BUMN: PT Telekomunikasi Selular

  • Komdigi Siapkan Skema Jaringan Terbuka Lewat Spektrum Frekuensi Baru, Apa Saja Tantangannya?

    Komdigi Siapkan Skema Jaringan Terbuka Lewat Spektrum Frekuensi Baru, Apa Saja Tantangannya?

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana menerapkan skema jaringan terbuka (open access) berbasis spektrum frekuensi baru untuk memperluas akses internet tetap berkecepatan tinggi, khususnya di wilayah tanpa jaringan serat optik.

    Meski dinilai strategis, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai implementasi skema ini masih menghadapi tantangan regulasi, risiko hukum, dan beban biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi. Dia menyarankan penghapusan BHP dan percepatan lelang spektrum agar kebijakan ini benar-benar efektif. Saat ini, mayoritas sekolah, puskesmas, dan kantor desa masih belum memiliki koneksi internet tetap yang memadai.

    “Open akses bukan merupakan kebijakan baru, ini sudah lama dijalankan, namun dalam praktiknya tidak mudah,” kata Heru saat dihubungi Bisnis pada Minggu (15/6/2025). 

    Heru menilai apabila pemerintah benar-benar ingin menjalankan skema ini, maka harus ada penguatan regulasi dan dukungan dari aparat penegak hukum untuk menghindari potensi pelanggaran hukum. Dia mencontohkan kasus Indosat Mega Media (IM2) yang sempat tersandung persoalan hukum karena adanya perbedaan tafsir terhadap penggunaan spektrum.

    Lebih lanjut, Heru menjelaskan bahwa dalam praktiknya, open access relatif lebih mudah diterapkan pada spektrum frekuensi berbasis kelas seperti 2,4 GHz atau 5,8 GHz yang bersifat bebas (free), karena tidak menimbulkan implikasi keuangan bagi negara. Kendati begitu, penerapan skema serupa pada spektrum yang memiliki kewajiban Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi membutuhkan kejelasan skema pembayaran dan pengaturan teknis.

    “Sebab kalau ada pemancaran BTS operator A, kemudian dipakai operator B, ini selama ini dianggap pelanggaran,” kata Heru.

    Menurutnya, skema ini akan lebih efektif jika BHP frekuensi bisa dihapuskan untuk mendukung kolaborasi antaroperator. Jika tidak, dia khawatir kebijakan ini justru menimbulkan persoalan baru. Di sisi lain, Heru juga menyoroti pentingnya percepatan lelang frekuensi agar program pemerataan digital berjalan optimal. Dia menyebut Indonesia sudah terlambat dua tahun dalam proses lelang, khususnya pada pita 700 MHz yang seharusnya bisa dimanfaatkan lebih awal.

    Lebih lanjut, Heru menekankan pentingnya penyesuaian harga lelang agar tidak terlalu membebani operator. Jika biaya terlalu tinggi, operator bisa kesulitan melakukan pembangunan infrastruktur.

    Heru mengingatkan saat ini regulatory cost di sektor telekomunikasi Indonesia sudah sangat tinggi. Untuk mendorong perluasan jaringan dan pemerataan layanan, diperlukan kebijakan insentif seperti pengurangan harga atau skema pembayaran yang fleksibel.

    Dia juga menyebutkan bahwa saat ini telah tersedia berbagai model alokasi dan pembayaran spektrum yang bisa dipertimbangkan pemerintah, mulai dari skema pay as you grow, grace period, hingga relaksasi atau penghapusan BHP frekuensi dalam jangka waktu tertentu.“Tinggal dipertimbangkan mana yang lebih optimal bagi pemerintah, bagi masyarakat, dan operator telekomunikasi,” pungkas Heru.

    Sebelumnya, Komdigi menyiapkan skema jaringan terbuka berbasis spektrum frekuensi baru untuk mendukung penyediaan layanan internet tetap berkecepatan tinggi di wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan serat optik. 

    Kebijakan tersebut dirancang untuk mendorong keterlibatan berbagai penyelenggara telekomunikasi dengan model open access, di mana pemegang izin jaringan wajib membuka infrastrukturnya untuk digunakan bersama. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengatakan langkah ini merupakan bagian dari strategi percepatan pemerataan digital nasional, sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Prabowo Subianto. 

