BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

  • 10% Pelanggan Pemda dan Pelayanan Publik Pindah ke Starlink

    10% Pelanggan Pemda dan Pelayanan Publik Pindah ke Starlink

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) menyampaikan sebanyak 15% dari total pelanggan pemerintahan beralih dari layanan internet berbasis satelit orbit geostasioner (GEO) pindah ke layanan internet berbasis satelit orbit rendah (LEO) Starlink.

    Salah satu pertimbangannya adalah karena latensi yang diberikan oleh LEO lebih baik.

    Latensi adalah penundaan atau keterlambatan waktu antara tindakan yang dilakukan oleh pengguna dan respons yang diberikan oleh sebuah sistem. Makin rendah latensinya, maka makin baik.

    Dalam kasus, satelit Starlink yang terbang di ketinggian 500 kilometer – 2.000 kilometer mampu memberikan latensi yang lebih baik ketimbang satelit GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer.

    “Memang terjadi shifting sebagian sekitar 10–15% pelanggan Pemda dan sektor publik kecil ke layanan Starlink yang terutama disebabkan wilayah dengan topografi yang menantang (hutan, perairan, pulau kecil) dimana latency LEO yang rendah sangat dibutuhkan,” kata VP Corporate Secretary Telkomsat, Fino Arfiantono kepada Bisnis, Selasa (14/10/2025).

    Selain itu, lanjut Fino, penyebab lain pemerintah daerah memilih Starlink ketimbang satelit GEO karena kondisi Indonesia yang luas di mana Starlink banyak digunakan di daerah rural. Kemudian, bagi lembaga kesehatan dan pendidikan yang membutuhkan internet secepat mungkin, cenderung memilih Starlink yang lebih mudah.

    “Sektor pendidikan dan kesehatan yang mencari solusi pengadaan cepat,” kata Fino.

    Fino mengatakan pada 2024, Starlink mulai dapat melakukan komersialisasi secara direct untuk retail. Walaupun demikian, Telkomsat juga telah berhasil meluncurkan Satelit Merah Putih 2 dan mengembangkan kemitraan strategis dengan Starlink sebagai Authorized Reseller Starlink pertama di Indonesia.

    Perpindahan layanan dari pelanggan pemerintah daerah ke Starlink, relatif tidak terlalu berdampak bagi Telkomsat.

    “Diversifikasi kapabilitas dan penambahan kapasitas ini membuat permintaan layanan kepada Telkomsat, termasuk oleh pemerintahan, relatif tidak berubah,” kata Fino.

    Fino juga mengungkap terdapat sejumlah faktor yang membuat bisnis perusahaan di segmen pemerintahan bertumbuh pada tahun ini seperti kkeandalan layanan dan SLA tinggi (≥98%) milik Telkomsat masih jadi keunggulan di instansi.

    Selain itu, sinergi Telkom Group memungkinkan solusi end-to-end, bukan hanya konektivitas juga membuat bisnis perusahaan terjaga.

    “Kepatuhan terhadap regulasi Pelindungan Data Pribadi (PDN) dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKND) membuat Telkomsat tetap dipercaya untuk proyek APBN/APBD,” kata Fino.

    Sementara itu dari sisi faktor-faktor yang cukup berdampak pada bisnis Telkomsat, kata Fino, adalah adopsi cepat Starlink di Pemda karena kemudahan instalasi, throughput tinggi, dan persepsi harga “lebih murah”.

    “Minimnya pemahaman Pemda soal aspek legal dan data sovereignty Starlink Business Service, yang membuat keputusan sering didorong oleh faktor praktis, bukan strategis,” kata Fino.

    Sebelumnya, demam Starlink mewabah di sejumlah pemerintah daerah. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah hingga Maluku Utara mulai melirik pemanfaatan Starlink untuk mendukung konektivitas di sekolah-sekolah, lembaga kesehatan, dan lain sebagainya. 

  • 10% Pelanggan Pemda dan Pelayanan Publik Pindah ke Starlink

    10% Pelanggan Pemda Beralih ke Starlink, Bisnis Tetap Stabil

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) menyampaikan sebanyak 10%-15% dari total pelanggan pemerintahan beralih dari layanan internet satelit GEO ke layanan internet berbasis satelit LEO Starlink. Kendati demikian, kondisi tersebut tak berdampak signifikan bagi bisnis perusahaan.

    VP Corporate Secretary Telkomsat Fino Arfiantono mengatakan terdapat sejumlah faktor yang membuat bisnis perusahaan di segmen pemerintahan tetap terjaga pada tahun ini karena keandalan layanan dan SLA tinggi (≥98%) yang ditawarkan kepada pemerintah daerah.

    Selain itu, sinergi Telkom Group memungkinkan solusi end-to-end, bukan hanya konektivitas juga membuat bisnis perusahaan terjaga.

    “Kepatuhan terhadap regulasi Pelindungan Data Pribadi (PDN) dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKND) membuat Telkomsat tetap dipercaya untuk proyek APBN/APBD,” kata Fino kepada Bisnis, Selasa (14/10/2025).

