bupati Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) berunjukrasa ke Kantor Bupati Pamekasan, Jl Kabupaten 107 Pamekasan, Senin (27/10/2025). Sekaligus menagih janji politik Bupati Kholillurrahman kepada mereka saat masa kampanye politik.

    Para PKL berujukrasa dan menagih janji politik Bupati Kholillurrahman, agar mereka kembali diberikan peluang membuka lapak dan berjualan di pusat kota Pamekasan, tepatnya di kawasan Arek Lancor.

    Dalam aksi tersebut, para PKL melakukan long march alias jalan kaki dari Arek Lancor menuju Kantor Bupati Pamekasan, mereka melengkapi diri dengan beragam peraga aksi, seperti sound system hingga puluhan peraga demo berupa poster.

    “Stop persekusi dan porak porandakan kami para PKL, kami orang sulit dan jangan dipersulit. Apalagi bapak bupati juga sudah janji untuk berjualan di Arek Lancor,” kata salah satu PKL peserta aksi.

    Dalam aksi bertajuk ‘PKL Pamekasan Menggugat; Menagih Janji Politik Bupati Pamekasan’ sempat terjadi aksi saling dorong antara massa aksi dengan aparat yang mengawal unjukrasa. Mereka pada akhirnya mulai tenang ketika Bupati Kholilurrahman datang menemui mereka.

    Bupati Kholil yang didampingi Wakil Bupati Pamekasan, Sukriyanto, Kapolres Pamekasan, AKBP Hendra Eko Triyulianto, bersama sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Pamekasan, turun dan menemui massa aksi, sekaligus mendengarkan aspirasi mereka secara langsung.

    “Ketika kita berfikir jernih, insya’ Allah akan ada solusi dan akan baik-baik saja. Terus terang dan kami yakin saudara sekalian punya iktikad baik, datang kesini punya iktikad baik. Karena itu kami secara langsung duduk bersama bapak ibu sekalian,” kata KH Kholilurrahman.

    Selain itu pihaknya menilai jika para PKL datang untuk mencari solusi terbaik, seperti yang diharapkan dirinya dalam memimpin. “Pada awalnya para PKL akan diijinkan kembali ke Arek Lancor, akan tetapi kami bersama Bapak Kapolres masih mempertimbangkan beberapa sisi positif dan negatifnya,” ungkapnya.

    “Pertama ketika ada 10 orang yang diijinkan, biasanya akan ada beberapa orang yang akan mengikuti, sehingga pada akhirnya arek kantor akan menjadi pasar, dan kami selalu koordinasi untuk mencari formulasi terbaik,” sambung Kiai Kholil.

    Hanya saja ditengah fokus mencari opsi dan solusi terbaik, justru dicederai dengan sikap beberapa PKL. “Di tengah pertimbangan melalui koordinasi bersama beberapa pihak, tapi justru ada PKL yang nyelonong lengkap dengan gerobaknya di Arek Lancor. Padahal itu belum diputuskan, bagaimana nanti jika diputuskan,” jelasnya.

    “Sehingga kondisi itu bisa saja terjadi kejadian yang tidak diinginkan seperti sebelumnya, di antaranya macet, banyak sampah berserakan, belum lagi keamanan, pergaulan anak-anak muda, dan beberapa hal lainnya,” tegasnya.

    Penyampaian Bupati Kholil sempat dibantah oleh beberapa perwakilan PKL, dan mereka tetap memaksa untuk kembali berjualan di Arek Lancor, sekaligus merealisasikan janji politik pasangan Kholil-Sukri saat masa kampanye. [pin/kun]

  • Ibu di Blitar Meninggal Dunia Usai Diduga Tabrakkan Diri ke KA Matarmaja

    Ibu di Blitar Meninggal Dunia Usai Diduga Tabrakkan Diri ke KA Matarmaja

    Blitar (beritajatim.com) – Peristiwa tragis dan mengerikan terjadi di perlintasan kereta api KM 114+1/2, Kelurahan Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Senin (27/10/2025) pagi. Seorang ibu rumah tangga berinisial S (56), warga Desa Sawentar, Kanigoro, tewas seketika dengan kondisi mengenaskan setelah diduga sengaja menabrakkan diri ke Kereta Api Matarmaja.

