BUMN: TransJakarta

  • Ini komentar Pramono terkait mobil dinas penerobos jalur Transjakarta

    Ini komentar Pramono terkait mobil dinas penerobos jalur Transjakarta

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo berharap mobil dinas penerobos jalur Transjakarta koridor 13 pada Rabu pagi (24/9) di sekitar Halte Kebayoran, dapat diketahui pemiliknya.

    “Dan saya berdoa mudah-mudahan yang menggunakan pelat merah itu ketahuan,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, jika pihaknya mengetahui hal itu maka sudah pasti disertai tindakan untuk menyetop kendaraan itu karena sekarang ini, sudah tidak boleh semena-mena antara lain misalnya menggunakan “tot tat tot tot”, menggunakan jalur busway dan sebagainya.

    Pramono mengatakan, di era media sosial hal tersebut, kini akan sangat mudah bagi masyarakat mengetahui atau menyebar luaskan hal tersebut.

    Kemudian, setelah itu, sambung Pramono, perbuatan itu akan mendapat kecaman dari masyarakat.

    “Dan ini pasti di-‘bully’-lah oleh publik. Eranya sudah era digital. Sehingga orang dengan sangat gampang untuk mengetahui,” kata Pramono.

    Sebelumnya, viral di media sosial sebuah video yang memperlihatkan mobil berpelat merah melintas di jalur Transjakarta koridor 13 yang beroperasi jurusan Tegal Mampang hingga CBD Ciledug.

    Peristiwa penerobosan busway ‘koridor langit’ itu terjadi pada Rabu (24/9) pagi di sekitar kawasan Halte Kebayoran.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 5
                    
                        Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
                        Megapolitan

