Category: Antaranews.com Ekonomi

  • Rupiah pada Rabu pagi menguat jadi Rp16.471 per dolar AS

    Rupiah pada Rabu pagi menguat jadi Rp16.471 per dolar AS

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta menguat sebesar 11 poin atau 0,07 persen menjadi Rp16.471 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.482 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • KUR perumahan untuk UMKM

    KUR perumahan untuk UMKM

    Pemerintah menyediakan Kredit Program Perumahan (KUR Perumahan) untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di bidang properti pada 2025. Pembiayaan ini untuk mendukung UMKM memiliki tempat usaha.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas: Harga beras premium Rp16.088/kg, medium Rp13.741/kg

    Bapanas: Harga beras premium Rp16.088/kg, medium Rp13.741/kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga beras premium tingkat konsumen naik menjadi Rp16.088 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp16.037 per kg, sedangkan beras medium Rp13.741 per kg turun dari sebelumnya Rp13.918 per kg.

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas di Jakarta, Rabu, pukul 08.40 WIB, harga pangan lainnya di tingkat pedagang eceran secara nasional beras Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP) Rp12.561 per kg naik dari sebelumnya Rp12.543 per kg.

    Komoditas jagung Tk peternak tercatat Rp6.644 per kg naik dari sebelumnya Rp6.623 per kg, kedelai biji kering (impor) di harga Rp10.773 per kg naik dari sebelumnya Rp10.725 per kg.

    Berikutnya bawang merah Rp41.916 per kg turun dari sebelumnya Rp43.390 per kg, bawang putih bonggol di harga Rp36.196 per kg turun dari hari sebelumnya Rp37.658 per kg.

    Selanjutnya, komoditas cabai merah keriting di harga Rp50.166 per kg turun dari sebelumnya Rp53.549 per kg, lalu cabai merah besar di harga Rp44.891 per kg turun dari sebelumnya Rp45.760 per kg, cabai rawit merah Rp44.836 per kg turun dari sebelumnya Rp46.934 per kg.

    Lalu daging sapi murni Rp135.252 per kg naik dari sebelumnya Rp135.046 per kg, daging ayam ras Rp37.106 per kg naik dari sebelumnya Rp36.734 per kg, lalu telur ayam ras Rp29.378 per kg turun dari sebelumnya Rp29.492 per kg.

    Gula konsumsi di harga Rp18.003 per kg turun dari sebelumnya tercatat Rp18.112 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan Rp20.475 per liter turun dari sebelumnya Rp20.857 per liter, minyak goreng curah Rp17.219 per liter turun dari sebelumnya Rp17.515 per liter, MinyaKita Rp17.314 per liter turun dari sebelumnya Rp17.473 per liter.

    Selanjutnya, tepung terigu curah Rp9.571 per kg turun dari sebelumnya Rp9.751 per kg, lalu tepung terigu kemasan Rp12.594 per kg turun dari sebelumnya Rp12.955 per kg.

    Komoditas ikan kembung di harga Rp41.724 per kg naik dari sebelumnya Rp41.704 per kg, ikan tongkol Rp35.584 per kg naik dari sebelumnya Rp34.833 per kg, ikan bandeng Rp35.397 per kg naik dari sebelumnya Rp34.994 per kg.

    Selanjutnya, garam konsumsi di harga Rp10.993 per kg turun dari hari sebelumnya Rp11.510 per kg.

    Sementara itu, daging kerbau beku (impor) di harga Rp106.875 per kg naik dari sebelumnya Rp105.842 kg, daging kerbau segar lokal Rp137.778 per kg turun dari sebelumnya mencapai Rp142.228 per kg.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga emas Antam-UBS-Galeri24 di Pegadaian Rabu ini kompak naik ‎

    Harga emas Antam-UBS-Galeri24 di Pegadaian Rabu ini kompak naik ‎

    Jakarta (ANTARA) – Harga produk logam mulia buatan UBS, Galeri24 dan Antam di laman resmi Sahabat Pegadaian pada Rabu kompak mengalami kenaikan.

    ‎Emas Galeri24 kini dibanderol dengan harga Rp2.076.000 dari semula Rp2.052.000 per gram, begitu pula emas UBS naik ke angka Rp2.105.000 dari sebelumnya di harga Rp2.095.000 per gram.

    Sedangkan harga jual emas Antam turut meroket dari awalnya Rp2.143.000 menjadi Rp2.170.000 per gram, selisih Rp27.000 per gram.

