BUMN: PLN

  • PLN siap perluas akses listrik ke pelosok lewat RUPTL 2025–2034

    PLN siap perluas akses listrik ke pelosok lewat RUPTL 2025–2034

    Makassar (ANTARA) – PT PLN (Persero) siap memperluas akses listrik hingga pelosok serta meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai target nasional melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 di Sulawesi Tenggara (Sultra).

    General Manager PLN UID Sulselrabar Edyansyah melalui keterangannya di Makassar, Rabu menegaskan bahwa PLN siap menjalankan seluruh ketentuan RUPTL yang telah disusun sebagai peta jalan transformasi sistem kelistrikan nasional menuju arah yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan.

    “Melalui RUPTL ini, kami ingin memastikan ketersediaan listrik tidak hanya mendukung kebutuhan rumah tangga, tetapi juga mendorong pertumbuhan investasi, industri, dan UMKM di Sulawesi Tenggara,” ujarnya.

    RUPTL 2025–2034 disusun sebagai pedoman pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan selama sepuluh tahun ke depan, dengan fokus pada penyediaan energi yang andal, ramah lingkungan, dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.

    Edyansyah menegaskan komitmen PLN untuk memperluas akses listrik hingga ke pelosok Sulawesi Tenggara serta meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai target nasional.

    Kata dia, PLN siap menjalankan seluruh rencana dalam RUPTL ini sebagai langkah nyata transisi energi Indonesia menuju Net Zero Emissions.

    Selain melistriki hingga pelosok, melalui RUPTL tersebut, PLN dipastikan akan meningkatkan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia guna mendukung swasembada energi dan pertumbuhan ekonomi.

    “Dengan lokasi pembangunan yang kini sudah jelas dan terperinci, kami optimistis bisa memperkuat keandalan listrik nasional sekaligus mendorong pemanfaatan energi lokal untuk mewujudkan swasembada energi,” ujar Edyansyah.

    Tercatat, untuk Sulawesi akan dibangun pembangkit EBT dengan kapasitas 7,7 GW, terdiri dari PLTA/M sebesar 4.606 MW, PLTS sebesar 1.530 MW, PLTB sebesar 1.010 MW, PLTP sebesar 305 MW, dan bioenergi sebesar 236 MW.

    Terkait dengan RUPTL PLN, PLN telah melakukan diseminasi bersama Pemprov Sultra, yang juga dihadiri jajaran pemerintah daerah, pemangku kepentingan, dan pelaku usaha sektor energi.

    Melalui diseminasi ini, PLN mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk bersinergi mewujudkan pembangunan energi yang berkeadilan, berkelanjutan, dan selaras dengan agenda transisi energi nasional.

    RUPTL 2025–2034 diharapkan menjadi landasan kokoh dalam menghadirkan listrik yang lebih andal, hijau, dan inklusif untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.

    Pewarta: Nur Suhra Wardyah
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Legislator minta atasi sedimentasi PLTA Mrica untuk keandalan listrik

    Legislator minta atasi sedimentasi PLTA Mrica untuk keandalan listrik

    Jakarta (ANTARA) – Anggota Komisi XII DPR RI Aqib Ardiansyah meminta PT PLN dan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengatasi sedimentasi waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica untuk menjaga keandalan listrik.

    “Komisi XII DPR sangat concern terhadap PLTA Mrica ini, untuk kita dorong dan kawal agar menjadi salah satu pembangkit listrik tenaga air dengan kinerja terbaik,” ucap Aqib dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.

    Anggota Komisi XII yang membidangi sektor energi dan sumber daya mineral itu menyoroti dampak sedimentasi yang mengancam penurunan kinerja pembangkit listrik tenaga air terbesar di Jawa Tengah, serta percepatan pemerataan energi listrik melalui program listrik desa.

    Menurutnya, sedimentasi yang semakin bertambah berpotensi menurunkan kinerja dan mengganggu interkoneksi listrik Jawa-Bali.

    Sedimentasi tersebut juga dinilai dapat mengganggu percepatan pemerataan energi listrik melalui program listrik desa.

