BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

  • Menilik Penyebab Lelang 1,4 GHz Diabaikan Telkomsel hingga XLSmart (EXCL)

    Menilik Penyebab Lelang 1,4 GHz Diabaikan Telkomsel hingga XLSmart (EXCL)

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Selular, PT Indosat Tbk. (ISAT) dan PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (EXCL) memutuskan untuk tidak ikut tahap lanjut lelang frekuensi 1,4 GHz. Telkomsel mundur lebih awal, diikuti oleh XLSMART dan Indosat pada tahap pemenuhan persyaratan. Lantas apa penyebabnya?

    Untuk diketahui, frekuensi 1,4 GHz adalah frekuensi tengah yang memiliki keunggulan cakupan luas. Artinya, 1 BTS dapat menjangkau wilayah yang lebih lebar dibandingkan pita di atasnya seperti 1,8 GH, 2,1 GHz dan 2,3 GHz. Namun menurut GSMA, ekosistem teknologi ini tidak matang di global.

    Dalam menjaring pemenang, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kemudian membagi pita 1,4 GHz menjadi 3 zona wilayah, yang secara garis besar antara Sumatra, Pulau Jawa, dan Bali & Nusa Tenggara. Harga dasar masing-masing wilayah berbeda-beda.

    Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menyoroti mekanisme seleksi yang memang mengharuskan operator memenuhi sejumlah persyaratan teknis maupun administratif.

    Dia berpendapat mundurnya operator besar bisa terjadi karena berbagai alasan. Menurutnya, ada yang memang mundur setelah mengetahui apa saja hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam dokumen seleksi. Namun, lanjut dia, biasanya ada juga yang memang tidak memenuhi syarat dan dokumen tidak lengkap. 

    “Seperti bank garansi untuk lelang, memiliki izin yang sesuai, dan proposal teknis serta keuangan jika memenangkan seleksi. Kalau tersisa tiga artinya ya mereka yang benar-benar berminat dan memenuhi syarat untuk lanjut ke seleksi selanjutnya,” katanya, kepada Bisnis pada Rabu (1/10/2025).

    Meski demikian, Heru menilai implementasi jaringan 1,4 GHz bukanlah hal yang mudah. Pasalnya membutuhkan jaringan yang nantinya harus dikombinasikan dengan teknologi nirkabel. 

    BTS Internet

    Berbeda dengan seluler, jangkauan 1,4 GHz terbatas sehingga lebih mengandalkan jaringan berbasis serat optik. Dia menambahkan, meski tiga peserta yang tersisa dinilai cukup kuat, tantangan tetap ada terutama dalam menjangkau wilayah timur Indonesia.

    “Dari ketiga peserta saya melihat cukup kuat untuk bersaing, dan kita harapkan bisa memberikan layanan internet dengan kecepatan tinggi dan murah, yang disebut Rp100 ribu. Hanya memang untuk Timur Indonesia tidak semua siap,” kata Heru.

    Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo menilai frekuensi 1,4 GHz memiliki potensi besar meskipun saat ini belum banyak dimanfaatkan.

    “Pita frekuensi 1.4GHz salah satu pita mid-band [1 GHz – 6 GHz] dari IMT. Cepat atau lambat, pabrikan handphone akan memasukkan pita frekuensi ini ke dalam produknya. Dari hal ini, pada dasarnya yang tepat untuk memanfaatkannya adalah operator selular,” kata Agung.

    Menurutnya, ada tiga kondisi umum yang harus dipenuhi industri dalam memanfaatkan pita frekuensi ini, yakni kemampuan modal besar untuk menggelar jaringan, kemampuan mematuhi regulasi, serta kemampuan mengikuti perkembangan teknologi.

    “Ketika operator selular mundur dari lelang, boleh jadi terkait pertimbangan bisnis saat ini, semisal belum matangnya ekosistem 1.4GHz,” tambahnya.

    Tak Masuk Rencana Bisnis

    PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk memutuskan untuk tidak melanjutkan proses seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pitalebar (broadband wireless access/BWA) tahun 2025.

    Group Head Regulatory & Government Relations XLSMART Alvin Aslam menyampaikan, keputusan tersebut didasari oleh sejumlah pertimbangan internal perusahaan.