    ‎Emas Galeri24 dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 1.000 gram atau 1 kilogram. Sementara emas UBS dijual dengan kuantitas 0,5 gram hingga 500 gram.

    ‎Berikut daftar lengkap harga emas masing-masing produk:

    ‎Harga emas UBS:

    ‎- Harga emas UBS 0,5 gram: Rp1.138.000

    ‎- Harga emas UBS 1 gram: Rp2.105.000

    ‎- Harga emas UBS 2 gram: Rp4.175.000

    ‎- Harga emas UBS 5 gram: Rp10.317.000

    ‎- Harga emas UBS 10 gram: Rp20.526.000

    ‎- Harga emas UBS 25 gram: Rp51.213.000

    ‎- Harga emas UBS 50 gram: Rp102.215.000

    ‎- Harga emas UBS 100 gram: Rp204.349.000

    ‎- Harga emas UBS 250 gram: Rp510.719.000

    ‎- Harga emas UBS 500 gram: Rp1.020.235.000

    ‎Harga emas Galeri24:

    ‎- Harga emas Galeri24 0,5 gram: Rp1.089.000

    ‎- Harga emas Galeri24 1 gram: Rp2.076.000.

    ‎- Harga emas Galeri24 2 gram: Rp4.089.000

    ‎- Harga emas Galeri24 5 gram: Rp10.147.000

    ‎- Harga emas Galeri24 10 gram: Rp20.239.000

    ‎- Harga emas Galeri24 25 gram: Rp50.473.000

    ‎- Harga emas Galeri24 50 gram: Rp100.864.000

    ‎- Harga emas Galeri24 100 gram: Rp201.628.000

    ‎- Harga emas Galeri24 250 gram: Rp503.820.000

    ‎- Harga emas Galeri24 500 gram: Rp1.007.143.000

    ‎- Harga emas Galeri24 1.000 gram: Rp2.014.284.000.

    ‎Harga emas Antam:

    ‎- Harga emas Antam 0,5 gram: Rp1.137.0000

    ‎- Harga emas Antam 1 gram: Rp2.170.000

    ‎- Harga emas Antam 2 gram: Rp4.277.000

    ‎- Harga emas Antam 3 gram : Rp6.389.000

    ‎- Harga emas Antam 5 gram: Rp10.614.000

    ‎- Harga emas Antam 10 gram: Rp21.170.000

    ‎- Harga emas Antam 25 gram: Rp52.793.000

    ‎- Harga emas Antam 50 gram: Rp105.503.000

    ‎- Harga emas Antam 100 gram: Rp210.925.000

    ‎- Harga emas Antam 250 gram: Rp527.036.000

    ‎- Harga emas Antam 500 gram: Rp1.053.853.000

    ‎- Harga emas Antam 1.000 gram: Rp2.107.664.000.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Garam, pangan biru, dan masa depan NTB

    Garam, pangan biru, dan masa depan NTB

    Mataram (ANTARA) – Di meja makan setiap keluarga Indonesia, garam selalu hadir. Butir putih sederhana itu memberi rasa pada setiap sajian, namun jarang disadari sebagai bagian penting dari kedaulatan pangan.

    Lebih dari sekadar bumbu dapur, garam adalah komoditas strategis yang menopang industri besar, mulai dari makanan, kimia, hingga farmasi.

    Ironisnya, meskipun Indonesia memiliki garis pantai yang panjang, kebutuhan garam nasional masih jauh melampaui produksi dalam negeri.

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, kebutuhan bahan baku garam pada tahun 2025 mencapai 4,9 juta ton, meningkat sekitar 2,5 persen per tahun dari 2024 yang juga tercatat 4,9 juta ton.

    Tahun 2023 bahkan lebih tinggi, mencapai 5 juta ton, dengan lebih dari 3 juta ton digunakan oleh sektor industri. Sementara itu, produksi dalam negeri 2025 diperkirakan hanya 2,25 juta ton, dengan cadangan stok 836 ribu ton, sehingga pasokan lokal hanya mampu memenuhi sekitar 63 persen kebutuhan nasional.

    Kesenjangan ini memaksa Indonesia masih mengimpor garam dari negara lain, seperti Australia dan India. Ketergantungan ini bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga soal kedaulatan.

    Target pemerintah melalui Perpres 126/2022 tentang Percepatan Pembangunan Industri Garam Nasional adalah menghentikan impor garam pada 2027. Target tersebut bukan sekadar angka, tetapi simbol kemandirian bangsa maritim.

