Cara Petani Desa Gadingsari di Bondowoso Usir Hama Tikus, Gunakan Jerami dan Belerang

Cara Petani Desa Gadingsari di Bondowoso Usir Hama Tikus, Gunakan Jerami dan Belerang

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Sejumlah petani di Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, Bondowoso, Jawa Timur menggunakan jerami dan belerang untuk mengusir hama tikus.

Pantauan di lapangan, penggunaan bahan alam ini dilakukan dengan alat emposan yang berbentuk seperti knalpot.

Emposan ini selanjutnya akan diisi dengan bubuk belerang, dan jerami kering yang kemudian dibakar. Tuas pada alat tersebut diputar untuk menghasilkan asap.

Menurut Dedi Ahmad Muslim, petani asal Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, asap tersebut selanjutnya akan dimasukkan ke dalam lubang rumah tikus sawah.

“Terus ditutup dengan tanah lubangnya,” jelasnya di sela-sela melakukan pengasapan menggunakan emposan pada Kamis (27/2/2025).

Ia menjelaskan setelah itu akan terlihat tikus-tikus ini mati. Baik anakan atau pun induknya.

Selama ini, para petani di rumahnya kerap menggunakan pestisida kimia atau perangkap saat mengusir tikus di sawah. Namun hal itu dinilainya kurang efektif.

Karena, jika menggunakan perangkap maka ada banyak perangkap yang harus disiapkan.

Sementara jika menggunakan pestisida kimia, kata pria akrab disapa Muslim itu, sangat kontradiktif dengan gerakan saat ini di desanya yang tengah menggalakkan pertanian organik.

Maka, PPL Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso mengajarkan cara penggunaan jerami dan belerang.
“Ini sangat efektif dan juga tidak menggunakan kimia,” jelasnya.

Kata Muslim, memang saat ini alat emposannya masih mendapatkan pinjaman dari PPL. Untuk itu, diharapkan ke depan DPKP Bondowoso bisa  memberikan bantuan alat emposan pada petani di desanya.

Lebih-lebih,  akhir-akhir ini di desanya para petani sedang mengeluhkan banyaknya hama tikus pada musim ini. Bahkan, terjadi penurunan produktivitas hasil padi.

“Kami berharapnya petani bisa mendaparkan bantuan alat emposan itu. Karena kalau beli per satuannya Rp 400ribu,” ungkapnya.

Keluhan terkait menurunnya hasil padi juga  disampaikan oleh petani paruh baya di desa yang sama. Yakni Supiya alias Rahmini (70), yang punya sawah sekitar 300 m⊃2;.

Pada musim tanam sebelum-sebelumnya, Supiya biasanya menghasilkan padi 10 sak dengan estimasi per sak 25 kilogram gabah basah. Namun, pada musim tanam hari ini ada banyak tikus yang memakan tanaman padinya.

“Belum selesai semua, tapi perkiraan saya cuma 5 sak paling musim sekarang,” ujarnya

Ia sendiri tak paham mengapa akhir-akhir ini tikus lebih banyak dibanding biasanya. Supiya mengaku akan mencoba langsung cara emposan yang diajarkan oleh PPL DPKP Bondowoso.

Lebih-labih alat emposannya bisa digunakan bergantian sesama petani disini selama masih dipinjami oleh PPL.

PPL Desa Gadingsari, Kecamatan Binakal, Cahyo Nur menjelaskan, ini merupakan metode baru yang diyakini sangat efektif dan efisien. Karena, bahannya murah dan mudah ditemukan oleh petani.

Efektif karena tikus ketika di dalam lubang ruangnya terbatas. Maka, dengan emposan ini tikus akan terperangkap. Di lain sisi, jika hanya menggunakan pestisida tikus yang mati hanya tikus jantan. Karena yang mencari makan adalah tikus jantan. Sementara tikus betina dan anakan tidak akan mati karena berada di dalam lubang.

“Tikus tentunya mati, termasuk indukan dan anak-anaknya,” ujarnya.

Ia memastikan cara ini dinilai juga aman untuk kesuburan tanah. Karena, belerang  bisa jadi bahan nutrisi bagi tanaman.

“Karena salah satu dari sumber nutrisi itu unsur hara yang diperlukan adalah belerang,” pungkasnya.