BUMN: PT Telekomunikasi Selular

  • Pemulihan Sinyal Telekomunikasi Aceh, Koneksi Satelit Bisa Jadi Solusi

    Pemulihan Sinyal Telekomunikasi Aceh, Koneksi Satelit Bisa Jadi Solusi

    Bisnis.com, JAKARTA — Layanan telekomunikasi dinilai menjadi salah satu kebutuhan vital bagi wilayah terdampak bencana banjir seperti Aceh untuk komunikasi warga, koordinasi bantuan, maupun layanan pemerintah.

    Pengamat keamanan siber, Alfons Tanujaya berharap para operator telekomunikasi bisa memanfaatkan solusi sementara, termasuk memanfaatkan koneksi satelit yang kemudian disambungkan ke BTS, agar layanan dasar seperti panggilan suara, SMS, dan data bisa segera aktif.

    “Dalam kondisi darurat, yang utama adalah jaringan nyala dulu,” kata Alfons dalam keterangannya, Sabtu (20/12/2025).

    Menurutnya, pemulihan jaringan telekomunikasi bisa menunjang proses evakuasi distribusi bantuan, serta akses informasi masyarakat.

    “Yang penting masyarakat Aceh tidak terputus dari dunia luar,” ujarnya.

    Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (19/12/2025), PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menuturkan ketersediaan listrik masih jadi kendala utama dalam pemulihan konektivitas di wilayah Aceh pascabencana banjir dan tanah longsor.

    Secara keseluruhan, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat tingkat pemulihan konektivitas di Aceh baru mencapai 73%. Angka tersebut masih lebih kecil dibandingkan wilayah terdampak bencana lainnya. 

    Di Sumatra Barat, pemulihan konektivitas telah berada di kisaran 98%—99%, sedangkan Sumatra Utara mencapai sekitar 97%—98%. Capaian tersebut mencakup tiga operator telekomunikasi, yakni Telkomsel, Indosat, dan XLSMART.

    Direktur Utama Telkomsel Nugroho menyebut kendala utama pemulihan konektivitas di Aceh berasal dari persoalan kelistrikan.

    “Banyak SUTET [Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi] yang sudah roboh dan belum bisa disambungkan kembali kemudian integrasi dengan pembangkit-pembangkit listrik yang ada juga belum bisa dilakukan sepenuhnya sampai saat ini,” kata Nugroho usai Pelaksanaan Apel Bersama Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

    Nugroho mengatakan masih terdapat sekitar empat pembangkit listrik yang belum dapat beroperasi secara normal. Selain itu, kendala juga muncul dari sisi akses dan transportasi.

    Dia menjelaskan, banyak jaringan fiber optik yang mengalami gangguan bahkan terputus akibat dampak banjir dan tanah longsor. Kondisi tersebut menuntut upaya ekstra, baik dari sisi penyediaan listrik maupun jaringan. 

    Adapun, lanjutnya, untuk suplai listrik, operator harus mengandalkan genset sambil menunggu pemulihan dari PLN. Sementara dari sisi jaringan, solusi alternatif seperti penggunaan satelit juga disiapkan.

  • Keandalan Jaringan Telkomsel Cs Diuji saat Nataru 2025, Reputasi jadi Taruhan

    Keandalan Jaringan Telkomsel Cs Diuji saat Nataru 2025, Reputasi jadi Taruhan

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai momen Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) menjadi ujian bagi jaringan internet Telkomsel, Indosat, dan XLSMART. Trafik akan meningkat pada momen tersebut sehingga reputasi perusahaan jadi taruhan. 

    Berdasarkan tren historis, pertumbuhan trafik data seluler di Indonesia meningkat rata-rata 15–20% per tahun, dengan puncak konsumsi terjadi pada momen libur panjang.

    Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan lonjakan trafik pada Nataru 2026 diproyeksikan berada pada kisaran 20–25% dibandingkan hari normal. Peningkatan ini didorong oleh penggunaan layanan video streaming, media sosial, gim daring, navigasi digital, layanan pesan instan, serta transaksi digital yang semakin intensif.

    “Selain faktor musiman, karakter lonjakan trafik Nataru 2026 akan semakin dipengaruhi oleh penetrasi jaringan 5G yang lebih luas, meningkatnya adopsi perangkat pintar, serta penggunaan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang lebih intensif dan data-heavy,” kata Heru kepada Bisnis, Jumat (19/12/2025).

    Heru menambahkan mobilitas masyarakat yang tinggi menuju destinasi wisata, pusat transportasi, serta daerah asal saat mudik dan arus balik juga akan menciptakan konsentrasi trafik di lokasi-lokasi tertentu yang sebelumnya relatif moderat. 

    Menurutnya, tantangan pada Nataru 2026 akan semakin kompleks dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Pertama, tantangan kapasitas dan kualitas jaringan. Lonjakan trafik tidak hanya bersifat nasional, tetapi juga sangat terlokalisasi (hyper-localized), sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan jaringan (network congestion) di area wisata, bandara, pelabuhan, rest area, serta jalur transportasi utama.

    Kedua, tantangan integrasi teknologi. Transisi dari dominasi 4G menuju kombinasi 4G–5G membutuhkan orkestrasi jaringan yang lebih canggih, termasuk dynamic spectrum sharing dan manajemen backhaul.

    Ketiga, tantangan ketahanan infrastruktur. Cuaca ekstrem, gangguan listrik, serta risiko bencana alam berpotensi mengganggu jaringan pada periode krusial ini. Keempat, tantangan keamanan siber dan perlindungan data.

