BUMN: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

  • WIFI Menang Regional I Frekuensi 1,4 GHz, Ini Kinerjanya

    WIFI Menang Regional I Frekuensi 1,4 GHz, Ini Kinerjanya

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Solusi Sinergi Digital Tbk. atau Surge (WIFI) melalui entitas anaknya, PT Telemedia Komunikasi Pratama menenangkan lelang frekuensi 1,4 Ghz untuk layanan akses nirkabel pita lebar atau broadband wireless access (BWA) Tahun 2025 yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). 

    Perusahaan memenangkan lelang untuk regional I yang meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. WIFI memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi yakni Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Adapun WIFI membukukan laba bersih sebesar Rp227,9 miliar hingga akhir Juni 2025. Berdasarkan laporan keuangannya, WIFI mencatatkan pendapatan sebesar Rp513,4 miliar hingga semester I/2025. 

    Pendapatan ini naik 66,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp309 miliar. Pendapatan ini diperoleh dari iklan sebesar Rp232,8 miliar, bandwidth sebesar Rp241,2 miliar, pendapatan sewa core sebesar Rp31,4 miliar, colocation sebesar Rp1,15 miliar, dan manage telco service senilai Rp7,5 miliar. Kemudian beban pokok pendapatan WIFI turun 6,59% secara tahunan. 

    Beban pokok pendapatan WIFI turun menjadi Rp121,1 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp129,6 miliar.

    Alhasil, laba bruto WIFI meningkat menjadi Rp392,3 miliar pada semester I/2025. Laba bruto ini naik 118,76% dari semester I/2024 yang sebesar Rp179,3 miliar. Raihan tersebut membuat laba bersih WIFI melesat hingga 153,62% menjadi Rp227,9 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp89,8 miliar secara tahunan.

    Adapun sampai akhir Juni 2025, WIFI mencetak total aset sebesar Rp5,25 triliun, meningkat dari akhir Desember 2024 yang sebesar Rp2,9 triliun. 

    Total liabilitas WIFI juga naik menjadi Rp3,05 triliun di akhir semester I/2025, dari sebelumnya sebesar Rp1,93 triliun pada akhir 2024. Sementara itu, total ekuitas WIFI juga naik menjadi Rp2,19 triliun pada semester I/2025, dari sebelumnya sebesar Rp969,3 miliar pada akhir 2024.

  • Telkom (TLKM) Kalah di 3 Regional dari WIFI dan DSSA

    Telkom (TLKM) Kalah di 3 Regional dari WIFI dan DSSA

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi satu-satunya peserta lelang yang tidak membawa frekuensi baru dari pita 1,4 GHz. Dari 3 Regional yang disediakan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pada lelang 1,4 GHz, Telemedia Komunikasi, usaha WIFI) unggul di regional I. Sementara Eka Mas, unggul di  regional II dan regional III.

    Regional I meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. WIFI memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi yaitu Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Regional II meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara. Eka Mas memenangkan regional tersebut dengan penawaran sebesar Rp300,8 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan Telkom yang sebesar Rp259 miliar, dan Telemedia yang sebesar Rp136 miliar.

    Eka Mas juga memenangkan regional III dengan harga penawaran Rp100 miliar, lebih tinggi dari Telkom (Rp80 miliar) dan Telemedia (Rp64 miliar).

    Pada tahun pertama, para pemenang lelang harus membayar 3x dari harga penawaran. Setelah itu, 9 tahun ke depan, perusahaan akan membayar sesuai dengan nilai penawaran. 

    Sebelumnya, VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko mengatakan, TelkomGroup senantiasa mematuhi seluruh ketentuan yang berlaku dalam proses lelang dan telah menyiapkan berbagai hal sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

    “Pada prinsipnya, Telkom senantiasa mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah serta melakukan kajian secara menyeluruh untuk memastikan setiap langkah yang diambil sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperkuat layanan digital dan memberikan nilai terbaik bagi masyarakat,” kata Andri kepada Bisnis, Minggu (5/10/2025).

    Sekadar informasi, fokus utama Telkom Indonesia di bidang digital pada  2025 meliputi transformasi dan penguatan portofolio bisnis teknologi, adopsi kecerdasan buatan (AI), pengembangan layanan cloud, serta digitalisasi ekosistem B2B dan B2C.

