BUMN: PT Pertamina

  • Istilah ‘Hotel Merah Putih’ di Kalangan Bikers Pencinta Touring

    Istilah ‘Hotel Merah Putih’ di Kalangan Bikers Pencinta Touring

    Jakarta

    Mereka kerap memanfaatkan fasilitas tersebut untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju tempat tujuan.

    Istilah Hotel Merah Putih itu merujuk kepada SPBU Pertamina. Istilah Hotel Merah Putih digunakan lantaran SPBU dengan nuansa warna merah putih tersebut menjadi tempat singgah para bikers layaknya hotel. SPBU yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia itu kerap menjadi lokasi untuk beristirahat para bikers yang melakukan touring.

    “Murah meriah istirahat di sini, lengkap, komplet, nyaman. Toiletnya juga banyak,” ujar Eko pengunjung rest area SPBU Muri di Tegal, Jawa Tengah, yang tengah melakukan touring bersama komunitas motornya seperti dikutip dari keterangan tertulis.

    “Kalau cuma sekadar tidur sesaat lalu ngegas lagi, kita lebih milih tidur di SPBU. Yang penting bisa rebahan sebentar, isi tenaga, pulsa habis itu ngegas lagi,” timpal bikers lainnya.

    Hotel Merah Putih ini kerap dipilih menjadi tempat singgah yang murah meriah. Fasilitasnya juga banyak, mulai dari area parkir luas, toilet, hingga ketersediaan minimarket dan musala. Karenanya, para bikers yang melakukan touring jarak jauh kerap memanfaatkan Hotel Merah Putih alias SPBU sebagai tempat untuk melepas lelah sebelum kembali melanjutkan perjalanan.

    Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun menyampaikan, kenyamanan menjadi prioritas utama. “Kami senang SPBU Pertamina kini menjadi bagian dari pengalaman perjalanan masyarakat, termasuk para bikers. SPBU bukan hanya tempat mengisi energi kendaraan, tapi juga tempat mengisi energi bagi pengendaranya,” ujar Roberth.

    Menurutnya, Pertamina Patra Niaga berkomitmen meningkatkan kualitas layanan di seluruh jaringan SPBU, baik dari segi kebersihan, keamanan, maupun fasilitas penunjang.

    (rgr/din)

  • Beda Periode dengan KPK, Kejagung Usut Kasus Minyak Mentah Petral dari 2008-2017

    Beda Periode dengan KPK, Kejagung Usut Kasus Minyak Mentah Petral dari 2008-2017

    Bisnis.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) menyatakan tengah melakukan pengusutan terhadap kasus dugaan korupsi terkait Pertamina Energy Trading Limited (Petral).

    Pengusutan itu berkaitan dengan pengadaan minyak mentah dan produk jadi kilang oleh Petral atau PT Pertamina Energy Services Pte Ltd (PES).

    Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung RI, Anang Supriatna mengatakan kasus itu diusut dengan periodesasi 2008-2017.

    Anang menambahkan bahwa saat ini pengusutan itu sudah berstatus naik sidik usai surat perintah penyidikan (Sprindik) diterbitkan sejak Oktober 2025.

    “Baik terkait penyidikan dalam TPK petral, memang Kejaksaan Agung sudah menerbitkan sprindik terhadap dalam perkara tersebut, periodesasinya dari 2008 sampai 2017,” ujar Anang di Jakarta, dikutip Selasa (11/11/2025).

    Hanya saja, Anang belum mengungkap secara detail terkait perkara ini, termasuk duduk perkara maupun potensi kerugian negara.

    Dia hanya menyatakan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum lainnya, yakni KPK terkait pengusutan ini.

    “[Kasus Petral] Baru. Tim kita sudah melakukan koordinasi dengan Tim KPK,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, KPK juga ikut mengusut perkara Petral ini. Berbeda dengan Kejagung, periode tindak pidana korupsi yang diusut oleh lembaga antirasuah ini dilakukan pada 2019-2025.