    Heru meyakini lonjakan trafik digital juga meningkatkan risiko serangan siber, penipuan daring, serta kebocoran data, terutama pada layanan keuangan digital dan platform publik.

    “Kelima, tantangan koordinasi lintas sektor antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, operator, dan pengelola infrastruktur transportasi yang masih perlu diperkuat,” kata Heru.

    Untuk mengantisipasi tantangan tersebut, Heru memaparkan sejumlah langkah strategis. Pertama, pemerintah dan operator perlu melakukan perencanaan kapasitas berbasis data dan prediksi trafik (predictive analytics), termasuk pemetaan titik-titik rawan lonjakan.

    Kedua, optimalisasi jaringan melalui penambahan BTS sementara (mobile BTS), peningkatan kapasitas backhaul, serta pemanfaatan teknologi network slicing pada jaringan 5G. Ketiga, penguatan ketahanan infrastruktur dengan memastikan ketersediaan energi cadangan, redundansi jaringan, serta kesiapsiagaan menghadapi bencana. Keempat, peningkatan pengawasan keamanan siber dan perlindungan data pribadi, terutama pada layanan publik dan keuangan digital.

    “Terakhir, penguatan koordinasi lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan operator melalui posko terpadu Nataru agar respons terhadap gangguan jaringan dapat dilakukan secara cepat, terkoordinasi, dan efektif,” katanya.

    Heru menilai langkah-langkah tersebut membuat lonjakan trafik data pada Nataru 2026 tidak hanya dapat dikelola dengan baik, tetapi juga menjadi momentum peningkatan kualitas layanan digital nasional.

    Sementara itu, pengamat telekomunikasi Kamilov Sagala memperkirakan trafik data pada Nataru 2026 dapat mencapai kisaran 25–30%. 

    Dia menyebut tantangan masih ada, terutama infrastruktur yang rusak akibat bencana alam dan belum sepenuhnya pulih. Dia menyebut seluruh operator harus mempersiapkan mobil BTS darurat.

    “Begitu juga sikon cuaca di bulan Desember sampai awal tahun tidak baik, jadi pelaku industri telco optimalkan semua layanan, dari tim operasional dan layanan konsumen,” katanya.

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memprediksi akan terjadi kenaikan trafik layanan data operator telekomunikasi pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Prediksi tersebut disampaikan Menteri Komdigi Meutya Hafid saat Pelaksanaan Apel Bersama Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. “Kami memprediksi ada kenaikan 30% traffic untuk libur Nataru ini,” kata Meutya di Kantor Komdigi, Jumat (19/12/2025).

    Seiring dengan proyeksi tersebut, Meutya mengatakan Komdigi bersama operator telekomunikasi telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi guna menjaga kualitas layanan. Salah satunya melalui pengoperasian posko monitoring yang melibatkan Komdigi dan operator seluler.

    “Totalnya ada 255 posko bersama yang akan bekerja mulai dari hari ini sampai tanggal 4 Januari untuk memastikan layanan berjalan dengan baik,” katanya.

  • Cara Cek Nomor Indosat, Telkomsel, dan XLSMART 2025

    Cara Cek Nomor Indosat, Telkomsel, dan XLSMART 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Pelanggan operator seluler Indosat, Telkomsel, dan XLSMART kini memiliki berbagai metode praktis untuk mengecek nomor telepon mereka melalui aplikasi, kode dial, hingga layanan website resmi provider.

    Ketiga operator seluler terbesar di Indonesia tersebut telah menyediakan layanan self-care yang memudahkan pelanggan mengakses informasi nomor telepon tanpa harus datang ke gerai atau menghubungi customer service.

    Berikut merupakan cara-cara untuk mengecek nomor Indosat, Telkomsel, dan XLSMART 2025 diambil dari beberapa sumber.

    Indosat

    Indosat menyediakan beberapa metode untuk pelanggan kartu prabayar IM3, Mentari, dan Matrix mengecek nomor mereka.

    Melalui Aplikasi My IM3

    Pelanggan dapat mengunduh aplikasi My IM3 yang menyediakan berbagai layanan lengkap. Setelah membuka aplikasi dan memasukkan kode OTP yang diterima melalui SMS, informasi nomor telepon akan langsung terlihat di pojok kiri atas halaman beranda, lengkap dengan data pulsa dan masa aktif kartu.

    Kode Cepat *123*30#

    Cara tercepat adalah dengan mengetik *123*30# dan melakukan panggilan. Pastikan memilih provider Indosat IM3 sebelum melakukan panggilan. Informasi nomor telepon akan langsung ditampilkan di layar.

    Menggunakan Menu USSD 123#

    Metode konvensional ini dapat dilakukan dengan menekan *123# pada keyboard ponsel. Setelah terhubung, pelanggan memilih nomor 22 untuk info detail SIM card, kemudian ketik angka 7. Informasi nomor telepon, pulsa, dan masa aktif akan langsung muncul.

    Via Website Resmi Indosat

    Indosat juga menyediakan layanan pengecekan melalui website resmi di https://myim3.indosatooredoo.com/ceknomor/index. Pelanggan cukup memasukkan NIK KTP dan KK yang didaftarkan saat aktivasi, centang verifikasi manusia, lalu klik Periksa untuk melihat nomor yang terdaftar.

    Petugas Indosat

    Telkomsel

    Telkomsel menawarkan dua cara utama untuk pelanggan mengecek nomor mereka.