    “Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam pidato pelantikannya, Presiden menyampaikan secara berulang pentingnya digitalisasi untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat,” kata Meutya dalam pertemuan dengan pimpinan Telkom, Telkomsel, Indosat, dan XL Smart di Jakarta, pada Kamis (12/6/2025).

    Spektrum baru yang akan dialokasikan itu disiapkan melalui proses seleksi operator yang berlangsung secara transparan dan akuntabel. Meutya menambahkan kebijakan spektrum ini tidak semata berfokus pada regulasi, tetapi juga mengedepankan keterlibatan dan kesiapan industri.

    “Ini adalah langkah kami dalam memastikan bahwa setiap kebijakan spektrum tidak hanya mengutamakan aspek regulasi, tapi juga membuka ruang seluas-luasnya untuk keterlibatan dan kesiapan industri,” jelasnya.

    Komdigi juga telah merampungkan penyusunan Peraturan Menteri yang menjadi landasan hukum dari program internet murah tersebut. Regulasi ini telah melalui masa konsultasi industri selama lebih dari satu bulan. Ke depannya, pemilihan operator penyedia jaringan akan mengedepankan kesiapan teknologi dan komitmen untuk menyediakan layanan dengan harga yang terjangkau.

    Sebelum peluncuran kebijakan ini, pemerintah telah melakukan pertukaran pandangan dengan sejumlah operator seluler terkait penyediaan akses internet tetap hingga kecepatan 100 Mbps, khususnya di wilayah yang belum memiliki infrastruktur serat optik seperti sekolah, puskesmas, dan kantor desa.

    Menurut data Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, saat ini 86% sekolah atau sekitar 190.000 unit belum memiliki akses internet tetap. Sementara itu, 75% Puskesmas atau sekitar 7.800 unit belum terkoneksi dengan baik, dan sebanyak 32.000 kantor desa masih berada dalam zona blank spot. Adapun penetrasi fixed broadband di rumah tangga baru mencapai 21,31% secara nasional.

  • Komdigi Siapkan Skema Jaringan Terbuka lewat Spektrum Frekuensi Baru

    Komdigi Siapkan Skema Jaringan Terbuka lewat Spektrum Frekuensi Baru

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyiapkan skema jaringan terbuka berbasis spektrum frekuensi baru untuk mendukung penyediaan layanan internet tetap berkecepatan tinggi di wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan serat optik. 

    Kebijakan tersebut dirancang untuk mendorong keterlibatan berbagai penyelenggara telekomunikasi dengan model open access, di mana pemegang izin jaringan wajib membuka infrastrukturnya untuk digunakan bersama.

    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan langkah ini merupakan bagian dari strategi percepatan pemerataan digital nasional, sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Prabowo Subianto. 

    “Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam pidato pelantikannya, Presiden menyampaikan secara berulang pentingnya digitalisasi untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat,” kata Meutya dalam pertemuan dengan pimpinan Telkom, Telkomsel, Indosat, dan XL Smart di Jakarta, pada Kamis (12/6/2025).

    Spektrum baru yang akan dialokasikan itu disiapkan melalui proses seleksi operator yang berlangsung secara transparan dan akuntabel. 

    Meutya menambahkan kebijakan spektrum ini tidak semata berfokus pada regulasi, tetapi juga mengedepankan keterlibatan dan kesiapan industri.

    “Ini adalah langkah kami dalam memastikan bahwa setiap kebijakan spektrum tidak hanya mengutamakan aspek regulasi, tapi juga membuka ruang seluas-luasnya untuk keterlibatan dan kesiapan industri,” jelasnya.

    Komdigi juga telah merampungkan penyusunan Peraturan Menteri yang menjadi landasan hukum dari program internet murah tersebut. 

    Regulasi ini telah melalui masa konsultasi industri selama lebih dari satu bulan. Ke depannya, pemilihan operator penyedia jaringan akan mengedepankan kesiapan teknologi dan komitmen untuk menyediakan layanan dengan harga yang terjangkau.

    Sebelum peluncuran kebijakan ini, pemerintah telah melakukan pertukaran pandangan dengan sejumlah operator seluler terkait penyediaan akses internet tetap hingga kecepatan 100 Mbps, khususnya di wilayah yang belum memiliki infrastruktur serat optik seperti sekolah, puskesmas, dan kantor desa.