    “Kita sedang konsentrasi, bahkan Pak Presiden ingin komposisi pembangkit energi baru terbarukan di Indonesia semakin besar. Jangan sampai PLTA Mrica yang sejak awal dibangun dengan tekad baik justru tidak mendapat perhatian,” ujar Aqib.

    Menurut Aqib, PLTA Mrica adalah warisan yang harus dirawat dan dikembangkan agar mendukung cita-cita Presiden Prabowo dalam mewujudkan swasembada energi dan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT).

    “Ini adalah legacy yang harus kita rawat dan tingkatkan inovasinya. Sedimentasi yang ada di PLTA Mrica akan kami manfaatkan, misalnya untuk landfill TPA Banjarnegara atau bahan baku pembuatan batu bata,” kata dia.

    Aqib meyakini dengan sinergi antara DPR RI, PLN, pemerintah daerah, dan masyarakat, tantangan sedimentasi dapat ditangani dengan baik, menjadikan PLTA Mrica kebanggaan nasional sekaligus pendorong utama bauran EBT di Jawa Tengah dan wilayah sekitarnya.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jateng targetkan 1.000 sambungan listrik gratis bagi warga miskin

    Jateng targetkan 1.000 sambungan listrik gratis bagi warga miskin

    Semarang (ANTARA) – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menargetkan pemasangan setidaknya 1.000 sambungan listrik secara gratis berkapasitas 450 VA bagi masyarakat miskin pada 2025.

    Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jateng Agus Sugiharto di Semarang, Selasa, mengatakan pemasangan sambungan listrik itu dibiayai dari APBD.

    “Pemasangannya dari dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Provinsi Jateng, bekerja sama dengan PT PLN,” katanya.

    Menurut Agus, program pemasangan listrik gratis bersama PT PLN UID Jateng-DI Yogyakarta sudah berjalan sejak 2014, dan sampai saat ini, program tersebut sudah terealisasi 87.431 sambungan listrik.

    Selain dari anggaran APBD Pemprov Jateng, lanjut dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral rencananya juga akan mengalokasikan 25 ribu sambungan listrik kepada masyarakat miskin di Jateng pada tahun 2025.

    Lebih lanjut, ia mengatakan mereka sedang mengusulkan pada PT PLN UID Jateng-DI Yogyakarta agar pemasangan sambungan listrik gratis 450 VA bisa menggunakan konsep prabayar atau token pulsa.

    Tujuannya, agar ketika masyarakat miskin belum bisa membeli token dalam kurun waktu tertentu tidak berdampak pada pencabutan sambungan listrik.

    “Jadi, sambungan listrik yang diisi pulsa. Kalau yang pasca bayar yang bulanan itu risikonya kalau tiga bulan tidak bayar bisa dicabut. Sedangkan warga miskin kita kan tidak semua mampu melakukan pembayaran listrik tepat waktu, karena kondisi ekonomi,” katanya.

    Gubernur Jateng Ahmad Luthfi meminta agar intervensi program yang meringankan beban masyarakat tidak mampu, terus dimaksimalkan, utamanya bagi masyarakat yang terdata di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.

    “Saya kira ini sudah berjalan, ditingkatkan lagi ya,” kata mantan Kapolda Jateng itu.

    Sementara itu, GM PT PLN UID Jateng-DI Yogyakarta Bramantyo Anggun Pambudi mengatakan komitmennya bekerja sama dengan Pemprov Jateng dalam penyediaan sambungan listrik bagi warga miskin.

    Selain itu, PLN juga mendukung penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Jateng dalam menunjang infrastruktur kendaraan listrik.

    “Jadi yang terbaru kami kerja sama dengan Dinas ESDM Jateng, untuk mendorong kelengkapan kendaraan listrik. Menginisiasi pemasangan fast charger di lingkungan kantor ESDM Jateng 30 KW dengan metode sharing listrik,” katanya.

