Category: Beritajatim.com Regional

  • Remaja di Sampang Tewas Disambar Petir saat Hujan Deras, Warga Berduka

    Remaja di Sampang Tewas Disambar Petir saat Hujan Deras, Warga Berduka

    Sampang (beritajatim.com) – Seorang remaja bernama Firmansah (15), warga Desa Daleman, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang, dilaporkan meninggal dunia setelah tersambar petir saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada Rabu (5/11/2025) sore.

    Berdasarkan laporan warga kepada Tim BPBD Sampang, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB. Saat kejadian, korban bersama tiga saudaranya dan satu sepupu sedang bersantai di ruang tamu. Tiba-tiba, sambaran petir menghantam dan langsung mengenai Firmansah, hingga meninggal dunia di tempat.

    Tim TRC BPBD Sampang segera berkoordinasi dengan unsur Forkopimcam Kedungdung untuk memastikan kebenaran informasi tersebut.

    “Laporan resmi pun telah kami sampaikan kepada pimpinan BPBD Sampang,” ucap Mohammad Hosin, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sampang.

    Saat ini, jenazah korban tengah diurus oleh pihak keluarga. Rencananya, almarhum akan dimakamkan pada Kamis pagi, menunggu kedatangan orang tua korban yang masih berada di luar kota.

    Hingga malam hari, cuaca di wilayah Kabupaten Sampang masih dilaporkan gerimis dengan potensi hujan ringan di sejumlah kecamatan.

    “Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan sambaran petir, terutama saat hujan deras disertai kilat,” tutupnya. [sar/ian]

  • Bandit Curanmor Terbakar di Jojoran Tewas di RS Bhayangkara

    Bandit Curanmor Terbakar di Jojoran Tewas di RS Bhayangkara

    Surabaya (beritajatim.com) – RK (28), bandit pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Jalan Jojoran III, Gubeng, yang terbakar saat akan diamankan pihak kepolisian, Jumat (31/10/2025), dinyatakan meninggal dunia usai dirawat di RS Bhayangkara.

    Kabar meninggalnya RK dikonfirmasi oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, Kombes Pol dr. Bayu Dharma Santi. Ia mengatakan bahwa RK tewas pada Minggu (2/11/2025) akibat luka bakar di tubuh hingga 78 persen.

    “Pasien meninggal dunia karena komplikasi akibat luka bakar berat dan sudah dimakamkan di TPU Keputih di hari yang sama,” kata Bayu, Rabu (5/11/2025).

    Terkait dengan kematian RK, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa pelaku yang memantik api. Namun, dari video yang beredar di media sosial, tampak api membakar tubuh RK saat seorang petugas memantik api untuk memutus tali pengikat di pergelangan tangan pelaku.

    “Sampai saat ini kami masih menyelidiki peristiwa tersebut. Nanti jika sudah terang benderang pasti akan kami sampaikan,” ujar Kapolsek Gubeng, Kompol Eko Sudarmanto.

    Dari penelusuran Beritajatim, RK memiliki mantan mertua yang tinggal di wilayah Gunung Sari, Wiyung, berinisial PO. Saat dikonfirmasi, PO menjelaskan RK memang pernah tinggal di wilayah Gubeng. Namun, ia tidak mengetahui secara pasti alamat rumah RK.

    “Pasca bercerai, saya tidak ingin mengetahui kehidupan RK. Yang saya tahu memang kedua orang tuanya sudah meninggal dunia,” jelas PO.

    Diketahui sebelumnya, seorang bandit pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Jojoran, Surabaya, terbakar saat diamankan, Kamis (30/10/2025). Belum jelas penyebab terbakarnya pelaku curanmor tersebut.

    Informasi yang dihimpun Beritajatim menyebutkan, penyebab terbakarnya pelaku curanmor itu adalah pemantik korek yang dinyalakan oleh anggota Polsek Gubeng untuk memutus tali yang mengikat di bagian pergelangan tangan pelaku. Api membesar karena sebelumnya pelaku disiram bensin oleh warga.

    Kapolsek Gubeng, Kompol Eko Darma, mengatakan bahwa saat menerima laporan adanya pelaku curanmor yang diamankan, pihaknya langsung menuju lokasi. Saat sampai di lokasi, pelaku sudah dalam kondisi diikat dan dipukuli oleh warga.