    5 Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto Megapolitan

    Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kemacetan parah terjadi di sepanjang Jalan Letjen S Parman, Slipi, hingga Jalan Gatot Subroto, Semanggi, pada Rabu (24/9/2025) sore hingga malam hari.
    Kemacetan itu terjadi sejak sekitar pukul 15.30 WIB dan baru mulai terurai menjelang tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB.
    Kemacetan di jalan itu membuat kepadatan kendaraan turut merambah ke wilayah di sekitarnya, seperti Palmerah, Cideng, Petamburan, dan Tanah Abang.
    Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin menjelaskan, kemacetan parah ini dipicu oleh beberapa faktor yang terjadi bersamaan.
    Namun, faktor utamanya adalah penutupan Gerbang Tol (GT) Semanggi 1 yang masih dalam perbaikan setelah insiden pembakaran oleh orang tidak dikenal saat aksi unjuk rasa pada Agustus 2025.
    “Kemacetan ini dampak karena Gerbang Tol Semanggi 1 saat ini ditutup untuk beberapa hari ke depan,” ujar Komarudin kepada Kompas.com, Rabu.
    Sementara itu, GT Semanggi 2 yang seharusnya menjadi alternatif justru juga tak bisa beroperasi secara optimal karena hanya ada satu gardu yang dibuka, sedangkan yang lain juga tengah mengalami perbaikan.
    Komarudin mengatakan, banyaknya aksi saling serobot jalur pengendara di jalan arteri dari jalur kiri ke kanan untuk masuk tol juga memperparah kondisi kemacetan.
    Akhirnya, pengendara mobil terpaksa harus beralih dan menumpuk untuk memasuki jalan tol di GT Kuningan.
    Tak hanya itu, jalan tol dari arah Grogol menuju Cawang juga tersendat akibat kendaraan tak bisa keluar dari tol imbas kemacetan di jalan arteri.
    “Tol yang dari arah Bandara itu tersumbatnya di off ramp keluaran Semanggi. Ini karena jalan arterinya tidak bergerak,” kata Komarudin.
    Sementara itu, lalu lintas di Slipi, terutama dari arah Gedung DPR RI menuju Grogol, tersendat akibat banyaknya kendaraan yang terjebak di tengah kemacetan saat memutar balik.
    Selain itu, Komarudin juga menyebut adanya sebuah bus yang mogok di tanjakan
    flyover
    Slipi karena terjebak kemacetan sehingga menambah kepadatan menuju Jalan Gatot Subroto.
    Transportasi umum Transjakarta menjadi salah satu yang terdampak paling parah dari kemacetan tersebut.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, diperkirakan terdapat hingga 20 bus Transjakarta yang terjebak di dalam kemacetan di sepanjang Jalan Letjen S Parman.
    Rudi (28), warga asal Bogor, Jawa Barat, mengaku harus menempuh perjalanan dari Grogol menuju Slipi selama lebih dari empat jam menggunakan Transjakarta, sejak pukul 17.00 WIB hingga sekitar pukul 21.00 WIB.
    “Saya naik dari Halte Grogol Reformasi. Empat jam perjalanan, gila banget dah. Dari jam 5 sore saya naik bus, baru turun ini jam 9,” ucap Rudi.
    Setibanya di Petamburan, Rudi memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanannya menerobos kemacetan menuju Stasiun Palmerah dan menaiki kereta ke Bogor.
    Irwan (37) justru membagikan momen unik dalam perjalanannya di Transjakarta yang berlangsung selama lebih kurang tiga jam dari Halte Widya Chandra Telkomsel menuju Halte Grogol Petamburan.
    Irwan mengatakan, sejumlah orang bersolidaritas memberikan kursinya kepada penumpang yang tak mendapat kursi dan harus berdiri selama perjalanan. Kursi itu untuk diduduki secara bergantian oleh penumpang, meski tak satu pun dari mereka termasuk sebagai penumpang prioritas.
    Di sisi lain, Salma (25) justru membagikan kisahnya turun di tengah jalan dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki imbas bus Transjakarta yang dinaikinya terjebak macet berjam-jam.
    “Saya sama orang-orang pada turun di Slipi Kemanggisan, terus jalan kaki sampai Petamburan,” ungkap Salma (25), seorang penumpang Transjakarta rute PIK-Blok M.
    Berjalan kaki sepanjang lebih kurang satu kilometer harus ditempuh Salma melewati jalur tol, keluar ke jalan arteri, hingga bergerak ke arah Petamburan.
    Di sepanjang jalan, ia bahkan melihat penumpang dengan koper keluar dari mobil dan berjalan kaki di pinggir tol.
    “Bahkan kayaknya ada Grab/Go-Car yang penumpangnya juga ikut turun karena tadi lihat ada yang bawa-bawa koper juga di pinggir tol,” kata dia.
    Tak hanya kendaraan berukuran besar seperti mobil atau Transjakarta, kendaraan roda dua juga mengalami pengalaman horor serupa saat melintasi macet.
    Zaki (33) mengaku harus menempuh jarak tiga kilometer perjalanan dengan durasi waktu 1,5 jam imbas kemacetan yang juga meluber hingga ke perkampungan.
    Padahal, jarak tersebut biasanya dapat ditempuh selama sekitar 10 atau 15 menit.
    “Parah, macet banget pokoknya. Sampai keringetan di jalan ini saya. Enggak bergerak sama sekali, motor aja enggak bisa nyelip,” kata Zaki.
    Senada, Pras, pengendara yang melintas dari Jalan Panjang, Kebon Jeruk, juga mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menuju Palmerah.
    “Kayaknya jaraknya juga enggak seberapa, biasanya paling 10 atau 15 menit. Ini saya udah dua jam di jalan, mau pulang kerja,” ucap Pras.
    Pemandangan unik terpampang di SPBU Palmerah, yang secara mendadak dijadikan tempat beristirahat oleh berbagai pengemudi mobil yang mengaku tak kuat menghadapi kemacetan.
    Mereka memilih untuk menepi dan beristirahat di SPBU dibanding harus menguras tenaga dengan berada di tengah kemacetan selama berjam-jam.
    Terlihat parkiran mobil dipadati pengendara yang beristirahat dengan pintu mobil terbuka, bak tengah berada di
    rest area
    jalan tol pada masa mudik Lebaran.
    “Ini harusnya balik lagi ke Cawang. Tapi, enggak sanggup dah kalau harus ngelewatin macet begitu. Mending saya nunggu tengah malem aja, enggak dikejar apa-apa juga,” kata Arif (39), seorang sopir travel.
    Meski anak istrinya menunggu di rumah, Arif memilih untuk beristirahat agar dapat melanjutkan perjalanan dengan aman.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polisi Ingatkan, Flyover Pesing Tergolong JLNT, Bukan untuk Motor Roda Dua