    Secara ringkas, Telkom berupaya memaksimalkan seluruh bisnis mulai dari layanan konsumer melalui Telkomsel hingga layanan korporasi seperti jaringan fiber, kabel bawah laut, hingga satelit.

  • WIFI Menang Regional I, DSSA Dapat Regional II&III

    WIFI Menang Regional I, DSSA Dapat Regional II&III

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan pemenang lelang harga pita frekuensi 1,4 GHz. PT Telemedia Komunikasi Pratam, anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), mendapat regional I. Sementara itu, PT Eka Mas Republik, anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), mendapat regional II dan III.

    Regional I meliputi Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. WIFI memenangkan lelang dengan penawaran tertinggi yaitu Rp403,7 miliar. Mengalahkan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang sebesar Rp399 miliar, dan Eka Mas yang sebesar Rp331 miliar.

    Regional II meliputi Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara. Eka Mas memenangkan regional tersebut dengan penawaran sebesar Rp300,8 miliar. Lebih tinggi dibandingkan dengan Telkom yang sebesar Rp259 miliar, dan Telemedia yang sebesar Rp136 miliar.

    Eka Mas juga memenangkan regional III dengan harga penawaran Rp100 miliar, lebih tinggi dari Telkom (Rp80 miliar) dan Telemedia (Rp64 miliar).

    Pada tahun pertama, para pemenang lelang harus membayar 3x dari harga penawaran. Setelah itu, 9 tahun ke depan, perusahaan akan membayar sesuai dengan nilai penawaran. 

    Komdigi menyampaikan sesuai ketentuan dalam Dokumen Seleksi, Peserta Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025 dapat menyampaikan sanggahan hasil seleksi dalam bentuk tertulis melalui surat resmi dengan disertai bukti yang memperkuat sanggahan dan disampaikan secara daring melalui sistem e-Auction paling lambat Jumat, 17 Oktober 2025 Pukul 15.00 WIB.

    Dalam hal tidak terdapat sanggahan hasil seleksi, proses seleksi dilanjutkan ke tahap penyampaian laporan hasil seleksi dan penyampaian konsep penetapan pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025 kepada Menteri Komunikasi dan Digital.

     Peserta Seleksi dengan peringkat kesatu sesuai Daftar Peringkat Hasil Seleksi sebagaimana dimaksud pada angka 2 dinyatakan sebagai pemenang seleksi setelah diterbitkannya penetapan pemenang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025 oleh Menteri Komunikasi dan Digital. 

  • Sah! WIFI dan MyRepublic Menang Lelang Internet Murah 100 Mbps

    Sah! WIFI dan MyRepublic Menang Lelang Internet Murah 100 Mbps

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan pemenang lelang frekuensi 1,4 Ghz. Terdapat dua pemenang dalam lelang ini yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama yang merupakan anak perusahaan Surge (WIFI) serta Eka Mas Republik pemilik MyRepublic.

    Dalam pengumuman hasil seleksi yang diterbitkan Rabu (15/10/2025), PT Telemedia memasukkan harga penawaran tertinggi Rp 403.764.000.000 untuk regional I. Regional tersebut terdiri dari enam zona, berikut daftarnya:

    Zona 4 : Banten, Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi

    Zona 5 : Jawa Barat (kecuali Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi)

    Zona 6 : Jawa Tengah dan Yogyakarta

    Zona 7 : Jawa Timur

    Zona 9 : Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya

    Zona 10 : Maluku dan Maluku Utara

    Sementara MyRepublic mendapatkan untuk dua regional sisanya dengan jumlah 9 zona. Harga penawaran perusahaan tertinggi untuk masing-masing yakni Regional II sebesar Rp 300.888.000.000 dan Regional III senilai Rp 100.888.000.000.

    Berikut daftar zona pada masing-masing daerah:

    Regional 2

    Zona 1 : Aceh dan Sumatra Utara

    Zona 2 : Sumatra Barat, Riau, dan Jambi

    Zona 3 : Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung

    Zona 8 : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur

    Zona 15 : Kepulauan Riau

    Regional 3

    Zona 11 : Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara

    Zona 12 : Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah

    Zona 13 : Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat

    Zona 14 : Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur

    Proses Lelang 1,4 Ghz

    Lelang frekuensi 1,4 Ghz sudah dibuka sejak Juli 2025. Peserta lelang memperebutkan objek seleksi dengan rentang 1432 MHz hingga 1512 MHz, total lebar pita 80 MHz.