    Menurut data Direktorat Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, saat ini 86% sekolah atau sekitar 190.000 unit belum memiliki akses internet tetap.

    Sementara itu, 75% Puskesmas atau sekitar 7.800 unit belum terkoneksi dengan baik, dan sebanyak 32.000 kantor desa masih berada dalam zona blank spot. Adapun penetrasi fixed broadband di rumah tangga baru mencapai 21,31% secara nasional.

  • Kelompok Petani Kupang Berharap Internet Gratis untuk Tingkatkan Keahlian Bertani

    Kelompok Petani Kupang Berharap Internet Gratis untuk Tingkatkan Keahlian Bertani

    Bisnis.com, KUPANG — Pemerintah diharapkan memperluas jangkauan penerima internet gratis Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) hingga ke kantor desa dan kelompok petani. Internet gratis akan membantu petani meningkatkan keahlian dalam bercocok tanam.  

    Kepala Desa Kuimasi Kupang Maksen A.S. Lifu, mengungkap hingga saat ini belum ada bantuan internet dari pemerintah, baik melalui program Bakti maupun inisiatif lainnya, untuk desa. Padahal masyarakat, terutama kelompok tani dan generasi muda yang mulai aktif memanfaatkan teknologi digital, berharap adanya internet gratis untuk membantu mereka meningkatkan keahlian. 

    Maksen menegaskan, akses internet sangat dibutuhkan di Kuimasi, terutama untuk mendukung kegiatan kelompok tani dan pemuda desa. 

    “Untuk mengakses jualan online ataupun belajar pertanian modern lewat YouTube. Dampaknya sangat besar, apalagi ada 18 kelompok tani dengan hampir 200 kepala keluarga yang mengelola lahan,” kata Maksen kepada Bisnis, Rabu (11/6/2025). 

    Dengan internet, lanjutnya, para petani bisa mengadopsi metode pertanian modern, memasarkan hasil panen secara daring, dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, pemuda desa juga dapat mengakses informasi, peluang usaha, dan pendidikan melalui platform digital.

    Dia juga mengatakan meski sebagian besar wilayah desa sudah terjangkau sinyal Telkomsel, masih ada beberapa titik blank spot, terutama di Dusun 4.

    Kepala Desa Kuimasi, Maksen A.S. Lifu

    Selain keterbatasan akses internet, masalah listrik juga menjadi hambatan tersendiri bagi masyarakat Kuimasi. Dalam seminggu, listrik mati paling sedikit 2 kali. 

    Pemerintah Desa Kuimasi telah berupaya mandiri dengan memasang layanan IndiHome di kantor desa. Namun langkah itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga kehadiran internet gratis dapat meringankan beban mereka. 

    “IndiHome di kantor desa bisa diakses sekitar 20 HP sekaligus,” kata Maksen.

    Terkait opsi internet satelit seperti Starlink, Maksen mengaku sudah mengikuti sosialisasi di tingkat kabupaten. Namun, harga layanan Starlink dinilai terlalu mahal untuk anggaran desa. “Kami kesulitan menyiapkan anggaran seperti itu,” jelasnya.

    Dia mengatakan tingkat adopsi internet di Desa Kuimasi sebenarnya cukup tinggi.

    Masyarakat aktif menggunakan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk berbagi informasi desa, mempublikasikan kegiatan, dan meningkatkan literasi digital. Namun, keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala utama.

    Maksen berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat memberikan bantuan internet gratis, seperti yang sudah dinikmati oleh Puskesmas setempat. “Kami sangat berharap ada bantuan internet dari pemerintah, agar desa-desa seperti kami bisa maju dan tidak tertinggal,” tutupnya.

  • Tower Bersama Infrastructure bagikan dividen Rp1,09 triliun

    Tower Bersama Infrastructure bagikan dividen Rp1,09 triliun

    Jakarta (ANTARA) – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) menyetujui pembagian dividen sebesar Rp1,09 triliun atau 80,01 persen dari laba bersih tahun buku 2024.