    Polisi Ingatkan, Flyover Pesing Tergolong JLNT, Bukan untuk Motor Roda Dua

    JAKARTA – Polres Metro Jakarta Barat mengimbau pemotor agar tidak melintasi jalan layang (flyover) Pesing menyusul kecelakaan yang menewaskan seorang pengendara akibat terlindas truk di lokasi tersebut pada Selasa, 23 September.

    Selain kecelakaan tersebut, jalan layang itu juga termasuk dalam kategori Jalan Layang Non Tol (JLNT) yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda dua.

    Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satlantas Polres Metro Jakarta Barat AKP Sudarmo menyebutkan jalur flyover Pesing itu tergolong sempit, memiliki hembusan angin cukup kencang, dan sudah menelan banyak korban akibat kecelakaan lalu lintas.

    “Sudah ada rambu yang terpasang jelas, motor dilarang melintas di jalur ini. Imbauan ini demi keselamatan bersama, karena jalur tersebut rawan kecelakaan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa,” ucap Sudarmo, dikutip dari ANTARA, Rabu, 24 September.

    Selama ini, pihaknya rutin melakukan sosialisasi melalui spanduk, flyer, hingga pengeras suara mobil mengenai larangan tersebut.

    “Selain itu, pihak kepolisian juga telah melakukan sejumlah operasi keselamatan hingga menempatkan mobil ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) di lokasi untuk menindak pengendara yang masih nekat melintas,” kata Sudarmo.

    Melalui upaya tersebut, diharapkan masyarakat lebih disiplin dalam berlalu lintas, mematuhi aturan, serta menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama dalam berkendara.

    “Keselamatan adalah hal paling berharga. Mari bersama-sama menjaga diri, keluarga, dan pengguna jalan lain dengan menaati aturan yang ada,” imbau Sudarmo.

    Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di atas flyover Pesing, Jakarta Barat, pada Selasa, 23 September, siang, yang mengakibatkan seorang pengendara motor meninggal dunia di lokasi kejadian.

    Akibat peristiwa tersebut, kemacetan panjang terjadi hingga membuat sejumlah penumpang Transjakarta turun dari bus.

    Kepala Unit Penagakan Hukum Polres Metro Jakarta Barat AKP Joko Siswanto menerangkan korban yang meninggal dunia itu bernama Kasiran (49), mengendarai motor berpelat nomor R 4571 XD.

    Korban tewas terlindas truk yang datang dari arah berlawanan setelah dia menabrak pembatas jalan flyover tersebut.

    Menurut Joko, selain sepeda motor dan truk, kecelakaan maut itu juga melibatkan sebuah mobil pribadi.

    Dia menjelaskan korban yang merupakan warga Kebumen, Jawa Tengah, itu sedang melajukan motornya dari arah timur menuju barat.

    “Sesampainya di dekat tanjakan flyover, korban kehilangan kendali hingga menabrak pembatas jalan,” jelas Joko.

    Akibatnya, motor terpental ke arah berlawanan, sedangkan korban terjatuh dan terlindas oleh truk Hino bak terbuka.

    Tak berhenti sampai di situ, sepeda motor yang terlepas dari kendali itu juga terus melaju dan menabrak mobil Daihatsu boks bernomor polisi B 9970 KCA yang dikemudikan oleh Arif Setiantoko (36), seorang warga Jakarta Selatan.

    Akibat kecelakaan tersebut, motor korban mengalami kerusakan cukup parah, terutama pada bagian depan dan samping kanan.

    “Saat ini, jenazah pemotor sudah dievakuasi ke RSUD Tangerang,” tegas Joko.