    Frekuensi digunakan untuk penyelenggaraan layanan akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access). Diharapkan layanannya bisa untuk internet cepat hingga 100 Mbps dengan harga terjangkau.

    Dalam prosesnya, tujuh perusahaan menjadi calon peserta seleksi. Ketujuh perusahaan tersebut adalah:

    • PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk;

    • PT Indosat Tbk;

    • PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk;

    • PT Telemedia Komunikasi Pratama;

    • PT Netciti Persada;

    • PT Telekomunikasi Seluler; dan

    • PT Eka Mas Republik.

    Kemudian dari hasil evaluasi termausk pemeriksaan kelengkapan dan verifikasi dokumen ditentukan tiga perusahaan lolos ke tahap lelang, hingga akhirnya WIFI dan MyRepublic keluar sebagai pemenang lelang.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Surge (WIFI) Ikut Lelang Harga Frekuensi 1,4 GHz, Bagaimana Kesiapannya?

    Surge (WIFI) Ikut Lelang Harga Frekuensi 1,4 GHz, Bagaimana Kesiapannya?

    Bisnis.com, JAKARTA— PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) atau Surge mengikuti seleksi lelang pita frekuensi 1,4 GHz yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui entitas anaknya, PT Telemedia Komunikasi Pratama.

    Presiden Direktur Surge Yune Marketatmo menyampaikan pihaknya terus memantau jalannya proses seleksi yang dilakukan Komdigi.

    “Kami terus ikuti proses Komdigi,” kata Yune kepada Bisnis, Rabu (15/10/2025).

    Tahapan lelang harga pita frekuensi 1,4 GHz dijadwalkan dimulai pada 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction. Tiga perusahaan telekomunikasi dipastikan melaju ke tahap akhir seleksi ini, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama (anak usaha Surge), PT Eka Mas Republik, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

    Komdigi sebelumnya menegaskan proses seleksi akan berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dalam Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz untuk Layanan Akses Nirkabel Pitalebar (Broadband Wireless Access) Tahun 2025.

    “Tahapan lelang akan dimulai pada hari Senin, 13 Oktober 2025 melalui sistem e-Auction,” tulis Komdigi dalam pengumuman resminya.

    Bisnis telah berupaya mengonfirmasi perkembangan terbaru dan waktu pengumuman hasil lelang kepada Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Komdigi, Wayan Toni Supriyanto. Namun, hingga berita ini diterbitkan belum mendapat respons.

    Sebelumnya, terdapat tujuh penyelenggara telekomunikasi yang mengambil dokumen seleksi pada 11–20 Agustus 2025, yaitu PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, PT Indosat Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Netciti Persada, PT Telekomunikasi Seluler, dan PT Eka Mas Republik. 

    Dari tujuh calon peserta tersebut, hanya lima yang menyerahkan dokumen permohonan keikutsertaan pada 23 September 2025, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, PT Indosat Tbk, PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Pemeriksaan kelengkapan dokumen dilakukan pada hari yang sama pukul 14.00–16.00 WIB, disaksikan perwakilan masing-masing peserta.

    Komdigi mencatat seluruh dokumen telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat yang diterbitkan oleh Balai Besar Sertifikasi Elektronik (BSrE) Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Hasil evaluasi menunjukkan tiga peserta dinyatakan lengkap, yakni PT Eka Mas Republik, PT Telemedia Komunikasi Pratama, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.

    Sementara itu, PT Indosat Tbk dan PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk tidak memenuhi kelengkapan dokumen dan akhirnya mengundurkan diri.

    Dengan demikian, dari tujuh perusahaan yang semula mendaftar, kini hanya tiga yang melanjutkan ke tahap lelang harga. Ketiganya akan bersaing memperebutkan pita frekuensi 1,4 GHz yang terbagi ke dalam tiga zona.