    Rinciannya, sebesar Rp560,1 miliar telah didistribusikan sebagai dividen tunai interim pada 27 Desember 2024, dan dividen tunai final sebesar Rp529,3 miliar atau Rp 23,73 per saham akan didistribusikan pada 10 Juli 2025.

    “Dividen tunai final sebesar Rp529,3 miliar atau Rp 23,73 per saham, akan didistribusikan pada 10 Juli 2025 kepada seluruh pemegang saham yang tercatat di daftar pemegang saham pada recording date 20 Juni 2025 dan cum dividen (akhir periode perdagangan saham dengan hak atas dividen) 18 Juni 2025,” ujar Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso dalam konferensi pers setelah RUPST di Jakarta, Selasa.

    Dalam RUPST, para pemegang saham juga menyetujui rencana penerbitan surat utang (notes) dalam mata uang asing, dengan jumlah pokok keseluruhan sebanyak-banyaknya 900 juta dolar Amerika Serikat (AS) yang akan dilaksanakan dalam satu atau beberapa kali penerbitan dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal diperolehnya persetujuan RUPST.

    “Melalui penawaran kepada investor di luar wilayah Negara Republik Indonesia, yang merupakan transaksi material berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha,” ujar Helmy.

    Dalam RUPST, para pemegang saham juga menyetujui pengangkatan kembali anggota Dewan Komisaris dan Direksi perseroan, yakni :

    Dewan Komisaris

    Presiden Komisaris : Edwin Soeryadjaya

    Komisaris : Verena Lim

    Komisaris Independen : Ludovicus Sensi Wondabio

    Komisaris Independen : Heri Sunaryadi

    Dewan Direksi

    Presiden Direktur : Herman Setya Budi

    Wakil Presiden Direktur: Hardi Wijaya Liong

    Direktur : Helmy Yusman Santoso

    Direktur : Budianto Purwahjo

    Direktur: Leonardus W.W. Mihardjo

    Pada 2024, TBIG mencatatkan penurunan laba bersih menjadi senilai Rp1,36 triliun, dengan pendapatan sebesar Rp6,86 triliun atau naik 3,41 persen (yoy) dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp6,64 triliun.

    Pendapatan tersebut diperoleh dari pendapatan menara telekomunikasi senilai total Rp6,3 triliun, dengan rincian, sebesar Rp2,3 triliun dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), sebesar Rp1,76 triliun dari PT Indosat Tbk (ISAT), dan sebesar Rp1,26 triliun dari PT XL Axiata Tbk. (EXCL), dan sebesar Rp943,5 miliar dari PT Smart Telecom.

    Kemudian, sisanya sebesar Rp557,04 miliar berasal dari pendapatan serat optik, dan sebesar Rp3,5 miliar dari properti investasi.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ada Sinyal 5G Tapi Kok Lemot? Ini Penjelasan Teknisnya

    Ada Sinyal 5G Tapi Kok Lemot? Ini Penjelasan Teknisnya

    Jakarta

    Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang sudah tersedia jaringan 5G. Kendati demikian, pengguna tidak merasakan koneksi internet kencang dari teknologi tersebut. Ini penjelasan teknis sinyal 5G tapi lemot.

    Berbeda dengan 4G, 5G digadang-gadang sebagai revolusi jaringan internet dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah. Pengguna yang sudah memiliki perangkat pendukung, acapkali menemukan ikon 5G di ponsel mereka tapi koneksi justru masih rasa 4G.

    Berbagai faktor teknis yang membuat sinyal 5G tersebut lamban dari yang seharusnya, mulai dari ketersediaan jaringan seluler generasi kelima itu di sekitar pengguna, keterbatasan spektrum frekuensi yang membuat tidak optimal, hingga kepadatan pengguna di satu lokasi.

    1. Cakupan 5G Masih Minim

    Belum lama ini, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan fakta bahwa cakupan jaringan 5G di Indonesia baru 4,44%. Padahal, teknologi itu sudah diperkenalkan ke publik pada pertangahan 2021 lalu.

    Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria, mengatakan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi kunci untuk mengembangkan sektor telekomunikasi dalam negeri dengan mendorong kompetisi yang sehat.

    “Tentu kita perlu terus melanjutkan kolaborasi ini karena pekerjaan belum selesai, terutama untuk meningkatkan cakupan 5G yang saat ini baru di kisaran sekitar 4,44%,” ungkapnya Nezar (25/4).