    “XLSMART memutuskan untuk tidak melanjutkan proses lelang, dengan pertimbangan prioritas dan ketidaksesuaian dengan rencana bisnis XLSMART,” ujar Alvin.

    Petugas memperbaiki pemancar di salah satu menara telekomunikasi

    Sebelumnya, terdapat tujuh penyelenggara telekomunikasi yang mendaftar sebagai calon peserta seleksi dengan mengambil dokumen seleksi pada 11–20 Agustus 2025. Mereka adalah PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Seluler, dan PT Eka Mas Republik.

    Dari tujuh calon peserta tersebut, hanya lima yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Indosat Tbk, PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. 

    Pemeriksaan kelengkapan dokumen dilakukan pada hari yang sama, pukul 14.00–16.00 WIB, disaksikan perwakilan masing-masing peserta.

    Dokumen para peserta ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat yang diterbitkan Balai Besar Sertifikasi Elektronik (BSrE), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Hasil pemeriksaan menunjukkan PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dinyatakan lengkap. Sementara itu, PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk dokumennya tidak lengkap dan akhirnya menyatakan pengunduran diri.

    Dengan demikian, dari tujuh perusahaan yang mengambil dokumen seleksi, kini hanya tiga yang tersisa untuk melanjutkan ke tahap lelang harga, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Mereka akan bersaing memperebutkan pita frekuensi 1,4 GHz yang terbagi ke dalam tiga zona.

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan proses seleksi akan berlanjut sesuai ketentuan. 

    “Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar [Broadband Wireless Access] Tahun 2025, maka berdasarkan hasil evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5, proses seleksi dilanjutkan ke tahapan lelang harga,” tulis Komdigi dalam laman resminya, Rabu (1/10/2025).

    Adapun, tahapan lelang harga dijadwalkan berlangsung mulai Senin, 13 Oktober 2025, melalui sistem e-Auction. Peserta yang tidak lolos evaluasi administrasi tetap memiliki hak untuk menyampaikan sanggahan atas hasil evaluasi tersebut. 

    Sanggahan dapat diajukan secara daring melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB, dengan melampirkan bukti yang memperkuat sanggahan.

    Diberitakan sebelumnya, dari tujuh perusahaan telekomunikasi yang mengambil dokumen seleksi, hanya lima yang mengajukan dokumen permohonan, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT Indosat Tbk., PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk., PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Eka Mas Republik.

    Namun, dalam proses pemeriksaan dokumen pada 23 September 2025, Indosat dan XL Smart memutuskan mundur. 

    Alhasil, hanya tersisa tiga peserta, yaitu Telkom, Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha WIFI), dan Eka Mas Republik, yang akan bersaing memperebutkan pita 1,4 GHz yang terbagi dalam tiga zona.

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan seleksi telah memasuki tahap lelang harga yang akan dimulai pada Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction. Peserta juga masih diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan atas hasil evaluasi administrasi paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB.

  • XLSMART Mundur dari Lelang Frekuensi 1,4 GHz, Ini Pertimbangannya

    XLSMART Mundur dari Lelang Frekuensi 1,4 GHz, Ini Pertimbangannya

    Bisnis.com, JAKARTA — PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk memutuskan untuk tidak melanjutkan proses seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pitalebar (broadband wireless access/BWA) tahun 2025.

    Group Head Regulatory & Government Relations XLSMART Alvin Aslam menyampaikan, keputusan tersebut didasari oleh sejumlah pertimbangan internal perusahaan.

    “XLSMART memutuskan untuk tidak melanjutkan proses lelang, dengan pertimbangan prioritas dan ketidaksesuaian dengan rencana bisnis XLSMART,” ujar Alvin melalui keterangan resmi, Rabu (1/10/2025).

    Sebelumnya, terdapat tujuh penyelenggara telekomunikasi yang mendaftar sebagai calon peserta seleksi dengan mengambil dokumen seleksi pada 11–20 Agustus 2025. Mereka adalah PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Seluler, dan PT Eka Mas Republik.

