BUMN: PLN

  • Bahlil Perintahkan PLN Bangun Pembangkit Panas Bumi 40 MW di Maluku

    Bahlil Perintahkan PLN Bangun Pembangkit Panas Bumi 40 MW di Maluku

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memerintahkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) berkapasitas 40 megawatt (MW) di Provinsi Maluku. 

    Instruksi tersebut disampaikan saat kunjungan kerja di Kota Ambon, Sabtu (5/4/2025). Menurut Bahlil, pembangunan PLTP sebagai bentuk komitmen pemerintah dalam menghadirkan akses energi bersih yang cukup, merata, dan terjangkau bagi seluruh masyarakat, khususnya di wilayah timur Indonesia.

    “Dalam implementasinya, PT PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara [BUMN] yang ditunjuk oleh negara dalam melakukan penugasan-penugasan agar semua masyarakat bisa mendapatkan listrik,” ujar Bahlil seperti dikutip dari keterangan resmi.

    Menurut Bahlil, Provinsi Maluku memiliki potensi panas bumi sebesar 40 MW yang perlu segera dibangun. Dia menegaskan, proyek PLTP tersebut telah dimasukkan ke dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025 – 2034 sebagai langkah strategis menuju transisi energi bersih melalui pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). 

    “Saya sudah masukkan dalam RUPTL, supaya apa? Tidak lagi tergantung pada solar. Tidak lagi tergantung pada batu bara. Jadi begitu ada mesin-mesin pembangkit yang sudah tua, yang diesel, langsung diganti pada EBT, sebagai bentuk dari concern pemerintah untuk menyediakan EBT sebagai konsensus internasional,” jelasnya.

    Adapun proyek PLTP di Provinsi Maluku yang dimaksud mencakup PLTP Wapsalit 20 MW di Pulau Buru dan PLTP Tulehu 2×10 MW di Pulau Ambon. Bahlil menyebut, PLTP Wapsalit 20 MW saat ini masih dalam tahap eksplorasi oleh pengembang swasta dan ditargetkan mulai operasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada 2028. 

    Sementara itu, PLTP Tulehu 2×10 MW kini tengah dalam tahap pengadaan oleh PLN dan ditargetkan COD pada 2031. Selain itu, terdapat potensi panas bumi di Banda Baru di Pulau Seram yang dapat dikembangkan menjadi PLTP 25 MW sesuai dengan hasil survei oleh Badan Geologi dan akan ditawarkan dalam market sounding oleh Ditjen EBTKE pada April 2025.

    Saat ini, sistem kelistrikan di Provinsi Maluku masih sangat bergantung pada pembangkit berbasis energi fosil. Berdasarkan data Kementerian ESDM 2024, total kapasitas pembangkit listrik di wilayah ini mencapai 409 MW. 

    Dari jumlah tersebut, sekitar 99% atau 406 MW masih berasal dari sumber fosil, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) serta kombinasi pembangkit berbahan bakar gas dan uap (PLTG, PLTGU, dan PLTMG).

    PLTD menjadi penyumbang kapasitas terbesar dengan 249 MW atau sekitar 61% dari total kapasitas, disusul pembangkit berbasis gas dan uap yang menghasilkan 157 MW atau 38%. Sementara itu, kontribusi energi baru terbarukan masih sangat terbatas, hanya sekitar 3 MW atau kurang dari 1%, terdiri atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 3 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau Mikrohidro sebesar 0,1 MW.

    Bahlil menambahkan bahwa, dengan masuknya proyek PLTP ke dalam RUPTL PT PLN, pemerintah ingin menggenjot pemanfaatan EBT di wilayah Maluku secara signifikan serta mengurangi dominasi energi fosil yang selama ini mendominasi sistem kelistrikan di wilayah tersebut.

    Sesuai amanat dalam UU 21/2014 tentang Panas Bumi, pengembangan PLTP juga akan memberikan manfaat langsung kepada daerah dalam bentuk PNBP dan Bonus Produksi bagi masyarakat sekitar proyek panas bumi. Pembangunan PLTP mengedepankan prinsip kelestarian lingkungan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat.

  • Bayar listrik awal bulan, PLN ingin pemudik tenang

    Bayar listrik awal bulan, PLN ingin pemudik tenang

    ilustrasi pembayaran tagihan PLN

    Bayar listrik awal bulan, PLN ingin pemudik tenang
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Minggu, 06 April 2025 – 16:38 WIB

    Elshinta.com – PLN UID Jakarta Raya mengajak seluruh pelanggan untuk membayar listrik di awal bulan. Dengan membayar listrik lebih awal, pelanggan dapat menikmati perjalanan mudik dengan tenang tanpa khawatir akan tagihan listrik yang tertunda, demikian dikutip dari keterangan tertulis dari PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, yang diterima Elshinta, Minggu (6/4/2025) siang.