    Dia menuturkan meski tumbuh, tidak dipungkiri terjadi sedikit perpindahan di segmen pemerintahan daerah, yang menginginkan latensi internet yang rendah.

    Latensi adalah penundaan atau keterlambatan waktu antara tindakan yang dilakukan oleh pengguna dan respons yang diberikan oleh sebuah sistem. Makin rendah latensinya, maka makin baik.

    Dalam kasus, satelit Starlink yang terbang di ketinggian 500 kilometer – 2.000 kilometer mampu memberikan latensi yang lebih baik ketimbang satelit GEO yang mengorbit di ketinggian 36.000 kilometer.

    “Memang terjadi shifting sebagian sekitar 10–15% pelanggan Pemda dan sektor publik kecil ke layanan Starlink yang terutama disebabkan wilayah dengan topografi yang menantang (hutan, perairan, pulau kecil)” kata Fino.

    Selain itu, lanjut Fino, penyebab lain pemerintah daerah memilih Starlink ketimbang satelit GEO karena kondisi Indonesia yang luas di mana Starlink banyak digunakan di daerah rural. Kemudian, bagi lembaga kesehatan dan pendidikan yang membutuhkan internet secepat mungkin, cenderung memilih Starlink yang lebih mudah.

    “Sektor pendidikan dan kesehatan yang mencari solusi pengadaan cepat,” kata Fino.

    Fino mengatakan pada 2024, Starlink mulai dapat melakukan komersialisasi secara direct untuk retail. Walaupun demikian, Telkomsat juga telah berhasil meluncurkan Satelit Merah Putih 2 dan mengembangkan kemitraan strategis dengan Starlink sebagai Authorized Reseller Starlink pertama di Indonesia.

    Perpindahan layanan dari pelanggan pemerintah daerah ke Starlink, relatif tidak terlalu berdampak bagi Telkomsat.

    “Diversifikasi kapabilitas dan penambahan kapasitas ini membuat permintaan layanan kepada Telkomsat, termasuk oleh pemerintahan, relatif tidak berubah,” kata Fino.

    Sebelumnya, demam Starlink mewabah di sejumlah pemerintah daerah. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah hingga Maluku Utara mulai melirik pemanfaatan Starlink untuk mendukung konektivitas di sekolah-sekolah, lembaga kesehatan, dan lain sebagainya. 

  • Merauke 3 Jam Lebih Cepat dari Jakarta, Butuh Internet Tanpa Putus

    Merauke 3 Jam Lebih Cepat dari Jakarta, Butuh Internet Tanpa Putus

    Merauke

    Secara astronomi, Merauke sebenarnya tiga jam lebih cepat dari Jakarta atau Waktu Indonesia Barat. Fun fact ini disampaikan Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo saat menerima kunjungan audiensi Telkom ke kantornya.

    Ia menjelaskan, letak astronomi Indonesia berdasarkan garis bujur berada di 95 derajat Bujur Timur (BT) hingga 141 derajat BT. Posisi ini menyebabkan Indonesia memiliki tiga zona waktu, yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

    “Karena setiap 15 derajat bujur di Bumi itu selisih 1 jam. 141 derajat BT itu pas di Merauke,” kata Apolo di kantor Gubernur Papua Selatan, Merauke, Senin (13/10/2025).

    “Tapi karena beda antara Merauke dengan Jayapura itu hanya 1 derajat, maka disamakan. Tapi posisi kemiringan Matahari terhadap kita (Merauke) di Bumi itu beda, kita lebih. Jadi kita 3 jam lebih awal daripada (wilayah) Barat,” jelasnya.

    Apolo melanjutkan, Merauke merupakan titik paling timur Indonesia, dan kalau mengikuti pembagian waktu berdasarkan bujur, aktivitas pagi di Merauke seharusnya sudah berlangsung saat Jakarta masih terlelap.

    “Bahkan dulu pernah ada usulan agar kantor Bursa Efek Indonesia dipindahkan ke Merauke karena kita bisa aktivitas 3 jam lebih awal daripada orang di sana (Jakarta), sehingga transaksi perekonomian itu lebih awal di kita,” tutur Apolo.

    Kini, keunggulan waktu itu mulai punya makna baru. Di bawah program swasembada pangan dan energi nasional, Merauke bersiap menjadi wilayah yang tak hanya lebih cepat secara waktu, tapi juga secara digital dengan dukungan konektivitas yang diperkuat oleh Telkom Indonesia.

    Smart Farming dan Smart Energy

    Gubernur Apolo menjelaskan, dua tahun ke depan akan menjadi masa penting untuk menyiapkan infrastruktur menuju swasembada pangan dan energi di Papua Selatan.

    “Bapak Presiden menetapkan wilayah kita sebagai dua tempat implementasi pelaksanaan program strategis nasional untuk swasembada pangan dan swasembada energi,” ujarnya.

    “Semua sistem yang dibangun menggunakan konsep smart farming dan smart energy, yang artinya seluruh aktivitasnya berbasis internet. Oleh karena itu memang layak Merauke itu dibantu untuk penguatan kapasitas internetnya,” katanya.

