Category: Antaranews.com Ekonomi

  • Progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 capai 51,45 persen, target beroperasi April 2027

    Progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 capai 51,45 persen, target beroperasi April 2027

    Rabu, 10 September 2025 14:11 WIB

    Foto udara proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B di Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (10/9/2025). Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) progres konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 Paket A-B-C sepanjang 10,64 km dengan dukungan sistem pengendali banjir seperti tanggul laut, rumah pompa, dan sejumlah kolam retensi selain untuk memperlancar arus lalu lintas juga guna melindungi ratusan ribu jiwa dari ancaman banjir rob Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut telah mencapai 51,45 persen dengan target operasional pada April 2027. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

    Foto udara kendaraan melintas di dekat proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B di Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (10/9/2025). Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) progres konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 Paket A-B-C sepanjang 10,64 km dengan dukungan sistem pengendali banjir seperti tanggul laut, rumah pompa, dan sejumlah kolam retensi selain untuk memperlancar arus lalu lintas juga guna melindungi ratusan ribu jiwa dari ancaman banjir rob Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut telah mencapai 51,45 persen dengan target operasional pada April 2027. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Segudang “PR” koperasi untuk Menkop Fery

    Segudang “PR” koperasi untuk Menkop Fery

    Jakarta (ANTARA) – Fery Juliantono baru saja resmi dilantik menggantikan Budi Arie Setiadi sebagai Menteri Koperasi. Boleh jadi, kantornya hanya berpindah ruangan, karena sebelumnya ia menjabat Wakil Menteri Koperasi.

    Lebih jauh dari itu, harapan publik kini tertuju pada langkah konkret yang akan diambil untuk melakukan pembaruan kebijakan koperasi di Indonesia.

    Kehadiran menteri baru ini diharapkan tidak sekadar menjadi simbol pergantian kepemimpinan, melainkan momentum untuk menghadirkan kebijakan yang lebih substansial, berpihak pada rakyat, dan relevan dengan tantangan zaman.

    Selama bertahun-tahun, koperasi di Indonesia menghadapi persoalan mendasar yang membuat keberadaannya kurang memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.

    Padahal, koperasi semestinya menjadi salah satu instrumen utama untuk menciptakan keadilan ekonomi dan menumbuhkan kemandirian masyarakat.

    Fakta di lapangan menunjukkan kondisi koperasi kita masih jauh dari yang diidealkan. Secara kuantitas, jumlah koperasi di Indonesia memang besar, mencapai sekitar 127 ribu dan meningkat menjadi lebih dari 200 ribu dengan adanya pembentukan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP).

    Hanya saja, secara kontribusi terhadap perekonomian nasional, dampaknya masih sangat kecil. Dalam 10 tahun terakhir, kontribusi rata-rata koperasi terhadap produk domestik bruto (PDB) hanya sekitar 1 persen.

    Artinya, keberadaan ratusan ribu koperasi tersebut belum mampu berperan signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

    Permasalahan ini tidak lepas dari kesalahan paradigma, regulasi, dan kebijakan yang selama ini mengatur koperasi. Secara paradigma, masyarakat kita masih menganggap koperasi sebatas badan usaha biasa, sama seperti perseroan atau bentuk entitas bisnis lainnya.

    Padahal, secara hakikat, koperasi bukan sekadar entitas ekonomi, tetapi juga alat untuk menciptakan keadilan sosial dan redistribusi ekonomi.

    Di negara-negara yang koperasinya berkembang pesat, koperasi menjadi instrumen kolektif untuk memperkuat daya tawar masyarakat kecil dan menyeimbangkan struktur pasar yang sering kali didominasi korporasi besar.

    Sayangnya, di Indonesia, regulasi yang ada justru membuat koperasi sulit tumbuh secara organik. Salah satu contohnya terlihat dari ketentuan pendirian koperasi dalam Undang-Undang Perkoperasian yang mewajibkan minimal sembilan orang pendiri.