    Juru Bicara KPK, Budi menjelaskan perkara terkait Petral ini merupakan pengembangan dari kasus dugaan suap pengadaan katalis di PT Pertamina (persero) tahun 2012-2014.

    “Penyidik menemukan adanya dugaan tindak pidana korupsi lainnya berupa kerugian negara yang diakibatkan dari pengadaan minyak mentah dan produk jadi kilang pada periode 2009-2015,” ujar Budi di Jakarta pada Senin (3/11/2025).

  • Pertamina Kejar Merger 3 Subholding Migas Rampung 1 Januari 2026

    Pertamina Kejar Merger 3 Subholding Migas Rampung 1 Januari 2026

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan penggabungan atau merger tiga subholding hilir migas dapat rampung pada 1 Januari 2026. Adapun, ketiga subholding itu yakni PT Pertamina Patra Niaga (PPN), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS).

    Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri membidik merger tiga anak usaha Pertamina, yakni PT Pertamina Patra Niaga, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS) rampung pada 1 Januari 2026.

    “Kita sih kejarnya mudah-mudahan per 1 Januari 2026 sudah terlaksana [merger] gitu,” ujar Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri, dikutip dari Antara, Selasa (11/11/2025).

    Simon menyampaikan rencana merger tiga anak usaha tersebut sudah sampai di tahap finalisasi dan akan dilaporkan ke Badan Pengelola Investasi Danantara. Pelaporan ke Danantara, tutur Simon, bertujuan untuk memperoleh persetujuan.

    Berdasarkan catatan Bisnis, rencana penggabungan ketiga anak usaha itu pertama kali Simon sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI yang membidangi BUMN di Jakarta, Kamis (11/9).

    Langkah konsolidasi ini tak lepas dari tantangan global, seperti penurunan harga hingga permintaan minyak dunia, yang menekan kinerja subholding perseroan. Sebagai contohnya yang dialami PT Kilang Pertamina Internasional (KPI).

    Diberitakan sebelumnya, Simon mengungkapkan bahwa margin bisnis kilang makin kecil seiring turunnya permintaan, sementara kapasitas produksi kilang global meningkat.

    “Dengan marginnya semakin kecil, tentunya secara keseluruhan, secara konsolidasi kan akan berpengaruh kurang baik ke bottom line perusahaan. Dengan demikian, supaya lebih efektif memang ada beberapa kajian di kita untuk menggabungkan antara kilang, PIS, dan PPN,” ujar Simon, Kamis (11/9/2025).

    Simon juga mengatakan bahwa langkah ini juga sebagai upaya penyelarasan strategi bisnis dengan pemegang saham baru, BPI Danantara.

    “Dulu kan gini, dulu kan kita satu ini juga ya, antara hulu hilir, kemudian kita melakukan saat itu subholding, holdingisasi supaya bergerak lebih hijau. Tetapi sebagai organisasi, sebagai institusi yang tentunya terus berkembang, kita harus menyesuaikan juga perkembangan situasi,” kata Simon.

  • Sidang Kasus Minyak Mentah, Eks Direktur Ungkap Terminal Oil Tanking Merak Tekan Biaya Impor BBM

    Sidang Kasus Minyak Mentah, Eks Direktur Ungkap Terminal Oil Tanking Merak Tekan Biaya Impor BBM

    Liputan6.com, Jakarta – Mantan Direktur Rekayasa Infrastruktur Darat PT Pertamina Patra Niaga, Edward Adolf Kawi, membeberkan peran strategis Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) milik PT Oil Tanking Merak (OTM) dalam proses impor dan distribusi BBM ke berbagai daerah di Indonesia.

    Hal itu disampaikan Edward saat bersaksi dalam sidang perkara dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina dengan terdakwa Muhammad Kerry Adrianto Riza, yang dikenal sebagai putra pengusaha Riza Chalid, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (27/10/2025).