    Namun mencapai target itu bukan perkara mudah. Produksi garam dalam negeri harus ditingkatkan, kualitasnya konsisten, dan distribusinya efisien. Garam bukan hanya komoditas, tetapi juga penentu keberlangsungan industri nasional.

    Tanpa pasokan lokal yang memadai dan berkualitas, sektor industri tetap tergantung pada impor, menimbulkan biaya tambahan dan risiko pasokan.

    Peran strategis NTB

    Di Bima, Dompu, hingga Lombok Timur, hamparan tambak rakyat membentang seperti cermin di bawah terik matahari. Musim kering panjang, sinar matahari melimpah, dan pengalaman masyarakat pesisir yang sudah terbiasa menambak garam menjadi modal penting.

    Pemerintah Provinsi NTB menargetkan produksi garam rakyat mencapai 180 ribu ton pada 2025, meningkat dari 150 ribu ton pada 2024, dan 140 ribu ton pada 2023. Produksi ini bersumber dari lahan tambak seluas 9.789 hektare, sebagian besar berada di Kabupaten Bima dan Dompu.

    Meski meningkat, kontribusi NTB terhadap kebutuhan nasional masih kecil dibandingkan 4,9 juta ton yang dibutuhkan, menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas produksi dan kualitas.

    Persoalan klasik tetap menghantui: teknologi yang terbatas, modal kecil, kualitas garam belum konsisten, dan tata niaga yang belum berpihak. Banyak petani masih bergantung pada metode tradisional yang menghasilkan garam berkualitas rendah (K2 dan K3).

    Dominasi tengkulak dan fluktuasi harga membuat mereka rentan terhadap kerugian. Produksi berlimpah tidak akan berarti jika kesejahteraan petani tidak terjamin.

    Untuk mengubah kondisi ini, hilirisasi garam menjadi strategi kunci. Dengan pengolahan modern berupa pencucian, pengeringan, pengemasan, maka garam rakyat bisa memenuhi standar industri.

    Program teknologi geomembran, misalnya, memperbaiki kualitas kristal garam, mengurangi pencemaran tanah, dan meningkatkan harga jual. Namun, akses teknologi masih terbatas bagi banyak petani kecil.

    Di sinilah peran pemerintah, koperasi, dan lembaga keuangan sangat penting dengan menyediakan skema pembiayaan yang inklusif dan ramah bagi petani.

    Selain itu, tata niaga harus diperbaiki. Koperasi dan kelompok tani perlu diperkuat agar bisa menyalurkan garam langsung ke industri atau pasar ekspor, meminimalkan dominasi tengkulak. Dengan demikian, produksi yang meningkat juga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat pesisir.

    Agenda masa depan

    Keberlanjutan menjadi kata kunci dalam pengembangan garam NTB. Produksi garam yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak pada ekosistem pesisir. Tambak yang dibuka tanpa perencanaan dapat merusak hutan mangrove, sementara limbah pengolahan garam bisa mencemari perairan. Oleh karena itu, teknologi ramah lingkungan dan pengelolaan lahan terintegrasi harus menjadi bagian dari roadmap produksi garam NTB.

    Agenda mendesak NTB meliputi beberapa hal. Pertama, perbaikan kualitas produksi melalui teknologi modern agar garam dapat memenuhi standar industri dan mengurangi ketergantungan impor. Kedua, pembiayaan inklusif untuk petani kecil agar mereka mampu membeli alat dan bahan untuk meningkatkan kualitas.

    Ketiga, penguatan koperasi agar posisi petani lebih kuat dalam rantai distribusi, tidak lagi bergantung pada tengkulak. Keempat, integrasi garam dalam konsep pangan biru, yang menekankan pemanfaatan laut secara berkelanjutan.

    Konsep pangan biru melihat laut bukan hanya sebagai sumber protein, tetapi juga sumber pangan non-protein strategis seperti garam. Dengan mengelola tambak garam secara berkelanjutan, NTB tidak hanya menyediakan komoditas bagi industri nasional, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Garam bisa menjadi simbol keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan, antara produktivitas dan konservasi.

    Kolaborasi menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah memberikan kebijakan dan dukungan teknologi, swasta menyediakan investasi, sementara petani memastikan pasokan bahan baku berkualitas. Sinergi ini akan menentukan keberhasilan hilirisasi dan pencapaian swasembada garam pada 2027. Dengan langkah-langkah konkret, NTB bisa menjadi teladan bagi daerah lain di Indonesia.