    Komdigi menyebutkan, seleksi ini bertujuan menentukan pengguna pita frekuensi radio 1,4 GHz di seluruh wilayah Indonesia, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital Nomor 13 Tahun 2025 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada pita 1,4 GHz.

    Selain itu, lelang juga bertujuan mengoptimalkan pemanfaatan spektrum untuk layanan akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access). Melalui lelang tersebut, pemerintah berharap dapat memperluas jangkauan internet tetap (fixed broadband), menghadirkan layanan dengan harga terjangkau, meningkatkan kecepatan unduh, serta mempercepat pembangunan jaringan serat optik hingga ke wilayah perdesaan.

    Usai lelang 1,4 GHz, pemerintah berencana menyiapkan dua lelang frekuensi lainnya, yakni pita 700 MHz dan 2,6 GHz, yang ditargetkan digelar pada akhir tahun ini. 

    Pita 700 MHz termasuk kategori low band dengan cakupan luas dan cocok memperluas jaringan di wilayah pelosok, sementara pita 2,6 GHz merupakan mid band yang menawarkan keseimbangan antara cakupan dan kapasitas jaringan—ideal untuk mendukung layanan 5G dan peningkatan kapasitas data di kawasan urban.

  • Sah! WIFI dan MyRepublic Menang Lelang Internet Murah 100 Mbps

    Pengumuman Internet Murah 100 Mbps Hari Ini, Sumatra Sampai Papua

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) akan segera mengumumkan pemenang lelang frekuensi 1,4 Ghz. Proses lelang sendiri telah berlangsung sejak Senin lalu (13/10/2025).

    Menurut sumber kepada CNBC Indonesia, pemenang lelang akan diumumkan pada Rabu hari ini (15/10/2025).

    CNBC Indonesia juga mencoba mengonfirmasi informasi ini kepada Dirjen Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni. Namun hingga berita ini dipublikasikan belum ada informasi terkait kapan dan berapa jumlah pemenang lelang nantinya.

    Sebagai informasi, tiga perusahaan ikut proses lelang kali ini. Mulai dari Eka Mas Republik (MyRepublic), Telemedia Komunikasi Pratama anak usaha dari Surge, dan Telkom.

    Ketiganya memperebutkan frekuensi dengan lebar 80 Mhz, rentang 1431 Mhz hingga 1512 Mhz.

    Lelang ini diperuntukkan untuk menyediakan internet cepat 100 Mbps dengan harga terjangkau. Lelang dilakukan untuk broadband wireless access (BWA) dan diharapkan bisa meningkatkan cakupan jaringan fixed broadband.

    Terdapat tiga regional yang memiliki 15 zona untuk lelang kali ini. Berikut pembagiannya:

    Regional 1

    Zona 4 : Banten, Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi
    Zona 5 : Jawa Barat (kecuali Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi)
    Zona 6 : Jawa Tengah dan Yogyakarta
    Zona 7 : Jawa Timur
    Zona 9 : Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Barat Daya
    Zona 10 : Maluku dan Maluku Utara

    Regional 2

    Zona 1 : Aceh dan Sumatra Utara
    Zona 2 : Sumatra Barat, Riau, dan Jambi
    Zona 3 : Kepulauan Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Lampung
    Zona 8 : Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur
    Zona 15 : Kepulauan Riau

    Regional 3

    Zona 11 : Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
    Zona 12 : Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah
    Zona 13 : Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
    Zona 14 : Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur

     

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Penjelasan Telkom Soal Akses Internet di Papua Selatan

    Penjelasan Telkom Soal Akses Internet di Papua Selatan

    Jakarta

    Teknologi satelit memang makin populer, namun kabel laut masih menjadi tulang punggung utama konektivitas digital di Indonesia, termasuk di Papua Selatan. Kabel laut memiliki keunggulan dapat mengangkut lalu lintas data dalam jumlah besar. Hal ini belum dapat diberikan oleh satelit.

    Executive Vice President Telkom Regional V Amin Soebagyo, dalam kunjungannya ke Merauke menjelaskan hal ini saat menjawab pertanyaan, mengapa Telkom lebih memilih membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Papua Selatan 2 (Pasela 2) untuk memperkuat infrastruktur digital di kawasan paling timur Indonesia tersebut, padahal SKKL Pasela 1 yang sudah ada rawan putus akibat faktor alam dan aktivitas manusia.