    Dari tujuh calon peserta tersebut, hanya lima yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Indosat Tbk, PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. 

    Pemeriksaan kelengkapan dokumen dilakukan pada hari yang sama, pukul 14.00–16.00 WIB, disaksikan perwakilan masing-masing peserta.

    Dokumen para peserta ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat yang diterbitkan Balai Besar Sertifikasi Elektronik (BSrE), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Hasil pemeriksaan menunjukkan PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dinyatakan lengkap. Sementara itu, PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk dokumennya tidak lengkap dan akhirnya menyatakan pengunduran diri.

    Dengan demikian, dari tujuh perusahaan yang mengambil dokumen seleksi, kini hanya tiga yang tersisa untuk melanjutkan ke tahap lelang harga, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Mereka akan bersaing memperebutkan pita frekuensi 1,4 GHz yang terbagi ke dalam tiga zona.

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan proses seleksi akan berlanjut sesuai ketentuan. 

    “Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar [Broadband Wireless Access] Tahun 2025, maka berdasarkan hasil evaluasi administrasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5, proses seleksi dilanjutkan ke tahapan lelang harga,” tulis Komdigi dalam laman resminya, Rabu (1/10/2025).

    Adapun, tahapan lelang harga dijadwalkan berlangsung mulai Senin, 13 Oktober 2025, melalui sistem e-Auction. Peserta yang tidak lolos evaluasi administrasi tetap memiliki hak untuk menyampaikan sanggahan atas hasil evaluasi tersebut. 

    Sanggahan dapat diajukan secara daring melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB, dengan melampirkan bukti yang memperkuat sanggahan.

  • Operator Besar Mundur dari Lelang, Pengamat Beberkan Potensi Frekuensi 1,4 GHz

    Operator Besar Mundur dari Lelang, Pengamat Beberkan Potensi Frekuensi 1,4 GHz

    Bisnis.com, JAKARTA — Lelang frekuensi 1,4 GHz untuk layanan akses nirkabel pita lebar (Broadband Wireless Access/BWA) kini hanya menyisakan tiga peserta. Sejumlah operator besar seperti Telkomsel, Indosat, dan XLSMART memilih mundur dari proses seleksi.

    Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo menilai frekuensi 1,4 GHz memiliki potensi besar meskipun saat ini belum banyak dimanfaatkan.

    “Pita frekuensi 1.4GHz salah satu pita mid-band [1 GHz – 6 GHz] dari IMT. Cepat atau lambat, pabrikan handphone akan memasukkan pita frekuensi ini ke dalam produknya. Dari hal ini, pada dasarnya yang tepat untuk memanfaatkannya adalah operator selular,” kata Agung kepada Bisnis pada Rabu (1/10/2025).

    Menurutnya, ada tiga kondisi umum yang harus dipenuhi industri dalam memanfaatkan pita frekuensi ini, yakni kemampuan modal besar untuk menggelar jaringan, kemampuan mematuhi regulasi, serta kemampuan mengikuti perkembangan teknologi.

    “Ketika operator selular mundur dari lelang, boleh jadi terkait pertimbangan bisnis saat ini, semisal belum matangnya ekosistem 1.4GHz,” tambahnya.

    Sementara itu, Pengamat Telekomunikasi sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menyoroti mekanisme seleksi yang memang mengharuskan operator memenuhi sejumlah persyaratan teknis maupun administratif.

    “Seleksi biasanya ada beberapa tahap. Pendaftaran, seleksi administrasi, kemudian lelang, ada masa sanggah, baru penetapan pemenang,” kata Heru.

    Dia menambahkan, mundurnya peserta bisa terjadi karena berbagai alasan. Menurutnya, ada yang memang mundur setelah mengetahui apa saja hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam dokumen seleksi. Namun, lanjut dia, biasanya ada juga yang memang tidak memenuhi syarat dan dokumen tidak lengkap. 

    “Seperti bank garansi untuk lelang, memiliki izin yang sesuai, dan proposal teknis serta keuangan jika memenangkan seleksi. Kalau tersisa tiga artinya ya mereka yang benar-benar berminat dan memenuhi syarat untuk lanjut ke seleksi selanjutnya,” katanya.