    General Manager PLN UID Jakarta Raya, Lasiran, menyampaikan bahwa pembayaran listrik di awal bulan merupakan langkah bijak untuk menghindari keterlambatan pembayaran yang dapat mengganggu kenyamanan selama mudik.

    “Kami memahami bahwa mudik adalah momen penting bagi masyarakat untuk berkumpul dengan keluarga. Oleh karena itu, kami mengimbau pelanggan untuk membayar listrik lebih awal agar perjalanan mudik lebih nyaman dan tenang,” ujar Lasiran.

    Lasiran juga menambahkan bahwa PLN UID Jakarta Raya telah menyediakan berbagai kemudahan pembayaran listrik melalui aplikasi PLN Mobile dan berbagai kanal pembayaran lainnya.

    “Dengan kemudahan yang kami sediakan, pelanggan dapat membayar listrik kapan saja dan di mana saja. Cukup unduh aplikasi PLN Mobile, lakukan registrasi, dan pilih menu pembayaran listrik. Kami berharap langkah ini dapat membantu pelanggan menikmati mudik tanpa rasa khawatir,” tambahnya.

    Demi memudahkan pelanggan, pembayaran listrik melalui PLN Mobile dapat dilakukan menggunakan berbagai metode pembayaran, termasuk melalui bank, e-wallet, dan merchant seperti Indomaret, Alfamart, dan kantor pos.

    “Kami selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan. Bayar listrik lebih awal adalah salah satu cara untuk memastikan kenyamanan selama mudik,” tutup Lasiran.

    PLN UID Jakarta Raya berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan dan memastikan kenyamanan selama masa mudik. Dengan membayar listrik di awal bulan, pelanggan dapat fokus menikmati waktu bersama keluarga tanpa gangguan.

    Seperti diketahui, PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya adalah salah satu unit di bawah PT PLN (Persero) yang menjalankan fungsi pendistribusian listrik sampai ke pelanggan. PLN mengusung agenda Transformasi dengan aspirasi Green, Lean, Innovative, dan Customer Focused demi menghadirkan listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik.

    Mengimplementasikan aspirasi tersebut yang dengan tetap mendukung program Pemprov DKI Jakarta, PLN UID Jakarta Raya melengkapi dengan Jakarta Smart Electricity (JSE) 3.0 dengan 6 pilar yaitu Smart Services, Smart Business, Smart Infrastructure, Smart Living, Smart Mobility, dan Smart Sustainibility. PLN dapat dihubungi melalui aplikasi PLN Mobile yang tersedia di PlayStore atau AppStore.

    Penulis: Vivi Trisnavia/Ter

    Sumber : Radio Elshinta

  • Ferdinand Minta Masyarakat Tidak Suudzon: Evaluasi Dulu Penggunaan Listriknya

    Ferdinand Minta Masyarakat Tidak Suudzon: Evaluasi Dulu Penggunaan Listriknya

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Politikus PDIP Ferdinand Hutahaean menanggapi ramainya keluhan soal lonjakan tagihan listrik di media sosial.

    Dikatakan Ferdinand, hingga saat ini belum ada bukti kenaikan tarif dasar listrik.

    “Saya belum bisa berpendapat jauh, tapi setahu saya tidak ada kenaikan tarif dasar,” ujar Ferdinand kepada fajar.co.id, Minggu (6/4/2025).

    Ia menyarankan masyarakat untuk tidak buru-buru menuduh adanya kecurangan dari PLN atau pemerintah.

    “Mungkin sebaiknya masyarakat mengevaluasi dulu penggunaan listriknya,” katanya.

    Ferdinand menduga lonjakan tagihan bisa dipicu oleh peningkatan konsumsi selama Ramadan.

    “Bulan puasa bisa saja menyebabkan penggunaan listrik naik, misalnya untuk sahur,” tambahnya.

    Meski begitu, ia mengaku masih akan menelusuri lebih lanjut penyebab sebenarnya. Namun ia menegaskan, jangan langsung berpikir negatif.

    “Dugaan saya masih pada peningkatan konsumsi, bukan kenaikan tarif atau kecurangan,” tegasnya.

    Sebelumnya, salah satu akun yang menjadi sorotan adalah @SeputarTetangga, yang mengunggah tagihan listrik dari sejumlah pengguna serta menghimpun komentar dari berbagai warga.

    “Mulai terdengar jeritan para warga pengguna listrik pascabayar,” kata akun tersebut dikutip pada Minggu (6/4/2025).