    Aturan ini berbeda jauh dengan praktik di negara-negara maju, seperti Singapura dan Jepang, di mana koperasi boleh didirikan oleh tiga orang saja.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenko Pangan bidik bioekonomi untuk penguatan ekonomi nasional

    Kemenko Pangan bidik bioekonomi untuk penguatan ekonomi nasional

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) membidik bioekonomi sebagai pilar penguatan ekonomi nasional, dengan memanfaatkan sumber daya alam berkelanjutan dalam memperkuat ketahanan pangan yang berkelanjutan.

    “Jadi ada istilah sekarang namanya bioekonomi. Nah, bioekonomi ini sebenarnya sistem ekonomi yang menggunakan sumber daya alam, ini yang kami juga sedang dorong,” kata Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan Nani Hendiarti saat menjadi pembicara dalam kegiatan Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9).

    Dia menegaskan pentingnya pengembangan bioekonomi sebagai sistem ekonomi berbasis sumber daya alam berkelanjutan, yang diharapkan menjadi pilar utama pembangunan ekonomi nasional menghadapi berbagai tantangan baik iklim maupun global.

    Menurutnya bioekonomi sebagai solusi strategis untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya fosil, mendorong hilirisasi hasil alam, sekaligus memastikan pembangunan yang selaras dengan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan ekosistem.

    Dalam mendorong bioekonomi, Kemenko Pangan menekankan pentingnya harmoni kehidupan manusia dengan alam, sehingga kebijakan pembangunan mampu menghadirkan manfaat ekonomi sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan hidup secara jangka panjang.

    “Dan juga bagaimana kita menyelaraskan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan alam,” bebernya.

    Kemenko Pangan menegaskan pangan sebagai pusat ekonomi kerakyatan, sehingga penguatan bioekonomi akan memperluas dampak pembangunan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus menjaga keberlanjutan ekonomi Indonesia di masa depan.

    Dalam kesempatan itu, Nani menyampaikan bahwa Kemenko Pangan mengoordinasikan berbagai kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Pertanian, Kelautan dan Perikanan, Lingkungan Hidup, Badan Pangan Nasional, serta Badan Gizi Nasional.

    Dikatakan Nani, di bawah kepemimpinan Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) dalam delapan hingga sembilan bulan terakhir telah ditetapkan 13 regulasi penting yang terkait pangan, energi, lingkungan, serta dukungan kebijakan untuk penguatan bioekonomi.

    Beberapa regulasi tambahan saat ini masih dalam tahap penyelesaian, menegaskan keseriusan pemerintah dalam menyiapkan landasan hukum yang kokoh untuk mendukung pangan sebagai agenda pembangunan nasional.

    “Jadi ada sekitar 13 yang sudah ditetapkan, tapi masih ada yang berproses dan juga yang hampir selesai. Jadi ini kalau kita lihat variasinya sangat banyak dan tugasnya juga banyak. Nah, ini semua kita melihat, ini menjadi senter dari ekonomi kerakyatan,” kata Nani.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekonomi syariah dorong sektor pariwisata Sulut ramah muslim

    Ekonomi syariah dorong sektor pariwisata Sulut ramah muslim

    Manado (ANTARA) – Ekonomi syariah bisa mendorong sektor pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) menjadi ramah bagi kalangan Muslim.

    “Banyak sekali wisatawan domestik yang Muslim tertarik berwisata di Sulut,” kata Kepala BI Perwakilan Sulut Joko Supratikto, di Manado, Rabu (10/9).

    Joko mengatakan, sehingga perlu dipersiapkan objek wisata yang ramah Muslim.

    Dia menjelaskan dengan tumbuhnya ekonomi syariah, berperan mendorong pariwisata ramah Muslim dengan menciptakan ekosistem yang mendukung nilai-nilai Islam.

    Sehingga, katanya, akan mampu menarik pasar Muslim yang besar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi syariah secara timbal balik.