    Itu artinya, tidak semua area sudah terselimuti teknologi 5G, hanya beberapa titik saja yang punya koneksi internet cepat itu. Adapun, Indosat Ooredoo Hutchison, Telkomsel, dan XLSmart terus memperluas jangkauan sinyal 5G. Khusus Telkomsel yang belakangan paling gencar ekspansinya.

    2. Keterbatasan Frekuensi

    Secara teknis untuk memberikan layanan 5G yang optimal, operator seluler memerlukan spektrum khusus untuk jaringan tersebut dengan kadar minimal penggunaan 100 MHz. Namun pada kenyataannya, spektrum yang dipakai operator seluler saat ini masih berbagi dengan layanan 4G.

    Pada tahun ini, Komdigi berencana membuka seleksi frekuensi 700 MHz, 1,4 GHz, 2,6 GHz, dan 26 GHz untuk menambah kecepatan internet Indonesia makin ngebut lagi dari sebelumnya sampai tembus 100 Mbps.

    3. Frekuensi Tinggi

    Guna memberikan pengalaman teknologi 5G sesungguhnya dibutuhkan frekuensi tinggi. Adapun sekarang belum ada operator seluler yang mengoperasikan band tersebut.

    Sebagai informasi 5G menggunakan gelombang milimeter (millimeter wave) dengan frekuensi tinggi, biasanya antara 24-100 GHz, jauh lebih tinggi dibandingkan 4G yang beroperasi di bawah 6 GHz.

    Gelombang spektrum itu mampu mengirimkan data dalam jumlah besar dengan kecepatan tinggi, tetapi memiliki kelemahan: jangkauannya pendek dan mudah terhalang oleh benda fisik seperti tembok, pohon, atau bahkan hujan.

    4. Kepadatan Pengguna

    Mengingat sinyal 5G masih terbatas di Indonesia, itu berdampak pada menumpuknya pengiriman data ke menara pemancar. Saat banyak perangkat mengakses jaringan 5G secara bersamaan, bandwidth akan terbagi, sehingga kecepatan yang dirasakan setiap pengguna menurun. Ibarat kata seperti jalan raya: semakin banyak kendaraan, semakin macet lalu lintasnya.

    5. Perangkat Pendukung

    Meski smartphone 5G sudah banyak tersedia di pasaran, tidak semua perangkat ang mendukung 5G memiliki performa optimal. Sebab, beberapa perangkat hanya mendukung pita frekuensi tertentu (misalnya, sub-6 GHz) dan tidak kompatibel dengan gelombang milimeter.

    Selain itu, faktor lainnya adalah pengaturan perangkat lunak atau panas berlebih pada ponsel pengguna juga bisa mempengaruhi kecepatan koneksi.

    (agt/agt)

  • Penunjukkan Wamen jadi Komisaris Dinilai Rentan Konflik Kepentingan

    Penunjukkan Wamen jadi Komisaris Dinilai Rentan Konflik Kepentingan

    Bisnis.com, Jakarta — Penunjukkan sejumlah wakil menteri aktif sebagai komisaris di perusahaan dinilai rentan menimbulkan konflik kepentingan.

    Pengamat Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai bahwa dirinya mengenal baik Nezar Patria ketika aktif sebagai aktivis di PRD dan jurnalis.

    Namun pada akhirnya Refly menyayangkan sikap Nezar Patria yang menerima jabatan rangkap sebagai Komisaris Utama Indosat dan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital.

    “Padahal dia dulu tuh pejuang, tapi ketika dia masuk lingkaran kekuasaan ternyata sama saja, tidak punya etika,” tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Jumat (30/5/2025).

    Refly mengemukakan bahwa jabatan wakil menteri tidak pantas menjadi komisaris di perusahaan BUMN, apalagi di perusahaan swasta. 

    “Nanti pasti bakal ada konflik of interest,” katanya.

    Menurut Refly, Mahkamah Konstitusi (MK) telah memutuskan bahwa jabatan wakil menteri sama dengan jabatan seorang menteri, sehingga tidak boleh merangkap jabatan.

    “Itu kan sudah ada putusan MK, pernah ada yang uji materi itu dulu. Jadinya wakil menteri itu dilarang rangkap jabatan,” ujar Refly.