    Aksi nekat korban ini disaksikan langsung oleh penjaga palang pintu (JPL 176), Yoga Agus Pratama (23). Kejadian memilukan ini terjadi sekitar pukul 09.07 WIB. Kasubsi PIDM Polres Blitar, Ipda Putut Siswahyudi, menjelaskan kronologi kejadian berdasarkan keterangan saksi mata.

    Awalnya, Yoga melihat korban S berada di pinggir perlintasan kereta api, berjarak sekitar 200 meter dari pos jaganya. Korban terlihat seorang diri di dekat motor Honda Beat AG 4956 KDB yang diparkirnya.

    “Saat Kereta Api Matarmaja 269 yang dimasinisi Muji Mulyanto melintas dari arah timur (Malang) ke barat (Blitar), saksi melihat kejadian yang tak terduga. Tiba-tiba korban langsung tengkurap dengan posisi melintang di perlintasan KA,” ungkap Ipda Putut.

    Tabrakan hebat tak terhindarkan. Masinis tidak sempat menghentikan laju kereta. Tubuh korban langsung tertabrak dan terseret, mengakibatkan luka yang sangat fatal.

    “Kondisi tubuh korban bagian kepala hancur, serta kaki dan tangan terpotong. Korban meninggal dunia seketika di lokasi,” tambah Putut.

    Mengetahui kejadian tersebut, saksi Yoga dan Dion Dwi Mardani (Satpam KAI) segera melaporkan insiden itu ke Stasiun Garum dan Polsek Garum. Petugas dari Unit Inafis Polres Blitar yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP.

    Di lokasi, polisi mengamankan sejumlah barang bukti milik korban, yakni perhiasan berupa cincin, kalung, anting, uang tunai Rp20 ribu, serta motor Honda Beat milik korban. Jenazah korban kemudian dievakuasi ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi untuk dilakukan visum.

    Polisi juga segera menghubungi pihak keluarga korban. Berdasarkan keterangan M. Nurkolis, salah satu kerabat, korban diduga kuat mengakhiri hidupnya karena depresi.

    “Menurut keterangan dari pihak keluarga, korban akhir-akhir ini terlihat banyak masalah yang membebani pikirannya, sehingga dimungkinkan korban ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri,” pungkas Ipda Putut. [owi/beq]

  • Polisi Selidiki Duel Dua Remaja Bertangan Kosong Viral, Diduga Pelajar di Bangkalan

    Polisi Selidiki Duel Dua Remaja Bertangan Kosong Viral, Diduga Pelajar di Bangkalan

    Bangkalan (beritajatim.com) – Sebuah video berdurasi 4 menit 18 detik yang memperlihatkan dua remaja berduel dengan tangan kosong viral di media sosial. Dalam rekaman tersebut, tampak dua remaja yang diduga masih berstatus pelajar berkelahi tanpa alat bantu. Keduanya mengenakan kaus loreng merah putih khas Madura.

    Sejumlah teman mereka, sebagian berseragam Pramuka, terlihat menonton dan merekam duel itu menggunakan ponsel. Suara sorakan terdengar jelas dalam video. “Tompak cong, ajet ajet teros (naikin cong, pukul yang keras terus),” teriak salah seorang di lokasi. “Bhentengagih, oo… jeh olle lajih wes la ajet (banting saja, sudah dapat itu, hajar saja),” sambung yang lain.

    Pertarungan berakhir ketika kedua remaja itu kelelahan setelah saling banting dan terjatuh di semak-semak. Salah satu di antaranya tampak menyerah dan meminta maaf, namun justru hampir menjadi sasaran amukan beberapa pelajar lain yang tidak terima.

    Menanggapi beredarnya video tersebut, Kasi Humas Polres Bangkalan, Ipda Agung Intama, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima informasi terkait kejadian itu. Saat ini, polisi masih menelusuri lokasi pasti dan identitas para remaja dalam video tersebut.

    “Dugaannya memang di wilayah Bangkalan. Dari logat dan percakapan, besar kemungkinan berasal dari salah satu sekolah di sini. Tapi untuk memastikan, masih kami dalami,” kata Agung, Senin (27/10/2025).

    Agung menegaskan, apabila benar melibatkan pelajar, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat untuk melakukan pembinaan dan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang.

    “Perilaku seperti itu berisiko menimbulkan cedera dan sangat tidak pantas dilakukan oleh pelajar. Kami harap masyarakat tidak meniru atau menyebarkan ulang video tersebut,” pungkasnya. [sar/beq]