    Konsep ramah Muslim ini mencakup penyediaan fasilitas seperti makanan halal, tempat ibadah, dan kolam renang terpisah, yang menciptakan pengalaman wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan Muslim.

    Peran Ekonomi Syariah dalam pariwisata ramah Muslim mampu menciptakan pasar yang besar.

    Konsep pariwisata ramah Muslim atau ‘muslim friendly’ berpotensi menarik pasar yang sangat besar, baik di Indonesia maupun dunia, karena banyaknya populasi muslim global yang mencari destinasi yang sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan mereka.

    Pengembangan pariwisata ramah Muslim, katanya, dapat berkontribusi pada laju ekonomi syariah di Indonesia secara keseluruhan.

    Ekonomi syariah, katanya, membuka peluang bagi bisnis dan investasi di sektor pariwisata, seperti penyediaan hotel halal, restoran, dan layanan keuangan syariah.

    Pewarta: Hence Paat
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan luruskan isu, impor beras hanya khusus restoran tertentu

    Wamentan luruskan isu, impor beras hanya khusus restoran tertentu

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan isu impor beras yang beredar perlu diluruskan, karena beras yang masuk bukan untuk konsumsi masyarakat luas, melainkan khusus memenuhi kebutuhan restoran-restoran tertentu.

    Ia mencontohkan restoran Jepang menggunakan beras asal Jepang dengan karakteristik butiran kecil, sementara restoran Arab dan India membutuhkan beras basmati yang memang tidak dapat digantikan dengan beras lokal Indonesia.

    “Nah, ini kan ada lagi simpang siur. Pak, itu nyatanya ada beras impor? Yang dimaksud beras yang diimpor itu beras restoran Jepang, itu kan dia pakai beras Jepang. Itu nggak bisa diganti, itu beras-beras khusus, kecil, dia nggak terlalu besar gitu,” kata Wamentan di Jakarta, Rabu (10/9).

    “Itu katanya nggak impor beras, kok impor beras? Itu beras, misalnya masakan Arab, masakan India, itu kan pakai beras basmati. Itu nggak bisa diganti sama beras kita. Nah, itu untuk restoran-restoran khusus gitu loh,” tambah Wamentan.

    Menurutnya, impor beras tersebut bersifat terbatas dan spesifik, sehingga tidak bisa disamakan dengan beras konsumsi rumah tangga yang dikategorikan sebagai beras medium, yang produksinya dipastikan cukup dari dalam negeri.

    Sudaryono menekankan komitmen pemerintah menjaga kedaulatan pangan dengan memastikan tidak ada impor beras medium, sehingga kebutuhan pokok masyarakat tetap dipenuhi dari hasil produksi petani Indonesia sendiri.

    “Yang dimaksud tidak impor beras itu adalah impor beras konsumsi masyarakat. Beras medium, kita nggak impor,” ujarnya ditemui seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi).

    Selain beras, ia menyampaikan pemerintah juga menargetkan tidak melakukan impor jagung pada tahun 2025, dengan mengoptimalkan produksi dalam negeri melalui peningkatan produktivitas dan kebijakan pendukung petani.

    Target serupa juga berlaku pada komoditas gula konsumsi, dengan visi pemerintah mendorong swasembada untuk menjaga harga stabil dan mengurangi ketergantungan terhadap pasokan pangan dari negara lain.

    Sudaryono menegaskan Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ini, sementara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama jajaran, termasuk dirinya, berkomitmen penuh mewujudkan kemandirian pangan pada tahun 2025.

    “Presiden sudah bikin target dan ini sekarang oleh Pak Mentan Pak Amran, kami sebagai tim support-nya beliau, kita dukung Pak Amran untuk mewujudkan ini, kita tidak impor lagi untuk beras, jagung, dan gula konsumsi di tahun 2025 ini,” kata Wamentan.

    Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan sepanjang 2025 Indonesia tidak impor beras, membuktikan kerja keras petani dalam negeri menjaga kedaulatan pangan nasional sehingga tetap kokoh.