    Jika semua pihak bekerja konsisten, target 2027 bukan sekadar angka. Itu akan menjadi penanda sejarah: Indonesia berdiri tegak dengan garamnya sendiri. Petani pesisir tidak hanya menjadi produsen bahan mentah, tetapi bagian dari rantai industri bernilai tinggi, menikmati kesejahteraan, dan berperan dalam kedaulatan pangan nasional.

    Butiran garam putih yang sederhana di tangan mereka adalah simbol masa depan yang manis, hasil kerja keras, inovasi, dan kolaborasi seluruh bangsa.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jalan panjang hilirisasi garam NTB

    Jalan panjang hilirisasi garam NTB

    Mataram (ANTARA) – Di banyak pesisir Indonesia, garam masih dipandang sebagai komoditas sederhana. Sekilas, butiran putih itu tampak sepele, hanya pelengkap dapur yang memberi rasa pada makanan.

    Namun jika ditelusuri lebih jauh, garam adalah bagian penting dari rantai industri bernilai tinggi yang meliputi makanan, farmasi, hingga industri kimia. Hilirisasi garam, istilah yang kini kian sering disebut, sejatinya adalah jalan panjang yang dapat mengubah wajah ekonomi pesisir.

    Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan garis pantai yang luas dan potensi lahan tambak melimpah, berada di posisi strategis untuk membuktikan bahwa garam bukan sekadar cerita kemiskinan, tetapi juga masa depan yang menjanjikan.

    Di Bima, Dompu, dan Lombok Timur, masyarakat pesisir sudah lama mengenal garam sebagai denyut kehidupan. Namun selama ini, sebagian besar garam hanya dijual mentah tanpa pengolahan, sehingga nilainya rendah.

    Beberapa tahun terakhir, NTB mulai menjadi laboratorium kecil hilirisasi garam. Sejumlah pabrik pengolahan berdiri di Bima dan Lombok. Garam rakyat yang dulu dijual apa adanya kini diproses menjadi produk bernilai tambah.

    Tahapan pencucian, pengeringan modern, hingga pengemasan menjadikan garam lebih bersih, lebih higienis, dan siap masuk pasar industri. Penerapan teknologi ini tidak hanya meningkatkan mutu, tetapi juga meningkatkan harga jual, memberi ruang bagi petani untuk mendapatkan pendapatan lebih baik.

    Namun, hilirisasi tidak berhenti pada teknologi. Ini juga soal membangun ekosistem industri, dari hulu hingga hilir. Tanpa bahan baku berkualitas dari tambak rakyat, pabrik kesulitan menghasilkan produk standar industri.

    Tanpa jaringan distribusi yang efisien, garam olahan tidak bisa mencapai pasar dengan tepat waktu. Dengan kata lain, hilirisasi menuntut transformasi menyeluruh, baik di tingkat produksi maupun tata niaga.

    Produksi dan kebutuhan

    Meskipun ada kemajuan, kesenjangan antara produksi dan kebutuhan masih nyata. Kapasitas produksi pabrik terbatas, kualitas garam rakyat bervariasi, dan rantai distribusi belum tertata dengan baik.

    Secara nasional, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat bahwa kebutuhan bahan baku garam pada tahun 2025 mencapai 4,9 juta ton, sama dengan tahun sebelumnya. Pada 2023, kebutuhan sedikit lebih tinggi, yakni sekitar 5 juta ton, dengan lebih dari 3 juta ton digunakan sektor industri.

    Di sisi produksi, rencana nasional 2025 memperkirakan 2,25 juta ton, dengan cadangan stok tambahan sekitar 836 ribu ton, sehingga total pasokan lokal hanya memenuhi sekitar 63 persen kebutuhan. Produksi 2024 tercatat 2,04 juta ton, melampaui target 2 juta ton.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Swasembada garam di ujung negeri

    Swasembada garam di ujung negeri

    Di tambak-tambak kecil Bima, Dompu, dan Lombok Timur, setiap butir garam putih yang mengilap bukan sekadar kristal asin, melainkan harapan, asa, dan simbol kemampuan bangsa untuk berdiri tegak dengan garamnya sendiri

    Mataram (ANTARA) – Di sepanjang garis pantai Bima, Dompu, hingga Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), hamparan tambak garam mengilap di bawah terik Matahari. Sekilas, pemandangan itu tampak sederhana, bahkan menenangkan, dengan kristal putih yang memantulkan cahaya.

    Namun di balik kilauannya tersimpan persoalan lama yang tidak kunjung selesai. Bagaimana negeri dengan garis pantai lebih dari 108 ribu kilometer justru masih bergantung pada impor garam?

