BUMN: PLN

  • Astra & PLN Duet Garap Proyek SPKLU di Sumbar dan Jabar

    Astra & PLN Duet Garap Proyek SPKLU di Sumbar dan Jabar

    Jakarta

    PT Velasto Indonesia (Velasto Indonesia), anak usaha PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) bersama PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring), anak usaha PT PLN (Persero), membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tipe pole mounted charger pertama di Indonesia.

    SPKLU tipe pole mounted charger di PLN ULP Belanti, Padang, Sumatrea Barat telah diresmikan pada 17 Agustus 2025, sekaligus menandai pengoperasian 19 unit lainnya di dua provinsi, yaitu 18 unit di Sumatra Barat (Sumbar) dan 1 unit di Jawa Barat (Jabar).

    Sebagai tahap awal, kolaborasi Velasto Indonesia dan PLN Enjiniring akan menghadirkan 122 unit SPKLU tipe pole mounted charger, yang terdiri dari 30 unit di Sumatera Barat dan 92 unit di Jawa Barat.

    Selanjutnya, inisiatif ini dapat diperluas dalam skala yang lebih besar guna membangun jaringan infrastruktur pengisian daya yang merata sekaligus memperkuat kontribusi strategis kedua perusahaan dalam mendukung percepatan ekosistem kendaraan listrik.

    SPKLU tipe pole mounted charger merupakan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum yang perangkat pengisian daya (charging unit) dan kelengkapannya dipasang langsung pada tiang listrik yang sudah ada.

    Jadi, tidak membutuhkan lahan tambahan dan menjadi solusi efisien dalam mempercepat perluasan infrastruktrur kendaraan listrik di Indonesia

    Seluruh unit SPKLU tipe pole mounted charger memiliki desain yang praktis, modern, dan dirancang dengan standar keamanan dan berkualitas, sekaligus dilengkapi dengan teknologi AC Charging 7kW. Fasilitas ini juga terintegrasi dengan Internet of Things untuk pengendalian jarak jauh secara digital melalui sistem PLN.

    Pelanggan dapat mengakses layanan tersebut dengan mudah melalui Super App PLN Mobile, mulai dari mencari lokasi SPKLU, memulai
    pengisian, hingga memantau proses pengisian daya secara real time.

    Presiden Direktur Velasto Indonesia Dian Metias, mengatakan bahwa kehadiran SPKLU tipe pole mounted charger pertama di Indonesia ini merupakan wujud nyata dari kolaborasi inovasi dan teknologi dalam mendukung solusi pemerataan infrastruktur di wilayah Indonesia.

    “Kami berkomitmen menyediakan perangkat pengisian daya yang berkualitas guna mendukung operasional SPKLU yang aman, modern, dan dapat menjangkau masyarakat luas,” ujar Dian dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025).

    Velasto Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dengan menghadirkan teknologi yang andal, efisien, dan menyediakan solusi yang relevan dengan kebutuhan mobilitas masa depan, sekaligus memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.

    (hns/hns)

  • 5.758 Desa di RI Belum Teraliri Listrik, ESDM Target Tersambung 2029

    5.758 Desa di RI Belum Teraliri Listrik, ESDM Target Tersambung 2029

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan elektrifikasi untuk 5.758 desa dengan penyambungan listrik bagi sekitar 1,2 juta rumah tangga tercapai pada 2029.

    Hal ini seiring dengan digalakkannya program Listrik Desa (Lisdes). Selain itu, target tersebut sejalan dengan arah kebijakan ketenagalistrikan yang dituangkan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034.

    Wakil Menteri ESDM Yuliot menyampaikan, program Lisdes diprioritaskan bagi rumah tangga di desa-desa dengan ketertinggalan akses, tantangan geografis, dan kebutuhan sosial tertinggi.

    “Akses listrik bukan sekadar terang. Ini bisa membuka kesempatan belajar, produktivitas ekonomi, dan layanan kesehatan yang lebih baik. Lisdes 2025-2029 kami rancang untuk menghadirkan manfaat nyata itu hingga ke desa-desa terjauh,” kata Yuliot melalui keterangan resmi, Selasa (2/9/2025).