    “Yang terpenting, yang menarik adalah, sampai September sekarang, tidak ada impor (beras) Benar? Tahun lalu, 3-4 juta ton. Itu yang terpenting. Kita harus bangga atas gagasan besar Bapak Presiden (Prabowo Subianto), itu paling penting,” kata Mentan ditemui di kawasan DPR RI Senayan Jakarta, Rabu (3/9).

    Ia menyebutkan stok beras nasional pada awal September 2025 mencapai sekitar 4 juta ton, jauh lebih tinggi dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya berkisar 1 hingga 2 juta ton.

    Baginya capaian itu menjadi bukti nyata keberhasilan kebijakan pangan nasional, sehingga masyarakat harus bangga terhadap gagasan besar Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga kedaulatan pangan dan mengurangi ketergantungan impor beras.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: M Razi Rahman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan: Perdamaian dan ketertiban penting bagi pembangunan bangsa

    Wamentan: Perdamaian dan ketertiban penting bagi pembangunan bangsa

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan perdamaian dan ketertiban merupakan kunci utama agar pembangunan bangsa dapat terlaksana dengan baik dan berkelanjutan.

    “Nah, tentu saja kita ingin adanya perdamaian, adanya kedamaian, adanya ketertiban. Karena dengan hanya perdamaian, ketertiban, dan kerukunan di antara elit, dan kerukunan di antara semua masyarakat maka pembangunan bangsa kita akan berjalan dengan baik,” kata Wamentan di Jakarta, Rabu (10/9).

    Sudaryono mengatakan Presiden sebagai CEO of the country mengurus semua secara menyeluruh baik dari sisi ekonomi, sosial, kesejahteraan rakyat, hingga menjaga stabilitas politik nasional.

    “Presiden itu kan CEO of the country, ngurus semua,” ujarnya ditemui seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi).

    Menurutnya, tujuan utama pembangunan adalah mensejahterakan rakyat, di mana yang miskin diangkat dari kemiskinan dan yang sejahtera ditingkatkan kesejahteraannya melalui kebijakan negara yang berpihak.

    Ia menilai kesejahteraan tidak akan terwujud tanpa perdamaian, karena stabilitas hanya tercapai dengan aparat negara yang menjaga ketertiban bersama masyarakat sebagai fondasi kokoh pembangunan bangsa.

    Sudaryono menekankan pentingnya menciptakan kondusivitas, dengan menghindari hal-hal yang dapat memicu keributan, karena situasi aman merupakan prasyarat mutlak bagi keberhasilan pembangunan nasional.

    “Kalau aku suka mengatakan ‘kalau tidak gatal, jangan digaruk’. Artinya lebih baik kan nggak garuk-garuk. Jadi, kita harus jaga sama-sama,” ucap Wamentan.

    Dikatakan saat ini Presiden Prabowo Subianto terus memberantas korupsi, memperkuat penegakan hukum, serta menjalankan program kerakyatan seperti sekolah rakyat dan makan bergizi gratis (MBG) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

    “Kita lagi perbaikan semua. Koruptor semua lagi dibereskan oleh Presiden. Kemudian ada sekolah rakyat, program MBG, program-program kerakyatan lagi jalan semua,” bebernya.

    Sudaryono menekankan bangsa tidak akan maju jika terjebak dalam konflik, sebab seluruh rakyat membutuhkan ketenangan untuk bekerja, mencari nafkah, dan meningkatkan taraf hidup mereka.

    “Maka, live and let live. Itulah ciri khas atau itulah satu moto yang kita bawa. Negara itu harus hidup, rakyat harus hidup, dan rakyat yang hidup itu harus menghidupi dan membiarkan hidup rakyat yang lain untuk hidup,” imbuh Wamentan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenko Pangan ungkap 10 agenda resiliensi perkuat ketahanan pangan

    Kemenko Pangan ungkap 10 agenda resiliensi perkuat ketahanan pangan

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) memaparkan sepuluh agenda resiliensi atau langkah strategis untuk memperkuat ketahanan dan daya tahan sistem pangan nasional dalam menghadapi berbagai tantangan.