  • 5
                    
                        Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
                        Megapolitan

    Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki Megapolitan 24 September 2025

    Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 3 Jam di Slipi, Terpaksa Turun dan Jalan Kaki
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Pengalaman pahit dialami Salma (25), penumpang Transjakarta T31 rute PIK 2–Blok M, yang terjebak macet di kawasan Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam.
    Salma naik Transjakarta sekitar pukul 17.30 WIB dari PIK untuk menuju Blok M. Awalnya, arus lalu lintas masih lancar.
    “Tau-taunya itu macet dari Grogol sampai ke Semanggi
    full
    merah (tanda macet di Google Maps),” kata Salma kepada
    Kompas.com
    , Rabu.
    Salma yang tidak mendapat tempat duduk terpaksa berdiri di dalam bus sambil menahan pegal di tengah kemacetan. Kondisi ini juga dialami belasan penumpang lain.
    Saat jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB, ia bersama penumpang lain memutuskan turun dari Transjakarta meski tanpa halte resmi di daerah Slipi Kemanggisan.
    “Saya sama orang-orang pada turun di Slipi Kemanggisan terus jalan kali sampai Petamburan,” ungkapnya.
    Perjalanan kaki sepanjang kurang lebih satu kilometer harus ditempuh Salma melewati jalur tol, keluar ke jalan arteri, hingga bergerak ke arah Petamburan.
    Menurut Salma, bukan hanya dirinya yang memilih berjalan kaki.
    “Hampir semua (penumpang) yang berdiri itu turun, dari TJ lain juga sama,” ujar Salma.
    Di sepanjang jalan, ia bahkan melihat penumpang dengan koper keluar dari mobil dan berjalan kaki di pinggir tol.
    “Bahkan kayaknya ada Grab/Go-Car yang penumpangnya juga ikut turun karena tadi lihat ada yang bawa-bawa koper juga di pinggir tol,” jelasnya.
    Kesulitan Salma belum berakhir ketika tiba di Petamburan. Upayanya memesan ojek
    online
    (ojol) menuju Stasiun Karet justru ditolak oleh sejumlah pengemudi.
    “Pesan ojol juga pada dibatalkan, pada enggak mau antar karena kondisinya macet. Jadi tadi yang jalan kaki banyak banget,” tuturnya.
    Salma akhirnya baru berhasil mendapat ojol sekitar pukul 21.00 WIB setelah hampir tiga jam terjebak dalam perjalanan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Putaran Balik di Bawah Flyover Slipi Ditutup Rabu Malam untuk Urai Kemacetan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 September 2025

    Putaran Balik di Bawah Flyover Slipi Ditutup Rabu Malam untuk Urai Kemacetan Megapolitan 24 September 2025

    Putaran Balik di Bawah Flyover Slipi Ditutup Rabu Malam untuk Urai Kemacetan
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Polisi memberlakukan rekayasa lalu lintas di kawasan Slipi, Jakarta Barat, pada Rabu (24/9/2025) malam guna mengurai kemacetan yang terjadi di jalur utama.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, petugas lalu lintas menutup putaran balik di bawah
    flyover
    Slipi dengan motor dinas untuk menghalangi akses kendaraan roda empat yang hendak berputar balik.
    “Iya, mobil dialihkan putar baliknya di Tomang,” kata Richo, salah satu petugas Satlantas Polda Metro Jaya kepada
    Kompas.com
    , Rabu.
    Penutupan putaran balik Slipi menuju Semanggi cukup efektif mengurangi kepadatan lalu lintas dari arah Gedung DPR RI ke arah Grogol.
    “Soalnya kan ini salah satu macetnya juga karena kepadatan di U-turn, akhirnya manjang sampai ke Jalan Gatot Subroto,” ucap Richo.
    Meski demikian, arus lalu lintas masih tersendat akibat padatnya kendaraan yang ingin berbelok ke kanan menuju Jalan K.S. Tubun dari persimpangan Slipi Petamburan.
    Sementara itu, kendaraan roda dua tetap bisa berputar balik dengan menyelip di antara motor polisi yang diparkir untuk menutup akses.
    Sejumlah pengemudi ojek
    online
    pun terlihat berhenti di sekitar area putaran balik menunggu penumpang dari bus Transjakarta.
    Meski rekayasa lalu lintas dianggap membantu sebagian pengendara, tidak sedikit yang mengeluhkan pengalihan tersebut.
    Wandi (46), sopir truk yang terjebak macet sejak dari Lebak Bulus, mengaku harus menempuh jarak lebih jauh karena putaran balik Slipi ditutup.
    “Ini kan tinggal muter balik doang. Tapi kalau katanya disuruh ke Tomang, nanti dari Tomang balik ke sini nya macet lagi, bisa dua jam lagi malahan,” kata Wandi kepada
    Kompas.com.
    Ia pun menyiapkan diri menghadapi macet hingga larut malam.
    “Kalau begini mah bisa-bisa sampai tengah malam saya di jalan cuma kena macet doang,” ucapnya sambil menunggu lampu merah.
    Kemacetan ini tidak lepas dari penutupan sementara sejumlah Gerbang Tol Dalam Kota Jakarta.
    Melalui akun X resmi @
    TMCPoldaMetro
    , Ditlantas Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa penutupan gerbang tol Slipi 2, Pejompongan, Semanggi 1, Kuningan 1, serta Slipi arah Tomang oleh Jasa Marga menjadi pemicu utama kepadatan.