    Pewarta: Zuhdiar Laeis
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • RUU Gatrik Dibahas DPR, PLN Usul 7 Pokok Kebijakan Ini

    RUU Gatrik Dibahas DPR, PLN Usul 7 Pokok Kebijakan Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mengusulkan tujuh poin pokok kebijakan untuk dimasukan ke dalam Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (RUU Gatrik).

    Hal itu disampaikan oleh Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN Yusuf Didi Setiarto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (26/8/2025).

    Didi menuturkan poin pertama yang diusulkan adalah terkait kebijakan yang mengatur agar pemerintah dapat memberikan penugasan kepada BUMN ketenagalistrikan untuk melaksanakan public service obligation (PSO).

    “Jadi pemberian penugasan kepada BUMN kelistrikan untuk pelaksanaan PSO ini,” ucap Didi.

    Dia menjelaskan, sebelum UU 1 Nomor Tahun 2025  tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Kementerian Keuangan berwenang penuh dalam menyeimbangkan dividen yang diterima dari BUMN dan pembayaran subsidi/kompensasi kepada BUMN pelaksana PSO.

    Namun, pasca UU Nomor 1 Tahun 2025, dividen BUMN tidak lagi disetorkan kepada kas negara secara langsung melainkan ke Danantara selaku pemegang saham. Oleh karena itu, perlu penegasan dalam peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan PSO oleh BUMN penerima penugasan untuk menjembatani gap pengaturan pasca UU Nomor 1 Tahun 2025.

    “Sehingga jika dimungkinkan di dalam UU Ketenagalistrikan ini mengkonfirmasi mengenai PLN sebagai agent of state untuk PSO, dengan segala konsekuensi yang ada termasuk hubungan finansial dan juga kejelasan lingkup PSO, itu akan sangat membantu,” imbuh Didi.

    Poin kedua, PLN mengusulkan agar aturan terkait jual beli listrik lintas negara turut dimasukan dalam RUU Gatrik. Menurut Didi, penjualan tenaga listrik lintas negara merupakan langkah strategis yang berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi negara.

    Oleh karena itu, pemerintah harus hadir, mengelola, dan mengendalikan prosesnya. Untuk itu, perlu penegasan terkait penunjukan BUMN penyedia tenaga listrik selaku proxy negara yang berperan sebagai agregator dalam melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan jual beli listrik lintas negara guna memastikan negara mendapat manfaat paling optimum atas kegiatan jual beli listrik lintas negara.

    Menurut Didi, pemerintah perlu menugaskan BUMN penyedia tenaga listrik sebagai agregator untuk melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan jual beli listrik lintas negara. Selain itu, transaksi jual beli listrik lintas negara diperlakukan sebagai kerja sama G to G sehingga pemerintah Indonesia mendapatkan manfaat paling optimum dalam kegiatan jual beli listrik lintas negara.

    Poin ketiga, PLN juga mengusulkan agar RUU Gatrik membahas mengenai kriteria wilayah usaha (wilus). Didi menyebut, saat ini terdapat wilus yang sudah ditetapkan oleh pemerintah namun tidak dikelola secara optimal sehingga kewajiban penyediaan tenaga listrik tetap dibebankan kepada PLN.

    Karenanya, perlu kejelasan dan ketegasan terkait kriteria penetapan wilus serta konfirmasi kemampuan dari pemegang wilayah usaha eksisting.

    “Soal wilayah usaha, ini juga ada yang perlu ditata, tapi tidak terlalu material. Ini lebih kalau sudah dapat wilus ya dijalankan, jangan ditelantarkan. Karena kasihan PLN tidak bisa masuk, rakyat di sana juga tidak terlayan,” imbuh Didi.

    Poin keempat, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik memasukan ketentuan terkait penggunaan teknologi rendah emisi seperti supercritical/ultra-supercritical boiler, hingga co-firing biomassa. Selain itu, ketentuan terkait gasifikasi batu bara juga perlu disertakan.

    Menurut Didi, dalam rangka pelaksanaan transisi energi untuk menjaga keandalan sistem dan ketahanan energi nasional, masih diperlukan penggunaan sumber energi tak terbarukan sebagai base load namun tetap harus menjaga penurunan emisi.