    Meski demikian, Heru menilai implementasi jaringan 1,4 GHz bukanlah hal yang mudah. Pasalnya membutuhkan jaringan yang nantinya harus dikombinasikan dengan teknologi nirkabel. 

    Berbeda dengan seluler, jangkauan 1,4 GHz terbatas sehingga lebih mengandalkan jaringan berbasis serat optik. Dia menambahkan, meski tiga peserta yang tersisa dinilai cukup kuat, tantangan tetap ada terutama dalam menjangkau wilayah timur Indonesia.

    “Dari ketiga peserta saya melihat cukup kuat untuk bersaing, dan kita harapkan bisa memberikan layanan internet dengan kecepatan tinggi dan murah, yang disebut Rp100 ribu. Hanya memang untuk Timur Indonesia tidak semua siap,” kata Heru.

    Diberitakan sebelumnya, dari tujuh perusahaan telekomunikasi yang mengambil dokumen seleksi, hanya lima yang mengajukan dokumen permohonan, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT Indosat Tbk., PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk., PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Eka Mas Republik.

    Namun, dalam proses pemeriksaan dokumen pada 23 September 2025, Indosat dan XL Smart memutuskan mundur. 

    Alhasil, hanya tersisa tiga peserta, yaitu Telkom, Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha WIFI), dan Eka Mas Republik, yang akan bersaing memperebutkan pita 1,4 GHz yang terbagi dalam tiga zona.

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan seleksi telah memasuki tahap lelang harga yang akan dimulai pada Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction. Peserta juga masih diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan atas hasil evaluasi administrasi paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB.

  • Lelang 1,4 GHz Tanpa 3 Operator Besar (Telkomsel, Indosat, XLSMART)

    Lelang 1,4 GHz Tanpa 3 Operator Besar (Telkomsel, Indosat, XLSMART)

    Bisnis.com, JAKARTA —  PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (EXCL), PT Indosat Tbk. (ISAT), dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) tak terlibat dalam lelang frekuensi 1,4 GHz. Dari 7 perusahaan telekomunikasi yang mengambil dokumen, hanya tersisa 3 perusahaan yang terlibat ke tahap penawaran.

    Adapun 3 perusahaan yang lanjut ke tahap lelang antara lain, PT Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha WIFI), PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

    Komdigi melaporkan pada Selasa, 23 September 2025, pukul 09.00 WIB – 12.00 WIB dari 7 (tujuh) Calon Peserta Seleksi yang telah mengambil Dokumen Seleksi, terdapat 5 (lima) Calon Peserta Seleksi yang menyerahkan Dokumen Permohonan Keikutsertaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025.

    Telkomsel dan PT Netciti Persada tidak mengumpulkan dokumen, yang menandakan mereka tak terlibat.  Sementara itu, Eka Mas Republik, Telemedia Komunikasi Pratama, Indosat, XLSmart, dan Telkom mengumpulkan dokumen.

    Kemudian, pada Selasa, 23 September 2025, pukul 14.00 WIB – 16.00 WIB  Tim Seleksi telah melaksanakan Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Permohonan Keikutsertaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025 yang dihadiri oleh perwakilan dari Calon Peserta Seleksi sebagai saksi.

    Berdasarkan Pemeriksaan Kelengkapan Dokumen Permohonan Keikutsertaan Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, didapatkan bahwa Indosat dan XLSmart memutuskan untuk mundur. Artinya, tersisa Telkom, Telemedia Komunikasi Pratama, dan Eka Mas Republik sebagai peserta lelang. Mereka akan memperebutkan pita 1,4 GHz yang terbagi dalam 3 zona.

    “Sesuai  ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, maka berdasarkan hasil Evaluasi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam angka 5, proses Seleksi dilanjutkan ke tahapan Lelang Harga,” tulis Komdigi dalam website, Rabu (1/10/2025).

    Komdigi menyampaikan tahapan lelang harga angka 6 akan dimulai pada hari Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction.

    Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, Peserta Seleksi sebagaimana dimaksud dalam angka 5 dapat menyampaikan Sanggahan Hasil Evaluasi Administrasi dalam bentuk tertulis melalui surat resmi yang disertai bukti yang memperkuat sanggahan yang disampaikan secara daring melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 Pukul 15.00 WIB.