    Cuitan ini sontak dibanjiri komentar serupa dari pengguna lain yang mengalami hal yang sama.

    Salah satu warganet, akun @ceoTahuAulif, berkomentar sinis, “Kalau gini mending token tahunan tapi harus dihemat duluan.”

    Komentar tersebut mendapat respons dari warganet lain yang menunjukkan tagihan listriknya melonjak dari kisaran Rp500 ribuan menjadi Rp1,6 juta untuk pemakaian April 2025.

  • Bahlil Minta PLN Segera Bangun PLTP Kapasitas 40 MW di Maluku

    Bahlil Minta PLN Segera Bangun PLTP Kapasitas 40 MW di Maluku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia memerintahkan PT PLN (Persero) untuk segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Provinsi Maluku berkapasitas 40 megawatt (MW).

    Instruksi tersebut disampaikan Bahlil saat meninjau Unit Pelaksana Penyaluran dan Pengaturan Beban (UP3B) di Kota Ambon, Maluku, pada Sabtu (5/4/2025).

    “PT PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditunjuk oleh negara dalam melakukan penugasan-penugasan agar semua masyarakat bisa mendapatkan listrik,” ujar Bahlil dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (6/4/2025).

    Bahlil menilai provinsi Maluku memiliki potensi panas bumi sebesar 40 MW yang perlu segera dibangun. Terlebih proyek PLTP tersebut telah dimasukkan ke dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2025 – 2034.

    Menurut Bahlil, RUPTL tersebut sebagai langkah strategis pemerintah Indonesia menuju transisi energi bersih melalui pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

    “Saya sudah masukkan dalam RUPTL (PLN), supaya apa? Tidak lagi tergantung pada solar. Tidak lagi tergantung pada batu bara. Jadi begitu ada mesin-mesin pembangkit yang sudah tua, yang diesel, langsung diganti pada Energi Baru Terbarukan (EBT),” jelasnya.

    Adapun, proyek PLTP di Provinsi Maluku yang dimaksud mencakup PLTP Wapsalit 20 MW di Pulau Buru dan PLTP Tulehu 2×10 MW di Pulau Ambon. PLTP Wapsalit 20 MW saat ini masih dalam tahap eksplorasi oleh pengembang swasta dan ditargetkan mulai operasi secara komersial (Commercial Operation Date/COD) pada 2028.

    Sedangkan PLTP Tulehu 2×10 MW kini tengah dalam tahap pengadaan oleh PLN dan ditargetkan COD pada 2031. Selain itu, terdapat potensi panas bumi di Banda Baru di Pulau Seram yang dapat dikembangkan menjadi PLTP 25 MW sesuai dengan hasil survei oleh Badan Geologi dan akan ditawarkan dalam market sounding oleh Ditjen EBTKE pada bulan April 2025.

    Saat ini, sistem kelistrikan di Provinsi Maluku masih sangat bergantung pada pembangkit berbasis energi fosil. Berdasarkan data tahun 2024, total kapasitas pembangkit listrik di wilayah ini mencapai 409 MW.

    Dari jumlah tersebut, sekitar 99% atau 406 MW masih berasal dari sumber fosil, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) serta kombinasi pembangkit berbahan bakar gas dan uap (PLTG, PLTGU, dan PLTMG).

    PLTD menjadi penyumbang kapasitas terbesar dengan 249 MW atau sekitar 61% dari total kapasitas, disusul pembangkit berbasis gas dan uap yang menghasilkan 157 MW atau 38%.

    Sementara itu, kontribusi energi baru terbarukan masih sangat terbatas, hanya sekitar 3 MW atau kurang dari 1%, terdiri atas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 3 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau Mikrohidro sebesar 0,1 MW.

    (ven/mij)

  • Viral Curhatan Tarif Listrik Naik dari Rp 66 Ribu ke Rp1,3 Juta, Ini Kata PLN

    Viral Curhatan Tarif Listrik Naik dari Rp 66 Ribu ke Rp1,3 Juta, Ini Kata PLN

    Viral Curhatan Tarif Listrik Nsik dari Rp66 Ribu ke Rp1,3 Juta, Ini Kata PLN

    TRIBUNJATENG.COM- Belakangan ini media sosial ramai dengan curhatan warganet soal tagihan listrik yang melonjak drastis. 

    Salah satu pengguna X (dulu Twitter), mengeluhkan bahwa tagihan listrik rumah kosong miliknya tiba-tiba melonjak hingga Rp1,36 juta di April 2025, padahal sebelumnya hanya sekitar Rp66 ribu per bulan.