    Ia pun mengapresiasi langkah Telkom yang memperkuat jaringan di Merauke, sehingga konektivitas menjadi fondasi dari seluruh pembangunan di sektor pertanian, energi, dan logistik.

    “Kementerian lain sudah mulai mengambil bagian, Kementerian Perhubungan membangun pelabuhan dan bandara baru, semua Kementerian sudah ambil bagian. Maka Telkom juga harus ikut ambil bagian memperkuat sisi digitalnya,” tambahnya.

    Ketangguhan Digital di Ujung Timur Indonesia

    Dari sisi industri, Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, menjelaskan bahwa Telkom berkomitmen menghadirkan resiliensi konektivitas di Merauke dengan tiga program besar yang mencakup pembangunan kabel laut Pasela 2 yang akan menghubungkan Merauke-Tual-Timika, pembangunan Content Delivery Network (CDN) agar akses konten digital lebih cepat, hingga pemasangan antena pengalih gateway untuk memperkuat kapasitas internet hingga lebih dari 50 Gbps.

    “Merauke punya tantangan alam seperti gempa dan aktivitas kapal besar di laut. Karena itu, jaringan di sini harus tangguh. Kami ingin memastikan masyarakat tetap terkoneksi kapan pun,” jelas Amin.

    Alahasil, kolaborasi antara Telkom dan Pemerintah Provinsi Papua Selatan bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi simbol bagaimana pembangunan digital ikut mempercepat langkah Indonesia dari timur.

    Dengan posisi geografis yang ‘seharusnya’ 3 jam lebih cepat dari Jakarta, kini Merauke benar-benar bersiap berlari lebih cepat, lewat konektivitas kuat yang menopang pertanian cerdas, energi hijau, dan ekonomi digital yang tumbuh dari tanah paling timur negeri ini.

    (rns/rns)

  • Telkom Mau Gelar Kabel Laut Baru ke Papua, Ini Rutenya

    Telkom Mau Gelar Kabel Laut Baru ke Papua, Ini Rutenya

    Merauke

    Telkom Indonesia memperkuat infrastruktur digital di kawasan paling timur Indonesia melalui rencana pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Papua Selatan 2 (Pasela 2).

    Jalur baru ini akan membentang dari Merauke – Tual – Timika, dan ditargetkan rampung pada Juni 2028. Langkah ini menjadi bagian dari strategi Telkom dalam menjaga konektivitas di Papua Selatan tetap stabil, terutama ketika terjadi gangguan pada jalur utama, yakni Pasela 1 yang sudah ada.

    Cadangan Kabel Laut Putus

    Dalam audiensi dengan Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo, Executive Vice President (EVP) Telkom Regional V Amin Soebagyo menjelaskan bahwa Pasela 2 akan berfungsi sebagai jalur cadangan bagi ruas Pasela 1 yang menghubungkan Merauke dan Timika.

    “Kalau misalnya (Pasela 1) putus kita masih bisa muter dari Kaimana menuju ke Timika lewat Tual. Jadi kita punya beberapa pilihan jalan,” ujar Amin di kantor Gubernur Papua Selatan, Merauke, Senin (13/10/2025).

    Sejak 2018, Telkom mencatat sudah terjadi delapan kali gangguan kabel laut di wilayah timur, akibat faktor alam maupun aktivitas kapal. Dengan adanya jalur baru ini, Telkom berharap konektivitas digital Papua tidak lagi tergantung pada satu rute tunggal.

    Telkom Merauke Foto: Rachmatunnisa/detikINETPerkuat dengan Jaringan Radio, Satelit, dan CDN

    Selain membangun rute kabel laut baru, Telkom juga menyiapkan strategi jangka menengah dan pendek untuk menjaga kelancaran konektivitas di Papua Selatan.

    Dalam jangka menengah, Telkom bekerja sama dengan Palapa Ring Timur untuk menambah kapasitas jaringan radio 3,5G dari Tanah Merah ke Keppi. Sementara itu, dalam jangka pendek, Telkom sedang membangun stasiun bumi baru di Merauke, dengan kapasitas 25 Gbps.

    “Antena besar sudah kami kirim dari Makassar ke Merauke, dan saat ini sedang dalam proses pembersihan lahan untuk pembangunan. Targetnya, November minggu kedua sudah up,” Amin menjelaskan.

    Tak hanya itu, Telkom juga akan menghadirkan Content Delivery Network (CDN) atau sistem penyimpanan konten lokal yang berfungsi seperti mini data center di Merauke.

    “Sekitar 60% trafik internet masyarakat digunakan untuk media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube. Dengan CDN, konten-konten ini bisa diakses langsung dari Merauke tanpa harus keluar jaringan utama. Jadi kalau pun bandwidth terbatas, konten tetap bisa diambil dari lokal,” kata Amin.

    Telkom menegaskan bahwa investasi besar di Papua Selatan bukan sekadar urusan bisnis, tetapi bagian dari tanggung jawab nasional. Dengan proyek Pasela 2 dan penguatan infrastruktur pendukungnya, mulai dari kabel laut, radio, satelit, hingga CDN, Telkom optimistis konektivitas di ujung timur Indonesia akan semakin tangguh dan siap mendorong pertumbuhan ekonomi digital di wilayah tersebut.

    Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo. Foto: Rachmatunnisa/detikINETKebutuhan Masyarakat

    Gubernur Papua Selatan Apolo Safanpo menyambut baik langkah ini dan mengapresiasi konsistensi Telkom membangun infrastruktur telekomunikasi di wilayahnya. Disebutkan olehnya, konektivitas telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat.

    Ia mengakui, fenomena gangguan jaringan memang hampir setiap tahun terjadi di wilayah Papua Selatan. Kondisi ini, menurutnya, paling dirasakan masyarakat kecil yang bergantung pada internet untuk mata pencaharian, mulai dari pengemudi ojek online, pedagang UMKM berbasis online, hingga pelajar, pengajar, mahasiswa, dosen, serta hampir seluruh sektor pekerjaan yang memerlukan akses digital.

    “Terima kasih atas segala upaya perbaikan yang sudah dilakukan. Sebagaimana kita ketahui bersama, komunikasi dan informasi sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dengan aktivitas masyarakat sehingga ketika ada sedikit saja gangguan, itu akan mengganggu seluruh aktivitas perekonomian masyarakat maupun pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik,” ujarnya.

    “Oleh karena itu, ini menjadi tugas bersama untuk mengupayakan perbaikan dan peningkatan pelayanan telekomunikasi dari waktu ke waktu,” imbuhnya.

    (rns/rns)

  • Telkom Perkuat Konektivitas di Ujung Timur Indonesia

    Telkom Perkuat Konektivitas di Ujung Timur Indonesia

    Merauke

    Telkom Indonesia menunjukkan komitmennya memperkuat konektivitas di Papua Selatan. Dalam kunjungan kerja Telkom ke Merauke pekan ini, perusahaan pelat merah tersebut melakukan audiensi dengan Pemerintah Provinsi Papua Selatan, Universitas Musamus, meninjau langsung infrastruktur jaringan, dan bertemu dengan masyarakat pengguna internet yang mengandalkan konektivitas untuk mata pencaharian, termasuk UMKM hingga pengemudi ojek online.

    Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, pemerintah, pelaku ekonomi, hingga universitas setempat.

    “Kami ingin memastikan seluruh ekosistem di sini, dari tokoh masyarakat, guru, mahasiswa, hingga pelaku usaha digital, merasakan dampak positif dari layanan kami,” ujar Amin di sela kunjungannya ke Stasiun Bumi milik Telkom di Merauke, Senin (13/10/2025).

    Salah satu fokus Telkom adalah Universitas Musamus, kampus terbesar di Papua Selatan yang juga menjadi pelanggan Telkom. Menurut Amin, universitas ini menjadi pusat penguatan generasi muda dan cendekiawan yang nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

    Audiensi Telkom di kantor Gubernur Papua Selatan. Foto: Rachmatunnisa/detikINET

    Investasi Telkom di Merauke

    Telkom menggelar kabel laut yang terhubung ke wilayah Merauke sejak 2018, dan disebutkan Amin terbukti meningkatkan penggunaan layanan internet secara signifikan.

    “Pertumbuhan ekonomi di Merauke sangat bagus. Penggunaan layanan internet luar biasa besar. Ini membuktikan bahwa fundamental yang kuat bisa mendorong pertumbuhan luar biasa,” sebutnya.

    Membangun konektivitas di Merauke bukan pekerjaan mudah. Ia menekankan pentingnya pendekatan pentahelix, yaitu kolaborasi antara pemerintah, kampus, pelaku industri, masyarakat, dan Telkom sebagai salah satu pelaku industri.

    Telkom pun menyiapkan tiga program untuk memperkuat resiliensi konektivitas:

    Jangka panjang: Membangun kabel laut Papua Selatan (Pasela) 2 yang menghubungkan Merauke ke Tual dan TimikaJangka menengah: Membangun Content Delivery Network (CDN) di Merauke agar akses konten digital lebih cepat dan lokal. Program ini ditargetkan selesai pada Q1 2026Jangka pendek: Memasang antena pengalih gateway untuk memastikan backup kapasitas internet hingga 50 Gbps, termasuk tambahan kapasitas melalui CDN dan radio. Pemasangan antena dijadwalkan rampung akhir November tahun ini.Audiensi Telkom dengan Universitas Musamus. Foto: Rachmatunnisa/detikINETRuang Pertumbuhan yang Terbuka

    Amin menegaskan bahwa semua operator punya kesempatan berinvestasi di Merauke, sesuai prinsip pasar bebas. Namun Telkom melihat potensi besar di Papua Selatan, terutama terkait program food estate dan pembangunan hotel baru, yang diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah ini.

    “Yang jelas Telkom meyakini sesuai dengan arahan para pemegang saham bahwa kita punya ruang pertumbuhan yang sangat besar di Papua Selatan, di antaranya seperti disampaikan Gubernur Papua Selatan ada food estate, lalu Rektor Musamus juga menyebutkan akan ada satu grup hotel besar akan dibangun di sini,” jelasnya.