    “Setelah dilakukan penangkapan oleh warga, warga menghubungi 110. Kami menuju ke sana. Setelah sampai di sana, kebetulan pelaku sudah diamankan oleh warga,” kata Eko. (ang/kun)

  • Misteri Remaja Surabaya Tewas di Alas Sampang, Polisi Masih Dalami Motif

    Misteri Remaja Surabaya Tewas di Alas Sampang, Polisi Masih Dalami Motif

    Sampang (beritajatim.com) – Kasus kematian seorang remaja asal Surabaya yang ditemukan tewas mengenaskan di area alas Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang, masih menjadi teka-teki besar.

    Korban ditemukan dengan kondisi bersimbah darah, mata tertutup kain, serta tangan terikat, membuat warga sekitar geger pada Minggu (2/11/2025).

    Meski beredar informasi bahwa dua terduga pelaku telah diamankan, pihak kepolisian hingga kini belum memberikan keterangan resmi terkait motif maupun penyebab pasti kematian korban.

    Kasi Humas Polres Sampang, Iptu Eko Puji Waluyo, saat dikonfirmasi hanya memberikan pernyataan singkat. “Motifnya masih kami mendalami,” ujarnya, Rabu (5/11/2025).

    Menanggapi lambatnya perkembangan kasus ini, aktivis GMNI Sampang, Bung Saifi, menilai aparat kepolisian perlu lebih terbuka dan tanggap dalam menangani kasus yang telah menyita perhatian publik tersebut.

    “Saya berharap pihak kepolisian segera mengungkap misteri dibalik kematian remaja tersebut agar tidak menimbulkan spekulasi liar di fikiran masyarakat,” tegasnya.

    Sebelumnya, korban ditemukan warga dalam kondisi terikat dan bersimbah darah di area alas desa. Korban sempat dibawa ke Puskesmas Tambelangan, namun nyawanya tidak tertolong. Kasus ini kini masih dalam penyelidikan intensif oleh pihak Polres Sampang. [sar/ian]

  • Akses Terputus, Warga di Lumajang Nekat Gotong Kendaraan Seberangi Derasnya Aliran Lahar Gunung Semeru

    Akses Terputus, Warga di Lumajang Nekat Gotong Kendaraan Seberangi Derasnya Aliran Lahar Gunung Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Banjir lahar Gunung Semeru menyebabkan akses warga di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur terputus.

    Kondisi ini terjadi setelah sungai Regoyo diterjang banjir lahar dan menyebabkan tanggul penahan di Desa Gondoruso jebol.

    Akibat banjir, akses keluar masuk warga antar Kecamatan Pasirian-Tempursari terputus dan membuat terisolasi.

    Adapun tiga dusun yang terisolir banjir yakni Dusun Liwek, Glendang Petung, dan Dusun Kali Welang.

    Terputusnya akses membuat banyak warga nekat menggotong kendaraan sepeda motor mereka melintasi banjir.

    Warga tampak saling bantu menggotong satu persatu kendaraan bermotor melintasi luapan banjir lahar yang menutup akses mereka untuk pulang ke rumah masing-masing.

    Diyah, salah satu warga mengatakan, banjir lahar Gunung Semeru telah menutup akses keluar masuk kendaraan bagi warga yang hendak menuju ke Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian dari arah Kecamatan Tempursari.

    Menurut Diyah, saat berangkat di pagi hari jalanan masih dapat dilewati kendaraan. Namun, kondisi itu langsung berubah saat banjir datang.

    Untuk bisa pulang, Diyah mendapat bantuan dari warga dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang untuk menggotong kendaraannya menyeberangi derasnya banjir lahar.

    “Baru kali ini kendaraannya (digotong, Red), biasanya gak pernah, ini tadi habis dari rumah saudara di Jugosari, mau balek. Tadikan belum kayak gini, sekarang banjir. Tapi untungnya ada yang membantu menyeberangkan,” terang Diyah, Rabu (5/11/2025).

    Kabid Kedaruratan dan Rehabilitasi BPBD Lumajang Yudhi Cahyono menjelaskan, aksi nekat warga yang menggotong kendaraan melintasi aliran lahar dilakukan lantaran tidak ada akses penghubung lain antar Kecamatan Pasirian dan Tempursari.