    Aplikasi MyTelkomsel

    Aplikasi MyTelkomsel yang tersedia di Google Play Store dan App Store menjadi pilihan utama dengan antarmuka yang user-friendly. Pelanggan dapat login menggunakan nomor Telkomsel atau memilih opsi “Masuk dengan OTP ke SIM 1” jika lupa nomor. Setelah berhasil login, nomor Telkomsel langsung muncul di halaman utama lengkap dengan informasi masa aktif dan sisa pulsa.

    Kode Dial *808#

    Bagi pelanggan yang tidak memiliki akses internet, kode UMB (USSD Menu Browser) *808# menjadi solusi paling praktis. Cukup buka aplikasi panggilan, ketik *808#, lalu tekan tombol Call. Informasi nomor Telkomsel akan ditampilkan di layar dan SMS notifikasi juga akan dikirimkan sebagai cadangan. Layanan ini dapat digunakan kapan saja tanpa biaya.

    Gerai Telkomsel

    XLSMART

    XLSMART menyediakan tiga cara bagi pelanggan untuk mengakses informasi nomor telepon mereka.

    Aplikasi MyXL

    XL telah menyediakan aplikasi MyXL yang dapat diunduh di smartphone. Setelah membuka aplikasi dan login menggunakan email atau akun Facebook, nomor XL akan langsung terlihat di halaman utama bagian atas. Pelanggan juga dapat melihat nomor tersebut melalui menu “Profil”. Aplikasi ini juga menyediakan fitur cek pulsa, beli kuota internet, dan isi ulang pulsa.

    Call Center 24 Jam

    Pelanggan dapat menghubungi nomor 817 (jika menggunakan provider XL) atau 0817-817-817 (jika menggunakan provider lain). Setelah terhubung dengan mesin penjawab, pilih menu 1 untuk Cek Nomor. Petugas layanan akan membantu memberikan informasi nomor XL setelah pelanggan mengikuti instruksi verifikasi data. Layanan ini beroperasi 24 jam dan umumnya bebas biaya.

    Gerai XLSMART

    Kode *808*7*1*2#

    Cara praktis lainnya adalah dengan membuka menu panggilan dan mengetik *808*7*1*2#, kemudian tekan OK/YES/CALL. Setelah muncul pilihan menu di layar pop-up, pilih next dengan mengetik 97 lalu SEND. Pilih cek profil dengan ketik 1 dan SEND. Terakhir, pilih info nomor dengan mengetik 1 dan SEND. Nomor XL akan muncul di layar. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)

  • Bos Telkomsel Ungkap Pemulihan Internet di Aceh Terkendala Ketersediaan Listrik

    Bos Telkomsel Ungkap Pemulihan Internet di Aceh Terkendala Ketersediaan Listrik

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mengungkapkan ketersediaan listrik masih jadi kendala utama dalam pemulihan konektivitas di wilayah Aceh pascabencana banjir dan tanah longsor.

    Secara keseluruhan, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mencatat tingkat pemulihan konektivitas di Aceh baru mencapai 73%. 

    Angka tersebut masih lebih kecil dibandingkan wilayah terdampak bencana lainnya. 

    Di Sumatra Barat, pemulihan konektivitas telah berada di kisaran 98%—99%, sedangkan Sumatra Utara mencapai sekitar 97%—98%. Capaian tersebut mencakup tiga operator telekomunikasi, yakni Telkomsel, Indosat, dan XLSMART.

    Direktur Utama Telkomsel Nugroho menyebut kendala utama pemulihan konektivitas di Aceh berasal dari persoalan kelistrikan.

    “Banyak sutet yang sudah rubuh dan belum bisa disambungkan kembali kemudian integrasi dengan pembangkit-pembangkit listrik yang ada juga belum bisa dilakukan sepenuhnya sampai saat ini,” kata Nugroho usai Pelaksanaan Apel Bersama Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di Kantor Komdigi, Jumat (19/12/2025).

    Nugroho mengatakan masih terdapat sekitar empat pembangkit listrik yang belum dapat beroperasi secara normal. Selain itu, kendala juga muncul dari sisi akses dan transportasi. Dia menjelaskan, banyak jaringan fiber optik yang mengalami gangguan bahkan terputus akibat dampak banjir dan tanah longsor. 

    Menurut Nugroho, kondisi tersebut menuntut upaya ekstra, baik dari sisi penyediaan listrik maupun jaringan. 

    Untuk suplai listrik, operator harus mengandalkan genset sambil menunggu pemulihan dari PLN. Sementara dari sisi jaringan, solusi alternatif seperti penggunaan satelit juga disiapkan.

    “Apakah kita menggunakan jalur baru yang melalui kabel bawah laut,” katanya.

    Nugroho mengatakan seluruh upaya tersebut dilakukan secara maksimal. Dia juga bersyukur atas capaian pemulihan hingga saat ini yang mencapai 73% di Aceh. Dia menegaskan Telkomsel akan terus menggencarkan pemulihan konektivitas.

    “Dan tidak melulu mengandalkan resource yang ada di Sumatera semua resource satu Indonesia kita kerahkan untuk bisa melakukan aktivitas recover jaringannya secara paralel,” katanya.

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital mengungkap perkembangan pemulihan konektivitas di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra Barat, Sumatra Utara, dan Aceh. Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid menyampaikan konektivitas di Aceh masih belum sepenuhnya stabil, dengan tingkat pemulihan baru mencapai 73%.

    Sementara itu, kondisi jaringan di Sumatra Barat dan Sumatra Utara telah berangsur stabil. Pemulihan konektivitas di Sumatra Barat berada di kisaran 98%—99%, sedangkan Sumatra Utara mencapai sekitar 97%—98%.