    Menurut Amin, fiber optik merupakan teknologi komunikasi paling diandalkan saat ini, terutama dari sisi kapasitas dan kecepatan. “Fiber optik bekerja dengan kecepatan cahaya, sekitar 310 ribu km per detik, sehingga menjadi media transmisi data paling cepat yang kita miliki,” ujarnya.

    Teknologi ini, lanjut Amin, juga unggul dari sisi bandwidth dan stabilitas. Namun, penyambungan antar-ruas kabel laut membutuhkan presisi tinggi karena pantulan cahaya di dalam serat optik tidak boleh meleset sedikit pun.

    EVP Telkom Regional V Amin Soebagyo di Stasiun Bumi Telkom di Merauke. Foto: Rachmatunnisa/detikINETSatelit untuk Cadangan

    Meski Telkom juga memanfaatkan jaringan satelit untuk mendukung konektivitas di wilayah terpencil, kapasitas yang bisa ditampung jauh lebih kecil dibandingkan fiber optik.

    Amin mencontohkan, saat kabel laut Papua mengalami gangguan beberapa waktu lalu, trafik normal sebesar 73 Gbps hanya bisa dipulihkan sekitar 15,2 Gbps melalui jaringan satelit.

    “Kami bekerja sama dengan Telkomsat dan Starlink untuk backup, tapi proses penyiapannya butuh waktu dan kapasitasnya terbatas,” jelasnya.

    Selain keterbatasan kapasitas, satelit juga memiliki latensi lebih tinggi, yaitu jeda waktu antara pengiriman dan penerimaan data. Kondisi ini membuat komunikasi real-time seperti video conference atau transaksi digital menjadi kurang optimal.

    “Satelit itu penting, tapi tetap bukan solusi utama. Selain latensi tinggi, biaya per unitnya juga sangat mahal. Setiap hari ada 2-5 satelit yang jatuh ke Bumi karena gravitasi dan usia pakai,” tambahnya.

    Tantangan Kontur Papua

    Pemasangan kabel optik di Papua tidak lepas dari tantangan kontur medannya. Kondisi geografis dengan banyak sungai dan wilayah yang belum memiliki akses jalan membuat pemasangan kabel darat sulit dilakukan. Karena itu, sejak 2018 Telkom mulai menggelar SKKL di wilayah Papua.

    Namun, gangguan fisik tetap menjadi risiko. Berdasarkan data Telkom, sekitar 50% gangguan SKKL disebabkan oleh aktivitas kapal, seperti jangkar dan alat tangkap berat, sedangkan sisanya akibat faktor alam seperti gempa Bumi atau pergeseran lempeng.

    Telkom Gelar Pasela 2

    Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Telkom kini menyiapkan pembangunan jaringan kabel laut Papua Selatan 2 yang ditargetkan rampung pada Juni 2028. Proyek ini akan menjadi jalur cadangan sekaligus memperkuat kapasitas konektivitas digital di kawasan timur Indonesia.

    “Investasinya besar, tapi dampak ekonominya juga besar. Fiber optik saat ini masih menjadi teknologi paling efisien untuk membawa trafik data berkapasitas besar dengan kecepatan tertinggi,” tegas Amin.

    Dengan demikian, kabel laut dan satelit sama-sama berperan penting dalam pemerataan akses digital di Indonesia. Namun, untuk kebutuhan utama dengan kapasitas tinggi dan latensi rendah, fiber optik tetap menjadi pilihan paling andal, terutama di wilayah strategis seperti Papua Selatan yang sedang bersiap menuju kemandirian digital

    (rns/rns)

  • Komdigi Ungkap Pemenang Leleng Frekuensi 1,4 GHz Diumumkan Besok

    Komdigi Ungkap Pemenang Leleng Frekuensi 1,4 GHz Diumumkan Besok

    Jakarta

    Tiga perusahaan telekomunikasi, yaitu Eka Mas Republik (MyRepublic), Telemedia Komunikasi Pratama anak usaha dari Surge, dan Telkom, tengah memperebutkan blok kosong di pita frekuensi 1,4 GHz. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengatakan pemenangnya akan diumumkan besok.