    Untuk itu, perlu ada pengaturan dalam UU Ketenagalistrikan terkait pemanfaatan sumber energi tak terbarukan  yang menggunakan teknologi rendah emisi dan pengurangan karbon. Hal ini guna memastikan keandalan sistem tetap terjaga dalam pelaksanaan transisi energi.

    Poin kelima, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik membahas pendanaan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik.

    Didi menjelaskan, untuk pembangunan infrastruktur sektor ketenagalistrikan membutuhkan investasi yang sangat besar dan tidak semuanya layak secara komersial. Maka diperlukan sumber pendanaan baik dari APBN/APBD maupun pendanaan lainnya dari dalam dan luar negeri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    “Di sini lah perlu kehadiran negara untuk memberikan dukungan,” kata Didi.

    Poin keenam, PLN mengusulkan agar RUU Gatrik juga membahas terkait pengutamaan energi primer untuk sektor ketenagalistrikan seperti gas, batu bara, dan biomassa.

    Didi menuturkan, pemenuhan pasokan energi primer untuk penyediaan tenaga listrik kepada PLN sering mengalami kesulitan. Pasalnya, supply atau alokasi yang diberikan di bawah kebutuhan pasokan yang diperlukan untuk mencukupi penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

    Oleh karena itu, perlu ada penegasan dalam RUU Gatrik terkait pengutamaan ketersediaan energi primer untuk sektor ketenagalistrikan dengan harga yang wajar, berkelanjutan, dan memperhatikan ketahanan energi.

    “Kalau memang ini bisa ditetapkan di dalam Undang-Undang Ketenagalistrikan, itu akan menjamin operasi ketenagalistrikan di Indonesia akan terjadi,” imbuh Didi.

    Poin ketujuh, PLN mengusulkan agar RUU gatrik juga membahas mengenai pengemandangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), khususnya nuklir.

    “Untuk PLTN, ini juga menjadi masa depan kita, karena memang relatif lebih murah, sehingga ini perlu didorong dan ditegaskan di dalam Undang-Undang yang baru nantinya,” jelas Didi.

  • Reaksi Pengusaha Ada Patriot Bond Danantara, Optimistis Pengolahan Sampah Beres

    Reaksi Pengusaha Ada Patriot Bond Danantara, Optimistis Pengolahan Sampah Beres

    Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian pengusaha menyambut baik rencana penerbitan Patriot Bond oleh Danantara sebagai upaya pembiayaan investasi proyek pemerintah, salah satunya untuk pengelolaan sampah menjadi energi atau waste to energy.

    Patriot Bond sendiri akan ditawarkan kepada para konglomerat dengan kupon murah di bawah produk serupa seperti suku bunga BI Rate ataupun kupon SBN.   

    Bobby Gafur Umar, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Investasi, Hilirisasi, Energi, dan Lingkungan Hidup Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan langkah cepat tersebut menjadi bukti keseriusan penanganan sampah yang sudah masuk kategori darurat.  

    Bobby yang juga bos dari perusahaan energi baru terbarukan (EBT) dengan salah satu proyeknya pengolahan sampah PT Protech Mitra Perkasa Tbk. (OASA) menyampaikan dengan penawaran obligasi yang rencananya diterbitkan senilai Rp50 triliun, pihak swasta dapat ikut serta ambil bagian menyelesaikan masalah sampah.  

    “Kami menyambut baik dengan adanya percepatan ini, tentu kami melihat solusi untuk kedaruratan sampah di Indonesia ini bisa secara komprehensif [diselesaikan antara pemerintah dan swasta],” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (26/8/2025). 

    Pada dasarnya pengelolaan sampah sudah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 35/2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. 

    Di mana kewajiban pemerintah daerah (pemda) untuk mengelola sampah masing-masing daerahnya dengan memberikan tipping fee kepada investor yang melakukan investasi pengolahan sampah di lokasi tersebut. 