    “PR [pekerjaan rumah] kita saat ini untuk Aceh, untuk dua provinsi lainnya sudah stabil,” kata Meutya usai Pelaksanaan Apel Bersama Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 di Kantor Komdigi, Jumat (19/12/2025).

    Meutya mengatakan upaya pemulihan di Aceh terus digiatkan. Dia juga mengapresiasi operator seluler atas peningkatan jumlah base transceiver station (BTS) yang kembali mengudara (on air) di wilayah tersebut. Sebelumnya, tingkat pemulihan konektivitas di Aceh masih berada di kisaran 50%.

    Namun demikian, Meutya mengakui masih terdapat sejumlah daerah dengan tantangan pemulihan yang cukup berat, seperti Bener Meriah, Aceh Tamiang, dan Gayo Lues. Dia meminta agar pemulihan konektivitas di wilayah-wilayah tersebut dapat segera dipercepat.

    “Jadi kita sekali lagi untuk angka 73% meskipun ini juga kenaikan tetap harus menjangkau 100% jadi kita memang terus menggiatkan lagi,” katanya.

    Selain itu, Meutya menyampaikan Presiden Prabowo Subianto mengingatkan adanya peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait potensi curah hujan tinggi menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

    “Karena BMKG telah memberikan peringatan maka kita semua harus waspada,” katanya.

    Sejalan dengan hal tersebut, Meutya meminta operator seluler memprioritaskan kesiapan sumber daya listrik cadangan, seperti genset dan baterai cadangan dengan kapasitas penuh, khususnya di wilayah-wilayah kritis, sebagai langkah mitigasi terhadap potensi cuaca ekstrem.

  • Komdigi dan Telkomsel Cs Prediksi Lonjakan Trafik 30% pada Momen Nataru 2025

    Komdigi dan Telkomsel Cs Prediksi Lonjakan Trafik 30% pada Momen Nataru 2025

    Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memprediksi akan terjadi kenaikan trafik layanan data operator telekomunikasi pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

    Hal tersebut disampaikan Menteri Komdigi Meutya Hafid saat Pelaksanaan Apel Bersama Posko Siaga Kualitas Layanan Telekomunikasi Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. 

    “Kami memprediksi ada kenaikan 30% traffic untuk libur Nataru ini,” kata Meutya di Kantor Komdigi, Jumat (19/12/2025).

    Seiring dengan proyeksi tersebut, Meutya mengatakan Komdigi bersama operator telekomunikasi telah menyiapkan berbagai langkah antisipasi untuk menjaga kualitas layanan. 

    Salah satunya melalui pengoperasian posko monitoring yang melibatkan Komdigi dan operator seluler.

    “Totalnya ada 255 posko bersama yang akan bekerja mulai dari hari ini sampai tanggal 4 Januari untuk memastikan layanan berjalan dengan baik,” katanya.

    Meutya menekankan kesiapan operator seluler tidak hanya terbatas pada pengoperasian posko, tetapi juga mencakup aspek ketahanan energi. 

    Menurutnya, penyediaan pasokan listrik cadangan seperti genset dan baterai perlu dipastikan guna memitigasi potensi gangguan akibat curah hujan tinggi di akhir tahun. 

    Dia juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto mengingatkan adanya peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait potensi curah hujan yang tinggi.

    “Karena BMKG telah memberikan peringatan maka kita semua harus waspada,” katanya.

    Oleh sebab itu, Meutya juga meminta operator seluler memprioritaskan kesiapan power backup berupa genset dan baterai cadangan dengan kapasitas penuh, terutama di wilayah-wilayah kritis, sebagai bagian dari upaya mitigasi terhadap potensi cuaca ekstrem. 

    Sementara itu, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto mengatakan operator seluler telah melakukan optimalisasi jaringan di sejumlah point of interest (POI) yang menjadi pusat aktivitas masyarakat selama libur Nataru. 

    Selain itu, operator juga menyiapkan mobile BTS di sepanjang jalur tol dan titik-titik strategis, serta menyediakan paket promo Nataru tanpa mengurangi kualitas layanan. 

    Selain kesiapan operator, lanjut Wayan, Komdigi membentuk satuan tugas posko bersama di 255 titik untuk melakukan pemantauan kualitas layanan telekomunikasi dan spektrum frekuensi radio. 

    Pemantauan tersebut dilakukan melalui 35 UPT Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan berlangsung mulai 19 Desember hingga 4 Januari 2026. 

    “Guna memastikan kualitas layanan telekomunikasi tetap optimal setelah spektrum frekuensi tetap aman dari gangguan selama masa liburan Natal dan tahun baru 2026,” katanya.

    Wayan menjelaskan, posko bersama antara Komdigi dan operator seluler ditempatkan di 17 titik strategis, terutama pusat transportasi dan destinasi wisata. 

    Lokasi tersebut antara lain Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Merak di Banten, Rest Area Kilometer 57, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, serta Pelabuhan Tanjung Pinang di Kabupaten Bintan. Posko juga ditempatkan di kawasan wisata seperti Pantai Kuta Bali, Art Center Rantepao Toraja, dan Manado Town Square.

    “Kemudian juga kami menempatkan posko di kantor pusat monitoring di Kementerian Komdigi yang juga berfungsi sebagai pusat koordinasi utama,” katanya.

    Selain itu, posko pemantauan juga ditempatkan di seluruh bandara serta di 35 lokasi UPT Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio di seluruh Indonesia.

    “Posko milik Operator Seluler juga berfungsi sebagai sales dan customer service untuk layanannya masing-masing,” katanya.