  • Telkom, WIFI, dan Eka Mas Republik Masuk Tahap Lanjut Lelang Frekuensi 1,4 GHz

    Telkom, WIFI, dan Eka Mas Republik Masuk Tahap Lanjut Lelang Frekuensi 1,4 GHz

    Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memutuskan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha WIFI), dan PT Eka Mas Republik lolos ke tahap selanjutkan dalam seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 Ghz untuk layanan akses nirkabel pita lebar atau broadband wireless access (BWA) 2025.

    “Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, maka berdasarkan hasil Evaluasi Administrasi, proses Seleksi dilanjutkan ke tahapan Lelang Harga,” tulis Komdigi dikutip dari keterangan resmi pada Rabu (1/10/2025) 

    Tahap lelang harga akan dimulai pada Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction. Sesuai ketentuan, peserta seleksi berhak menyampaikan sanggahan atas hasil evaluasi administrasi secara tertulis dengan bukti pendukung. 

    Sanggahan harus disampaikan secara daring melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB. Jika sanggahan melewati batas waktu atau tidak sesuai dengan ketentuan, maka dinyatakan tidak diterima.

    “Pelaksanaan Seleksi tetap berlangsung meskipun terdapat Sanggahan Hasil Evaluasi Administrasi,” tulis Komdigi.

    Sebelumnya, terdapat tujuh penyelenggara yang mendaftar sebagai calon peserta seleksi dengan mengambil dokumen seleksi pada 11–20 Agustus 2025. 

    Mereka adalah PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Seluler, dan PT Eka Mas Republik.

    Dari tujuh calon peserta tersebut, hanya lima yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025, yaitu PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Indosat Tbk, PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. 

    Pemeriksaan kelengkapan dokumen dilakukan di hari yang sama pada pukul 14.00–16.00 WIB, disaksikan perwakilan masing-masing peserta.

    Dokumen-dokumen tersebut ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat yang diterbitkan oleh Balai Besar Sertifikasi Elektronik (BSrE), Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). 

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dinyatakan lengkap. Sementara itu, PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk dokumen tidak lengkap dan menyatakan pengunduran diri. 

  • Pendaftaran Internet Murah 100 Mbps Dibuka, Ada Telkom-WIFI-MyRepublic

    Pendaftaran Internet Murah 100 Mbps Dibuka, Ada Telkom-WIFI-MyRepublic

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan hasil evaluasi administrasi Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access/BWA) tahun 2025.

    Dari lima peserta yang menyerahkan dokumen permohonan, hanya tiga perusahaan yang dinyatakan lolos dan berhak melanjutkan ke tahap lelang harga.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah:

    PT Eka Mas Republik
    PT Telemedia Komunikasi Pratama
    PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

    Telkom (TLKM) adalah induk dari PT Telekomunikasi Selular yang beroperasi dengan brand Telkomsel. Dua perusahaan lain yang masih mengikuti proses lelang internet murah 100 Mbps adalah Telemedia Komunikasi Pratama yang merupakan anak usaha Surge (WIFI) dan Eka Mas Republik yang mengoperasikan layanan internet MyRepublic.

    Frekuensi 1,4 GHz nantinya akan digunakan untuk layanan internet fixed wireless. Tidak seperti layanan internet rumahan yang menggunakan kabel fiber optik hingga ke rumah, pengguna layanan fixed wireless menerima layanan internet tanpa kabel. Namun layanan ini hanya bisa digunakan di lokasi tertentu, tidak seperti layanan seluler yang bisa digunakan di berbagai tempat hingga luar kota.

    Komdigi menyebut persyaratan Telkom, Telemedia, dan MyRepublic dinyatakan lengkap dan sesuai ketentuan dokumen seleksi, sehingga dapat melaju ke tahap berikutnya.

    Sementara itu, dua calon peserta lainnya yakni PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk tidak lolos administrasi. Kedua perusahaan tersebut sebelumnya telah menyampaikan pengunduran diri melalui surat resmi kepada panitia seleksi.