    Menurut Yuliot, upaya melistriki daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) cukup menantang. Oleh karena itu, pihaknya bakal mengombinasikan sambungan on grid di lokasi yang dekat dengan jaringan PLN dengan solusi off grid bagi daerah terpencil.

    Sebagai langkah awal, akhir Juni 2025 lalu, Presiden Prabowo Subianto telah meresmikan 55 pembangkit listrik energi terbarukan, yang terdiri atas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

    Adapun, pembangkit yang diresmikan tersebut tersebar di 15 provinsi dengan total kapasitas mencapai 379,7 megawatt.

    Yuliot mengklaim, hingga pertengahan 2025, tahap konstruksi dan commissioning untuk proyek-proyek PLTS pedesaan telah berjalan dan sambungan perdana telah dinikmati oleh ribuan rumah tangga. Rasio elektrifikasi nasional telah mencapai sekitar 99,83% pada akhir 2024 sehingga Lisdes 2025-2029 difokuskan untuk menuntaskan kantong-kantong yang belum berlistrik.

    Menurutnya, dengan dibangunnya Lisdes hingga 5 tahun ke depan, kesejahteraan masyarakat di wilayah 3T dapat tercapai. Sebab, dengan adanya listrik, kualitas pelayanan publik serta ekonomi lokal dapat dilakukan dengan lebih optimal.

    “Dengan tambahan kapasitas EBT desa dan sambungan rumah tangga baru, Lisdes 2025–2029 diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik, menggerakkan perekonomian lokal, hingga mengurangi emisi karbon, dengan memperluas pemanfaatan PLTS yang cepat bangun dan minim jejak karbon,” tutur Yuliot.

  • ESDM Bidik 1 GW PLTS Atap Terpasang Tahun Ini

    ESDM Bidik 1 GW PLTS Atap Terpasang Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap mencapai 538 megawatt peak (MWp) per Juli 2025.

    Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Andriah Feby Misna menuturkan, realisasi terpasang PLTS atap sebesar 538 MWp itu dipasang oleh 10.882 pelanggan PT PLN (Persero) seluruh Indonesia.

    Pihaknya pun membidik kapasitas terpasang PLTS atap bisa mencapai 1.000 MWp atau 1 gigawatt peak (GWp) pada akhir tahun ini. Feby optimistis target itu bisa tercapai.

    Sebab, dia mengklaim saat ini masih ada antrean pengajuan pemasangan PLTS atap kepada Kementerian ESDM.

    “Karena ini cukup banyak yang masih berada di pipeline yang masih dalam proses penyelesaian, mudah-mudahan harapan kami di tahun ini untuk PLTS atap mencapai 1 GW,” ucap Feby dalam Media Briefing Indonesia Solar Summit 2025 yang disiarkan secara daring, Selasa (2/9/2025).

    Feby menuturkan, Kementerian ESDM telah menetapkan kuota kapasitas PLTS atap sebanyak 2 GW sampai 2028 mendatang. Adapun, alokasi terbanyak adalah untuk Jawa, Madura, dan Bali, yakni sebesar 1,85 GW.

    Kemudian, diikuti Kalimantan sebesar 104 MW. Lalu, untuk Pulau Sumatra dialokasikan sebanyak 95 MW, Sulawesi 17 MW, serta Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara 7 MW.

    Feby pun menyebut, Indonesia memiliki potensi energi surya yang besar, yakni mencapai 3.294 GW atau setara 3,29 terawatt (TW). Oleh karena itu, dia berharap tahun ini menjadi momen 1 GW pertama soal pemanfaatan energi surya di Tanah Air, baik lewat PLTS atap maupun PLTS terapung.

    “Pemerintah berupaya terus bisa mendorong agar program-program ke depan ini bisa mempercepat pengembangan energi surya,” kata Feby.

    Asal tahu saja, pemerintah mulai menempatkan energi surya sebagai strategi penting untuk penurunan emisi dan pemenuhan kebutuhan energi di tingkatan nasional, daerah maupun industri.

    Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, pemerintah menargetkan kapasitas PLTS sekitar 17,1 GW. Selain itu, Presiden Prabowo Subianto juga meluncurkan program 100 GW PLTS yang dikembangkan secara tersebar di desa-desa.

