Bupati Blora: Kita Harus Bangga dengan Pramoedya
Tim Redaksi
BLORA, KOMPAS.com –
Festival Seabad Pramoedya
Ananta Toer yang digelar di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, selama tiga hari, sejak Kamis (6/2/2025) hingga Sabtu (8/2/2025), tidak sepenuhnya berjalan sesuai rencana.
Salah satu agenda yang batal dilaksanakan adalah penamaan
Jalan Pramoedya Ananta Toer
.
Keputusan tersebut diambil setelah ormas Pemuda Pancasila menolak rencana penamaan jalan, dengan alasan bahwa Pramoedya Ananta Toer dianggap memiliki keterkaitan dengan paham komunis atau radikal kiri.
Menanggapi hal ini, Bupati Blora, Arief Rohman, menegaskan bahwa Pramoedya merupakan maestro sastra yang karyanya diakui dunia.
“Saya kira kita harus menghargai beliau, baik sebagai tokoh sastra dunia. Karya-karyanya diakui oleh dunia. Sebagai warga Blora, mestinya kita bangga dengan beliau,” ujar Arief kepada wartawan di Goa Terawang, Kecamatan Todanan, Jumat (7/2/2025).
Politikus PKB ini juga menyoroti kehadiran Fadli Zon, Menteri Kebudayaan RI, dalam Festival Seabad Pramoedya, yang menurutnya merupakan bentuk pengakuan negara terhadap sosok penulis buku “Bumi Manusia” tersebut.
“Saya kira dengan hadirnya Pak Menteri Kebudayaan, berarti ada pengakuan negara dalam upaya rekonsiliasi. Ini penting agar kita bisa lebih memahami bagaimana karya sastra Pram mengangkat nama Blora. Saya kira kita sepakat untuk menatap masa depan,” terangnya.
Sebelumnya, rencana penamaan jalan baru di Blora dengan nama sastrawan Pramoedya Ananta Toer mendapat penolakan dari ormas Pemuda Pancasila (PP).
Penolakan nama jalan yang berlokasi di jalan baru dari perempatan Kelurahan Beran menuju Pasar Sido Makmur Blora tersebut diwujudkan melalui surat imbauan.
Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Kabupaten Blora, Munaji, menyatakan bahwa alasan utama penolakan ini adalah karena belum adanya kajian mendalam sebelum penetapan nama jalan tersebut.
“Karena belum dikaji awalnya, itu juga masih persiapan, terus latar belakang informasi yang didapat dari BIN dan BAIS Mabes TNI bahwa itu ada unsur dugaan keterlibatan C komunis,” ujar Munaji saat dihubungi Kompas.com, Kamis (6/2/2025).
Munaji menambahkan bahwa seharusnya nama jalan diberikan kepada sosok yang memiliki jasa besar terhadap bangsa Indonesia, terutama yang terkait dengan perjuangan kemerdekaan.
“Karena biasanya penamaan jalan ini kaitan dengan pahlawan kemerdekaan atau orang yang berjuang,” lanjutnya.
Sebagai alternatif, Pemuda Pancasila mengusulkan nama lain yang dianggap lebih layak untuk diabadikan sebagai nama jalan di Blora, seperti Tirto Adhi Soerjo atau Samin Surosentiko, yang dinilai memiliki kontribusi besar bagi Blora dan Indonesia.
“Kan ada orang yang berjasa untuk Blora seperti bapak wartawan Tirto Adhi Soerjo, karena beliau ini benar-benar pejuang wartawan, kan bisa saja dijadikan Jalan Tirto, atau Jalan Samin Surosentiko,” kata Munaji.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/02/06/67a47e1316e8a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)