    Lebih lanjut, Wayan mengatakan keberadaan satuan tugas posko bersama tidak hanya untuk menjaga kualitas layanan telekomunikasi, tetapi juga untuk memastikan keselamatan masyarakat, khususnya pada komunikasi transportasi yang menggunakan spektrum frekuensi radio. 

    Tidak hanya itu, Komdigi juga memberikan dukungan early warning system melalui pengiriman SMS blast informasi bencana di wilayah terdampak, termasuk informasi keselamatan lalu lintas. Dia mengatakan Komdigi bekerja sama dengan Korlantas Mabes Polri dalam penyampaian informasi darurat lalu lintas di jalan tol dan jalur rawan lainnya. Terdapat 78 titik lokasi potensi rawan kecelakaan yang dipantau melalui SMS blast.

    Selain itu, Komdigi juga mendukung operasional call center 112 selama libur Nataru yang telah tersedia di DKI Jakarta dan 179 kabupaten/kota di Indonesia.

    “Sehingga masyarakat lebih mudah mengakses bantuan darurat dimanapun terutama pada momen Natal dan Tahun Baru 2026,” katanya.

  • Internet di Aceh Belum Pulih 100 Persen, Menkomdigi Minta Operator Percepat Perbaikan

    Internet di Aceh Belum Pulih 100 Persen, Menkomdigi Minta Operator Percepat Perbaikan

    Internet di Aceh Belum Pulih 100 Persen, Menkomdigi Minta Operator Percepat Perbaikan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengungkapkan bahwa jaringan internet di Aceh belum pulih 100 persen pascabencana banjir dan tanah longsor yang menimpa Sumatera.
    Oleh karenanya, ia meminta operator seluler fokus pada pemulihan menara telekomunikasi yang menjadi titik akses nirkabel, Tower BTS (Base Transceiver Station), dan jaringan internet di wilayah
    Aceh
    .
    “Kita nitip nanti tolong (operator seluler) fokus ada daerah-daerah memang yang masih berat, seperti tadi Bener Meriah, Aceh Tamiang, Gayo Lues, untuk kemudian disegerakan,” kata Meutya di halaman kantor Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Jakarta Pusat, Jumat (19/12/2025).
    Meutya mengungkapkan bahwa Aceh menjadi wilayah yang persentase pemulihan internetnya lebih kecil dibanding dua wilayah lain, yakni Sumatera Utara (Sumut) dan Sumatera Barat (Sumbar).
    Berdasarkan data yang dilaporkannya ke Presiden Prabowo Subianto per Senin (15/12/2025), ada 452 tower BTS di Aceh yang belum pulih sejak 26 November 2025.
    Secara keseluruhan, total BTS yang terdampak di wilayah itu mencapai 3.735.
    Sebanyak 3.283 BTS atau sekitar 87,89 persen sudah pernah dipulihkan sejak terjadi bencana.
    “PR kita saat ini untuk Aceh, untuk dua provinsi lainnya sudah stabil. Jadi untuk Aceh ini yang sedang kita giatkan terus,” ucap Meutya.
    Di sisi lain, ia mengaku mengapresiasi operator seluler yang telah bekerja memulihkan jaringan.
    Tingkat pemulihan itu terus naik dari hari ke hari, termasuk di wilayah Aceh.
    “Kita melihat ada kenaikan yang cukup baik untuk on air BTS di wilayah Aceh. (Sudah) 73 persen (BTS dipulihkan), meskipun ini juga kenaikan tetap harus menjangkau 100 persen. Jadi kita memang terus menggiatkan lagi angka 73 persen ini untuk menyemangati teman-teman (operator) saja, ini kita bisa naikkan, berarti harus bisa lebih naik lagi dalam waktu dekat,” jelas Meutya.
    Di kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Telekomunikasi Selular (
    Telkomsel
    ), Nugroho (Nugi) mengungkapkan bahwa
    pemulihan jaringan
    internet terkendala oleh jaringan listrik yang belum stabil.
    Pasalnya, akibat bencana, banyak tiang Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang roboh dan belum tersambung kembali.
    Integrasi dengan pembangkit-pembangkit listrik yang ada juga belum bisa dilakukan sepenuhnya.
    “Sampai saat ini masih ada kurang lebih 4, ya, 4 pembangkit listrik yang masih belum bisa beroperasi secara normal,” beber Nugi.
    Tak hanya itu, banyak fiber optic yang mengalami gangguan sehingga aksesnya terputus.
    “Dan ini tentu perlu dilakukan upaya ekstra. Upaya baik listrik, menggunakan apa itu genset, atau dari sisi transport, apakah kita menggunakan satelit, apakah kita menggunakan jalur baru yang melalui kabel bawah laut. Itu kita lakukan semaksimal mungkin,” tandas Nugi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Telkom resmi sepakati spin-off aset fiber optik tahap I ke InfraNexia

    Telkom resmi sepakati spin-off aset fiber optik tahap I ke InfraNexia

    Jakarta (ANTARA) – PT Telkom Indonesia Tbk resmi menandatangani akta pemisahan sebagian bisnis dan aset wholesale fiber connectivity tahap I kepada anak usahanya, PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau InfraNexia.

    “Kita baru saja menandatangani yang kita sebut sebagai akta pemisahan sebagian dari aset fiber optik kita ke anak usaha kami atau kita sebutnya sebagai operating company, yaitu PT Telkom Infrastruktur Indonesia,” kata Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom Seno Soemadji dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

    Aksi korporasi tersebut menjadi salah satu langkah dalam transformasi Telkom menuju struktur strategic holding dengan penguatan peran perusahaan operasi (operating company).