    Dengan strategi bertahap dari jangka pendek hingga panjang, Telkom berharap Merauke tidak hanya terkoneksi, tapi juga tangguh menghadapi risiko alam dan kebutuhan ekonomi digital yang terus meningkat.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Inovasi Telkom: Bangun BTS Ramah Lingkungan dari Sabang Sampai Merauke!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (rns/fay)

  • Lelang Harga Dimulai, Surge (WIFI) hingga Telkom Berebut Pita Frekuensi 1,4 GHz

    Lelang Harga Dimulai, Surge (WIFI) hingga Telkom Berebut Pita Frekuensi 1,4 GHz

    Bisnis.com, JAKARTA— Tahapan lelang harga untuk pita frekuensi 1,4 GHz dijadwalkan dimulai hari ini, Senin (13/10/2025), melalui sistem e-Auction. 

    Tiga perusahaan telekomunikasi dipastikan melanjutkan ke tahap akhir seleksi ini, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama yang merupakan anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk atau Surge (WIFI), PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM).

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menyatakan proses seleksi akan berlanjut sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam dokumen seleksi.

    “Tahapan lelang akan dimulai pada hari Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction. Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025,” tulis Komdigi dalam pengumuman sebelumnya.

    Bisnis telah berupaya mengonfirmasi perkembangan terbaru lelang pita frekuensi 1,4 GHz kepada Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto. Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum mendapatkan respons.

    Sebelumnya, terdapat tujuh penyelenggara telekomunikasi yang mengambil dokumen seleksi pada 11–20 Agustus 2025. Mereka adalah PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Seluler, dan PT Eka Mas Republik.

    Dari tujuh calon peserta tersebut, hanya lima yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Indosat Tbk, PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Pemeriksaan kelengkapan dokumen dilakukan pada hari yang sama pukul 14.00–16.00 WIB, disaksikan oleh perwakilan masing-masing peserta.

    Komdigi mencatat seluruh dokumen para peserta telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat yang diterbitkan oleh Balai Besar Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). 

    Hasil evaluasi menunjukkan tiga peserta dinyatakan lengkap, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Sementara itu, PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk tidak memenuhi kelengkapan dokumen dan akhirnya menyatakan pengunduran diri.

    Dengan demikian, dari tujuh perusahaan yang awalnya mendaftar, kini hanya tiga yang tersisa untuk melanjutkan ke tahap lelang harga, yaitu PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Ketiganya akan bersaing memperebutkan pita frekuensi 1,4 GHz yang terbagi ke dalam tiga zona.

    Komdigi dalam laman resminya menegaskan tahapan lelang harga akan tetap berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.

    “Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, maka berdasarkan hasil Evaluasi Administrasi, proses Seleksi dilanjutkan ke tahapan Lelang Harga,” tulis Komdigi dalam laman resminya, Rabu (1/10/2025).

    Komdigi menegaskan, seleksi ini bertujuan untuk menentukan pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz di seluruh regional Indonesia, sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 13 Tahun 2025 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada pita 1,4 GHz.

    Selain itu, seleksi ini juga ditujukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan spektrum bagi layanan akses nirkabel pita lebar. Melalui lelang tersebut, pemerintah berharap dapat memperluas jangkauan akses internet berbasis jaringan pita lebar tetap (fixed broadband), menghadirkan layanan dengan harga terjangkau, meningkatkan kecepatan unduh, serta mempercepat penggelaran jaringan serat optik hingga ke wilayah perdesaan.

    Setelah proses lelang 1,4 GHz rampung, pemerintah berencana menyiapkan dua lelang frekuensi lainnya, yakni pita 700 MHz dan 2,6 GHz, yang ditargetkan digelar pada akhir tahun ini.

    Pita frekuensi 700 MHz termasuk kategori low band yang memiliki cakupan luas dan cocok untuk memperluas akses jaringan di wilayah pelosok. Sementara pita 2,6 GHz merupakan mid band yang menawarkan keseimbangan antara cakupan dan kapasitas jaringan, ideal untuk mendukung implementasi layanan 5G serta peningkatan kapasitas data di kawasan urban.

  • Internet Murah 100 Mbps Ditentukan Hari Ini, Telkom-Surge-MyRepublic

    Internet Murah 100 Mbps Ditentukan Hari Ini, Telkom-Surge-MyRepublic

    Jakarta, CNBC Indonesia – Proses seleksi internet 100 Mbps memasuki proses lelang harga pada hari ini (13/10/2025). Tiga perusahaan bersiap bertarung memperebutkan frekuensi 1,4 Ghz.

    Ketiga perusahaan tersebut adalah Telkom, Telemedia Komunikasi Pratama yang merupakan anak perusahaan Surge (WIFI), dan Eka Mas Republik pemilik brand MyRepublic.

    Sebelumnya terdapat tujuh perusahaan yang dinyatakan bisa mengambil formulir pendaftaran lelang. Selain tiga perusahana tersebut ada juga PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk., PT Indosat Tbk., PT Netciti Persada, dan PT Telekomunikasi Seluler.