    “Ada 10 agenda yang perlu kita lakukan sebagai bagian dari resilient untuk pangan,” kata Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan Nani Hendiarti saat menjadi pembicara dalam kegiatan Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9).

    Adapun 10 resiliensi yang akan dilakukan Kemenko Pangan untuk memperkuat ketahanan dan daya tahan sistem pangan nasional pertama pemulihan ekosistem dan ketersediaan lahan pagan; kedua intensifikasi dan pendampingan petani.

    Ketiga pengembangan sistem pagan berbasis komunitas; keempat peningkatan diversifikasi pangan lokal; kelima peningkatan konsumsi sumber protein hewani dengan harga terjangkau.

    Keenam penguatan inovasi dan industri pangan nasional berkelanjutan; ketujuh penguatan sistem logistik dan cadangan pangan berbasis kepulauan; kedelapan mengatasi susut dan limbah pagan (food loss and waste/ FLW).

    Kesembilan regenerasi petani, yang diperlukan untuk mengatasi aging society di kalangan petani; dan ke-10 program makan bergizi gratis (MBG).

    “Jadi ini kita akan lakukan sekarang sampai paling tidak lima tahun. Dalam periode ini kita sudah mempunyai program, perencanaan dan programnya,” beber Nani.

    Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan Nani Hendiarti saat menjadi pembicara dalam kegiatan Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9).

    Kementerian Koordinator Bidang Pangan berkomitmen mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan melalui peningkatan produksi, perbaikan distribusi, stabilisasi harga, serta dukungan program nasional demi kesejahteraan petani dan masyarakat.

    Nani menegaskan pentingnya ketahanan pangan bagi Indonesia, mengingat kebutuhan pangan terus meningkat dan sesuai dengan janji Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan sektor ini sebagai prioritas pembangunan nasional jangka panjang.

    Dikatakan Pemerintah terus menjalankan berbagai upaya dan program nasional terkait swasembada pangan, dengan fokus pada peningkatan produksi, ketersediaan cadangan pangan, serta perbaikan distribusi agar penyaluran berjalan lancar dan tepat sasaran.

    “Jadi dalam RPJMN, Perpres 12 Tahun 2025, ketahanan pangan ini memang menjadi prioritas, dan bersandingan dengan energi dan air, dan juga ekonomi biru. Sehingga ini memang menjadi fokus kami, salah satunya untuk bisa melaksanakan program-program nasional yang menjadi prioritas,” kata Nani.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan sebut swasembada pangan keharusan demi kemandirian bangsa

    Wamentan sebut swasembada pangan keharusan demi kemandirian bangsa

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan pemerintah telah menyiapkan langkah konkret menuju kemandirian pangan, termasuk program peningkatan produksi dan hilirisasi hortikultura serta perkebunan mulai tahun 2026 mendatang.

    “Nanti 2026 akan ada program baru, misalnya peningkatan produksi dan juga hilirisasi sektor hortikultura dan perkebunan kita,” kata Wamentan dalam jumpa pers seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi) di Jakarta, Rabu (10/9).

    Mas Dar sapaan akrab Wamentan Sudaryono menjelaskan, tahapan pembangunan sektor pangan telah disusun secara bertahap dan jelas, sehingga dalam lima tahun ke depan target swasembada nasional bisa terwujud dengan lebih terarah.

    “Sehingga dalam lima tahun itu, step stone-nya jelas. Step-step-nya, apa itu namanya, tahapan-tahapannya itu jelas,” ujarnya.

    Menurutnya, kebangkitan sektor pertanian menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memperkuat swasembada pangan, sebab kedaulatan pangan merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi.

    Sudaryono mencontohkan Qatar negara gurun yang mampu mengelola sapi perah dengan fasilitas pendingin, meski biayanya tinggi, demi memastikan ketahanan pangan tanpa bergantung impor.