    Menyikapi hal ini, petugas dari BPBD Lumajang ikut terjun untuk membantu warga menyeberang lantaran sangat berbahaya.

    “Ini untuk warga yang menggotong kendaraannya kita ikut bantu evakuasi. Hal ini karena warga ada yang terisolir di wilayah sungai Regoyo,” katanya.

    Yudhi mengaku, saat ini pihaknya masih melakukan asesmen terhadap dampak yang disebabkan banjir lahar Gunung Semeru.

    Proses asesmen juga sudah dilakukan terhadap warga yang terisolir. Seluruhnya dipastikan aman.

    Meski begitu, Yudhi tetap menghimbau agar warga yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS) Gunung Semeru tetap waspada.

    “Sebab di bulan ini rilis dari BMKG masih hujan lebat, untuk itu warga tetap harus waspada dan mengutamakan keselamatan karena tanggul jebol,” ungkap Yudhi. (has/ian)

  • Eksplorasi Kangean, Ketum HIGEMURA Serukan Keadilan untuk Madura

    Eksplorasi Kangean, Ketum HIGEMURA Serukan Keadilan untuk Madura

    Malang (beritajatim.com) – Persoalan yang melibatkan PT KEI di perairan Kepulauan Kangean kembali menyeruak ke permukaan. Penolakan warga terhadap aktivitas eksplorasi seismik di wilayah laut mereka bukan tanpa alasan.

    Kekhawatiran akan kerusakan lingkungan, penurunan hasil tangkapan ikan, serta ancaman terhadap ekosistem laut menjadi alasan utama di balik gelombang protes yang terus menguat.

    Bagi masyarakat di Pulau Kangean, laut bukan sekadar hamparan air asin, melainkan sumber kehidupan. Mereka hidup dari hasil tangkapan, dari arus yang selama ini menafkahi keluarga.

    Maka ketika datang kapal-kapal besar membawa alat eksplorasi dengan teknologi tinggi, yang suaranya memecah keheningan laut dan menimbulkan gelombang kecemasan, wajar bila masyarakat bersuara.

    Menanggapi fenomena ini, Muhlis Ali, Ketua Umum Himpunan Generasi Muda Madura (HIGEMURA), angkat bicara.

    Muhlis menilai, penolakan warga Kangean adalah bentuk perlawanan atas ketidakadilan pembangunan yang telah lama dirasakan masyarakat Madura.

    “Madura ini kaya, tapi warganya tetap miskin. Infrastrukturnya rusak, saat kemarau masih banyak daerah kekurangan air bersih, dan sekolah-sekolah banyak yang rusak. Tapi di saat yang sama, eksplorasi minyak dan gas dilakukan besar-besaran, baik di darat maupun di laut. Pertanyaannya: ke mana semua hasil itu mengalir,” tegas Muhlis, Rabu (5/11/2025).

    Muhlis bilang, komentar tersebut menampar kesadaran publik tentang ketimpangan antara potensi dan realita. Di satu sisi, Madura dikenal sebagai salah satu kawasan dengan sumber daya energi melimpah. Di sisi lain, wajah kemiskinan dan keterbelakangan masih menjadi potret sehari-hari.

    “Jalan-jalan rusak, jembatan tak terawat, dan pelayanan publik terbatas menjadi pemandangan yang seolah lumrah,” bebernya

    Lebih dari itu, sambung Muhlis, warga Madura juga merasa tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan besar yang menyangkut tanah dan laut mereka. Perusahaan datang membawa izin dari pusat, sementara masyarakat hanya menjadi penonton di rumah sendiri.

    “Ini bukan semata soal eksplorasi, tapi soal martabat. Jangan jadikan Madura hanya sebagai ladang eksploitasi sumber daya, sementara rakyatnya dibiarkan tertinggal,” lanjut Muhlis Ali.

    Suara penolakan dari Kangean bukan sekadar protes emosional, melainkan jeritan yang lahir dari rasa dikhianati oleh janji pembangunan yang tak kunjung datang. Selama puluhan tahun, lanjut Muhlis, Madura telah menyumbang banyak bagi pundi-pundi energi nasional, namun tidak mendapatkan bagian yang layak dari kemakmuran itu.