    Komdigi membuka lelang 1,4 Ghz untuk layanan Fixed Wireless Access. Seleksi ini memiliki total lebar 80Mhz dengan rentang 1432Mhz-1512Mhz. Langkah ini dilakukan untuk memperluas jangkauan internet tetap. Begitu juga agar ada pemerataan transformasi di tanah air.

    “Langkah ini tidak hanya membuka ruang bagi penyelenggara jaringan untuk meningkatkan kapasitas dan cakupan layanan, tetapi juga memperluas pilihan akses internet yang lebih terjangkau bagi masyarakat,” ujar Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Wayan Toni Supriyanto dalam keterangannya beberapa waktu lalu.

    Adapun proses seleksi ini diawali dengan pengambilan dokumen seleksi oleh tujuh perusahaan penyelenggara telekomunikasi pada 11-20 Agustus 2025. Namun, hanya lima perusahaan yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025.

    Selanjutnya, Komdigi akan melanjutkan proses ke tahap lelang harga yang dijadwalkan dimulai pada Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction.

    Peserta seleksi yang tidak menerima hasil evaluasi administrasi masih diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan tertulis melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 3 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB. Namun, sanggahan yang diajukan melewati batas waktu atau tidak sesuai dengan ketentuan akan dinyatakan tidak diterima.

    Komdigi menegaskan pelaksanaan seleksi tetap berjalan meskipun terdapat sanggahan hasil evaluasi.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dian Siswarini Ajak Telkom, Telkomsel, Indosat, XLSmart Kolaborasi

    Dian Siswarini Ajak Telkom, Telkomsel, Indosat, XLSmart Kolaborasi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Dian Siswarini, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam membangun industri telekomunikasi di Indonesia.

    Menurut Dian, tantangan di sektor telekomunikasi saat ini makin berat sehingga diperlukan kerja sama lintas asosiasi, pelaku industri, hingga pemerintah.

    “Jadi kata kunci buat kami adalah kolaborasi. Kolaborasi lintas asosiasi, bukan cuma di antara kami, tetapi juga semua pemangku kepentingan yang lain,” kata Dian saat konferensi pers Rapat Umum Anggota ATSI 2025 di Jakarta, Senin (29/9/2025).

    “Terutama yang paling penting adalah bagaimana bekerja sama dengan pemerintah tentunya ya,” imbuhnya.

    ATSI adalah asosiasi yang menaungi para penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan anggota PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., Telkomsel, PT Indosat Tbk. atau Indosat Ooredoo Hutchison, dan PT XL Axiata Tbk. atau XLSmart.

    Dian menekankan, kemitraan erat antara pelaku industri dengan pemerintah menjadi faktor paling penting dalam memperkuat ekosistem digital nasional.

    “Karena kalau dalam hal ini, kami dan pemerintah itu harus hand-in-hand dalam membangun telekomunikasi dan dunia digital Indonesia,” ujarnya.

    ATSI menilai, tanpa regulasi yang setara, operator telekomunikasi terbebani kewajiban infrastruktur, sementara layanan Over The Top (OTT), seperti Netflix dan lainnya, bebas memanfaatkan jaringan tanpa kontribusi sebanding.

    Oleh karena itu, sinergi seluruh pemangku kepentingan dinilai penting agar ekosistem digital berkembang secara adil dan berkelanjutan.

    Dian mengatakan industri telekomunikasi tidak berkembang sesuai harapan karena sebagian besar “kue” bisnis diserap oleh penyedia layanan digital.

    “Kue kita tuh, atau our lunch time itu banyak diambil oleh pemain lain, yang tadinya adalah pemain IT atau internet, dan masuk ke ranah telekomunikasi,” ujar Dian.

    Kedepannya yang harus diusulkan supaya industri tumbuh lebih baik adalah adanya keadilan di “tempat bermain” atau playing ground bagi para toperator telekomunikasi dan juga pemain-pemain lainnya.