    “Nah, sapi perahnya itu kan panas. Kok bisa dia dikasih AC, dikasih pendingin, harga satu liter susunya tentu saja mahal sekali. Tapi itu dia lakukan. Demi apa? Demi tidak tergantung (impor), tidak mengkonversi kekayaan alam, minyak dan gasnya menjadi pangan,” bebernya.

    Ia menegaskan Indonesia justru lebih beruntung karena memiliki kondisi alam yang mendukung, sehingga beternak sapi atau mengembangkan komoditas pangan bisa dilakukan lebih mudah dengan potensi besar.

    “Kita harus melakukan hal yang sama. Dan kita kan nggak kayak Qatar. Kita ini kan mau pelihara sapi, tinggal pelihara aja, cari tempat yang tinggi, lebih mudah. Jadi, kita diberi kemudahan yang lebih besar dibanding negara lain,” ucap Wamentan.

    Dengan keunggulan tersebut, menurutnya Indonesia tidak memiliki alasan untuk menunda swasembada, sebab kebutuhan pangan bersifat mendesak dan harus dipenuhi segera demi kesejahteraan rakyat.

    “Maka ini tidak bisa ditawar lagi, ini adalah suatu keharusan, maka harus kita lakukan. Perut tidak bisa ditunggu. Kata Bung Karno, ‘stomach cannot wait’,” kata Wamentan mengutip Bung Karno.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemenko Pangan komitmen wujudkan ketahanan pangan berkelanjutan

    Kemenko Pangan komitmen wujudkan ketahanan pangan berkelanjutan

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) menegaskan komitmen mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan melalui peningkatan produksi, perbaikan distribusi, stabilisasi harga, serta dukungan program nasional demi kesejahteraan petani dan masyarakat.

    “Kami sampaikan bahwa ketahanan pangan ini menjadi penting bagi Indonesia,” kata Deputi Bidang Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan Nani Hendiarti saat menjadi pembicara dalam kegiatan Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9).

    Dia menegaskan pentingnya ketahanan pangan bagi Indonesia, mengingat kebutuhan pangan terus meningkat dan sesuai dengan janji Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan sektor ini sebagai prioritas pembangunan nasional jangka panjang.

    Dikatakan Pemerintah terus menjalankan berbagai upaya dan program nasional terkait swasembada pangan, dengan fokus pada peningkatan produksi, ketersediaan cadangan pangan, serta perbaikan distribusi agar penyaluran berjalan lancar dan tepat sasaran.

    “Dari sisi kaitannya dengan janji Bapak Presiden ini ada khusus mengenai hal tersebut. Sehingga kita terus melakukan upaya dan program-program nasional yang terkait dengan swasembada pangan,” ujarnya.

    Menurutnya kondisi sektor pangan di Indonesia menunjukkan capaian positif berkat kerja keras berbagai kementerian, lembaga, serta dukungan masyarakat, meskipun tantangan besar masih harus diatasi untuk menjaga ketersediaan pangan berkelanjutan.

    Dia menyebutkan stok beras nasional mencapai 4,23 juta ton per Juli 2025, yang terus dipantau pemerintah, dengan perhatian khusus tidak hanya pada peningkatan jumlah stok, tetapi juga pada efektivitas distribusi ke seluruh wilayah.

    Hanya saja, dia menuturkan permasalahan distribusi beras menjadi fokus pembahasan intensif pemerintah, karena penyaluran tidak hanya terkait cadangan pangan dan bantuan sosial, melainkan juga untuk mendukung program stabilisasi harga pangan yang dikenal sebagai Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP).

    “Karena memang PR-nya itu ternyata bukan hanya bagaimana meningkatkan stok tapi juga memastikan penyalurannya bisa sejalan dan bagus. Jadi ini PR sekarang ini kita juga sedang membahas dengan intens terkait dengan penyaluran,” bebernya.

    Lebih lanjut dia menyebutkan indeks Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan sebagai salah satu capaian penting, yang menunjukkan perbaikan kesejahteraan petani, meskipun masih perlu langkah berkelanjutan agar manfaatnya dirasakan lebih merata.