    Menurut Edward, terminal milik PT OTM menjadi fasilitas penting karena dapat menekan biaya impor BBM sekaligus mempermudah distribusi ke daerah. Pasalnya, terminal tersebut mampu menampung kapal berukuran besar yang digunakan untuk pengangkutan BBM impor.

    “Memang desainnya OTM ini kan kapal-kapal besar, Pak ya. LR (long range) maupun MR (medium range). Ada beberapa GP (general purpose), dan memang untuk impor itu secara keekonomian, cost paling murah adalah kapal dengan size besar,” ujar Edward di hadapan majelis hakim.

    Edward menjelaskan, terminal BBM milik PT OTM berfungsi sebagai hub atau terminal penghubung. Dari fasilitas tersebut, BBM disalurkan ke depo-depo atau terminal Pertamina yang berkapasitas lebih kecil di berbagai daerah.

    “Terminal hub, terminal terima impor dengan kapasitas besar, kemudian kami salurkan ke depo-depo atau terminal kami yang lebih kecil,” paparnya.

    Edward menambahkan, tidak semua terminal Pertamina memiliki dermaga yang mampu disandarkan oleh kapal besar. Akibatnya, distribusi BBM dari terminal hub seperti OTM menjadi solusi untuk menjaga efisiensi biaya logistik dan pasokan energi nasional.

     

    Muhamad Kerry Adrianto Riza didakwa merugikan keuangan negara sebesar Rp 285 triliun dalam kasus dugaan korupsi minyak mentah dan dinyatakan memperkaya diri hingga Rp 3,07 triliun.

    Ia terlibat dalam Kerjasama penyewaan kapal serta penggunaan uang untuk keperluan golf pribadi yang diikuti beberap…

  • Pertamina Patra Niaga bangun kolaborasi gelar Aviation Global Summit

    Pertamina Patra Niaga bangun kolaborasi gelar Aviation Global Summit

    Kunci keberhasilan ada pada inovasi dan kolaborasi inklusif.

    Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga membangun kolaborasi menuju industri penerbangan yang berkelanjutan dengan menggelar Pertamina Aviation Global Summit 2025.

    Direktur Pemasaran Pusat & Niaga Pertamina Patra Niaga Alimuddin Baso, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, mengatakan forum yang mempertemukan para pemangku kepentingan di industri penerbangan, perusahaan energi, serta pemerintah dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik tersebut bertujuan memperkuat kolaborasi menuju masa depan aviasi rendah emisi.

    Dengan tema “Empowering New Horizons of Aviation Toward Sustainability, Synergy & Global Collaboration”, forum internasional ini sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai salah satu pemeran utama dalam pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang menjadi kunci dekarbonisasi sektor penerbangan.

    Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Odo RM Manuhutu menyampaikan bahwa SAF menjadi bagian penting dalam peta jalan dekarbonisasi transportasi nasional.

    Saat ini, pemerintah telah mengesahkan Tim Percepatan Pengembangan Industri SAF di Indonesia, yang terdiri dari berbagai kementerian/lembaga terkait.

    “Kunci keberhasilan ada pada inovasi dan kolaborasi inklusif. Pemerintah sedang menyusun transport decarbonization plan mencakup darat, laut, dan udara, dan SAF menjadi pilar penting menuju net zero emission pada 2060,” ujar Odo.

    Alimuddin menambahkan, Pertamina Aviation Global Summit merupakan bentuk komitmen Pertamina Patra Niaga untuk mengambil peran aktif dalam membangun ekosistem SAF secara konkret.

    “Forum ini bukan hanya ruang berbagi gagasan, tetapi juga langkah strategis memperkuat kolaborasi lintas sektor menuju penerbangan yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing global,” ujarnya.

    Pertamina juga telah mengantongi sertifikasi keberlanjutan, yaitu International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan tengah menjajaki sistem ISCC Credit Transfer System guna memastikan transparansi dan traceability jejak karbon.