    Imbas penutupan gerbang tol mengakibatkan kepadatan arus lalu lintas yang tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu dimohon kepada para pengguna jalan untuk bersabar dan tetap berhati-hati
    ,” tulis TMC Polda Metro.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 5
                    
                        Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
                        Megapolitan

    Cerita Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 4 Jam dari Grogol ke Slipi Megapolitan 24 September 2025

    Cerita Penumpang Transjakarta Terjebak Macet 4 Jam dari Grogol ke Slipi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Kemacetan parah di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2025) malam, menyebabkan sejumlah bus Transjakarta mengular tak bergerak. 
    Penumpang bus Transjakarta, Rudi (28), terjebak macet selama empat jam.
    Rudi menyebut dirinya tengah dalam perjalanan pulang kerja dari kawasan Grogol, Jakarta Barat menuju rumahnya di Bogor, Jawa Barat.
    Dia pulang dari kantornya sekitar pukul 17.00 WIB dan masih terjebak di Slipi, Jakarta Barat, hingga pukul 21.15 WIB.
    “Saya naik dari Halte Grogol Reformasi. Empat jam perjalanan, gila banget dah. Dari jam 17.00 WIB saya naik bus, baru turun ini,” ucap Rudi kepada
    Kompas.com,
    Rabu.
    Dia menyebut kendaraan tak bisa bergerak sama sekali di tengah kemacetan parah di Jalan Letjen S Parman hingga Jalan Gatot Subroto.
    “Apalagi kan banyak motor mobil juga yang masuk jalur
    busway,
    jadinya makin nge-
    stuck
    . Enggak tahu dah, HP saya sampai
    lowbatt
    ini,” keluhnya.
    Dia berencana beristirahat terlebih dahulu karena tak sanggup melanjutkan perjalanan.
    “Wah saya mending nanti lagi deh, mau makan minum dulu. Apalagi harus nyambung naik kereta ke Bogor. Besok berangkat lagi kan pagi buat kerja, balik lagi,” kata dia.
    Senada, Irwan (37) mengaku menempuh perjalanan selama tiga jam menggunakan Transjakarta dari Halte Widya Chandra Telkomsel di kawasan Karet Semanggi, Jakarta Selatan menuju Halte Grogol Petamburan, Slipi, Jakarta Barat.
    “Saya naik dari jam 18.00 WIB. Capek banget karena saya enggak dapet tempat duduk. Banyak yang ngemper juga akhirnya,” kata Irwan kepada
    Kompas.com.
    Beruntung, ada beberapa penumpang yang rela bergantian memberikan tempat duduknya kepada penumpang lain yang berdiri di koridor bus.
    “Yang lucu tuh, di dalem ada beberapa orang yang solid lah. Gantian ngasih tempat duduk buat yang berdiri, padahal sesama cowok,” kata Irwan.
    Selain itu, Irwan mengaku terdapat seorang ibu yang membawa anaknya berusia sekitar tujuh tahun di dalam bus tersebut.
    Anak itu merengek karena berada di dalam bus selama berjam-jam.
    “Untungnya enggak ada yang sampai protes gimana-gimana, walau pasti sama-sama capek juga ya,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jadi contoh nasional, Legislator minta Transjakarta terus berbenah

    Jadi contoh nasional, Legislator minta Transjakarta terus berbenah

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina mengungkapkan bahwa Transjakarta merupakan contoh transportasi publik nasional sehingga perlu terus berbenah setelah adanya kecelakaan beruntun.