    Pemerintah menegaskan pentingnya konsep green dan sustainability dalam kebijakan pangan, sehingga ketahanan pangan tidak hanya terwujud dalam jangka pendek, tetapi juga terjamin untuk generasi mendatang melalui sistem yang berkelanjutan.

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional meningkat 0,76 persen menjadi 123,57 pada Agustus 2025 dari sebelumnya 122,64 pada Juli 2025.

    “Peningkatan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik 0,84 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) naik sebesar 0,08 persen,” kata Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Rilis BPS di Jakarta, Senin (1/9).

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Wamentan: Produksi beras 2025 surplus 3,5 juta ton, tidak perlu impor

    Wamentan: Produksi beras 2025 surplus 3,5 juta ton, tidak perlu impor

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menegaskan produksi beras nasional pada 2025 diproyeksikan surplus 3,5 juta ton sehingga kebutuhan dalam negeri tercukupi tanpa perlu melakukan impor beras dari negara lain hingga akhir tahun.

    “Menurut catatan BPS (Badan Pusat Statistik), maka di akhir Desember (2025) nanti diperkirakan (produksi beras) surplus 3,5 juta ton dibanding tahun lalu, sehingga bisa dipastikan, insya Allah kalau ini berjalan sebagaimana mestinya, harusnya kita tidak impor beras di tahun ini,” kata Wamentan di Jakarta, Rabu (10/9).

    Wamentan Sudaryono menyampaikan produksi beras nasional hingga akhir tahun 2025 diperkirakan mencapai 33 hingga 34 juta ton. Angka itu menunjukkan surplus sekitar 3,5 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya.

    “Kita, berdasarkan hitungan sementara ini, produksi beras (hingga akhir tahun 2025) sekitar 33 atau 34 juta ton ya hasil produksi kita, surplus tiga koma sekian juta ton. Sesuai dengan prediksinya,” ujarnya ditemui seusai membuka Seminar Nasional Mahasiswa Pertanian yang tergabung dalam Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (Popmasepi).

    Kendati demikian, Wamentan tidak menyebutkan secara rinci berapa jumlah produksi beras secara nasional pada akhir tahun 2024. Hanya saja dia memastikan produksi tahun ini lebih tinggi dari sebelumnya.

    Berdasarkan pemberitaan ANTARA pada Senin (30/12/2024), Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa total produksi beras dalam negeri mencapai 30 juta ton lebih akhir Desember 2024.

    Lebih lanjut, Wamentan menegaskan Kementerian Pertanian hanya menghitung luas tanam, sementara jumlah panen menjadi kewenangan Badan Pusat Statistik (BPS) yang secara rutin melakukan evaluasi nasional.

    Sudaryono menjelaskan jika semakin banyak lahan ditanami padi, maka potensi hasil panen akan meningkat, sehingga tren produksi nasional diperkirakan lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mengalami fluktuasi produksi.

    Ia menambahkan, berbagai faktor mendorong peningkatan produksi, mulai dari penggunaan alat mesin pertanian modern, distribusi pupuk yang lancar, pompanisasi yang optimal, hingga kondisi cuaca yang relatif mendukung kegiatan budidaya petani.

    Menurutnya, kebijakan Kementerian Pertanian juga berperan besar, termasuk pendampingan intensif melalui penyuluh pertanian, yang memperkuat semangat petani untuk menanam lebih luas dan meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan.

    Sudaryono menegaskan harga gabah di tingkat petani sebesar Rp6.500 per kilogram memberi insentif penting, karena mampu meningkatkan motivasi petani untuk memperluas areal tanam padi di berbagai sentra produksi.

    “Karena nanam banyak, maka otomatis panennya lebih banyak. Tapi kami tidak menghitung jumlah panennya. Panennya kan kita dievaluasi terus oleh Badan Pusat Statistik,” kata Wamentan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: M Razi Rahman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.