    “Ke depan, kami akan terus memperkuat kapasitas pasokan Pertamina SAF, memperluas pengumpulan bahan baku lokal, serta membangun kemitraan strategis dengan mitra global. Transisi energi di sektor aviasi tidak dapat berjalan sendiri. Sinergi adalah kunci agar Indonesia dapat menjadi bagian penting dalam rantai pasok SAF dunia,” kata Alimuddin.

    Head of Procurement Operations and Development Cathay Pacific Airways Kristof van Passel menilai Indonesia memiliki arah kebijakan dan kemampuan teknis yang menjanjikan.

    “Kami melihat keseriusan Pertamina dalam membangun rantai pasok SAF dari hulu hingga hilir. SAF adalah kunci dekarbonisasi aviasi, mampu mengurangi emisi hingga 80 persen, tanpa perlu mengubah infrastruktur atau pesawat,” ujarnya pula.

    Cathay Pacific dan Pertamina juga menyepakati penjajakan kerja sama jangka panjang meliputi studi kelayakan bahan baku lokal, pengembangan rantai pasok, hingga potensi offtake agreement dan investasi bersama untuk proyek SAF di Indonesia.

    Associate Director Commercial Strategy, S&P Global Commodity Insights Daphne Tan menilai langkah Indonesia melalui Pertamina sebagai kemajuan besar.

    “Dengan sumber daya seperti UCO, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif untuk menjadi pusat SAF di Asia. Sertifikasi ISCC yang dimiliki Pertamina menjadi bagian penting dalam menjelaskan ketertelusuran atas keberlanjutan rantai nilai SAF secara global,” ujarnya.

    Pewarta: Kelik Dewanto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Densus 88: Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sering Kunjungi Darkweb

    Densus 88: Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Jakarta Sering Kunjungi Darkweb

    Bisnis.com, JAKARTA — Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri mengungkap aktivitas terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta, di Kelapa Gading, Jakarta.

    Juru Bicara Densus 88 АКВР Mayndra Eka Wardhana mengatakan aktivitas terduga pelaku ledakan itu kerap mengunjungi komunitas daring, khususnya di situs gelap atau darkweb.

    Dalam komunitas itu, para anggota kerap membagikan video maupun foto orang yang telah meninggal dunia akibat perang, pembunuhan hingga kecelakaan.

    “Yang bersangkutan kerap mengunjungi komunitas daring yang menampilkan video atau foto orang yang benar-benar meninggal dunia, biasanya akibat kecelakaan, perang, pembunuhan, atau kejadian brutal lainnya,” ujar Mayndra saat dikonfirmasi, Senin (10/11/2025).

    Sekadar informasi, terduga pelaku peristiwa ledakan ini telah diamankan oleh polisi. Dia diduga merupakan siswa di SMAN 72 Jakarta. Dia yang sebelumnya dilarikan ke RS Islam Cempaka Putih, kini telah dipindahkan ke RS Polri.

    Adapun, kasus ledakan ini terjadi di SMAN 72 Jakarta Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025) sekitar 12.15 WIB. Saat olah TKP, petugas kepolisian telah menemukan ada tujuh peledak, empat di antaranya telah meledak.

    Kemudian, berdasarkan data terakhir yang diungkap kepolisian, total ada 96 korban dari peristiwa itu. Puluhan korban ini langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Misalnya, RS Islam Cempaka Putih, RS Yarsi hingga RS Pertamina. 

    Sementara, dari korban yang hampir mencapai seratus orang itu, sebagian telah dipulangkan ke kediamannya masing-masing.

  • Bos Pertamina Sebut Merger 3 Anak Usaha Bisa Terwujud 1 Januari 2026

    Bos Pertamina Sebut Merger 3 Anak Usaha Bisa Terwujud 1 Januari 2026

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina (Persero) menargetkan proses penggabungan tiga anak usahanya dapat tuntas pada 1 Januari 2026. Adapun, tiga entitas yang akan dilebur tersebut adalah PT Pertamina Patra Niaga, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina International Shipping (PIS).

    Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengatakan bahwa rencana merger tersebut sudah memasuki tahap akhir. Jika sudah tuntas, rencana penggabungan akan disampaikan kepada BPI Danantara untuk mendapatkan persetujuan.

    “Sekarang kita sedang tahap finalisasi Nanti kita akan laporkan ke Danantara untuk mendapatkan persetujuan. Kita sih kejarnya mudah-mudahan per 1 Januari 2026 sudah terlaksana gitu yang kita kejar,” kata Simon ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Senin (10/11/2025).

    Menurut Simon, keputusan final mengenai merger nantinya akan berada di tangan Danantara. Namun yang pasti, alasan merger diperlukan untuk memperkuat kinerja perusahaan di tengah tantangan global.

    “Tentunya supaya lebih banyak manfaat ya, jadi tidak, tentunya ada tantangan di luar, kondisi global juga banyak challenges. Jadi salah satu upaya kita untuk tetap meningkatkan performa perusahaan, salah satu antaranya itu,” ujarnya.

    Selain itu, langkah penggabungan tiga subholding ini diambil agar proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat. Mengingat, setiap kebijakan harus mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan dengan tantangan yang berbeda.

    “Saat itu ketika ada Holdingisasi itu adalah langkah yang terbaik. Tapi ketika kita melihat sekarang, kondisi sekarang dengan adanya keputusan ini kita sudah membandingkan antara penggabungan subholding PIS dengan Patra Niaga, Patra Niaga dengan Kilang, Kilang dengan PIS. Inilah yang sejauh ini adalah keputusan terbaik,” ujarnya.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • ESDM Sebut VIVO Sempat Sepakat Beli BBM Pertamina tapi Mundur, Kini Nego Lagi

    ESDM Sebut VIVO Sempat Sepakat Beli BBM Pertamina tapi Mundur, Kini Nego Lagi

    Jakarta

    SPBU Shell dan VIVO hingga saat ini belum membeli base fuel atau BBM murni dari Pertamina Patra Niaga. Alhasil, BBM di SPBU tersebut masih kosong. Berbeda dengan BP-AKR yang sudah melakukan pembelian BBM dari Pertamina.

    Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan sebenarnya VIVO sudah melakukan negosiasi dan menyatakan sepakat untuk membeli BBM dari Pertamina. Namun dalam perjalanannya, Vivo menyatakan mundur.

    Namun, Laode mengatakan, saat ini VIVO tengah melakukan negosiasi kembali dengan Pertamina Patra Niaga untuk membeli BBM.

    “Sebenarnya VIVO itu kan sudah dulu harusnya. Tapi mundur. Alasannya belum tahu. Sekarang nego lagi, kita tunggu aja,” katanya saat ditemui di Komplek DPR RI, Jakarta, Senin (10/11/2025).

    Laode pun berharap VIVO dan Shell untuk segera menyelesaikan negosiasi dan melakukan pemesanan BBM.

    “Karena kan BP-AKR aja sudah dua kargo, masa yang lain gak pesen, nanti apa Itu bisa menyebabkan prognosa dia sampai akhir tahun turun, karena dia gak memkonsumsi apa-apa,” katanya.

    Sebelumnya, Loade mengabarkan BP-AKR bakal kembali membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) murni atau base fuel dari Pertamina Patra Niaga. Jumlah BBM yang akan dibeli sebanyak 100 ribu barel

    “Jadi malah yang BP AKR dua minggu lagi ada pesan lagi satu kargo. BP nambah lagi 100 ribu barel,” kata Laode saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/11).

    Laode mengatakan untuk SPBU lainya seperti Shell dan VIVO saat ini masih melakukan proses negosiasi dengan Pertamina Patra Niaga. Ia mendapatkan bocoran bahwa dalam waktu dekat kemungkinan SPBU VIVO akan menyusul untuk membeli BBM dari Pertamina Patra Niaga.

    “Ya jadi yang belum itu sedang bernegosiasi dengan Badan Usaha Patra Niaga dan kemarin memang kami mendapatkan info bahwa VIVO sudah mendekati, akan ada lagi. Jadi kita tunggu aja ya,” terang Laode.