  • Perpres Pengolahan Sampah jadi Listrik Segera Terbit

    Perpres Pengolahan Sampah jadi Listrik Segera Terbit

    JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkapkan, pemerintah sudah menyelesaikan penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) proyek pengolahan sampah menjadi listrik atau waste to energy.

    Perpres tersebut akan merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Lingkungan.

    Pria yang akrab disapa Zulhas ini mengatakan pemerintah juga akan melibatkan pelaku usaha dalam proyek tersebut.

    “Tadi kami baru saja menyelesaikan, perbaikan menyeluruh soal sampah ya. Perpres sudah selesai semua, yang menggunung-menggunung nanti akan kerja sama dengan beberapa kalangan untuk kita selesaikan secepat-cepatnya” kata Zulhas di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, Senin, 1 September.

    Zulhas mengaku optimistis proyek waste to energy tersebut bisa menyelesaikan masalah sampah yang menggunung dalam kurun waktu 1,5 hingga 2 tahun terakhir.

    “Nanti akan kita selesaikan dalam 3 hingga 6 bulan ini persyaratan perizinan, sehingga nanti bisa menyelesaikan dalam tempo 1 atau 1,5 tahun,” tuturnya.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi mengatakan listrik yang dihasilkan dari proyek nantinya akan dipasok ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

    “Itu sudah otomatis. Nanti begitu perizinan sampahnya dikeluarkan, itu sudah otomatis menjadi kewajiban PLN, sebagai penugasan Menteri ESDM juga untuk membeli dari pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa),” ujar Eniya.

  • Swasta Ingin Ambil Bagian dalam Peluang Ekspor Listrik ke Singapura

    Swasta Ingin Ambil Bagian dalam Peluang Ekspor Listrik ke Singapura

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) berharap pemerintah bisa melibatkan pengusaha swasta dalam rencana ekspor listrik. 

    Pernyataan itu dilontarkan seiring dengan usulan PT PLN (Persero) untuk menjadi agregator ekspor listrik. PLN mengajukan usulan tersebut dimasukkan dalam Revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (RUU Ketenagalistrikan). 

    Ketua Umum APLSI Eka Satria menuturkan, ekspor listrik idealnya dilakukan dengan kerja sama berbagai pihak. Artinya, badan usaha milik negara (BUMN) pun harus turut melibatkan swasta. 

    Terlebih, Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar. Ini khususnya untuk diekspor. 

    “Kami berharap terdapat kolaborasi erat antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta agar pemanfaatan energi bersih, khususnya untuk ekspor, dapat berjalan optimal dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi perekonomian nasional,” tutur Eka kepada Bisnis, Senin (1/9/2025).

    APLSI, kata Eka, sebagai mitra strategis pemerintah mendukung penuh pengembangan potensi energi bersih untuk ekspor listrik. Hal ini mengingat Indonesia memiliki sumber daya yang sangat melimpah. 

    Menurutnya, potensi ini dapat menjadi andalan Indonesia sebagai pusat energi bersih di Asean. 

    “Sekaligus meningkatkan devisa, menarik investasi asing, membuka lapangan kerja, serta mendorong hilirisasi industri,” kata pria yang juga menjabat sebagai direktur utama PT Medco Power Indonesia itu.

    Usulan menjadikan PLN sebagai agregator ekspor listrik pertama kali disampaikan oleh Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN Yusuf Didi Setiarto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (26/8/2025). Dia mengatakan, penjualan tenaga listrik lintas negara merupakan langkah strategis.

    Menurutnya, ini berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi negara sehingga pemerintah harus hadir, mengelola, dan mengendalikan prosesnya.

    Untuk itu, perlu penegasan terkait penunjukan BUMN penyedia tenaga listrik selaku proksi negara yang berperan sebagai agregator dalam melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan ekspor listrik.

    Didi berpendapat, hal ini diperlukan guna memastikan Indonesia mendapat manfaat paling optimum atas kegiatan jual beli listrik lintas negara.

    “Pertanyaannya adalah strategi negara seperti apa yang kita mau undangkan di dalam undang-undang yang baru nanti ini? Apakah setiap pelaku usaha bisa mengakses market tersebut atau dikonsolidasikan melalui perusahaan negara,” ucapnya.