    “Terutama pada para pemain OTT tentunya. Karena tadi kalau saya sebutkan ada yang eating on lunch itu adalah kebanyakan adalah pemain OTT.” pungkasnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ketum ATSI Dian Siswarini Fokus Dorong Penciptaan Iklim Usaha yang Adil dan 5G

    Ketum ATSI Dian Siswarini Fokus Dorong Penciptaan Iklim Usaha yang Adil dan 5G

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Dian Siswarini mengungkap sejumlah fokus yang akan diperjuangkan industri 5 tahun ke depan, salah satunya mendorong penciptaan iklim usaha yang adil. 

    Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) itu mengatakan melalui kemitraan yang kuat dengan regulator dan semua pemangku kepentingan, Atsi berharap ke depan dapat tercipta iklim persaingan usaha yang adil. 

    “ATSI akan mempromosikan penciptaan iklim usaha yang adil dan penerapan teknologi terkini misalnya 5G,” kata Dian, Senin (29/9/2025). 

    Sebagai gambaran, ketimpangan dalam penerapan beban antara perusahaan telekomunikasi dalam negeri dengan perusahaan teknologi global yang beroperasi dan mengeruk cuan di Indonesia sempat menjadi sorotan. 

    Rasio antara beban regulasi yang harus dibayarkan dengan pendapatan yang dibukukan perusahaan telekomunikasi telah mencapai 12,2%. 

    Lebih tinggi dibandingkan dengan rerata di Asia Pasifik dan global yang mencapai 7% dan 8,7%. Sementara itu perusahaan teknologi asing yang beroperasi di Indonesia dan menjual layanan serupa dengan perusahaan telekomunikasi tidak dikenakan ongkos regulasi. 

    Dian juga mengatakan Atsi akan mendorong pemanfaatan teknologi internet of things (IoT) dan kecerdasan  buatan (AI) yang merata, yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. 

    ATSI juga berkomitmen untuk mendukung visi pemerintah untuk menghubungkan masyarakat dengan teknologi digital dan meningkatkan kesejahteraan. 

    Dian juga mengatakan bahwa kondisi global saat ini cukup menantang. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk melewati hal ini adalah dengan berkolaborasi antara pemerintah dan pengusaha. 

    “Kolaborasi, lintas asosiasi, kolaborasi, bukan cuma tadi diantara kami ini, tetapi juga semua pemangku kepentingan yang lain, terutama yang paling penting adalah bagaimana bekerjasama dengan pemerintah tentunya,” kata Dian.

  • Dirut Telkom Dian Siswarini Jadi Ketum ATSI 2025-2029

    Dirut Telkom Dian Siswarini Jadi Ketum ATSI 2025-2029

    Jakarta

    Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) resmi mengumumkan pengurus baru dalam Rapat Umum Anggota 2025 (RUA ATSI 2025). Bersamaan dengan itu, mereka turut mengungkapkan komitmennya untuk mendorong transformasi digital di Indonesia.

    “Sebagai ketua umum ATSI yang baru, saya ingin tetap membawa aksi ini menjadi penggerak utama ekosistem digital Indonesia,” kata Ketua Umum ATSI yang baru, Dian Siswarini, dalam acara Konferensi Pers RUA ATSI 2025, di The Westin, Jakarta, Senin (29/9/2025).

    Dian yang adalah Direktur Utama Telkom mengatakan akan terus berkolaborasi dengan pemerintah dan industri untuk bisa mewujudkan hal tersebut. Ia menekankan, ingin memastikan seluruh masyarakat di Tanah Air bisa merasakan kemajuan teknologi digital.

    “Saya yakin, melalui kemitraan yang kuat dengan regulator dan semua pemangku kepentingan lainnya, ATSI akan mempromosikan tercipta iklim usaha yang adil dan penerapan teknologi terkini, misalnya 5G, Articifial Intelligence, dan juga IOT,” ujar Dian.

    Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O. Baasir, menambahkan, bahwa telekomunikasi bukan hanya tentang konektivitas, tapi juga pilar ketahanan nasional. Menurutnya, selama pandemi Covid-19, sektor telekomunikasi menjadi tulang punggung aktivitas masyarakat, sebab memastikan keberlangsungan hidup jutaan orang.