    Kebutuhan garam nasional terus meningkat setiap tahun. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa pada tahun 2025, kebutuhan bahan baku garam nasional diperkirakan mencapai 4,9 juta ton, meningkat sekitar 2,5 persen per tahun.

    Tahun 2024 tercatat jumlah yang sama, sedangkan pada 2023 sedikit lebih tinggi, sekitar 5 juta ton, dengan lebih dari 3 juta ton digunakan oleh sektor industri. Bersamaan dengan itu, produksi dalam negeri belum mampu menutupi kebutuhan tersebut secara penuh.

    Di tengah paradoks itu, NTB menampilkan asa swasembada yang terus dijaga. Sejak lama, masyarakat pesisir mengenal garam sebagai denyut kehidupan. Mereka menambak dengan cara-cara tradisional yang turun-temurun, seperti tanah dipadatkan, air laut dialirkan ke lahan tambak, dan kemudian dipasrahkan pada panas Matahari yang menjadi “mesin alami” mengeringkan air tersebut hingga terbentuk butiran garam. Dari proses sederhana itu, terbentuk sumber nafkah yang menopang keluarga dan membentuk identitas sosial masyarakat pesisir.

    Hanya saja, tantangan tidak berhenti di situ. Perubahan iklim menghadirkan risiko nyata. Musim hujan datang lebih cepat, curah hujan lebih tinggi dari biasanya, dan pola cuaca yang tidak menentu membuat musim produksi sering terpangkas.

    Hasil panen menjadi tidak stabil, dan bagi petani tradisional, setiap hari tanpa produksi berarti ancaman terhadap penghasilan keluarga. Tidak jarang, mereka harus menanggung risiko menumpuknya hutang karena harga garam yang fluktuatif di pasar lokal.

    Jejak sejarah

    Sejak era kolonial, garam telah menjadi komoditas strategis di Indonesia. Belanda membangun sentra produksi di Madura, sementara wilayah lain dibiarkan berkembang seadanya. Warisan itu masih terasa hingga kini. Madura tetap identik dengan garam, meski kebutuhan industri modern terus meningkat dan persaingan global semakin ketat.

    NTB, meskipun lebih jarang diperhitungkan, memiliki potensi besar. Faktor alamiah, seperti musim kemarau panjang, intensitas sinar Matahari tinggi, dan garis pantai yang luas menjadi modal kuat untuk produksi garam. Jika dikelola optimal, produksi di Bima dan Dompu dapat mencapai puluhan ribu ton per tahun.

    Target pemerintah provinsi NTB pada tahun 2025 adalah 180 ribu ton dari lahan tambak seluas 9.789 hektare. Sebagai perbandingan, produksi NTB pada tahun 2024 tercatat sekitar 150 ribu ton, sedangkan 2023 diperkirakan 140 ribu ton.

    Namun kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Infrastruktur tambak dan pengolahan yang terbatas membuat produktivitas tidak maksimal. Banyak lahan masih dikelola secara tradisional, sehingga hasil panen tidak seragam dan kualitasnya bervariasi.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • SPHP jagung untuk membantu peternak

    SPHP jagung untuk membantu peternak

    Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaksanakan program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan unggas untuk membantu peternak di tengah kenaikan harga komoditas tersebut.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bapanas dan BMKG sinergi bangun fondasi ketahanan pangan berkelanjutan

    Bapanas dan BMKG sinergi bangun fondasi ketahanan pangan berkelanjutan

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersinergi membangun fondasi ketahanan pangan berkelanjutan melalui pemanfaatan data yang lebih komprehensif dan akurat.

    Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy mengatakan kerja sama itu merupakan tonggak penting dalam menjawab tantangan pangan di tengah perubahan iklim dan dinamika global.

    “Dengan memadukan data pangan dan iklim, Bapanas bersama BMKG membangun fondasi kebijakan yang lebih presisi, adaptif, dan berpihak pada masyarakat,” kata Sarwo dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

    Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang Sinergitas Pertukaran dan Pemanfaatan Data dan Informasi dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan Nasional di Jakarta, Senin (8/9).

    Ia menambahkan data meteorologi, klimatologi, dan geofisika dari BMKG akan sangat mendukung analisis pangan nasional, mulai dari stabilisasi harga dan stok, penguatan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), hingga penyusunan Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).

    “Dengan data yang lebih komprehensif, kebijakan pangan bisa lebih antisipatif, sehingga kita tidak hanya menunggu krisis datang, tetapi bisa menyiapkan langkah mitigasi sejak dini,” ujar Sarwo.