    (acd/acd)

  • Kemendag: Transaksi UMKM capai Rp2,17 triliun pada Januari-Oktober

    Kemendag: Transaksi UMKM capai Rp2,17 triliun pada Januari-Oktober

    Nilai transaksi ini juga merefleksikan kemampuan produk-produk UMKM lokal kita dalam merambah pasar ekspor

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat kegiatan penjajakan bisnis (business matching) pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) telah menghasilkan transaksi sebesar 130,17 juta dolar AS atau setara Rp2,17 triliun selama periode Januari-Oktober 2025.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan nilai transaksi ini menunjukkan konsistensi minat pembeli mancanegara terhadap produk-produk UMKM Indonesia.

    “Nilai transaksi ini juga merefleksikan kemampuan produk-produk UMKM lokal kita dalam merambah pasar ekspor,” kata Budi dalam keterangan di Jakarta, Senin.

    Nilai transaksi ini terdiri atas purchase order (PO) 56,99 juta dolar AS dan potensi transaksi 73,18 juta dolar AS. Sepanjang Januari-Oktober 2025, telah terlaksana 542 kegiatan business matching.

    Jumlah itu terdiri atas 348 kurasi produk UMKM oleh perwakilan perdagangan RI di luar negeri (pitching) dan 194 pertemuan dengan pembeli mancanegara.

    Khusus Oktober 2025, tercatat transaksi sebesar 21,35 juta dolar AS. Nilai tersebut terdiri atas PO senilai 1,03 juta dolar as dan potensi transaksi 20,32 juta dolar AS.

    Terdapat 34 UMKM yang berpartisipasi dalam business matching daring, serta 26 UMKM lainnya secara tatap muka di pameran dagang Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 pada 15-19 Oktober 2025 lalu.

    Selama Oktober 2025, sesi business matching telah mempertemukan para UMKM dengan 34 pembeli dari 21 negara, baik daring maupun tatap muka, yang mencari produk-produk UMKM Indonesia.

    “Sektor yang diminati, antara lain, fesyen, kerajinan, furnitur, kopi, lada, jahe dan boga bahari beku,” kata Budi.

    Sementara itu, sejumlah pembina UMKM telah berpartisipasi dalam UMKM BISA Ekspor periode Oktober 2025. Para pembina ini, yaitu Pertamina; Bank Negara Indonesia; Perusahaan Perdagangan Indonesia; dinas-dinas perindustrian dan perdagangan dari Provinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung, Cirebon; Badan Ekonomi Kreatif; Jakarta Muslim Fashion Week; dan Export Center.

    Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Toyota Bakal Bangun Pabrik Bioetanol di Lampung, Nilai Investasi Rp 2,5 Triliun

    Toyota Bakal Bangun Pabrik Bioetanol di Lampung, Nilai Investasi Rp 2,5 Triliun

    Jakarta

    Toyota Motor Corporation akan berinvestasi dalam pengembangan ekosistem bioetanol di Indonesia. Rencananya, Toyota Motor Corp. melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) akan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) bersama dengan PT Pertamina.

    Hal ini disampaikan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu dalam rangkaian kunjungan kerja ke Jepang. Dalam kesempatan tersebut, Todotoa melakukan pertemuan dengan Masahiko Maeda, CEO of Asia Region, Toyota Motor Corporation serta mengunjungi fasilitas riset di Fukushima milik Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuels (RABIT).

    Pertemuan ini membahas rencana investasi Toyota dalam pengembangan ekosistem bioetanol di Indonesia. Todotua mengapresiasi atas komitmen Toyota dalam mendukung program Pemerintah di bidang energy security dan transisi energi hijau.

    Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan kebijakan mandatory campuran bioetanol dalam bensin sebesar 10% (E10) yang akan mulai diterapkan pada tahun 2027 untuk menekan impor BBM yang masih tinggi. Ia melihat potensi besar kerja sama dengan Toyota untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi bioetanol di kawasan.