    Listrik yang dihasilkan oleh pengolahan tersebut pun dapat dijual ke PLN dan dibeli oleh masyarakat sekitar. Alhasil investor mendapat keuntungan ganda. 

    “Hal yang jadi masalah dalam penerapan dari perpres yang lama, Pemda ini ada yang punya kekuatan dari APBD untuk tipping fee, ada yang nggak punya,” jelasnya. 

    Sementara melalui perpres baru yang akan meluncur dalam waktu dekat terkait pengelolaan sampah ini, tidak ada lagi tipping fee. Nantinya kewajiban pemda hanyalah menyuplai sampah sesuai dengan kontrak kepada investor dan menyediakan lahan. 

    Mengacu perpres 2018 lalu, sejumlah kota besar telah ada sejumlah tender proyek. Seperti di Jakarta, Tangerang Selatan, Makassar, dan Sumatra Selatan, tetapi belum berjalan. 

    Sementara kota-kota lainnya menjadi PR pemerintah yang akan dikepalai oleh Danantara. Mengingat banyaknya investasi yang Danantara lakukan demi sederet program pmerintah, alhasil badan pengelola investasi tersebut menerbitkan Patriot Bond. 

    “Danantara kan investasi lainnya banyak. Jadi mereka mesti menyiapkan pendanaannya dan enggak bisa bergantung kepada pendanaan sekarang yang sudah dialokasikan misalnya mendukung program-program pemerintah yang lain. Termasuk investasi mereka. Nah, dengan itulah mereka menerbitkan Patriot Bond,” jelas Bobby. 

    Untuk diketahui, program waste to energy ini bahkan menjadi satu dari puluhan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang baru ditetapkan pada pemerintahan Prabowo, yang bernama Program Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan. 

    Apabila program ini sukses, Indonesia dapat menyusul negara maju seperti Singapura yang telah memiliki pengelolaan sampah serupa sejak tahun 1980an. 

    Bobby menjelaskan pada dasarnya penyelesaian sampah dengan konsep mengubah jadi energi tersebut tergolong sederhana, yakni dengan proses pembakaran sampah ramah lingkungan. Pasalnya dari sejumlah metode yang ada, pembakaran sampah terbukti dapat mengurangi volume sampah hingga 90%, ketimbang daur ulang. 

    Sebelumnya, Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir menyatakan bahwa Patriot Bond menjadi instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Instrumen itu digunakan untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional.  

    “Skema ini membuka ruang bagi kelompok usaha nasional untuk berkontribusi pada agenda pembangunan lintas generasi, sekaligus memastikan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (26/8/2025). 

    Danantara menyebut penerbitan Patriot Bond atau obligasi patriot ditujukan untuk menghimpun dana dari para pemimpin bisnis nasional. Dana hasil penerbitan nantinya akan diarahkan ke sektor-sektor produktif, termasuk transisi energi, pembukaan lapangan kerja, serta menjaga keberlanjutan lingkungan.

  • PLN Mau Bangun Listrik Tenaga Nuklir, Tembus 7 GW di 2040

    PLN Mau Bangun Listrik Tenaga Nuklir, Tembus 7 GW di 2040

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) bakal membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan total kapasitas 7 gigawatt (GW) hingga 2040.

    Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menjelaskan rencana pembangunan PLTN baru tercantum dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru periode 2025-2034. Dalam RUPTL tersebut pembangunan PLTN ditargetkan sebesar 500 megawatt (MW) dan beroperasi pada 2032.

    Namun, dalam jangka panjang pemerintah memberi tugas kepada perusahaan pelat merah itu untuk membangun PLTN dengan total mencapai 7 GW hingga 2040. Dengan kata lain, dalam kurun waktu 2034 hingga 2040, PLN bakal menambah kapasitas PLTN sebesar 6,5 GW.

    “PLN sampai 2040, kira-kira akan ada tambahan lagi sekitar 7 GW nuklir yang akan masuk dalam RUPTL sampai 2040. Ini masih draf, jadi modelingnya sedang dalam proses,” tutur Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (26/8/2025).