    Direktur Jenderal Infrastruktur Digital, Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, mengatakan proses lelang berlangsung tiga hari dimulai sejak Senin (13/10/2025).

    “Pemenangnya ketahuan besok, hari ini masih berproses,” ujar Wayan kepada detikINET, Selasa (14/10/2025).

    Terkait berapa pemenangnya di spektrum tersebut, Wayan menyebutkan bahwa itu tergantung dari penawar tertinggi yang diberikan perusahaan telekomunikasi tersebut.

    “Siapa penawar tertinggi itu pemenangnya untuk ketiga regional yang ada. Jadi, besok baru ketahuan,” ucapnya menambahkan.

    Telkom, Surge, dan MyRepublic bertarung untuk mendapatkan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang dapat mendukung operasional perusahaan di layanan fixed broadband. Spektrum frekuensi tersebut dibagi Komdigi ke dalam tiga regional dan 15 zona.

    Komdigi mengatakan bahwa penggunaannya nanti diberikan dalam bentuk Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan berdasarkan regional.

    Mode frekuensinya time division duplex (TDD) dengan masa berlaku IPFR 10 tahun. Seleksi spektrum ini juga disebut Komdigi menjadi cara pemerintah untuk meningkatkan kecepatan internet tetap (fixed broadband) hingga tembus 100 Mbps dan menghadirkan tarif layanan yang terjangkau buat masyarakat.

    Rencana kebijakan untuk internet tetap murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali. Adapun pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.

    Komdigi juga menyebutkan pita frekuensi 1,4 GHz adalah untuk menghidupkan broadband wireless access (BWA) kembali yang sebelumnya sempat mati sejak masuknya era 4G. Kegagalan BWA dahulu dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.

    Sebagai informasi, operator BWA dahulu yang pernah eksis adalah Bolt, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Jasnita Telekomindo (Jasnita) dan PT Berca Hardayaperkasa. Karena pertimbangan bisnis saat itu, mereka menutup layanannya dan mengembalikan spektrum ke negara.

    “Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6/2025).

    (agt/agt)

  • Universitas Musamus dan Telkom Kolaborasi Siapkan SDM Papua Selatan Melek Digital

    Universitas Musamus dan Telkom Kolaborasi Siapkan SDM Papua Selatan Melek Digital

    Merauke

    Universitas Musamus Merauke menyambut positif komitmen Telkom Indonesia dalam memperkuat konektivitas di Papua Selatan. Rektor Universitas Musamus Daud Andang Pasalli, menyebut langkah Telkom sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

    “Kami sangat berterima kasih kepada Telkom yang sudah beraudiensi dengan kami. Program-program Telkom luar biasa karena semuanya ditujukan untuk peningkatan layanan di Papua Selatan,” ujar Daud ditemui usai audiensi dengan Telkom di kampus Universitas Musamus, Merauke, Senin (13/10/2025).

    Menurutnya, tiga program utama Telkom yang dipaparkan dalam audiensi, yakni pembangunan rute kabel optik Pasela 2, pembangunan Content Delivery Network (CDN), dan penguatan gateway jaringan, akan memperkuat layanan digital yang mendukung kegiatan pendidikan, pemerintahan, hingga aktivitas ekonomi masyarakat.

    “Tujuan akhirnya tentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Selatan,” tambahnya.

    Rektor Universitas Musamus Daud Andang Pasalli. Foto: Rachmatunnisa/detikINET

    Daud berharap kerja sama dengan Telkom tidak berhenti di level infrastruktur, tetapi juga menyentuh peningkatan kualitas pembelajaran dan kompetensi digital mahasiswa.

    “Kami ingin kolaborasi ini ditingkatkan lagi, khususnya untuk mendukung pembelajaran berbasis teknologi agar lulusan universitas kami menguasai IT dan siap bersaing,” tegasnya.

    Di acara yang sama, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Musamus Tobias Nggaruaka, menyampaikan apresiasinya terhadap audiensi tersebut. Menurutnya, kolaborasi dengan Telkom sangat penting karena hampir seluruh aktivitas akademik kini bergantung pada layanan digital.

    Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Musamus Tobias Nggaruaka. Foto: Rachmatunnisa/detikINET

    “Hari ini dan ke depan, kinerja universitas berbasis penggunaan teknologi. Maka sarana komunikasi harus terus ditingkatkan, dan Telkom hadir untuk memperkuat itu,” ujar Tobias.

    Ia menilai kerja sama antara Universitas Musamus dan Telkom bisa menciptakan peluang baru dalam pengembangan pendidikan digital di Papua Selatan. “Teknologi kini menjadi sarana utama pembelajaran dan perkuliahan. Karena itu, kolaborasi seperti ini sangat strategis untuk masa depan,” ujarnya.

    Kolaborasi antara Telkom dan Universitas Musamus menegaskan pentingnya sinergi antara dunia industri dan pendidikan tinggi dalam membangun Papua Selatan yang lebih maju, tangguh, dan terkoneksi secara digital.

    (rns/rns)

  • Frekuensi 1,4 GHz Diperebutkan, Pakar Harap Jadi Game Changer Internet RI

    Frekuensi 1,4 GHz Diperebutkan, Pakar Harap Jadi Game Changer Internet RI

    Jakarta

    Proses lelang frekuensi 1,4 GHz yang tengah digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) masih bergulir. Pakar menilai, hasil seleksi spektrum ini berpotensi menjadi game changer bagi peta persaingan industri telekomunikasi nasional.

    Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menilai pemerintah perlu berhati-hati dalam menetapkan harga dasar lelang agar hasilnya seimbang antara kepentingan negara dan pelaku industri.

    “Harga dasar lelang perlu dihitung secara cermat, memberikan kontribusi bagi negara tapi tidak memberatkan peserta lelang,” ujar Heru kepada detikINET, Selasa (14/10/2025).

    Ia juga menyoroti pentingnya transparansi dan kepastian dalam setiap tahapan lelang. Menurutnya, jumlah ronde harus ditetapkan di awal dan tidak boleh diubah di tengah proses.

    “Ronde lelang harus ditetapkan di awal, dan diketahui peserta lelang. Tidak boleh ada tambahan atau pengurangan ronde jika sudah ditentukan. Ronde juga tidak perlu banyak-banyak, dua atau tiga ronde saja agar harga tidak melambung jauh dari harga dasar,” jelasnya.

    Setelah pemenang ditetapkan, kata Heru, pemerintah juga perlu menunggu masa sanggah serta memastikan kewajiban pembayaran dilakukan sesuai waktu yang telah ditentukan.

    “Pemenang lelang harus membayar biaya frekuensi sesuai waktu yang ditetapkan. Jika tidak, harus ada sanksi. Sistem lelang pun wajib berjalan transparan, andal, dan real time, agar semua penawaran, termasuk di menit terakhir, tetap tercatat dengan adil,” paparnya.

    Heru menambahkan, proses seleksi frekuensi biasanya menggunakan skema hybrid, yakni kombinasi antara kewajiban pembangunan dan lelang harga. Dengan begitu, operator pemenang tidak hanya membayar frekuensi, tapi juga harus memenuhi target layanan tertentu.

    “Biasanya ada kewajiban yang harus disetujui, misalnya menghadirkan internet 100 Mbps. Itu bagian dari komitmen jika memenangkan lelang. Pemerintah boleh menetapkan hal tersebut sesuai kepentingan nasional,” katanya.

    Heru berharap, lelang 1,4 GHz ini benar-benar bisa menjadi momentum perubahan bagi pemerataan internet nasional.

    “Tentunya kita berharap ini menjadi game changer, agar internet Indonesia makin ngebut secara merata dan harganya tetap terjangkau bagi masyarakat,” tutup Heru.

    Seperti diberitakan sebelumnya, Tiga perusahaan telekomunikasi yang dinyatakan lulus evaluasi administrasi, yaitu Eka Mas Republik (MyRepublic), Telemedia Komunikasi Pratama anak perusahaan dari Surge, dan Telkom, bersaing memperebutkan blok kosong spektrum tersebut sejak kemarin.

    Ketiga perusahaan telekomunikasi tersebut akan bertarung untuk mendapatkan lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang dapat mendukung operasional perusahaan di layanan fixed broadband. Spektrum frekuensi tersebut dibagi Komdigi ke dalam tiga regional dan 15 zona.

    (agt/agt)