    “Kecelakaan ini kan dampaknya sangat tidak bagus. Jadi betul-betul harus menjadi perhatian jajaran Direksi Transjakarta,” kata Wa Ode di Jakarta, Rabu.

    Menurut dia, kecelakaan beruntun yang terjadi pada transportasi umum tersebut perlu dicermati kembali karena Transjakarta merupakan barometer transportasi publik nasional.

    Wa Ode menyarankan agar pimpinan perusahaan daerah itu turun ke lapangan dan mengecek kondisi armada, baik yang dimiliki secara langsung maupun milik operator.

    “Soal pemeliharaannya harus mumpuni. Transjakarta benar-benar harus turun ke operator,” ujarnya.

    Selain itu, kesehatan atau keadaan para pengemudi juga perlu diperhatikan karena kecelakaan itu banyak faktor yang melatarbelakanginya. “Harus benar-benar diperhatikan kesehatan dan kebugaran pramudi,” katanya.

    Sebelumnya, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) akan menjalankan asesmen psikologi yang lebih mendalam kepada seluruh sopir atau pramudi bus Transjakarta demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna.

    Direktur Utama PT Transjakarta, Welfizon Yuza mengatakan keputusan tersebut diambil setelah pihaknya berdiskusi dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sebagai evaluasi layanan Transjakarta yang pada September 2025 beberapa kali mengalami kecelakaan.

    “Kemarin juga ada beberapa masukan dari psikolog yang ada di KNKT untuk kita bisa memperkuat mulai dari proses rekrutmennya,” kata Welfizon di Jakarta, Selasa (23/9).

    Dari hasil diskusi dengan KNKT, pihaknya perlu menyusun standarisasi modul keselamatan pramudi yang tidak hanya meliputi aspek teknik, tetapi juga aspek mental kepada lebih dari 11 ribu pramudi Transjakarta.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan, dua dari tiga kecelakaan Transjakarta yang menabrak bangunan serta kendaraan selama September 2025 disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) dan kondisi psikologis pramudi.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Semanggi-Slipi macet parah, penumpang Tj turun di tengah jalan

    Semanggi-Slipi macet parah, penumpang Tj turun di tengah jalan

    Jakarta (ANTARA) – Penumpang bus Transjakarta dari arah Semanggi menuju Slipi di Jakarta Barat terpaksa turun di tengah jalan imbas kemacetan parah di jalur tersebut pada Rabu malam.

    Pantauan di lokasi pada pukul 19.30 WIB, para penumpang turun dari bus Transjakarta dan berjalan menyusuri Jalan Gatot Subroto, tepatnya di dekat Halte Slipi Petamburan.

    “Tadi kata penumpang yang jalan, dia sudah dari jam 15.00 WIB dalam bus Tj. Kayaknya memang sudah macet dari Semanggi, terus turun di sini dekat Halte Slipi Petamburan,” kata seorang pengguna jalan bernama Mita.

    Mita mengatakan, kendaraan-kendaraan dari arah Semanggi yang hendak putar balik di perempatan Palmerah terpaksa diarahkan oleh petugas ke Jalan KS Tubun atau putar balik di Tomang.

    “Ada keributan di putar balik Palmerah ke arah Semanggi. Makanya mobil-mobil pada ketahan,” kata Mita.

    Adapun kendaraan roda empat yang mengambil lajur paling kanan dari depan Gedung DPR RI ke arah Slipi, hanya dapat menempuh jarak sekitar 800 meter sejak 17.50 WIB.

    Kendaraan roda empat yang mengambil lajur sisi kanan lebih tersendat dibandingkan lajur kiri yang akan berbelok ke arah Stasiun Palmerah maupun simpang setelahnya ke arah Jalan Palmerah Utara.