    Darmawan mengatakan, untuk merealisasikan target tersebut, pihaknya perlu dukungan regulasi, pembentukan institusi nuklir, hingga dukungan politik.

    Menurutnya, dukungan politik menjadi kebutuhan paling utama. Sebab, dukungan politik merupakan tantangan paling besar dalam mengembangkan PLTN.

    “Ini menjadi salah satu tantangan dari nuklir adalah dukungan politik, dan dukungan dari sosial dan masyarakat.
    Bahwa number one challenge of nuclear development adalah dukungan politik,” ucap Darmawan.

    Terkait dukungan regulasi, dia pun meminta agar Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (RUU Gatrik) turut membahas mengenai pembangunan PLTN.

    Darmawan menilai bahwa dukungan regulasi itu kini menjadi keniscayaan. Dengan begitu, PLN memiliki kejelasan payung hukum untuk mengeksekusi proyek tersebut.

    “Karena tentu saja ini perlu adanya suatu strategi, ini perlu adanya kebijakan dari pemerintah, ini perlu pembangunan kapasitas dari institusi yang terkait, kemudian ini perlu adanya suatu kebijakan, ini memerlukan dukungan politik,” tuturnya.

    Dia menambahkan bahwa pengembangan PLTN menjadi penting. Sebab, ke depan Indonesia memerlukan listrik yang berasal dari energi bersih dengan harga terjangkau.

    Menurutnya, hal itu juga diperlukan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang masif, menciptakan lapangan kerja, mengundang investasi baru, hingga kemakmuran rakyat.

    “Nah tentu saja dalam hal ini negara perlu hadir dan ini bukan miliknya PLN, ini adalah kebijakan dari pemerintah. Di mana PLN hanyalah suatu state-owned enterprise yang menjalankan tugas arahan dari negara,” katanya. 

    Asal tahu saja, dalam RUPTL 2025-2034, PLN bakal membangun PLTN berkapasitas 500 MW. PLTN itu bakal dibangun di dua wilayah, masing-masing di Sumatra sebesar 250 MW dan Kalimantan 250 MW.

    Adapun nilai investasi yang dibutuhkan untuk membangun PLTN tersebut ditaksir mencapai US$3,2 miliar atau setara Rp52,16 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per US$).

  • Dirut PLN Ungkap RI Bakal Punya Pembangkit Nuklir 7 GW hingga 2040

    Dirut PLN Ungkap RI Bakal Punya Pembangkit Nuklir 7 GW hingga 2040

    Jakarta

    Pemerintah bakal mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sesuai Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode 2025-2034. Dalam RUPTL itu ditetapkan dua wilayah yang akan menjadi lokasi pertama pengembangan PLTN, yaitu Sumatera dan Kalimantan.

    Total kapasitas pembangkit di dua wilayah itu sebesar 500 megawatt (MW) dengan rincian masing-masing 250 MW. Namun, Direktur Utama (Dirut) PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyebut ada banyak tantangan dalam menjalankan program tersebut, misalnya butuh dukungan politik, pembentukan institusi, hingga dukungan sosial dan masyarakat. Secara jangka panjang, total kapasitas PLTN yang akan dibangun 7.000 MW atau 7 gigawatt (GW) hingga 2040.

    “Tapi begitu 7 gigawatt itu akan dikeluarkan dalam RUPTL, ini tapaknya pun perlu ditentukan, kebijakannya pun harus jelas, kemudian institusinya pun harus dibangun. Dukungan politik pun, ini menjadi salah satu tantangan dari nuklir adalah dukungan politik, dan dukungan dari sosial dan masyarakat,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2025).

    PLTN Butuh Dukungan Politik

    Dari semua itu, dukungan politik menjadi salah satu yang dibutuhkan. Darmawan menyinggung rencana pembangunan infrastruktur kelistrikan berupa jaringan transmisi sepanjang 48 .000 kilometer sirkuit (kms) yang melebihi keliling bumi yang sepanjang 42.000 kilometer (km). Jaringan transmisi dibangun untuk mendukung EBT di tanah air, nilai investasinya mencapai Rp 434 triliun.