    “Masyarakat menuntut agar pemerintah benar-benar hadir, tidak hanya melindungi kepentingan korporasi, tetapi juga memastikan hak-hak masyarakat lokal terjamin. Eksplorasi boleh saja dilakukan, namun harus transparan, berkeadilan, dan berpihak pada kelestarian alam serta kesejahteraan warga,” ujarnya.

    Muhlis Ali menambahkan, pada akhirnya, bagi masyarakat Kangean, laut bukan hanya soal ekonomi, melainkan soal kehidupan. Dan kehidupan tidak bisa digantikan dengan janji investasi yang hanya meninggalkan luka. (yog/ian)

  • Fakta Ibu Kubur Bayi, Melahirkan Sendiri di Rumah Bahkan Suami yang Alami Rabun Akut Tidak Tahu Kehamilan Sang Istri

    Fakta Ibu Kubur Bayi, Melahirkan Sendiri di Rumah Bahkan Suami yang Alami Rabun Akut Tidak Tahu Kehamilan Sang Istri

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Kasus penguburan bayi oleh sang ibu asal Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi menemukan fakta baru.

    Sebelumnya sang pelaku sekaligus ibu berinisial S (33) ternyata sempat menyimpan bayinya di kolong kasur sebelum menguburnya, Senin (3/11/2025).

    Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra menjelaskan, S melahirkan sang bayi pada Minggu (2/11/2025). Proses melahirkan sang bayi ternyata juga dilakukan sendiri di kamar tidurnya tanpa bantuan siapa pun.

    Setelah melahirkan, bayi tersebut dibungkus keset dan ditaruh di bawah kolong meja. Besoknya bayi baru dikuburkan di halaman belakang rumah setelah sudah meninggal.

    “Informasinya, setelah dilahirkan, bayi tersebut dalam keadaan lemas. Sehingga, ia tak menangis saat dibungkus dengan keset,” kata Kapolresta Rama.

    Fakta mengejutkan lainnya yakni, ternyata sang pelaku inisial S juga menyembunyikan kehamilannya selama ini. Bahkan parahnya, sang suami pun tidak mengetahui terkait kehamilan sang istri karena sang suami mengalami rabun berat.

    Pelaku berinisial S juga sempat meminta tolong sang suami untuk membuang ari-ari bayi yang baru dilahirkan. S berdalih kepada sang suami untuk membuang bungkusan kresek berisi sampah.

    “Tapi sebenarnya yang dibuang adalah ari-ari bayi. Suaminya tidak tahu karena rabunnya sudah sangat berat,” ucap Rama.

    Rama menjelaskan, polisi telah memeriksa lima saksi atas kasus tersebut. Termasuk dua orang saksi. S juga telah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan sejak kemarin,” jelasnya.

    Saat ini, jenazah bayi tersebut tengah menjalani autopsi di RSUD Blambangan. Autopsi dilakukan oleh dokter forensik dari RS Bhayangkara Bondowoso.

    “Untuk hari ini, kami masih menunggu hasil autopsi dari tim kedokteran forensik yang sedang bekerja. Hasil tersebut akan kami sinkronkan dengan seluruh alat bukti yang ada, sebelum perkara ini dilimpahkan ke penuntut umum,” ucapnya.

    Terkait perbuatan pelaku, polisi menjerat tersangka dengan pasal berlapis, yaitu pasal 305, 306, dan 307 KUHP dengan terancam hukuman penjara maksimal 9 tahun penjara.

    Polisi juga telah mengungkap motif pelaku mengubur bayinya. Kepada polisi, perempuan 33 tahun itu mengaku malu atas kehamilannya. Ia merasa sudah memiliki banyak anak.

    “Terduga pelaku mengubur bayi perempuannya karena malu dan tidak menginginkan kehamilannya diketahui oleh warga,” kata Kapolsek Wongsorejo AKP Eko Darmawan.

    Tersangka sudah memiliki empat anak. Anak-anak itu merupakan hasil tiga kali pernikahan dengan suami yang berbeda-beda.

    “Terduga pelaku merasa selalu dijadikan bahan pembicaraan warga akibat selalu mempunyai anak di setiap pernikahannya. Itu yang membuatnya tega menguburkan bayi yang baru dilahirkannya,” kata Eko.

    Kasus ini terungkap setelah, bibi tersangka curiga setelah menemukan beberapa kejanggalan.