    Sebelumnya, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk. (ISAT) mengangkat Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, sebagai Komisaris Utama perseroan.

    Nezar menggantikan posisi Halim Alamsyah yang sebelumnya menjabat Komisaris Utama sejak RUPSLB 2021, saat Indosat mulai melakukan merger menjadi Indosat Ooredoo Hutchison.

    Presiden Direktur & CEO ISAT, Vikram Sinha, menyampaikan bahwa perseroan akan tetap fokus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham serta mempercepat transformasi menjadi perusahaan berbasis teknologi AI.

    “Komitmen kami adalah memberikan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi para pemegang saham,” kata Vikram dalam keterangan resmi, Rabu (28/5/2025).

    Selain Nezar, sejumlah wakil menteri juga ditetapkan mengisi jabatan sebagai komisaris. Terdapat Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono dan Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Ahmad Riza Patria.

    Keduanya terpilih usai PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) melakukan perubahan susuran redaksi dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang berlangsung, Rabu (28/5/2025). 

    Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Saki H. Bramono mengatakan Diaz Hendropriyono ditetapkan oleh para pemegang saham sebagai Komisaris Utama Telkomsel. Diaz merupakan Wakil Menteri Lingkungan Hidup.

    “PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (Telkom Indonesia) dan Singapore Telecom Mobile, Pte. Ltd. (Singtel) selaku pemegang saham Telkomsel telah menetapkan Diaz FM Hendropriyono diangkat sebagai Komisaris Utama,” kata Saki dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (29/5/2025).

    Telkomsel juga mengangkat Ahmad Riza Patria sebagai komisaris. Pria yang disapa Ariza itu juga menjabat sebagai Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.

    Selain Ariza, Irfan Wahid dan Rico Rustombi juga diangkat sebagai Komisaris. Lalu, Chandra A. Setiawan didapuk sebagai komisaris independen.

    Selain perombakan susunan komisaris, Telkomsel juga menetapkan Stanislaus Susatyo ditetapkan sebagai Direktur Sales.

    “Penetapan susunan baru Komisaris dan Direksi Telkomsel sejalan dengan strategi Telkomsel untuk ikut serta berperan dalam Majukan Indonesia melalui akselerasi pengembangan layanan mobile dan fixed broadband,” terangnya.

  • Kapasitas Satelit Terbatas, Daya Saing Digital RI Berpotensi Terhambat

    Kapasitas Satelit Terbatas, Daya Saing Digital RI Berpotensi Terhambat

    Bisnis.com, JAKARTA — Kapasitas satelit Geostationary Earth Orbit (GEO) yang terbatas menjadi salah satu tantangan yang harus dilewati  pemerintah jika ingin meningkatkan daya saing digital Indonesia. 

    Satelit menjadi opsi paling mudah dan cepat untuk memberi akses internet ke seluruh wilayah Indonesia dan meningkatkan  kemampuan digital masyarakat di rural.

    Data terbaru East Ventures melaporkan daya saing digital Indonesia meningkat lebih tinggi pada 2025 dibandingkan dengan 2025.   

    Laporan 2020 hingga 2025 menunjukkan peningkatan daya saing digital antarprovinsi yang konsisten, sebagaimana tercermin dari skor EV-DCI 2025 sebesar 38,8 atau naik 70 basis points (Bps). Lebih tinggi dibandingkan dengan 2024 yang naik 40 bps menjadi sebesar 38,1.    

    Salah satu faktor yang membuat daya saing digital meningkat karena kehadiran internet 4G di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

    Dalam menyalurkan internet ke 3T, pemerintah mengandalkan beragam teknologi salah satunya satelit GEO bernama Satelit Satria-1 yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer di atas permukaan bumi. 

    Satelit multifungsi tersebut mengangkut kapasitas 150 Gbps dan menyuntikan internet ke lebih dari 30.000 titik di daerah rural. Karena kapasitas terbatas, maka makin banyak pengguna, kualitas layanan makin melambat.

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward menekankan pentingnya peningkatan bandwidth dan pemerataan infrastruktur digital sebagai kunci percepatan daya saing digital. . 