    “Bahwa number one challenge of nuclear development adalah dukungan politik. Nah, tentu saja dengan adanya ini, untuk transmisi saja 48 ribu kilometer sedikit, keliling bumi 42 ribu. Jadi ini keliling bumi masih ada 7 ribu kilometer, on top dari keliling bumi. Dengan dana yang dibutuhkan sekitar Rp 434 triliun,” bebernya.

    Sebagai informasi, PLTN 500 MW ditargetkan beroperasi secara komersil antara 2032 atau 2033. Untuk mendukung proyek itu, Kementerian ESDM mengupayakan pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) atau Organisasi Pelaksana Program Energi Nuklir.

    Tonton juga video “Waka MPR-Hashim Djojohadikusumo Ketemu Tony Blair, Bahas Nuklir” di sini:

    (ily/ara)

  • Anggota DPR RI sidak PLTU mendorong pemerataan listrik di Kalteng

    Anggota DPR RI sidak PLTU mendorong pemerataan listrik di Kalteng

    Kami mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan PLN, untuk bersinergi mewujudkan target 100 persen desa berlistrik, sejalan dengan visi swasembada energi nasional.

    Palangka Raya (ANTARA) – Anggota Komisi XII DPR RI Sigit Karyawan Yunianto melakukan kunjungan kerja ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalteng-1 yang dikelola PT SKS Listrik Kalimantan di Desa Tumbang Kajuei, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.

    “Kunjungan ini bertujuan untuk mengevaluasi operasional PLTU berkapasitas 2×100 MW yang telah beroperasi secara komersial sejak November 2020 serta memastikan kontribusinya bagi masyarakat setempat,” kata Sigi, di Palangka Raya, Selasa.

    Dia mengatakan, pemerataan akses energi listrik, terutama di wilayah penghasil batubara seperti Kalteng menjadi sangat penting. Dengan sumber daya yang melimpah, distribusi listrik harus bisa terjangkau hingga ke desa-desa.

    Dalam kunjungannya, ia mendorong PT SKS untuk meningkatkan penyediaan listrik bagi warga lokal, serta mendukung program swasembada energi nasional.

    Sigit juga mengapresiasi upaya PT SKS dalam mendukung pembangunan daerah melalui berbagai inisiatif yang positif hingga berdampak bagi warga lokal setempat.

    Dalam kunjungannya tersebut, Sigit melihat kapasitas produksi PLTU dan berdialog dengan pengelola untuk memahami tantangan operasional yang dihadapi.

    Ia juga mendorong optimalisasi infrastruktur energi lokal, agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Kalteng.

    Kunjungan ini untuk mengawal aspirasi masyarakat Kalteng, khususnya dalam memastikan akses listrik yang merata.

    “Kami mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah dan PLN, untuk bersinergi mewujudkan target 100 persen desa berlistrik, sejalan dengan visi swasembada energi nasional,” kata Sigit.

    Selain sidak PLTU, selama di Kalteng, Anggota Komisi XII DPR RI ini juga melakukan inspeksi mendadak ke salah satu agen LPG 3 kg subsidi milik PT Resbayu di Kota Palangka Raya.

    “Sidak ini bertujuan untuk memastikan distribusi LPG bersubsidi berjalan sesuai ketentuan dan tepat sasaran, sejalan dengan amanat pemerintah untuk mengoptimalkan subsidi bagi masyarakat yang berhak,” katanya.

    Dalam kunjungannya, Sigit memeriksa langsung proses pendistribusian, ketersediaan stok, serta kepatuhan agen terhadap harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

    Ia berdialog dengan perwakilan pengelola agen dan sejumlah konsumen untuk mendengar keluhan serta memastikan tidak ada praktik penyelewengan, seperti penjualan di atas HET atau distribusi ke pihak yang tidak berhak.

    Sigit menegaskan bahwa LPG 3 kg bersubsidi harus diprioritaskan untuk masyarakat miskin dan rentan.