    Seno mengatakan, nilai aset InfraNexia pada tahap pertama mencapai sekitar Rp35 triliun. Secara keseluruhan, setelah seluruh proses spin-off rampung, nilai aset InfraNexia diproyeksikan mencapai Rp90 triliun.

    Dalam rencana lengkapnya, Telkom akan mengalihkan 99,99 persen bisnis dan aset fiber optik ke InfraNexia. Pengalihan tahap I baru mencakup setengah kepemilikan.

    InfraNexia sendiri bakal memfokuskan bisnis pada dua segmen utama, yakni layanan wholesale dan penyedia layanan internet, serta memastikan ekspansi entitas baru ini tidak akan menyamai bisnis menara yang dijalankan oleh PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL).

    Selain itu, spin-off aset fiber ini sebenarnya merupakan bagian dari strategi ‘5 Bold Moves’ yang telah disiapkan Telkom sekitar lima tahun lalu. Strategi tersebut menempatkan Telkom sebagai holding, sementara seluruh aktivitas operasional diturunkan ke anak usaha.

    Struktur bisnis Telkom kemudian dibagi ke dalam empat pilar, yakni B2C (Telkomsel), B2B Infra (pengelola fiber, menara, pusat data, dan satelit), B2B ICT Co yang ditargetkan terbentuk tahun depan, serta Telkom International untuk ekspansi pasar global.

    Ia menambahkan, penandatanganan akta pemisahan ini merupakan kelanjutan dari persetujuan pemegang saham yang telah diperoleh sebelumnya.

    “Mulai 1 Januari nanti, InsyaAllah kita akan mulai sebagai kita sebutnya sebagai legal day one dari TIF, dan ini merupakan kelanjutan dari RUPS di Jumat yang lalu, di mana approval dari shareholder kami sudah kami peroleh untuk pemisahan aset ini,” ujar dia.

    Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Telkom Dian Siswarini meenjelaskan pelimpahan aset fiber optik melalui InfraNexia sejalan dengan strategi jangka menengah TLKM 30 yang menargetkan penguatan daya saing hingga 2030.

    Strateginya berfokus pada penguatan fundamental, optimalisasi aset strategis, termasuk fiber optik, serta penguatan portofolio bisnis berkelanjutan.

    “Penguatan layanan juga menjadi salah satu fondasi utama karena segala sesuatu yang kita lakukan sebagai operator itu harus berpusat kepada pelanggan, dan tentunya kepuasan pelanggan ini menjadi barometer utama bagaimana para anak usaha kami itu bisa menjalankan bisnisnya atau bisnis operasinya dengan baik,” tambahnya.

    Adapun melalui pemisahan aset ini, Telkom juga menargetkan efisiensi belanja modal (capex), optimalisasi dan monetisasi aset, sekaligus mendukung agenda pemerintah dalam memperluas fiberisasi nasional.

    Perseroan berharap, langkah ini bisa mempercepat pemerataan konektivitas digital dan memperkuat peran grup sebagai enabler ekosistem digital nasional.

    Pewarta: Bayu Saputra
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bos Telkomsel Tak Khawatir soal AI Bubble, Ini Alasannya

    Bos Telkomsel Tak Khawatir soal AI Bubble, Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Nugroho merespons kekhawatiran pasar terkait fenomena AI Bubble atau gelembung kecerdasan buatan (AI). 

    AI Bubble adalah kondisi ketika ekspektasi, investasi, dan valuasi AI melonjak tinggi melebihi fundamental ekonomi dan hasil komersial yang nyata. 

    Menurutnya, Indonesia relatif lebih terkendali dalam menyikapi tren teknologi baru dibandingkan sejumlah negara lain.

    “So far, saya lihatnya [Indonesia] lebih terkendali, lebih proper. Mungkin karena era setelah startup digital ini bubblenya baru-baru aja ya, jadi orang itu masih trauma,” kata Nugroho usai acara peresmian AI Innovation Hub yang digelar Telkomsel di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025).

    Dia menilai pengalaman bubble startup digital membuat pelaku industri lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi teknologi baru. Menurutnya, masih ada trauma di kalangan pelaku usaha sehingga kehati-hatiannya meningkat ketika menghadapi teknologi yang sedang booming dan membutuhkan investasi besar

    Nugroho mengatakan Telkomsel mempelajari cara menghindari risiko serupa agar tidak terjebak dalam euforia teknologi semata. 

    “Cara-caranya bagaimana kami sempat terhindar dari itu pun kami sudah pelajari dan Insya Allah kami bisa terhindar lah dari potential risk itu [AI Bubble],” katanya. 

    Nugroho menambahkan perkembangan teknologi sangat cepat dan dinamis, sehingga keputusan investasi harus sangat terukur.  Lebih jauh, Nugroho menilai keputusan investasi yang dilakukan secara gegabah, terutama karena dorongan FOMO, berisiko membuat aset teknologi cepat usang. 

    Dia mencontohkan, investasi besar-besaran pada perangkat seperti GPU Nvidia bisa kehilangan relevansi ketika proses pengadaan memakan waktu lama, sehingga perangkat yang diterima justru sudah tertinggal dari sisi teknologi dan menyulitkan perusahaan memperoleh imbal hasil yang optimal.

    Dia menegaskan kondisi tersebut dapat membuat investasi menjadi tidak relevan. 

    “Bayangkan betapa tidak relevan investment kita itu, sehingga sulit untuk mendapatkan ROI yang baik,” katanya. 