    “Saksi pertama kali curiga setelah bersimpangan dengan seseorang yang hendak berangkat ke sawah. Orang tersebut bilang ke Nini bahwa ia baru saja bertemu dengan suami tersangka yang membuang kresek berlumur darah ke sungai,” kata Eko, Selasa (4/11/2025).

    Kabar yang ia terima secara tak sengaja itu membuat Nini merasa janggal. Apalagi ia ingat bahwa sang keponakan tengah hamil tua. Ia pun memutuskan datang ke rumah Solehak untuk menanyakan apa yang terjadi.

    Saat melintas di halaman belakang rumah tersangka, Nini melihat sebuah keset yang setengahnya terkubur dalam tanah. Ia curiga dan mengangkatnya dengan tangan.

    “Saat diangkat, didapati ada kepala bayi yang sebagian bagian tubuhnya terpendam dalam tanah,” kata Kapolsek.
    Hal itu sontak membuat Nini terkaget-kaget. Ia berteriak histeris yang membuat warga sekitar berdatangan.

    “Kemudian warga menghubungi pihak Polsek Wongsorejo dan pihak Puskesmas Wongsorejo untuk menindaklanjuti peristiwa tersebut,” tandas Eko. [tar/ian]

  • Aktivis Tapol Napol Jawa Timur Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Nilai Soemitro Lebih Layak

    Aktivis Tapol Napol Jawa Timur Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Nilai Soemitro Lebih Layak

    Surabaya (beritajatim.com) — Polemik pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto, kembali mencuat dan menuai penolakan dari sejumlah kalangan.

    Pemerintah melalui Menteri Sosial Saifullah Yusuf sebelumnya menyebut bahwa Soeharto berpeluang mendapat gelar tersebut sebagai bentuk pengakuan atas jasa-jasanya dalam pembangunan bangsa.

    Namun rencana ini langsung mendapatkan kritik keras, khususnya dari mantan tahanan politik era Orde Baru.

    Ketua Forum Tapol Napol Jawa Timur, Trio Marpaung, menegaskan bahwa Soeharto justru merupakan sosok yang tidak layak diberikan gelar kehormatan negara.

    “Mantan Presiden Soeharto tidak layak mendapat gelar Pahlawan Nasional. Ada banyak pelanggaran HAM di era Orba. Dengan dalih pembangunan dan stabilitas politik, pemerintah Soeharto selalu melakukan kekerasan, mulai penangkapan, penyiksaan, pemenjaraan, bahkan pembunuhan terhadap para pengkritiknya,” ujar Trio di Surabaya, Rabu (5/11/2025).

    Trio menilai pemberian gelar tersebut justru akan menjadi preseden buruk bagi sejarah bangsa dan memunculkan upaya pemutihan sejarah Orde Baru.

    “Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto akan mengkhianati keadilan dan semangat rekonsiliasi masa lalu. Ada upaya glorifikasi yang dilakukan beberapa pihak untuk memutihkan sejarah kekerasan Orde Baru,” ujarnya.

    Usulkan Soemitro sebagai Calon

    Di tengah perdebatan tersebut, Trio Marpaung justru mengusulkan tokoh nasional lain yang dianggap lebih layak mendapat gelar Pahlawan Nasional, yakni ekonom terkemuka Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.

    “Saya melihat, jika pemerintah ingin memberikan gelar Pahlawan Nasional, maka Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo jauh lebih pantas. Beliau adalah Begawan Ekonomi Indonesia yang memajukan perekonomian bangsa,” tegas Trio.

    Trio Marpaung Aktivis 98 Jawa Timur

    Trio menyebut integritas moral Soemitro tidak diragukan dan jauh berbeda dibanding Soeharto.

    “Secara integritas moral, Soemitro tidak pernah melakukan KKN dan dugaan pelanggaran HAM berat. Berbeda jauh dengan Soeharto,” lanjut Aktivis ‘98 tersebut.

    Jasa Soemitro dalam Ekonomi Nasional

    Soemitro dikenal sebagai salah satu arsitek ekonomi Indonesia yang melahirkan sejumlah kebijakan fundamental di awal sejarah republik, antara lain:

    Pencetus Program Benteng (1950) untuk mendorong industrialisasi dan pemberdayaan pengusaha pribumi.
    Menjadi perumus fondasi ekonomi nasional yang menjadi arah pembangunan bangsa.
    Kontribusi Intelektual: Menulis sekitar 130 buku dan makalah, serta menjadi Pendiri Fakultas Ekonomi UI yang hingga kini menjadi salah satu pusat pendidikan ekonomi nasional.