    “Saya ingin memastikan bahwa subsidi LPG 3 kg ini benar-benar sampai kepada masyarakat yang membutuhkan, bukan disalahgunakan. Kalteng sebagai daerah yang kaya sumber daya harus mendapatkan manfaat nyata dari kebijakan energi nasional,” kata Sigit.

    Pewarta: Rendhik Andika/Ronny NT
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PLN Batam catat 618 pelanggan manfaatkan program tambah daya

    PLN Batam catat 618 pelanggan manfaatkan program tambah daya

    Batam (ANTARA) – PT PLN Batam mencatat sebanyak 618 pelanggan telah memanfaatkan program diskon Biaya Penyambungan (BP) tambah daya listrik melalui program bertajuk “Semarak Kemerdekaan 2025” yang berlangsung pada 15 hingga 30 Agustus.

    Manager Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN Batam Novi Hendra di Baram, Selasa, mengatakan program itu berbeda dengan diskon tarif listrik, karena khusus memberikan keringanan hingga 80 persen untuk biaya tambah daya.

    “Program ini menjadi upaya PLN Batam mempermudah masyarakat mendapatkan akses listrik yang lebih besar dengan biaya lebih terjangkau,” ujar dia.

    Sebagai gambaran, pelanggan rumah tangga dengan daya 900 VA yang ingin naik ke 2.200 VA, biasanya dikenakan biaya Rp1.560.000.

    Namun, melalui program Semarak Kemerdekaan, biaya yang perlu dibayar hanya Rp312.000, ditambah penyesuaian Uang Jaminan Langganan (UJL) jika ada sebagai jaminan pemakaian listrik selama menjadi pelanggan PLN Batam.

    Ia memastikan PLN Batam akan terus menghadirkan program yang meringankan masyarakat agar layanan listrik dapat dinikmati secara optimal dan merata.

    Pelanggan kawasan Nagoya Putri Rifai Honesti mengatakan bahwa dirinya membutuhkan tambahan daya listrik setelah melakukan renovasi rumah, dan merasa terbantu dengan adanya program itu.

    “Kebetulan pas ada program ‘Semarak Kemerdekaan’, jadi biaya tambah daya jauh lebih ringan,” ujar dia.

    Pewarta: Amandine Nadja
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • IKN dan PLN Sepakat, Jaringan Listrik di KIPP Jadi Prioritas Utama – Page 3

    IKN dan PLN Sepakat, Jaringan Listrik di KIPP Jadi Prioritas Utama – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) menjalin sinergi dengan PT PLN Unit Induk Distribusi (UID) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltimra), untuk memastikan ketersediaan jaringan listrik di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara.

    Kepala Otorita IKN Basuki Hadimuljono menegaskan pentingnya langkah cepat dalam penyediaan infrastruktur energi di IKN.

    “Saya kira ini waktu yang tepat untuk sharing soal sinergi kita. Saat ini kita sedang membangun jalan di 1A dan 1C. Saya kira supaya bisa mempercepat pembangunan, daerah yang belum ada jaringan listrik, kita bisa mulai dari sana,” ujar Basuki, Selasa (26/08/2025).

    Selain membahas percepatan pembangunan jaringan listrik, pertemuan ini juga menekankan pentingnya koordinasi strategis antara Otorita IKN dan PLN dalam memenuhi kebutuhan energi di IKN, termasuk transisi menuju energi baru terbarukan.

    General Manager PT PLN UID Kaltimra Muchamad Chaliq Fadli menyampaikan komitmen PLN untuk mendukung penuh kebutuhan energi IKN, sejalan dengan arahan dari PLN pusat.

    “Kami diminta PT PLN pusat untuk bersinergi dengan Otorita IKN, menyikapi kebutuhan pengembangan energi baru terbarukan di IKN. Disampaikan bahwa agar PLN berkoordinasi, memastikan kebutuhan listrik di IKN terpenuhi, misinya adalah seratus persen energi nol bersih di 2045,” tuturnya.