Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia China Mobile akan menarik kabel laut baru yang menghubungkan Singapura dengan Jakarta. Kabel laut tersebut akan menambah kapasitas untuk meningkatkan layanan internet di Tanah Air.
China Mobile telah meluncurkan jaringan kabel laut dari Singapura ke Jepang pada Juni 2025, yang menghubungkan pusat ekonomi Asia Tenggara dan Asia Timur.
Perusahaan telah memiliki koneksi ke Indonesia melalui Singapura-Jakarta sudah berjalan, dan rencananya jumlah kapasitas kabel laut tersebut akan ditingkatkan pada 2026.
“Nanti mau ditingkatkan kapasitasnya,” kata Assistant Sales Manager Indonesia China Mobile David Sugandi kepada Bisnis dikutip Minggu (21/12/2025).
Sugandi tidak menyebutkan dengan pasti kapa sistem komunikasi kabel laut (SKKL) tersebut akan beroperasi, juga kapasitas kabel laut tersebut.
Sekadar informasi, induk Indonesia China Mobile membukukan pendapatan sekitar RMB794,7 miliar atau naik 0,4% year-on-year (YoY) pada kuartal III/2025. Laba bersih sekitar RMB31,1 miliar, naik 1,4% YoY.
Perusahaan mengeklaim memiliki total pelanggan seluler sekitar 1 miliar pada akhir kuartal III/2025. Khusus pelanggan yang terhubugn ke 5G, total ada sekitar 622 juta. Pelanggan broadband tetap sekitar 329 juta.
China Mobile juga memiliki rencana membangun fasilitas data center di Indonesia, dengan studi yang dimulai sejak 2023.
Saat ini, perusahaan bekerja sama dengan provider data center lokal, sementara data center hyperscale terdekat berada di Singapura dengan kapasitas 10 megawatt.
Dia mengatakan keberadaan data center di Indonesia sangat penting untuk menghadirkan latensi yang lebih bagi perangkat-perangkat IoT perusahaan.
“Kami punya perencanaan untuk memiliki data center di Indonesia, tapi masih belum bisa diinformasikan secara detail,” ujar David.
Sugandi mengatakan perusahaan telah lama berinteraksi dengan pengguna di Indonesia melalui berbagai layanan, meskipun banyak yang belum menyadari keberadaan brand ini.
China Mobile membagi operasinya di Indonesia menjadi tiga pilar utama: Enterprise, Carrier, dan Mobile Business.
Sementara pilar Enterprise mencakup solusi bisnis seperti Internet of Things (IoT), konektivitas, data center, kecerdasan buatan (AI), dan Software-Defined Technology (SDT).
Pilar Carrier mirip dengan peran Huawei sebagai penyedia teknologi, termasuk peralatan seperti kabel fiber optik dan infrastruktur jaringan.
“Carrier itu menyediakan equipment, mirip kayak Huawei yang provide teknologi ke China Mobile, lalu diintegrasikan dan ditawarkan ke yang lain,” jelasnya.
Perusahaan juga menjalin hubungan bisnis dengan mitra seperti ISP dan operator telko di Indonesia, termasuk Telkom.
Sementara itu, Mobile Business fokus pada penjualan paket data roaming melalui e-commerce, bandara, dan kerja sama dengan penyedia tour.
“Mobile business ini yang jual paket data roaming, ada di bandara, marketplace, dan kerja sama dengan tour haji umrah,” tambah Sugandi.
Untuk tahun depan, lanjut David, perusahaan akan fokus pada momentum seperti musim haji dan umrah untuk memperbesar pangsa pasar untuk memacu bisnis roaming.
Sugandi menekankan bahwa ketiga pilar ini berjalan paralel dan akan diekspansi. “Semuanya yang mau digedein, ketiga-tiganya jalan paralel,” ungkapnya.
Bisnis Carrier sudah mapan dengan mitra existing seperti ISP dan Telkom, sementara Enterprise dan Mobile Business masih perlu peningkatan awareness brand.
Melalui pengalaman lebih dari satu dekade dan portofolio use case mencapai 20.000, perusahaan ini juga berencana membawa solusi pintar (smart solutions) lebih dekat ke kehidupan sehari-hari, khususnya di sektor industri kritis seperti kesehatan, manufaktur, otomotif, pertambangan, rantai pasok, dan pemerintahan.
Sugandi mengatakan tahun depan perusahaan akan makin mendekatkan smart solution kepada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
China Mobile akan menggandeng mitra lokal membawa teknologi secara masif dan cepat ke pasar potensial Indonesia. China Mobile akan mendukung beragam program pemerintah seperti ketahanan pangan, pertanian, perikanan, dan kelautan.
“Bagaimana teknologi itu sebenarnya ada atau dalam proses pengembangan, dan kita bisa bawa ke Indonesia, diimplementasikan di Indonesia, memperkuat fondasi ekonomi,” kata David.
Sugandi menegaskan bahwa teknologi yang dibawa bukan sekadar Internet of Things (IoT), melainkan ekosistem lengkap dari hulu ke hilir.
IoT hanya salah satu komponen, ujungnya saja, di belakang itu terdapat network, infrastruktur, big data, dan pengolahan data hingga dashboard atau command center.
Perusahaan juga berkolaborasi dengan asosiasi seperti Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan lembaga bisnis, pemerintahan, serta regulator untuk memperkaya pengetahuan dan mendorong teknologi masuk ke Indonesia.
“Bukan sekedar bisnis, tapi menjadi kekuatan ekonomi bersama-sama,” ungkap Sugandi.

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5449499/original/007512200_1766066033-Infranexia.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)