    “Soemitro memenuhi syarat integritas moral yang ketat bagi seorang Pahlawan Nasional dan berkontribusi intelektual secara fundamental bagi ekonomi Indonesia di rezim manapun,” imbuh Trio.

    Trio juga menanggapi isu keterlibatan Soemitro dalam PRRI di Sumatera. Menurutnya, Soemitro telah mendapat amnesti dan kembali diangkat dalam jabatan pemerintahan.

    “Jika ada yang mempertanyakan tentang keterlibatan Soemitro dalam PRRI di Sumatera, maka kita wajib jujur bahwa beliau telah mendapat amnesti dan kembali aktif di pemerintahan. Pemberian amnesti ini menghapus konsekuensi pidana, sehingga integritas moralnya tetap terjaga,” pungkasnya. (ted)

  • Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian Ibu dan Anak Hanyut di Sungai Glidik

    Tim SAR Gabungan Lakukan Pencarian Ibu dan Anak Hanyut di Sungai Glidik

    Malang (beritajatim.com) – Pencarian terhadap dua warga yang hanyut di Sungai Glidik, Desa Lebakharjo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, kembali dilanjutkan Rabu (5/11/2025).

    Polres Malang bersama tim SAR gabungan memperluas area penyisiran untuk menemukan korban yang terbawa arus deras sejak Sabtu lalu.

    Operasi pencarian melibatkan Basarnas, SAR Kanjuruhan, Polsek Ampelgading, Babinsa, kelompok nelayan, serta warga sekitar. Tim gabungan menyisir sepanjang aliran Sungai Glidik hingga ke kawasan muara dan pesisir selatan.

    Kasihumas Polres Malang AKP Bambang Subinajar mengatakan, pencarian hari ini difokuskan pada wilayah hilir sungai dengan memperluas jangkauan hingga ke area yang diduga menjadi titik hanyut korban.

    “Tim gabungan terus melakukan penyisiran di sepanjang aliran Sungai Glidik hingga ke muara. Polres Malang bersama unsur SAR bekerja maksimal untuk menemukan korban,” ujar Bambang, Rabu (5/11/2025).

    Bambang menegaskan, koordinasi terus dilakukan antara Polres Malang, BPBD, dan tim SAR gabungan untuk memastikan pencarian berjalan efektif di lapangan.

    “Kami terus berkoordinasi dengan BPBD dan tim SAR gabungan untuk memperluas area pencarian. Harapan kami, korban bisa segera ditemukan,” tambahnya.

    Hingga siang ini, kedua korban masih belum ditemukan. Tim gabungan berencana melanjutkan penyisiran hingga ke area pesisir laut selatan.

    Seperti diketahui, korban yang dicari merupakan seorang ibu bernama Rika Julia Safitri (27) dan anak perempuannya Aldafiatul Rifka Salimah (6). Keduanya dilaporkan hanyut saat menyeberangi jembatan Sungai Glidik bersama suaminya pada Sabtu (1/11/2025) sore. Sang suami berhasil menyelamatkan diri, sementara ibu dan anak tersebut terseret derasnya arus. (yog/ian)

  • Apel Siaga Bencana Ponorogo Jadi Momentum Introspeksi Hubungan Manusia dan Alam

    Apel Siaga Bencana Ponorogo Jadi Momentum Introspeksi Hubungan Manusia dan Alam

     

    Ponorogo (beritajatim.com) – Ratusan peserta dari berbagai unsur pemerintah, TNI-Polri, relawan, hingga organisasi masyarakat memenuhi Aloon-Aloon Ponorogo. Mereka mengikuti Apel Gabungan Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi dan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana. Namun, bukan sekadar apel rutin. Kegiatan ini menjadi momentum perenungan kolektif tentang hubungan manusia dan alam, yang belakangan semakin renggang.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dalam arahannya berbicara dengan nada yang dalam dan menohok. Dia menyebut, bencana hidrometeorologi bukan hanya takdir, tapi akibat tangan manusia sendiri yang abai terhadap keseimbangan alam.

