Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Sempat Keluarkan Bau Tak Sedap Megapolitan 5 Oktober 2025

Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Sempat Keluarkan Bau Tak Sedap
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Oktober 2025

Bunga Bangkai Suweg Mekar di Jaksel, Sempat Keluarkan Bau Tak Sedap
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Bunga bangkai jenis suweg (Amorphophallus paeoniifolius) mekar di halaman belakang rumah pasangan suami-istri Asmat (60) dan Marsiah (55) di Jalan Srengseng Sawah No. 62 RT 03 RW 09, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Pantauan
Kompas.com
pada Minggu (5/10/2025), bunga yang sempat menarik perhatian warga itu kini sudah tak lagi berair, bagian kelopak mulai mengering, dan tidak lagi mengeluarkan bau menyengat.
“Awalnya kami enggak tahu itu bunga apa. Bentuknya dulu kayak merdung, belum jelas bunga. Baru pas kuncupnya muncul dua mingguan kemudian, kelihatan besar,” kata Marsiah saat ditemui
Kompas.com
di rumahnya, Minggu.
Bunga yang tumbuh di rumah Asmat dan Marsiah menjadi perhatian warganet setelah akun
Instagram
@jagakarsa_update mengunggah momen saat bunga tersebut mekar sempurna pada Jumat (3/10/2025) sekitar pukul 18.30 WIB.
Unggahan itu memperlihatkan bunga dengan tinggi sekitar 60 sentimeter yang tumbuh dan langsung menyebarkan aroma khas menyengat.
Marsiah sempat mencari tahu melalui internet dan menemukan bahwa bunga tersebut adalah jenis suweg, bukan Rafflesia arnoldii seperti yang banyak dikira warganet.
“Katanya, untuk bisa mekar umbinya harus berat dan usianya puluhan tahun. Jadi wajar kalau sekarang baru tumbuh lagi, karena tanahnya memang dari dulu subur dan belum pernah digali,” ujar dia.
Marsiah mengatakan, bunga serupa pernah tumbuh di lokasi yang berjarak tiga meter pada tahun 2012, namun tidak mekar sempurna.
“Dulu kehalang tembok, jadi cuma setengah mekar. Kalau sekarang bagus banget, warnanya merah jingga. Tingginya kira-kira 60 sentimeter,” kata dia.
Mekarnya bunga tersebut sempat mengundang perhatian warga sekitar.
Beberapa di antaranya bahkan datang dari luar daerah setelah unggahan soal bunga itu beredar di media sosial.
“Saya cuma kirim fotonya ke grup warga, enggak niat buat viral. Tapi ternyata banyak yang datang, katanya mau lihat bunga bangkai,” ujar Marsiah sambil tersenyum.
Menurut Asmat, bunga suweg di halaman rumahnya itu tumbuh alami tanpa ditanam secara sengaja.
“Kita enggak pernah nanam. Tanah di sini bekas kebun, dari dulu subur. Waktu pandemi banyak tanaman lain juga, kayak cabai, jambu, sama alpukat,” ujar dia.
Asmat mengaku sempat mencium bau menyengat sejak sore sebelum bunga itu mekar.
“Baunya kuat banget, dari sore sampai pagi. Tapi cuma sehari saja, setelah itu hilang sendiri,” katanya.
Asmat menambahkan, di sekitar lokasi tumbuhnya bunga itu masih ada banyak batang suweg lain yang belum mekar.
“Yang jadi daun saja ada puluhan. Mungkin nanti ada lagi yang mekar di tempat lain,” kata Asmat.
“Cuma kan untuk jadi bunga atau mekar itu pasti enggak semuanya. Rata-rata jadi pohon atau daun yang nanti isinya umbian,” ujar dia.
Marsiah dan Asmat juga memperlihatkan bahwa jika bibit bunga tersebut tidak tumbuh jadi bunga, akan menjadi batang daun biasa.
“Kebanyakan enggak tumbuh jadi bunga, tapi ini ada yang jadi daun, kita biarkan bisa tinggi banget sampai 3 meter,” tutur Asmat sambil menunjuk batang daun.
Dari hasil pengamatan, bunga yang tumbuh di rumah Asmat dan Marsiah tergolong dalam genus Amorphophallus, famili talas-talasan (Araceae).
Jenis ini dikenal dengan nama Suweg (Amorphophallus paeoniifolius), kerabat dekat bunga bangkai raksasa Amorphophallus titanum yang menjadi ikon Kebun Raya Bogor.
Bunga Suweg memiliki struktur khas berupa spadix (tongkol bunga) yang menjulang di tengah dan spathe (seludang) berwarna gelap, sering kali merah hati atau ungu kecokelatan di bagian luar, dengan bagian dalam kekuningan.
Meski baunya menyengat seperti bangkai, ukuran Suweg relatif lebih kecil, umumnya setinggi 30–70 sentimeter.
Bunga ini dikenal langka karena memiliki siklus hidup panjang dan hanya mekar sekali dalam beberapa tahun.
Di sejumlah daerah di Indonesia, kemunculan bunga suweg sering dikaitkan dengan pertanda datangnya musim hujan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.