    Namun hanya tiga perusahaan yang disebut dokumennya lengkap dan memenuhi syarat Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025.

    Komdigi mengatakan hingga tenggat waktu yang disiapkan tidak ada peserta seleksi yang menyampaikan sanggahan pada hasil evaluasi. Ini membuat proses seleksi dilanjutkan dengan lelang harga dengan tiga perusahaan tersisa.

    Lelang yang dilakukan hari ini menggunakan sistem e-Auction.

    CNBC Indonesia juga telah mencoba menghubungi pihak Kementerian Komdigi terkait proses tersebut. Namun hingga kini belum ada keterangan resmi dari kementerian.

    Foto: Ilustrasi Internet (REUTERS/Mal Langsdon)

    Internet murah 100 Mbps

    Lelang frekuensi kali ini diadakan untuk broadband wireless access (BWA). Frekuensi diharapkan bisa meningkatkan cakupan untuk jaringan fixed broadband.

    Pita frekuensi diharapkan dapat menyediakan internet cepat 100 Mbps dengan harga terjangkau. Sebelumnya direncanakan proses lelang memang akan diumumkan bulan Oktober ini.

    Ketiga perusahaan itu memperebutkan jaringan 1,4 Ghz dengan lebar 80 Mhz, dengan rentang 1431 Mhz dan 1512 Mhz.

    Tiga regional yang menjadi objek seleksi ini, berikut pembagiannya:

    Regional 1

    Zona 4 : Banten, Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi
    Zona 5 : Jawa Barat (kecuali Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi)
    Zona 6 : Jawa Tengah dan Yogyakarta
    Zona 7 : Jawa Timur
    Zona 9 : Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya
    Zona 10 : Maluku dan Maluku Utara

    Regional 2

    Zona 1 : Aceh dan Sumatra Utara
    Zona 2 : Sumatra Barat, Riau, dan Jambi
    Zona 3 : Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung
    Zona 8 : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
    Zona 15 : Kepulauan Riau

    Regional 3

    Zona 11 : Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
    Zona 12 : Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah
    Zona 13 : Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
    Zona 14 : Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Lelang Harga 1,4 GHz Digelar Besok, Ini Sederet Kewajiban Pemenang Seleksi

    Lelang Harga 1,4 GHz Digelar Besok, Ini Sederet Kewajiban Pemenang Seleksi

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memutuskan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Eka Mas Republik lolos ke tahap lelang harga dalam seleksi pengguna pita frekuensi radio 1,4 Ghz. Ketiga perusahaan akan saling memberikan tawaran harga untuk mendapat spektrum frekuensi rendah tersebut.

    “Sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025, maka berdasarkan hasil Evaluasi Administrasi, proses Seleksi dilanjutkan ke tahapan Lelang Harga,” tulis Komdigi dikutip dari keterangan resmi pada Minggu (12/10/2025) 

    Sementara itu pada Agustus 2025, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi Wayan Toni Supriyanto mengatakan pemerintah memberikan sejumlah kewajiban kepada pemenang lelang untuk mendorong pemerataan layanan internet tetap. Seluruh ketentuan tersebut telah dijelaskan dalam dokumen lelang. 

    Adapun salah satu kewajiban yang diberikan adalah menggelar layanan internet cepat nirkabel kepada sejumlah pelanggan rumah. Sayangnya, Wayan tidak menyebutkan secara detail jumlah rumah tangga yang harus dilayani. 

    “Paling sedikit sesuai target rumah tangga yang dicantumkan dalam dokumen seleksi,” kata Wayan kepada Bisnis.

    Adapun Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) sempat mengungkap terdapat lebih dari 60 juta rumah tangga di Indonesia. Dari Jumlah tersebut, yang terhubung dengan internet baru di atas 10 juta rumah tangga. Komdigi berharap hadirnya BWA dapat merangkul pelanggan internet rumah baru. 

    Selain itu, Komdigi juga mewajibkan kepada pemenang untuk menyediakan harga layanan internet per bulan yang terjangkau untuk layanan akses nirkabel pita lebar dengan kecepatan akses internet sampai dengan (up to) 100  Mbps selama masa laku izin pita frekuensi radio, dengan ketentuan harga layanan paling tinggi sebesar 10% lebih tinggi dari rata-rata konsumsi rumah tangga untuk telekomunikasi wilayah perdesaan secara nasional. 

    “Pemenang harus menyediakan layanan dengan harga yang terjangkau,” kata Wayan. 

    Kewajiban lainnya, lanjut Wayan, adalah membuka pemanfaatan bersama jaringan telekomunikasi dengan perusahaan lainnya.

    Seleksi pita frekuensi 1,4 GHz akan terbagi menjadi 3 regional. Masing-masing regional terdapat spektrum frekuensi sebesar 80 MHz (1432 MHz – 1512 MHz) untuk Time Division Duplexing (TDD). 

    Time Division Duplexing (TDD) adalah metode komunikasi telekomunikasi yang menggunakan pita frekuensi radio yang sama untuk mengirim dan menerima data, namun melakukannya secara bergantian pada slot waktu yang berbeda.