    Didi mencontohkan skema ekspor listrik bisa meniru PT Pertamina (Persero) yang menjadi agregator dalam jual beli gas bumi lintas negara, khususnya ekspor ke Singapura. Dia menuturkan, skema ekspor gas bumi dari Indonesia yang berasal dari berbagai macam blok migas, kemudian diagregasi oleh Pertamina untuk berhadapan dengan pembeli.

    Menurutnya, dengan skema penunjukan BUMN sebagai agregator tidak akan membuat Indonesia didikte oleh negara lain.

    Didi juga menyarankan jual beli listrik antarnegara ini dinaungi oleh perjanjian antarpemerintah atau government to government (G2G). Artinya, perjanjian jual tidak melalui badan usaha masing-masing secara langsung. 

  • Masyarakat Intan Jaya Papua Tengah Kini Bisa Menikmati Layanan Listrik 24 Jam, Sebelumnya Hanya 12 Jam
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        1 September 2025

    Masyarakat Intan Jaya Papua Tengah Kini Bisa Menikmati Layanan Listrik 24 Jam, Sebelumnya Hanya 12 Jam Regional 1 September 2025

    Masyarakat Intan Jaya Papua Tengah Kini Bisa Menikmati Layanan Listrik 24 Jam, Sebelumnya Hanya 12 Jam
    Tim Redaksi
    JAYAPURA, KOMPAS.com
    – Masyarakat di ibu kota Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah kini dapat menikmati layanan listrik selama 24 jam setiap hari.
    Hal ini menjadi sebuah harapan yang telah lama dinantikan warga Sugapa selama belasan tahun.
    Bupati Intan Jaya, Aner Maisini, menyatakan bahwa serah terima operasi (STO) yang baru saja dilakukan menandai dimulainya pelayanan listrik 24 jam di wilayah tersebut.
    “Kami bersyukur, karena masyarakat Intan Jaya kini dapat menikmati penerangan 24 jam di ibu kota Sugapa, Kabupaten Intan Jaya,” ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (1/9/2025).
    Aner menjelaskan bahwa dengan adanya STO, seluruh kewenangan terkait operasional kelistrikan kini berada di tangan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero.
    Sebelumnya, aliran listrik di Sugapa hanya beroperasi selama 12 jam sehari dengan menggunakan genset.
    “Setelah STO ini, layanan kelistrikan kini berjalan penuh 24 jam setiap harinya,” ujarnya.
    Aner berharap masyarakat memberikan dukungan penuh dalam menjaga infrastruktur kelistrikan, termasuk tiang, kabel, dan jaringan bawah tanah.
    “Jangan sampai ada jaringan yang rusak atau putus, karena masyarakat sendiri yang akan menjadi korban,” tegasnya.
    Sementara itu, General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat, Diksi Efrani Umar, menegaskan bahwa ini adalah komitmen PLN untuk memberikan pelayanan kelistrikan yang optimal bagi masyarakat Kabupaten Intan Jaya.
    “Jadi melalui STO ini, PLN berupaya mendukung pembangunan sumber daya manusia dan pembangunan daerah di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah,” ujarnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PLN Minta Peran Agregator Ekspor Listrik, Risiko Finansial Mengintai

    PLN Minta Peran Agregator Ekspor Listrik, Risiko Finansial Mengintai

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) mengusulkan agar pemerintah menunjuk perusahaan sebagai agregator ekspor listrik. Namun, usulan ini dinilai berisiko membebani finansial perusahaan setrum pelat merah itu.

    PLN mengajukan usulan tersebut dimasukkan dalam revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (RUU Ketenagalistrikan). PLN berargumen penjualan tenaga listrik lintas negara merupakan langkah strategis.

    Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak Razak menilai implementasi usulan PLN tersebut memerlukan kajian mendalam. Khususnya terkait proyeksi kebutuhan listrik domestik dan ekspor serta kapasitas produksi dalam negeri. 

    Menurutnya, hal ini penting untuk menghindari beban finansial tambahan bagi PLN, seperti yang terjadi akibat skema take-or-pay dengan produsen listrik swasta atau independent power producer (IPP), di mana PLN harus membeli listrik IPP meskipun terjadi oversupply pasokan listrik.