    “Ke depan, konvergensi, baik jaringan seluler, fiber, maupun satelit, akan tetap menjadi fokus strategi kami, untuk memperkuat infrastruktur digital yang memberi manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan visi pemerintah menuju bangsa yang berdaulat dan sejahtera secara digital,” ujar Marwan.

    Berikut pengurus baru ATSI periode 2025-2029:

    Pengurus ATSIKetua Umum: Dian Siswarini, Direktur Utama, PT Telkom IndonesiaWakil Ketua Umum: Reski Damayanti, Chief Legal & Regulatory Officer, Indosat Ooredoo HutchisonBendahara: Daru Mulyawan, Direktur, TelkomselSekretaris Jenderal: Merza Fachys, Direktur, XLSMARTDirektur Eksekutif: Marwan O. BaasirDewan Pengawas ATSIKetua: Muhammad Buldansyah, Direktur, Indosat Ooredoo HutchisonAnggota: Jeremiah Ratadhi, Direktur, XLSMARTAnggota: Nugroho, Direktur Utama, TelkomselAnggota: Honesti Basyir, Direktur, PT Telkom Indonesia

    (hps/fay)

  • Dian Siswarini Terpilih Sebagai Ketua Umum ATSI 2025-2029, Reski Damayanti Waketum

    Dian Siswarini Terpilih Sebagai Ketua Umum ATSI 2025-2029, Reski Damayanti Waketum

    Bisnis.com, JAKARTA — Seluruh operator seluler Indonesia sepakat menunjuk Direktur Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Dian Siswarini sebagai ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) 2025-2029. Dian menggantikan Ririek Adriansyah.

    Rapat Umum Anggota (RUA) ATSI juga mengangkat Chief Legal & Regulatory Officer PT Indosat Tbk. Reski Damayanti sebagai Wakil Ketua Umum.

    Kemudian Director & Chief Regulatory PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (EXCL) Merza Fachys sebagai Sekretaris Jenderal. Adapun posisi bendahara diisi oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkomsel Daru Mulyawan.

    Dalam sambutannya, Dian mengatakan di bawah kepemimpinannya ATSI akan menjadi penggerak utama ekosistem digital Indonesia. ATSI juga berkomitmen untuk mendukung visi Presiden Prabowo Subianto untuk membangun Indonesia yang lebih maju dari sisi teknologi.

    “Serta mampu beradaptasi di era kemajuan digital secara global. ATSI juga akan terus berkolaborasi dengan pemerintah dan industri untuk mendorong peningkatan infrastruktur digital dan inovasi digital dalam upaya meningkatkan kesejahteraan digital,” kata Dian di Jakarta, Senin (29/9/2025).

    Dian juga meyakini bahwa kemitraan yang kuat dengan regulator dan semua pemangku kepentingan lainnya akan mempercepat digitalisasi di Tanah Air.

    ATSI juga akan mempromosikan dan mendorong terciptanya iklim usaha yang adil dan penerapan teknologi terkini misalnya 5G, artificial intelligence, dan juga internet of things (IoT) untuk mendukung pemerintah Indonesia.

    Sebelumnya, ATSI menili kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariff sebesar 32% yang diterapkan Amerika Serikat (AS) berpeluang menaikkan nilai tawar Indonesia dalam pengembangan 5G. Penetrasi teknologi baru tersebut bakal makin kencang. 

    Kebijakan tarif Trump hanya memberatkan ekspor komoditas Indonesia, tidak dengan sektor teknologi, termasuk 5G. 

    ATSI menilai kebijakan Trump justru berpeluang membuat penetrasi 5G makin berkembang. 

    Negara-negara yang awalnya mengirimkan perangkat 5G ke AS, akan menjadikan Indonesia sebagai pasar alternatif, yang kemudian berpotensi membuat nilai tawar Indonesia naik. 

    Indonesia berpeluang mendapatkan perangkat 5G dengan harga yang relatif lebih terjangkau.

    Laporan terbaru Global System for Mobile Communications Association (GSMA) memperkirakan penetrasi 5G Indonesia masih berkisar 3% pada 2024. 

    Penetrasi tersebut diharapkan dapat meningkat menjadi 32% pada 2030 dengan dukungan berbagai kebijakan, termasuk ekosistem yang makin matang.