    Teknologi ini memungkinkan pengiriman data (uplink) dan penerimaan data (downlink) untuk berbagi saluran frekuensi yang sama tanpa memerlukan saluran terpisah seperti yang digunakan pada Frequency Division Duplex (FDD). 

    “Pemenang  membuka akses pemanfaatan jaringan telekomunikasi yang dimiliki baik untuk sisi akses maupun backhaul kepada penyelenggara telekomunikasi lainnya berdasarkan kesepakatan,” kata Wayan. 

    Sementara itu dilansir dari laman resmi, selain kewajiban untuk berbagai jaringan dan menjangkau pelanggan internet rumah tangga, pemenang dilarang menyelenggarakan jasa teleponi dasar dan jaringan bergerak seluler pada sisi jaringan akses. 

    Pemenang juga tidak mendapatkan penetapan penomoran telekomunikasi untuk  penyelenggaraan jaringan telekomunikasi. 

    Mereka juga harus melakukan segala upaya mitigasi potensi gangguan yang merugikan (harmful interference) terhadap pemegang izin penggunaan spektrum frekuensi radio lain yang mendapatkan proteksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, maupun pengguna pita frekuensi radio di wilayah negara lain pada rentang frekuensi radio 1429 – 1518 MHz untuk keperluan dinas bergerak penerbangan (aeronautical mobile service /AMS). 

    “Dapat bekerja sama dengan penyelenggara Internet Service Provider (ISP) lain untuk memenuhi target rumah tangga yang terlayani akses internet nirkabel pitalebar (broadband wireless access)” tulis pada website Komdigi. 

  • Telkom dan WPP Media Indonesia Sinergi Dorong Transformasi Digital Advertising Lewat AdXelerate Executive Connect – Page 3

    Telkom dan WPP Media Indonesia Sinergi Dorong Transformasi Digital Advertising Lewat AdXelerate Executive Connect – Page 3

    Kehadiran AdXelerate, platform programmatic advertising pertama di Indonesia, merupakan jawaban TelkomGroup atas tantangan pelaku industri untuk menjangkau sasaran pasar yang tepat dan dengan efisien. AdXelerate memanfaatkan kekuatan big data analytics sehingga memungkinkan para pengiklan untuk menampilkan produk atau layanan secara targeted dan relevan di berbagai situs berita nasional dan laman publisher lokal.

    Chief Marketing Officer Danantara Asset Management Dendi Danianto mengatakan, “AdXelerate yang merupakan platform digital advertising adalah salah satu bagian dari ekosistem industri yang akan kami highlight. Sebagai orchestrator, saat ini CMO Office Danantara masih berperan secara parsial. Ke depannya, dengan AdXelerate, kami ingin dapat berperan secara maksimal dan menjadikan AdXelerate sebagai enabler. Kami berharap AdXelerate dapat menjadi platform yang dapat menyediakan solusi satu pintu yang terintegrasi bagi advertising, mendukung pertumbuhan dan kebutuhan UMKM, menjadi katalis terbentuknya ekosistem kolaboratif yang dapat memperkuat sinergi antar pelaku industri, serta mendukung ekspansi bagi ketersediaan produk dan layanan bagi bisnis atau Inventory Expansion.”

    Sementara itu, Direktur Enterprise & Business Service Telkom Indonesia Veranita Yosephine, mengatakan, “Setiap bisnis perlu membangun interaksi yang bermakna dengan setiap pelanggannya. Sebagai salah satu solusi digital dari TelkomGroup, AdXelerate diharapkan dapat mengakselerasi bisnis melalui personalisasi layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing konsumen. Melalui AdXelerate yang merupakan bagian dari Telkom Solution, kami menghadirkan solusi digital yang bisa dimanfaatkan industri di seluruh daerah di Indonesia agar persepsi dan reputasi yang dibangun melalui digital advertising tetap relevan dan akurat.”

    Direktur Strategic Business Development and Portfolio Telkom Indonesia Seno Soemadji menambahkan bahwa sebagai BUMN yang berperan sebagai digital enabler, Telkom memiliki tanggung jawab untuk menghadirkan solusi digital bagi industri di Indonesia. Seno menjelaskan bahwa dalam pengembangan AdXelerate, Telkom menjunjung tinggi seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku pada setiap solusi digital dari TelkomGroup, termasuk AdXelerate. Melalui AdXelerate, TelkomGroup yakin dapat berkontribusi secara optimal dalam memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.