    Sedangkan untuk lajur yang akan melintasi simpang Slipi Petamburan ke arah Grogol atau masuk ke Gerbang Tol Slipi 1 maupun berputar arah, tampak tersendat dan sulit bergerak.

    Sementara itu, di arah berlawanan, yakni arah Cawang, kemacetan juga terjadi hingga sekitar Hotel Kartika Chandra.

    Sebelumnya, Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Polisi Komarudin menyebutkan bahwa lalu lintas kendaraan dari arah Semanggi menuju Slipi dan arah sebaliknya macet parah lantaran Gerbang Tol Semanggi 1 ditutup.

    “Gerbang Tol Semanggi 1 lagi tahap perbaikan karena dampak dari yang dibakar kemarin (aksi unjuk rasa Agustus 2025),” kata Komarudin saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Arus kendaraan pun dialihkan ke Gerbang Tol Semanggi 2, kendati hanya satu gerbang yang dapat digunakan.

    “Sehingga masyarakat yang akan masuk Gerbang Tol Semanggi 1, dialihkan ke Gerbang Tol Semanggi 2. Gerbang Tol Semanggi 2 juga yang bisa digunakan hanya satu gardu, satu gardunya juga perbaikan,” tutur Komarudin.

    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga berupaya mengatur kendaraan-kendaraan yang hendak memotong ke arah lajur kanan Jalan Gatot Subroto menuju ke Gerbang Tol Semanggi 2.

    “Masyarakat yang memaksakan diri masuk ngantre di situ, dari lajur satu langsung memotong ke kanan, itu kita luruskan. Jadi masyarakat kami minta untuk menggunakan Gerbang Tol Kuningan supaya tidak memperparah kemacetan,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ada pengendara tewas, pemotor diimbau tak lintasi “flyover” Pesing

    Ada pengendara tewas, pemotor diimbau tak lintasi “flyover” Pesing

    Jakarta (ANTARA) – Polres Metro Jakarta Barat mengimbau pemotor agar tidak melintasi jalan layang (flyover) Pesing menyusul kecelakaan yang menewaskan seorang pengendara akibat terlindas truk di lokasi tersebut pada Selasa (23/9).

    Selain kecelakaan tersebut, jalan layang itu juga termasuk dalam kategori Jalan Layang Non Tol (JLNT) yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda dua.

    Kepala Urusan Pembinaan Operasi (KBO) Satlantas Polres Metro Jakarta Barat AKP Sudarmo menyebutkan jalur flyover Pesing itu tergolong sempit, memiliki hembusan angin cukup kencang, dan sudah menelan banyak korban akibat kecelakaan lalu lintas.

    “Sudah ada rambu yang terpasang jelas, motor dilarang melintas di jalur ini. Imbauan ini demi keselamatan bersama, karena jalur tersebut rawan kecelakaan bahkan sampai menimbulkan korban jiwa,” ucap Sudarmo saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

    Selama ini, pihaknya rutin melakukan sosialisasi melalui spanduk, flyer, hingga pengeras suara mobil mengenai larangan tersebut.

    “Selain itu, pihak kepolisian juga telah melakukan sejumlah operasi keselamatan hingga menempatkan mobil ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) di lokasi untuk menindak pengendara yang masih nekat melintas,” kata Sudarmo.

    Melalui upaya tersebut, diharapkan masyarakat lebih disiplin dalam berlalu lintas, mematuhi aturan, serta menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama dalam berkendara.

    “Keselamatan adalah hal paling berharga. Mari bersama-sama menjaga diri, keluarga, dan pengguna jalan lain dengan menaati aturan yang ada,” imbau Sudarmo.

    Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di atas flyover Pesing, Jakarta Barat, pada Selasa (23/9) siang, yang mengakibatkan seorang pengendara motor meninggal dunia di lokasi kejadian.

    Akibat peristiwa tersebut, kemacetan panjang terjadi hingga membuat sejumlah penumpang Transjakarta turun dari bus.

    Kepala Unit Penagakan Hukum Polres Metro Jakarta Barat AKP Joko Siswanto menerangkan korban yang meninggal dunia itu bernama Kasiran (49), mengendarai motor berpelat nomor R 4571 XD.