    “Selain itu, PLN juga berpotensi menanggung beban investasi infrastruktur transmisi antarnegara, seperti kabel bawah laut untuk ekspor ke Singapura,” ucap Ishak kepada Bisnis, Senin (1/9/2025).

    Oleh karena itu, Ishak pun menyarankan agar PLN sebagai priority buyer dalam ekspor listrik. Dengan begitu, PLN dapat mengatur dampaknya terhadap keuangan perusahaan. 

    Namun, hal itu tetap membutuhkan mekanisme koordinasi antara PLN dan IPP yang menjamin kepastian pasokan kepada konsumen.

    Di sisi lain, Ishak mengamini kalau usulan PLN sebagai agregator ekspor listrik dapat menguntungkan. Terlebih, jika terdapat kepastian pembeli jangka panjang, misalnya melalui komitmen dari negara seperti Singapura. 

    “Dengan adanya kepastian ini, ekspor listrik berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi PLN, sekaligus mendukung pemanfaatan surplus listrik dari energi baru terbarukan [EBT],” imbuh Ishak. 

    Selain itu, kata dia, peran ini memungkinkan PLN menjaga kendali atas penggunaan energi domestik sehingga memastikan kedaulatan energi nasional.
     
    Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, pihaknya masih akan mengkaji usulan PLN untuk menjadi agregator ekspor listrik. 

    Dia menjelaskan bahwa hal itu baru diusulkan PLN kepada Komisi XII DPR RI. Oleh karena itu, pihaknya pun masih harus mencermati lebih lanjut.

    “Itu kan usulan di RUU, ini kan inisiasinya dari DPR, jadi kami harus cek apa yang dibicarakan,” ucap Yuliot singkat, saat ditemui di Jakarta.

    Usulan menjadikan PLN sebagai agregator ekspor listrik pertama kali disampaikan oleh Direktur Legal dan Manajemen Human Capital PLN Yusuf Didi Setiarto dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, Selasa (26/8/2025).

    Dia berharap usulan itu dapat diterima dan dimasukkan dalam RUU Ketenagalistrikan. Didi menjelaskan, penjualan tenaga listrik lintas negara merupakan langkah strategis.

    Menurutnya, ini berkaitan dengan kedaulatan dan ketahanan energi negara sehingga pemerintah harus hadir, mengelola, dan mengendalikan prosesnya.

    Untuk itu, perlu penegasan terkait penunjukan BUMN penyedia tenaga listrik selaku proksi negara yang berperan sebagai agregator dalam melakukan konsolidasi terhadap pelaksanaan ekspor listrik.

    Didi berpendapat, hal ini diperlukan guna memastikan Indonesia mendapat manfaat paling optimum atas kegiatan jual beli listrik lintas negara. 

    “Pertanyaannya adalah strategi negara seperti apa yang kita mau undangkan di dalam undang-undang yang baru nanti ini? Apakah setiap pelaku usaha bisa mengakses market tersebut atau dikonsolidasikan melalui perusahaan negara,” ucapnya.

    Dia lantas mencontohkan skema ekspor listrik bisa meniru PT Pertamina (Persero) yang menjadi agregator dalam jual beli gas bumi lintas negara, khususnya ekspor ke Singapura. Didi menuturkan, skema ekspor gas bumi dari Indonesia yang berasal dari berbagai macam blok migas, kemudian diagregasi oleh Pertamina untuk berhadapan dengan pembeli. 

    Menurutnya, dengan skema penunjukan BUMN sebagai agregator tidak akan membuat Indonesia didikte oleh negara lain. 

    Dia juga menyarankan jual beli listrik antarnegara ini dinaungi oleh perjanjian antar pemerintah atau government to government (G2G). Artinya, perjanjian jual tidak melalui badan usaha masing-masing secara langsung.

  • Jadi New Energy Materials Holding, IBC Fokus Hilirisasi Baterai

    Jadi New Energy Materials Holding, IBC Fokus Hilirisasi Baterai

    Jakarta

    ndonesia Battery Corporation (IBC) kini memiliki mandat baru sebagai New Energy Materials Investment Holding, yang memberikan tanggung jawab besar dalam memperkuat hilirisasi sumber daya mineral Indonesia menjadi bahan baku baterai. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan resmi berbentuk holding untuk memperkuat investasi di sektor baterai.

    Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menjelaskan bahwa keputusan ini didasari potensi besar aset material baterai dan mineral kritis Indonesia yang berada di bawah pengelolaan MIND ID. Seluruhnya dinilai dapat dioptimalkan menjadi beragam produk bernilai tambah.

    “IBC sebagai New Energy Materials Investment Holding, Jadi Kementerian BUMN sudah memutuskan kita akan menjadi investment holding, untuk mengembangkan, melanjutkan hilirisasi sumber daya mineral menjadi bahan baku baterai,” ujar Toto, dikutip dari detikFinance, Senin (17/2/2025).

    Langkah besar ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Pemegang Saham (PPS) bersama empat BUMN yakni Inalum, Antam, Pertamina, dan PLN-mengukuhkan IBC sebagai pengelola investasi strategis dalam pengolahan sumber daya kritis seperti nikel, aluminium, dan tembaga menjadi bahan baku baterai.

    Ke depan, struktur New Energy Materials Holding dibagi menjadi dua bagian penting:

    Battery Material Sub-Holding, yang mengelola JV Smelting-Refinery, JV Precursor-Cathode, dan JV Recycling

    IBC Downstream “OpCo” Sub-Holding, yang menaungi JV Cell, 2WEV (GESITS), 2WEV battery Cell-to-Pack, 2WEV BaaS (Swap Battery, Cabinet, Software), dan other potential down-stream plays.

    (akd/akd)

  • Ricuh Depan DPR, Polisi Halau Massa Pakai Gas Air Mata dan Sejumlah Orang Ditangkap – Page 3

    Ricuh Depan DPR, Polisi Halau Massa Pakai Gas Air Mata dan Sejumlah Orang Ditangkap – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kericuhan terjadi di depan Gedung DPR RI hingga Minggu (31/8/2025) pukul 05.00 WIB dini hari. Situasi sempat memanas antara massa dan aparat. Massa melempari petugas dengan batu yang dibalas tembakan gas air mata.

    Pantauan Liputan6.com di lokasi, ratusan demonstran masih bertahan meski dihalau oleh petugas gabungan. Beberapa di antaranya sudah ditangkap aparat.

    Pagar gedung DPR terlihat rusak. Banyak coretan-coretan di tembok gedung dewan berisi protes dan umpatan. Sebuah tiang PLN tampak hangus terbakar. Palang tol di sekitar lokasi juga mengalami kerusakan.

  • Demo Selesai, Polda DIY Mulai Dibersihkan
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        30 Agustus 2025

    Demo Selesai, Polda DIY Mulai Dibersihkan Yogyakarta 30 Agustus 2025

    Demo Selesai, Polda DIY Mulai Dibersihkan
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Pasca-aksi demonstrasi di Polda DIY, sejumlah petugas melakukan pembersihan pada Sabtu (30/8/2025) pagi. Polda DIY masih melakukan inventarisasi terkait kerusakan yang dialami.
    Pengamatan
    Kompas.com
    sekitar pukul 09.30 WIB, sejumlah petugas melakukan pembersihan, termasuk petugas pemadam kebakaran, petugas kebersihan, petugas PLN, dan pasukan TNI.
    Sejumlah bekas terbakar terlihat di beberapa bagian markas Polda DIY. Sejumlah truk pengangkut sampah mengangkut puing-puing. Informasi dari warga menyebut bahwa massa demo bubar sekitar pukul 08.00 WIB.
    Adapun
    ringroad
    utara sudah bisa dilalui kendaraan.
    “Kerusakan masih didata” kata Kepala Pelayanan Markas Polda DIY, AKBP Budi Susilo saat ditemui di lokasi hari ini. 
    Budi mengatakan, kerusakan terlihat di pagar dan sejumlah fasilitas lain milik Polda DIY. Untuk korban luka sedang diidentifikasi.
    “Yang terlihat pagar bangunan SPKT, penjagaan yang lain sedang didata,” kata dia. 
    “Pembersihan dibantu Pemkab Sleman,” kata dia.
    Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Makwan mengatakan, pihaknya menurunkan puluhan petugas untuk melakukan pembersihan pasca-demo.
    “Seluruhnya nanti dibersihkan, nanti dipisah kaca sendiri, besi sendiri,” kata dia.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.