    Sebagai bagian dari rangkaian acara, turut digelar sesi diskusi panel yang menghadirkan berbagai narasumber dan pemangku kepentingan industri periklanan digital. Diskusi panel pertama mengangkat topik “Digital Advertising Behavior Insight” dengan menghadirkan Agency & Client Lead Indonesia Nielsen Tajendar Singh, CEO Tribun Network Dahlan Dahi, dan Country Managing Director Accenture Jayant Bhargava sebagai panelis. Dalam sesi ini, para narasumber mengulas dari berbagai sudut pandang mengenai evolusi perilaku konsumen Indonesia di era digital, termasuk pergeseran pola konsumsi media dari TV ke perangkat mobile dan layanan on-demand. Lebih lanjut, pembahasan juga menyoroti bagaimana pemanfaatan data dan insight dapat mendorong efektivitas programmatic advertising, sekaligus menghadirkan rekomendasi bagi brand dan agensi agar dapat beradaptasi dengan tren media yang terus berkembang. Selain itu, diskusi ini turut menekankan pentingnya kolaborasi antara pengiklan dan publisher melalui pemanfaatan kekuatan data, serta bagaimana mendorong daya saing bisnis di Indonesia melalui digital advertising.

    Panel kedua mengangkat tema “Data Driven Decision: Leveraging First Party Data for Strategic Decision”, menghadirkan CEO WPP Media Indonesia Sri Widowati, GM Digital Advertising Business Development & Partnership Telkomsel Vicky Fathurrahman, dan CEO MDMedia Arif Prabowo. Diskusi menyoroti pentingnya pemanfaatan data untuk memperkuat strategi pemasaran, memahami perilaku konsumen, serta integrasi antara offline dan online campaign melalui konsep closed-loop marketing untuk menciptakan strategi lintas kanal yang lebih efektif.

    Melalui penyelenggaraan AdXelerate Executive Connect, Telkom menegaskan komitmennya dalam menghadirkan berbagai solusi digital yang efisien, aman, dan berdampak nyata, sekaligus memperkuat ekosistem digital advertising Indonesia agar semakin tangguh dan berdaya saing.

  • Langganan Internet Indonesia Termahal di Asean, Pengusaha: Hanya Rp1.000 per Mbps

    Langganan Internet Indonesia Termahal di Asean, Pengusaha: Hanya Rp1.000 per Mbps

    Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) membantah harga internet tetap di Indonesia termahal di Asia Tenggara. Pasalnya, harga yang ada saat ini cukup kompetitif sekitar Rp1.000-Rp4.000 per Mbps.

    Sebelumnya, laporan We Are Social menyebut biaya langganan internet tetap (fixed broadband) di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Harga internet di Indonesia mencapai US$0,41 per megabit per detik (Mbps) atau sekitar Rp6.500 per Mbps. 

    Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina yang sebesar US$0,14 per Mbps, Malaysia US$0,09 per Mbps, Vietnam US$0,04 per Mbps, Singapura US$0,03 per Mbps, dan Thailand US$0,02 per Mbps.

    Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif ATSI, Marwan O. Baasir mengatakan kisaran harga per Mbps yang ditawarkan oleh para anggota ATSI sebenarnya relatif rendah.

    “Anggora ATSI kan punya IndiHome, XL Home, Hi-Fi gitu ya, itu harganya, kisarannya tuh kecil banget. Rp1.000 perak sampai Rp4.000 perak [per Mbps],” kata Marwan saat dihubungi Bisnis pada Jumat (10/10/2025). 

    Dia menjelaskan, perhitungan harga tersebut tergantung pada kecepatan internet (speed) dan paket harga yang dipilih pelanggan. Menurutnya semakin speed-nya makin tinggi, harga rata-rata akan semakin murah. 

    “Harga per Mbps-nya makin murah. Tapi kalau speed-nya makin rendah, per Mbps-nya paling tinggi tuh Rp4.000 perak. Berarti kan sekitar 24 sen dolar kan,” katanya l.

    Namun, Marwan menilai, rata-rata harga nasional menjadi tinggi karena banyaknya layanan internet di wilayah pedesaan (rural area) yang dijual dengan harga murah namun berkecepatan rendah. 

    Masalah utama, lanjutnya, terletak pada struktur pasar dan biaya distribusi yang masih tinggi. 

    “Problem kita adalah karena penyedia internet yang dijual murah padahal speed-nya rendah. Itu yang menyebabkan naik harganya. Tapi kalau di anggota ATSI, kisarannya itu antara Rp1.000–Rp4.000, berdasarkan produknya beda-beda lah ya,” kata dia.

    Sekadar informasi, untuk memberikan akses internet ke daerah yang sulit dijangkau serat optik, pelaku usaha mengandalkan internet satelit GEO, yang secara struktur memiliki modal besar.

    Harga layanan internet Ubiqu milik PSN tercatat sebesar Rp10 juta per tahun dengan FUP 100 GB. Sementara itu Mangosky milik Telkom dibandrol seharga Rp11,9 juta per tahun untuk kecepatan up to 6 Mbps unlimited.  

    Harga paket langganan Internet Satelit
    Untuk menekan tarif internet di Indonesia agar lebih kompetitif, Marwan menekankan pentingnya dukungan dari sisi kebijakan dan regulasi. 

    “Kalau dari sisi operator kayak di ATSI itu, regulatory charges harus murah. Yang kedua, kemudahan dalam menggelar fiber optic. Izin-izin di daerah-daerah disederhanakan dan cost-nya juga dipermurah. Kemudian penggelaran fiber harus lebih dimudahkan,” katanya.