    Karena itu, Telkomsel memilih pendekatan yang lebih kolaboratif dan fleksibel dalam memanfaatkan AI.  “Nah ini yang mesti kita hati-hati. Jadi pendekatan-pendekatan seperti kolaborasi menggunakan AI, cloud computing, itu akan lebih bijak buat kita ini daripada kita ini nanti beli, invest mahal, kemudian tidak bisa naik ROI-nya,” ungkapnya. 

    Dalam konteks pengembangan jaringan, dia menilai adopsi teknologi 5G di Indonesia masih berada pada fase pertengahan menuju kematangan. Menurutnya, siklus evolusi teknologi jaringan umumnya berlangsung sekitar satu dekade, sehingga setelah adopsi 5G dimulai pada 2021, kemunculan generasi berikutnya seperti 6G baru berpotensi terjadi sekitar 2031.

    Dia menegaskan Telkomsel tidak ingin mengulang kesalahan bubble teknologi sebelumnya dengan berinvestasi terlalu agresif tanpa mempertimbangkan kesiapan pasar. 

    “Dan ini pun sama, jangan sampai kita tadi yang terkait dengan 3G bubble, kami juga tidak ingin jor-joran. Yang kami perhatikan itu bagaimana penetrasi 5G handset di market,” katanya. 

    Menurutnya, investasi jaringan perlu disesuaikan dengan tingkat adopsi perangkat di masyarakat. Dia menilai pembangunan jaringan 5G secara agresif akan berisiko tidak optimal apabila penetrasi ponsel 5G masih rendah, karena investasi besar tersebut justru dapat mengurangi kapasitas layanan 4G yang masih banyak digunakan pelanggan.

    “Nah ini yang kami jaga, jadi selama penetrasi handset-nya sudah oke, kami sih berani untuk 20–25% penetrasi di sebuah wilayah, kami dorong 5G,” ungkapnya. 

    Nugroho menekankan peningkatan teknologi harus berdampak langsung pada pengalaman pelanggan dan pertumbuhan bisnis. Dia juga menolak persaingan berbasis harga semata di industri telekomunikasi. Menurutnya, perang harga justru berisiko menurunkan kualitas layanan dan reputasi nasional.

    Telkomsel ingin mendorong persaingan yang sehat demi peningkatan kualitas layanan nasional. 

    “Jadi makanya kita ini pengen mendorong, kami sebagai market leader di industri telekomunikasi tanah air, kita ingin mendorong, ayo kita bersama-sama bersaing dengan sehat, kita perbaiki customer experience di Indonesia, sehingga reputasi bangsa ini pun bisa naik di mata dunia,” ungkapnya. 

  • Regulasi AI Tunggu Tanda Tangan Prabowo, Ditarget Terbit Awal 2026

    Regulasi AI Tunggu Tanda Tangan Prabowo, Ditarget Terbit Awal 2026

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan dua regulasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yakni peta jalan AI dan etika AI, tinggal menunggu tanda tangan Presiden Prabowo Subianto. Kedua regulasi tersebut akan diterbitkan dalam bentuk peraturan presiden (Perpres).

    Direktur Jenderal Ekosistem Digital Komdigi Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, pihaknya telah menyampaikan draf regulasi tersebut kepada Kementerian Hukum untuk proses lebih lanjut.

    “Karena akan dibuat Keppres-nya [keputusan presiden] sendiri. Jadi, Keppresnya itu apa? Keppres untuk Perpres-perpres yang akan ditandatangani di 2026,” kata Edwin usai acara peresmian AI Innovation Hub yang digelar Telkomsel di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025).

    Edwin menjelaskan kedua regulasi tersebut saat ini sudah masuk dalam antrean penandatanganan. Dia berharap aturan tersebut sudah berada di meja presiden pada awal 2026, mengingat drafnya telah rampung sejak sekitar 2 bulan lalu.

    “Belum [ditandatangani], sudah ditandatangani mungkin sekitar kuartal pertama atau kedua,” ujarnya.

    Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan, pemerintah telah menyelesaikan sekitar 90% dari dua peraturan terkait AI, yakni peta jalan AI dan etika AI.

    “Ini akan mudah-mudahan ditandatangani presiden di awal tahun, jadi ini sudah dalam menunggu antrean dan menurut Mensesneg [Prasetyo Hadi] sudah masuk diprioritaskan untuk ditandatangani segera,” ungkapnya dalam konferensi pers Deklarasi Arah Indonesia Digital: Terhubung, Tumbuh, Terjaga di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

    Meutya menuturkan, terdapat dua Perpres terkait AI yang akan diterbitkan. Namun, Komdigi tidak akan mengatur perkembangan AI secara sektoral, melainkan menyiapkan payung kebijakan secara umum.

    “Harapan kami nanti kalau payung besarnya memang sudah ditandatangani presiden. Mungkin silakan kementerian-kementerian pun lembaga-lembaga untuk membuat aturan AI per sektor masing-masing,” katanya.

    Dia menegaskan kementerian dan lembaga paling memahami kebutuhan pengaturan AI di sektor masing-masing. Lebih lanjut, Meutya menjelaskan Komdigi pada tahun ini telah meluncurkan sejumlah innovation hub, yakni Garuda Spark Innovation Hub di Jakarta, Bandung, dan Medan, serta berharap jumlahnya terus bertambah di berbagai daerah.

    “Inisiatif tersebut diharapkan dapat melahirkan lebih banyak talenta digital dan inovasi yang lebih merata di seluruh wilayah Indonesia,” katanya.

  • Masif Cetak Talenta AI, Pengamat Ingatkan Minimnya Ruang Pemanfaatan

    Masif Cetak Talenta AI, Pengamat Ingatkan Minimnya Ruang Pemanfaatan

    Bisnis.com, BANDUNG— Pemerintah dan pelaku industri semakin agresif membangun ekosistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) melalui kolaborasi lintas sektor untuk mencetak talenta digital. 