    Sinergi tersebut juga menjadi tindak lanjut dari kesepahaman bersama yang sebelumnya ditandatangani Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati tentang Sinergitas Program dan Kegiatan dalam rangka Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional pada 2 Juni 2025.

    Selain itu, implementasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang mengamanatkan penyelenggaraan Sistem Informasi Pangan.

    Selain itu, kerja sama ini sesuai dengan Peraturan BMKG Nomor 12 Tahun 2019 yang membuka akses data untuk kepentingan pemerintah, memperkuat prinsip Satu Data Indonesia.

    Sebagai tindak lanjut, Bapanas telah menugaskan jajaran terkait untuk menyusun rencana aksi implementasi beserta timeline, melakukan monitoring bersama, dan memastikan bahwa pertukaran data berjalan sesuai regulasi.

    Kolaborasi itu juga membuka ruang bagi pengembangan sistem peringatan dini pangan berbasis iklim, kajian bersama, serta pemanfaatan teknologi big data dan kecerdasan buatan untuk analisis prediktif.

    “Sinergi data pangan dan iklim akan membawa kita pada kebijakan yang lebih kokoh, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk menjawab tantangan pangan di masa depan,” kata Sarwo.

    Kepala Pusat Data dan Informasi Pangan Bapanas, Kelik Budiana menambahkan bahwa integrasi data tersebut menjadi fondasi penting dalam membangun Sistem Informasi Pangan (SIP).

    “Kami memastikan setiap data yang ditukar bukan sekadar angka melainkan bahan baku bagi analisis yang tajam dan kebijakan yang tepat. Dengan SIP yang terintegrasi, Bapanas dapat merespons lebih cepat terhadap gejolak harga, ketersediaan, maupun kerawanan pangan,” jelas Kelik.

    Sementara itu, Plt Sekretaris Utama BMKG, Guswanto menegaskan dukungan penuh lembaganya dalam menyediakan data iklim dan cuaca yang relevan bagi pangan nasional.

    “BMKG berkomitmen menghadirkan informasi meteorologi dan klimatologi yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu,” kata Guswanto.

    Oleh karena itu, tambah Guswanto, sinergi tersebut memastikan data dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung stabilitas pangan dan kesejahteraan masyarakat.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Endang Sukarelawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Antam komitmen gunakan energi terbarukan untuk produksi “emas hijau”

    Antam komitmen gunakan energi terbarukan untuk produksi “emas hijau”

    Jakarta (ANTARA) – Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie menyatakan komitmen melakukan perbaikan di bidang kebutuhan energi untuk memaksimalkan penggunaan energi terbarukan, sehingga bisa memproduksi “emas hijau” atau emas ramah lingkungan.

    “Kami tetap komitmen untuk melakukan perbaikan, sehingga nanti kami bisa membanggakan atau bisa mengklaim bahwa emas Antam itu sudah green gold (emas hijau),” ucap Alkadrie dalam Sosialisasi MediaMIND di Jakarta, Selasa.

    Alkadrie menjelaskan bahwa apabila dibandingkan dengan smelter, proses logam mulia memiliki kebutuhan energi yang lebih rendah. Bahkan, cukup rendah apabila dibandingkan dengan pertambangan lainnya.

    Akan tetapi, rendahnya kebutuhan energi untuk memproses logam mulia tidak mengurungkan niat Antam melakukan transisi energi ke energi terbarukan.

    Ia membidik 93 persen energi yang digunakan untuk memproses logam mulia berasal dari energi terbarukan.

    “Green gold itu hampir 93 persen energi yang dipakai itu sumbernya dari energi terbarukan,” ucap Alkadrie.

    Lebih lanjut, Alkadrie memaparkan peta jalan keberlanjutan Antam sepanjang 2025–2030, yang mana di antaranya memuat aksi dekarbonisasi melalui pemanfaatan energi terbarukan, rehabilitasi ekosistem sungai dan reklamasi lahan pascatambang, memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasi, hingga meningkatkan bauran energi terbarukan sebesar 10 persen dari baseline business as usual tahun 2023.

    Antam membidik pada 2029–2030, seluruh lahan rehabilitasi yang telah menjalani program minimal 5 tahun memiliki tingkat keberhasilan di atas 75 persen.

    “Ini tidak mudah. Rata-rata keberhasilan berbeda-beda, sehingga acuan di Antam adalah keberhasilan di atas 75 persen,” kata Alkadrie.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Endang Sukarelawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.