    Dalam kolaborasi risetnya di Jepang melalui Research Association of Biomass Innovation (RABIT), Todotua menerangkan Toyota tengah mengembangkan bioetanol generasi kedua yang bersumber dari biomassa non-pangan, seperti limbah pertanian dan tanaman sorgum. Teknologi ini dinilai sangat relevan dengan potensi agrikultur Indonesia yang melimpah dan kondisi agroklimat yang cocok untuk budidaya secara berkelanjutan.

    “Kemarin saat kunjungan kami juga telah berdiskusi dengan RABIT, bahwa teknologi pabrik bioetanol generasi kedua ini dapat memanfaatkan berbagai macam limbah pertanian (multi feedstock), sehingga teknologinya cocok dengan Indonesia yang tidak hanya memiliki potensi tanaman sorgum, tetapi bisa juga dari tebu, padi, singkong, kelapa sawit, aren dan lain-lain ” ujar Todotua dalam keterangannya, Senin (10/11/2025).

    Berdasarkan Roadmap Hilirisasi Investasi Strategis yang dimiliki Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, sejumlah wilayah seperti Lampung telah disiapkan untuk menjadi sentra pengembangan industri bioetanol, dengan dukungan bahan baku dari tebu, singkong, dan sorgum. Investasi di sektor ini diproyeksikan tidak hanya memperkuat rantai pasok energi bersih, tetapi juga membuka lapangan kerja baru dan mendorong kesejahteraan petani lokal di daerah.

    “Sebagai pioneer project, tadi sudah didiskusikan akan bekerjasama dengan Pertamina NRE (New Renewable Energy) di Lampung, untuk bahan bakunya juga tidak hanya dari perusahaan tapi juga melibatkan petani dan koperasi tani setempat sehingga juga dapat menggerakan perekonomian di daerah, nantinya untuk suplai energi juga diintegrasikan dengan plant geothermal dan hidrogen milik Pertamina,” jelas Todotua.

    Dalam kesempatan yang sama, Toyota, melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyatakan minat untuk berinvestasi dalam pengembangan industri bioetanol di Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari strategi global Toyota untuk mengamankan pasokan bahan bakar bagi kendaraan flex-fuel berbasis bioethanol, sekaligus mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil impor.

    “Kolaborasi ini dapat menjadi tonggak penting dalam pengembangan biofuel generasi berikutnya. Indonesia memiliki keunggulan sumber daya alam dan lahan pertanian yang luas, sementara Jepang memiliki keunggulan teknologi. Kombinasi keduanya akan menghasilkan dampak nyata bagi ketahanan energi dan ekonomi hijau,” imbuh Todotua.

    Usai pertemuan ini, Todotoa menerangkan Toyota dan Pertamina akan langsung melakukan kajian study bersama ke Lampung dan menargetkan perusahaan patungan telah terbentuk di awal 2026.

    “Dalam rangka mendukung kebijakan E10, saat ini tengah dikaji rencana pengembangan fasilitas dengan kapasitas produksi sebesar 60.000 kiloliter per tahun dan nilai investasi sekitar Rp2,5 triliun. Investasi ini menjadi langkah awal yang diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga membuka peluang ekspor ke negara lain,” imbuh Todotua.

    Saat ini kebutuhan bahan bakar di dalam negeri mencapai lebih dari 40 juta kiloliter per tahun. Dengan mandatory, E10 maka setidaknya Indonesia membutuhkan sekitar 4 juta kiloliter bioetanol di 2027. Untuk itu, harus ada persiapan pembangunan pabrik pendukung harus dimulai dari sekarang.

    “Peluang inilah yang ditangkap oleh Toyota yang juga sudah mengembangkan mobil berbahan bakar bioetanol di banyak negara,” tambah Todotua.

    Lihat juga Video ‘Toyota New Alphard HEV: Nyaman dan Irit Banget! Tapi Masih Worth It Gak?’:

    (rea/kil)