    Korban tewas terlindas truk yang datang dari arah berlawanan setelah dia menabrak pembatas jalan flyover tersebut.

    Menurut Joko, selain sepeda motor dan truk, kecelakaan maut itu juga melibatkan sebuah mobil pribadi.

    Dia menjelaskan korban yang merupakan warga Kebumen, Jawa Tengah, itu sedang melajukan motornya dari arah timur menuju barat.

    “Sesampainya di dekat tanjakan flyover, korban kehilangan kendali hingga menabrak pembatas jalan,” jelas Joko.

    Akibatnya, motor terpental ke arah berlawanan, sedangkan korban terjatuh dan terlindas oleh truk Hino bak terbuka.

    Tak berhenti sampai di situ, sepeda motor yang terlepas dari kendali itu juga terus melaju dan menabrak mobil Daihatsu boks bernomor polisi B 9970 KCA yang dikemudikan oleh Arif Setiantoko (36), seorang warga Jakarta Selatan.

    Akibat kecelakaan tersebut, motor korban mengalami kerusakan cukup parah, terutama pada bagian depan dan samping kanan.

    “Saat ini, jenazah pemotor sudah dievakuasi ke RSUD Tangerang,” tegas Joko.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Legislator minta TranJakarta evaluasi operator terkait kecelakaan

    Legislator minta TranJakarta evaluasi operator terkait kecelakaan

    Jakarta (ANTARA) – Anggota komisi B DPRD DKI Jakarta Bebizie Sri Mulyati meminta agar PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap operator terkait sejumlah kecelakaan yang terjadi sepanjang September 2025.

    “Tercatat dalam bulan September 2025 ini saja terjadi tiga kali kecelakaan yang melibatkan armada TransJakarta,” kata Bebizie di Jakarta, Rabu.

    Menurut dia, evaluasi dan pengawasan terhadap operator yang bekerja sama dengan PT TransJakarta harus segera dilaksanakan.

    Dia pun mengingatkan agar TransJakarta tidak selalu mengarahkan kesalahan kepada pramudi armada saat terjadinya kecelakaan.

    “Jadi, mana yang memang operator itu yang menyebabkan kecelakaan di situ, adakah sanksi. Ini bukan semata-mata selalu sopir yang disalahkan,” ujar Bebizie.

    Lebih lanjut, dia juga meminta agar operator turut diberikan sanksi jika terjadi kecelakaan.

    “Operatornya ini siapa, bekukan sementara sampai investigasi selesai,” tambah Bebizie.

    Dia menilai PT TransJakarta seharusnya bersikap transparan terkait santunan bagi korban kecelakaan yang melibatkan armada TransJakarta.

    Selain itu, dia menekankan TransJakarta harus memberikan santunan sesuai dengan luka atau kerugian yang dialami korban, bukan hanya sekedar seremonial.

    “Jika korban tabrakan ini kehilangan mata pencarian akibat cacat, bagaimana tanggung jawabnya, ini harus spesifik dan transparan,” tegas Bebizie.

    Sebelumnya, Direktur Utama PT Transjakarta Welfizon Yuza mengatakan pihaknya bertanggung jawab kepada korban kecelakaan yang melibatkan armadanya dan terkait dengan brand equity TransJakarta.

    “Sebagai tanggung jawab karena brand equity-nya itu ada di TransJakarta, mau operatornya siapapun, orang tau logonya TransJakarta, sehingga kita yang maju di depan untuk memastikan operator memberikan santunan yang memadai,” ucap Welfizon.

    Sepanjang September 2025, tercatat tiga kasus kecelakaan yang melibatkan armada bus Transjakarta. Pertama, pada Sabtu, 6 September, ketika bus menabrak toko di Jalan Raya Minangkabau, Setiabudi, Jakarta Selatan.

    Selanjutnya, pada Kamis, 18 September, satu unit bus Transjakarta bertabrakan dengan truk kuning di depan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

    Kecelakaan ketiga terjadi sehari kemudian, pada Jumat, 19 September, yaitu bus Transjakarta menabrak kios, rumah, dan kendaraan warga di Jalan Raya Stasiun Cakung, Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.