    Menurut perhitungannya, jika kapasitas bandwidth internet melalui Satria di Papua dapat digandakan, maka trafik internet akan meningkat minimal empat kali lipat. Efek domino dari peningkatan ini akan sangat besar, tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kemajuan manusia di bidang kemakmuran, kesehatan, dan pendidikan.

    Namun, jika kapasitas bandwidth tidak ditambah maka peningkatan daya saing masyarakat Indonesia di tengah era yang serba digital hanyalah angan-angan.

    “Untuk Papua, bandwidth harus ditambah, misalnya bandwidth satelit yang awalnya 2Mbps menjadi minimal 4 Mbps atau 8 Mbps, dan area yang dibuka harus lebih merata. Teresterialisasi hingga bandwidth menjadi minimal 10 kali lebih besar dan delay lebih rendah,” kata Ian kepada Bisnis, Jumat (30/5/2025).

    Ian mengatakan bahwa tantangan geografis dan keterbatasan bandwidth masih menjadi hambatan utama dalam meningkatkan daya saing. Pemerintah dan operator telekomunikasi seperti Telkomsel terus berupaya memperluas jaringan 4G dan menambah kapasitas bandwidth.

    Ian juga menekankan bahwa peningkatan bandwidth dan pemerataan infrastruktur tidak harus selalu mengandalkan dana APBN. Kolaborasi dengan operator telekomunikasi, khususnya BUMN, sangat memungkinkan dan bahkan sudah menjadi semangat bersama untuk membangun daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). 

    “Relokasi anggaran juga bisa dilakukan dengan prinsip efisiensi, memastikan setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan dampak sosial dan ekonomi yang terukur,” kata Ian. 

    Praktik kolaborasi ini sudah berjalan, di mana Telkomsel dan pemerintah daerah Papua Pegunungan, misalnya, bekerja sama untuk meningkatkan kualitas layanan internet 4G/LTE melalui sinergi dengan BAKTI Kominfo dan pemanfaatan Palapa Ring Timur. 

    Pemerintah juga terus mempercepat pembangunan infrastruktur digital, seperti membangun lebih dari 1.700 titik konektivitas dan meresmikan AI Experience Center di Jayapura untuk mendukung literasi digital dan pengembangan SDM lokal. 

  • Profil Diaz Hendropriyono yang Kini jadi Komisaris Utama Telkomsel – Page 3

    Profil Diaz Hendropriyono yang Kini jadi Komisaris Utama Telkomsel – Page 3

    Pengalaman kerja Diaz Hendropriyono sangat beragam, mencakup sektor swasta, publik, dan politik.

    Di sektor swasta, ia pernah bekerja di PT KIA Otomotif Indonesia, kemudian sebagai Direktur di PT Ulam Sari Samudra (perusahaan distribusi makanan laut).

    Pada sektor publik, Diaz Hendropriyono pernah bekerja sebagai analis di perusahaan konsultan politik di Washington, D.C., dan sebagai research associate di RAND Corporation.

    Sebelumnya, Diaz juga pernah menjabat sebagai Komisaris Telkomsel pada periode 2015–2018. Kemudian, ia bergabung menjadi Anggota Dewan Analisis Strategis BIN (2012), serta Staf Khusus Presiden RI (2016–2024).

    Pada 21 Oktober 2024, Diaz dilantik sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup dalam Kabinet Merah Putih.

  • Susunan Bos Baru Telkomsel Resmi Diumumkan, Ada Nama Diaz Hendropriyono hingga Riza Patria!

    Susunan Bos Baru Telkomsel Resmi Diumumkan, Ada Nama Diaz Hendropriyono hingga Riza Patria!

    Jakarta: PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) resmi melakukan perombakan struktur manajemen dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini di Kantor Telkomsel Smart Office, Jakarta.
     
    Dua pemegang saham utama, yakni Telkom Indonesia dan Singapore Telecom Mobile (Singtel), menyepakati penunjukan sejumlah nama baru untuk memperkuat posisi strategis perusahaan, terutama dalam menghadapi persaingan industri telekomunikasi digital yang semakin dinamis.
    Diaz Hendropriyono jadi komisaris utama Telkomsel
    Salah satu sorotan utama dari RUPST kali ini adalah penunjukan Diaz F.M. Hendropriyono sebagai Komisaris Utama Telkomsel. 
     
