Bupati Pati Sudewo Melunak: Batalkan Kenaikan PBB 250 Persen, Minta Maaf Tantang Warga

Bupati Pati Sudewo Melunak: Batalkan Kenaikan PBB 250 Persen, Minta Maaf Tantang Warga

Terkait pernyataannya yang menimbulkan kesalahpahaman di publik, Sudewo juga memberikan klarifikasi.

“Saya juga minta maaf atas pernyataan ‘lima ribu silakan, lima puluh ribu massa silakan’. Tidak ada niat untuk menantang rakyat, apalagi rakyat saya sendiri,” tegasnya.

Dia berkomitmen untuk terus terbuka terhadap kritik dan masukan demi kemajuan Kabupaten Pati.

“Saya menyadari masih banyak kekurangan. Saya masih harus banyak belajar dan berguru. Saya terbuka terhadap semua masukan yang membangun demi Pati yang lebih baik,” ucapnya.

Sudewo kembali mengajak seluruh elemen masyarakat menjaga situasi yang kondusif agar pembangunan daerah dapat berjalan optimal.

“Saya ingin menjadi pemimpin yang amanah. Pembangunan RSUD Soewondo, perbaikan infrastruktur jalan, pendidikan karakter, dan penguatan sektor pertanian akan terus kami lanjutkan. Mohon dukungan dari seluruh masyarakat,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Sudewo juga mengapresiasi antusiasme warga Kabupaten Pati menyemarakkan prosesi Kirab Boyongan Kabupaten Pati.

Kirab yang menjadi puncak rangkaian Hari Jadi ke-702 Kabupaten Pati itu, digelar meriah pada hari yang sama. Kegiatan ini diikuti oleh Bupati, Wakil Bupati, jajaran Forkopimda, DPRD, pimpinan OPD, camat, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pelajar dan pegiat budaya.

Prosesi dimulai dari Genuk Kemiri, diawali dengan pengambilan air suci oleh Kepala Desa Sarirejo dan juru kunci, disambut dengan tari tradisional Eka Prawira dan Bedhaya.

Doa dan gelar bregodo pun mengawali prosesi kirab yang menyusuri jalan-jalan kota, mulai dari Gemeces, Jalan Pemuda, melintasi Alun-Alun hingga finis di Kantor Bupati.

Sepanjang rute, masyarakat menyambut antusias rombongan peserta kirab yang mengenakan busana adat, membawa pusaka, dan melibatkan prajurit simbolik dari tiga kadipaten cikal bakal Kabupaten Pati: Mojosemi, Paranggaruda, dan Carangsoka.

Kirab juga diramaikan oleh pawai marching band, rombongan duta budaya, Paskibra, sanggar budaya, dan prajurit simbolik dari berbagai desa.

Setibanya di Pendopo Kabupaten, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Gongcik, Tari Golek Mugi Rahayu, hingga peletakan pusaka, dan pembacaan suluk oleh dalang.

Bupati Sudewo dalam pidatonya yang disampaikan dalam Bahasa Jawa menegaskan bahwa kirab ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah dan budaya leluhur.

“Kirab ini adalah simbol perjalanan sejarah Kabupaten Pati, dan harus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga identitas dan nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

Sebagai penutup, dilakukan penanaman pohon beringin dan selametan sebagai bentuk doa dan harapan untuk masa depan Pati yang lebih baik.

Reporter : Arief Pramono