TRIBUNJATIM.COM – Terungkap cara pelaku bawa masuk mesin cetak uang palsu ke perpustakaan UIN Makassar.
Mesin untuk mencetak uang palsu dimasukkan ke Kampus II UIN Alauddin Makassar (UIN) oleh Andi Ibrahim dan rekan-rekannya saat keadaan sepi.
Kampus II UIN Alauddin sendiri terletak di Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Di perpustakaan kampus tersebut, para pelaku mencetak uang palsu.
Mesin cetak berukuran besar itu dibawa masuk oleh para tersangka ke kampus pada malam hari.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, menjelaskan bahwa setelah dilakukan rekonstruksi, pihaknya memahami bagaimana mesin cetak uang palsu yang diperkirakan memiliki berat hampir 3 ton itu bisa masuk ke kampus.
“Tersangka membawa mesin cetak uang palsu ke kampus menggunakan papan untuk memudahkan mendorongnya,” katanya.
“Saat rekonstruksi, kami mencoba mengangkat mesin tersebut dengan 25 personel, namun tidak bisa. Namun, jika didorong menggunakan papan, mesin itu bisa masuk. Pada rekonstruksi tersebut, beberapa lantai juga pecah ketika mesin dimasukkan ke sebuah ruangan bekas toilet di perpustakaan,” tambah dia.
Luas ruangan tempat mesin cetak uang palsu disimpan adalah sekitar 2 x 4 meter persegi.
Di dalam ruangan itu, mesin dicatat sudah diberi peredam suara berupa gipsum yang di dalamnya terdapat gabus.
“Jika terdengar suara, hanya terdengar samar-samar dari dalam,” ujar Kapolres.
Ia menambahkan bahwa saat mendengar suara itu, staf sempat menanyakannya kepada tersangka, yang kemudian menjawab bahwa mereka sedang mencetak buku, sehingga kecurigaan pun hilang.
Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar, menyebutkan bahwa mesin cetak besar tersebut dibawa menggunakan forklift. Saat mesin dibawa masuk ke kampus, tersangka sempat ditanya oleh petugas keamanan setempat.
Namun, mereka berdalih bahwa mesin itu digunakan untuk mencetak buku yang akan disimpan di perpustakaan.
Personel polisi melihat kondisi mesin cetak yang merupakan alat bukti kasus pembuatan dan peredaran uang palsu di Mapolres Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (17/12/2024). (ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Sebelumnya, Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono mengungkapkan bahwa selain Andi Ibrahim, ada seorang pengusaha yang menjadi otak dari pabrik uang palsu tersebut, yang berinisial ASS.
Rumah pengusaha ini, yang terletak di Jalan Sunu, Kota Makassar, merupakan salah satu tempat pembuatan uang palsu.
Setelah mengungkap keberadaan uang palsu di Jalan Sunu, polisi melakukan pengembangan yang mengarah ke Kampus UIN Alauddin Makassar.
“Awalnya produksi uang palsu dilakukan di rumah ASS di Jalan Sunu, Kota Makassar. Namun, karena mereka membutuhkan kapasitas lebih besar, mesin yang lebih besar dibawa ke UIN Alauddin,” jelas Kapolda.
Alat untuk mencetak uang palsu yang ditemukan di perpustakaan UIN Alauddin tersebut, yang dibeli seharga Rp600 juta, diimpor dari China melalui Surabaya.
“Mesin ini dibeli seharga Rp600 juta di Surabaya, namun dipesan dari China. Mesin itu kemudian dimasukkan oleh tersangka berinisial AI ke kampus di Gowa,” ujar Kapolda.
Kapolda juga menyatakan bahwa ada tiga individu yang memiliki peran sentral dalam kasus ini, salah satunya adalah ASS.
“Mereka yang berada di belakang 17 orang tersangka lainnya, dengan peran yang berbeda. Namun, peran utama ada pada saudara AI, S, dan ASS, serta beberapa DPO,” ujarnya.
Kapolda juga berjanji untuk segera menangkap tiga tersangka yang masih buron.
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com