    Selain itu, Ahmad Riza Patria, Irfan Wahid, dan Rico Rustombi juga dipercaya sebagai Komisaris baru. Untuk posisi Komisaris Independen, Chandra A. Setiawan ditunjuk untuk memberikan perspektif objektif di jajaran pengawas.

    Selain itu, di jajaran direksi, Stanislaus Susatyo resmi ditunjuk sebagai Direktur Sales, melengkapi tim kepemimpinan Telkomsel yang sudah ada sebelumnya. Penunjukan ini dinilai strategis untuk memperkuat fokus Telkomsel dalam menggarap pasar mobile broadband dan layanan digital.
     

    Bukan sekadar rotasi, ini langkah strategis Telkomsel
    Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel, Saki H. Bramono, menyampaikan penyegaran susunan pengurus ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk memperkuat posisi sebagai operator 5G terdepan dan terluas di Indonesia.
     
    Perubahan ini juga diharapkan mendorong pengembangan ekosistem digital nasional secara inklusif dan berkelanjutan.
     
    “Penetapan susunan baru komisaris dan direksi Telkomsel sejalan dengan strategi Telkomsel untuk ikut serta berperan dalam Majukan Indonesia melalui akselerasi pengembangan layanan mobile dan fixed broadband, guna memperkuat ekosistem digital Indonesia secara inklusif dan berkelanjutan, mendorong dan mengembangkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi digital terkini sebagai operator 5G terdepan dan terluas, serta meningkatkan kinerja bisnis perusahaan,” ujar Saki dalam keterangan tertulis, Rabu, 28 Mei 2025.
     
    Berikut susunan lengkap komisaris dan direksi Telkomsel saat ini:
     
    Komisaris Utama: Diaz F.M. Hendropriyono
    Komisaris: Ahmad Riza Patria
    Komisaris: Irfan Wahid
    Komisaris: Rico Rustombi
    Komisaris: Anna Yip
    Komisaris: Yuen Kuan Moon
    Komisaris Independen: Chandra A. Setiawan
     
    Direktur Utama: Nugroho
    Direktur Finance & Risk Management: Daru Mulyawan
    Direktur Sales: Stanislaus Susatyo
    Direktur Network: Indra Mardiatna
    Direktur Planning & Transformation: Wong Soon Nam
    Direktur Information Technology: Joyce Shia
    Direktur Marketing: Derrick Heng
    Direktur Human Capital Management: Indrawan Ditapradana
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Diaz Hendropriyono Diangkat Jadi Komut Telkomsel

    Diaz Hendropriyono Diangkat Jadi Komut Telkomsel

    Jakarta, Beritasatu.com – Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) pada Rabu (28/5/2025), Diaz FM Hendropriyono diangkat sebagai komisaris utama Telkomsel.

    Sementara itu, Ahmad Riza Patria, Irfan Wahid, dan Rico Rustombi sebagai komisaris, serta Chandra A Setiawan sebagai komisaris independen. RUPST jua menetapkan Stanislaus Susatyo ditetapkan sebagai direktur sales.

    Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Saki H Bramono menyampaikan, penetapan susunan baru komisaris dan direksi Telkomsel sejalan dengan strategi Telkomsel untuk ikut serta berperan dalam memajukan Indonesia melalui akselerasi pengembangan layanan mobile dan fixed broadband, guna memperkuat ekosistem digital Indonesia secara inklusif dan berkelanjutan.

    Penetapan tersebut juga untuk mendorong dan mengembangkan pemanfaatan teknologi telekomunikasi digital terkin, serta meningkatkan kinerja bisnis perusahaan.

    Dengan perubahan tersebut, untuk susunan komisaris Telkomsel saat ini sebagai berikut:

    Untuk susunan direksi Telkomsel saat ini sebagai berikut:

    • Direktur Utama : Nugroho
    • Direktur Finance & Risk Management : Daru Mulyawan
    • Direktur Sales : Stanislaus Susatyo
    • Direktur Network : Indra Mardiatna
    • Direktur Planning & Transformation : Wong Soon Nam
    • Direktur Information Technology : Joyce Shia
    • Direktur Marketing : Derrick Heng
    • Direktur Human Capital Management : Indrawan Ditapradana