    Namun, di tengah masifnya program pelatihan dan pengembangan talenta AI, pengamat mengingatkan risiko apabila penciptaan talenta tidak diiringi dengan kesiapan ekosistem dan ruang pemanfaatan yang nyata di industri.

    Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Edwin Hidayat Abdullah, mengatakan pengembangan ekosistem AI saat ini mengusung konsep kolaborasi tiga sektor, yakni pemerintah, universitas, dan industri bisnis.

    “Nah konsepnya semua sama antara Garuda Park Innovation Hub dan juga dengan AI Innovation Hub Telkomsel dan ITB adalah kolaborasi tiga sektor. Antara pemerintah, universitas dan juga industri bisnis,” kata Edwin usai acara peresmian AI Innovation Hub di Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025).

    Menurutnya, kolaborasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan talenta digital agar masyarakat Indonesia memiliki kemampuan digital yang memadai dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan nasional.

    Edwin menilai selama ini pemanfaatan AI di Indonesia masih didominasi untuk kebutuhan hiburan. Karena itu, diperlukan jembatan antara riset dan industri agar AI dapat menciptakan nilai tambah yang lebih luas.

    Dia menambahkan penguatan ekosistem digital menjadi salah satu titik intervensi penting untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi digital yang lebih besar, seiring AI disebut sebagai gelombang baru ekonomi nasional. 

    “Ada yang bilang bahwa AI ini akan jadi the next wave-nya ekonomi Indonesia,” katanya.

    Namun, Edwin menekankan fokus utama pemerintah bukan semata mengejar angka kontribusi ekonomi. “Tapi sebenarnya bukan itu, yang paling penting adalah kita mendidik talenta ini,” ujarnya.

    Menurutnya pengembangan wadah ekosistem AI seperti  AI Innovation Hub yang dikembangkan bersama Telkomsel mampu menciptakan jutaan talenta digital dalam lima tahun ke depan. 

    “Targetnya dalam 5 tahun ke depan kita mencetak sekitar 4 juta techpreneur atau mereka yang bisa memanfaatkan teknologi digital dan bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan berdasar yang menggunakan teknologi,” kata Edwin.

    Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB periode 2025—2030 Irwan Meilano mengatakan kolaborasi dengan Telkomsel melalui AI Innovation Hub merupakan bagian dari langkah nasional ITB untuk menjadi kampus yang berdampak.

    Bahkan sebagai tindak lanjut, dia mengatakan ITB mewajibkan seluruh mahasiswa tingkat pertama mempelajari AI lintas program studi. 

    “Sekarang kami sudah mewajibkan seluruh mahasiswa ITB di tingkat pertama itu untuk belajar AI,” kata Irwan.

    ITB juga menyiapkan laboratorium praktis agar mahasiswa dapat bekerja secara kolaboratif lintas disiplin.  Selain itu, ITB akan membuka program konsentrasi khusus AI pada jenjang sarjana mulai tahun 2026. 

    Program tersebut dirancang dengan pendekatan multidisiplin agar AI dapat diterapkan di berbagai sektor. 

    Ekosistem Pemanfaatan Minim

    Namun pengamat telekomunikasi dari ITB Agung Harsoyo menilai persoalan utama bukan semata kekurangan talenta AI, melainkan belum siapnya ekosistem pemanfaatan.

    “Indonesia saat ini cenderung lebih mengutamakan mencetak talenta AI dibanding menyediakan ruang pemanfaatannya,” kata Agung.

    Dia menilai talenta yang sudah tercetak membutuhkan akses pada data, masalah nyata, dan kesempatan berkarya. “Masalah kita bukan [hanya] kekurangan talenta AI, tapi belum cukupnya ekosistem yang memberi kesempatan berkarya, memberi data, dan masalah nyata untuk mereka selesaikan,” ujarnya.

    Agung berharap sinergi antarpemangku kepentingan dapat diperkuat agar talenta AI benar-benar berdampak bagi industri dan negara.  Menurutnya, peran pemerintah menjadi krusial dalam menyatukan ekosistem berbasis AI lintas sektor. 

    “Misal Komdigi, dapat membuat sinergi-program dari para penyelenggara jaringan [berbasis AI], penyelenggara jasa [berbasis AI], penyelenggara sistem elektronik [berbasis AI], dan lain-lain,” katanya. 

    Sementara itu, pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengingatkan AI bukan hanya peluang, tetapi juga tantangan besar, terutama bagi tenaga kerja. Dia menilai perkembangan AI berpotensi menggeser banyak pekerjaan manusia. 

    “Karena dengan perkembangan artificial intelligence seperti sekarang ini, tentunya bagi masyarakat ini menjadi tantangan karena banyak pekerjaan yang kemudian diambil oleh AI,” kata Heru saat dihubungi Bisnis Selasa (16/12/2025).

    Menurut Heru, reskilling dan upskilling menjadi kunci agar masyarakat tidak tertinggal. Dia juga menyoroti risiko pengangguran jika tantangan tersebut tidak dijawab, terutama di tengah bonus demografi.  Heru mengingatkan agar pengembangan AI difokuskan pada kebutuhan nasional. 

    Dia juga mengingatkan agar target penciptaan techpreneur tidak menjadi tujuan utama. “Kalau pendekatannya kemudian, oh ini ada peluang membentuk techpreneur sekian juta segala macam, saya khawatir ini kita akan kembali mengulang persoalan atau kegagalan ketika kita mengembangkan startup,” ujarnya.