    “Alam sudah tidak lagi bersahabat dengan kita, karena kita hadir tidak menjaga keseimbangan. Kita hidup dengan berbagai macam kerakusan sehingga alam menjadi marah. Maka bencana hidrometeorologi bukan saja takdir, tapi ulah tangan manusia dengan segala nafsunya,” tegas Kang Giri, sapaan akrabnya, Rabu (5/11/2025).

    Orang nomor satu di Bumi Reog itu mengajak seluruh masyarakat Ponorogo untuk belajar dari peristiwa banjir dan longsor yang melanda tahun lalu. Menurutnya, hujan, angin, dan petir yang datang silih berganti, seharusnya menjadi peringatan agar manusia berhenti memperlakukan alam semaunya sendiri.

    “Kita berdoa dan introspeksi agar Allah tidak mendatangkan bencana di Ponorogo,” katanya.

    Dia menegaskan, Ponorogo kini berada di wilayah yang disebutnya sebagai “sumber paket bencana”. Karena itu, apel dan gelar pasukan menjadi simbol partisipasi bersama dalam menjaga keseimbangan alam dan memperkuat mitigasi bencana.

    Kang Giri menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Menurutnya, mitigasi bencana harus dilakukan secara menyeluruh hingga tingkat desa. Dia pun mengingatkan pentingnya gotong royong, kerja bakti, dan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai.

    “Semua pihak sampai ke desa-desa harus kerja bakti. Jangan ada sampah berkeliaran di sungai yang berasal dari drainase. Potongan bambu pun jangan dibuang ke sungai, karena bisa menghambat aliran air dan membuat jembatan ambrol,” pungkasnya. (End

  • Tanah Longsor di Tosari Pasuruan, Dua Rumah Rusak dan Seorang Nenek Terluka

    Tanah Longsor di Tosari Pasuruan, Dua Rumah Rusak dan Seorang Nenek Terluka

    Pasuruan (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah pegunungan Tosari, Kabupaten Pasuruan, mengakibatkan tanah longsor pada Rabu (5/11/2025) dini hari. Peristiwa ini terjadi di Dusun Purwono, Desa Baledono, sekitar pukul 04.00 WIB dan menyebabkan dua rumah warga rusak.

    Longsoran tanah terjadi secara tiba-tiba saat sebagian besar warga masih terlelap. Material tanah dan batu menimpa bagian belakang rumah milik Suwajik dan Agus, yang berada di area lereng cukup curam.

    Seorang warga setempat, Toni, menyebut lokasi rumah kedua korban memang berada di atas tebing dengan kontur tanah yang labil. Menurutnya, curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir membuat struktur tanah tidak mampu menahan beban air.

    “Awalnya longsor menimpa rumah milik Bapak Suwajik, kemudian merembet ke rumah Bapak Agus. Kondisi tanah di sini memang miring dan rawan longsor,” ungkap Toni.

    Selain menimbulkan kerusakan material, bencana ini juga menyebabkan seorang nenek mengalami luka-luka. Korban yang diketahui merupakan anggota keluarga Agus itu langsung dilarikan ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan.

    “Korban hanya mengalami luka ringan, tapi sempat tertimpa reruntuhan saat tidur. Sekarang sudah dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat,” tambah Toni.

    Warga sekitar langsung bergotong royong membersihkan material longsor agar jalur di sekitar lokasi bisa kembali dilalui. Sejumlah relawan dan perangkat desa turut membantu evakuasi barang-barang milik korban.

    Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, memastikan timnya telah berada di lokasi untuk melakukan penanganan darurat. Tim Reaksi Cepat (TRC) diterjunkan guna memetakan kondisi tanah dan menilai potensi longsor susulan.

    “TRC masih berada di lokasi untuk melakukan pengecekan dan evakuasi. Kami akan sampaikan laporan lengkap setelah tim selesai di lapangan,” ujar Sugeng Hariyadi.

    Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengimbau warga di daerah lereng Tosari untuk meningkatkan kewaspadaan. Intensitas hujan yang masih tinggi dikhawatirkan dapat memicu longsor lanjutan di wilayah sekitar.

    BPBD juga meminta masyarakat segera melapor jika melihat tanda-tanda tanah retak atau pergeseran permukaan tanah. “Kami imbau agar warga tidak menempati rumah di area tebing untuk sementara waktu,” pungkas Sugeng. [ada/aje]