    “Status rumah kosong, bilangnya karena kurang bayar dari beberapa bulan lalu akibat dari meteran buram,” cuitnya.

    Dia pun melampirkan riwayat penggunaan listrik 3 bulan terakhir. 

    Pada Februari 2025, tagihannya mencapai Rp66.745 dengan kWh sebesar 88,0. 

    Satu bulan setelahnya juga tagihan serupa. Namun, pada April 2025, tagihan listriknya meningkat hingga Rp1,36 juta dengan kWh 901,0.

    Curhatan lain datang dari pengguna @ri_fiiiii yang menyebut tagihan listriknya naik dua kali lipat. Sebelum ada diskon tarif listrik pada Januari–Februari 2025, tagihannya hanya sekitar Rp300 ribu. 

    Tapi kini, tagihannya menyentuh angka Rp600 ribu meski pemakaian listrik tidak berubah signifikan.

    “Aku yg biasa 300-an sekarang hampir 600 ribu 300-an itu sebelum dapat potongan yg bulan Januari Februari. Itu paling gede 350, kemaren ngecek hampir 600 ribu,” cuitnya.

    Di sisi lain, akun X @ManismaduAsik justru melihat tagihan listriknya masih normal walaupun terjadi kenaikan dari bulan sebelumnya ketika diskon tarif listrik berlaku.

    “Barusan aku cek, sebelum dapat potongan emang Rp500.000, pas dapat potongan jadi Rp250.000 tapi sekarang kembali ke semula Rp500.000 untuk 900 watt,” tuturnya.

    Klarifikasi PLN

    PT PLN (Persero) melalui Vice President Komunikasi Korporat, Grahita Muhammad, memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa tarif listrik sejak 1 Maret 2025 kembali ke tarif normal, setelah sebelumnya selama Januari–Februari diberikan diskon 50 persen oleh pemerintah.

    “Untuk Triwulan Kedua 2025, tarif listrik tidak berubah. Tarif kembali normal, bukan naik,” jelas Grahita saat dihubungi, Sabtu (5/4/2025) mengtutip Wartakotalive.

    Menurutnya, lonjakan tagihan yang dialami pelanggan disebabkan oleh kenaikan pemakaian listrik, bukan perubahan tarif.

    “Kami imbau pelanggan memantau penggunaan mereka lewat aplikasi PLN Mobile,” tambahnya.

    (*)

  • Cara Menghitung Tagihan Listrik Pascabayar, Simak di Sini! – Page 3

    Cara Menghitung Tagihan Listrik Pascabayar, Simak di Sini! – Page 3

    PT PLN (Persero) menegaskan bahwa tidak ada perubahan tarif listrik setelah berakhirnya diskon 50 persen. Kenaikan tagihan listrik pascabayar yang dialami sebagian pelanggan dinilai akibat peningkatan konsumsi listrik.

    Vice President Komunikasi Korporat PLN, Grahita Muhammad, menyampaikan bahwa besaran tagihan listrik mengacu pada pola penggunaan masing-masing pelanggan.

    “Adanya lonjakan tagihan listrik bisa disebabkan oleh pola pemakaian listrik yang meningkat,” kata Grahita saat dikonfirmasi Liputan6.com, Sabtu (5/4/2025).

    Minum ini sebelum tidur dan diabetes akan hilang selamanya!Selengkapnya Ia menyarankan para pelanggan untuk mengecek penggunaan listrik mereka secara berkala melalui aplikasi PLN Mobile.

    “Bagi pelanggan pascabayar yang ingin mengetahui riwayat penggunaan listriknya dapat mengaksesnya di aplikasi PLN Mobile,” pintanya.

    Grahita menambahkan bahwa masa diskon tarif listrik telah berakhir pada 1 Maret 2025. Dengan demikian, tarif yang berlaku saat ini kembali ke tarif normal.

    “Per tanggal 1 Maret 2025 atau setelah berakhirnya periode diskon tarif listrik 50 persen, maka tarif listrik kembali normal sesuai penetapan Pemerintah. Untuk triwulan kedua 2025 ini, tarif listrik tetap tidak mengalami perubahan,” jelas Grahita.

    Seperti diketahui, program diskon listrik 50 persen yang telah dinikmati masyarakat Indonesia selama dua bulan telah resmi berakhir per Sabtu 1 Maret 2025. Dengan berakhirnya diskon ini maka tagihan listrik di awal April untuk pemakaian Maret akan kembali normal.  

    Diskon ini diberikan sebelumnya selama 2 bulan yaitu Januari dan Februari. Diskon listrik yang diberikan sebesar 50 persen. 

  • Fakta-Fakta Penyebab Tagihan Listrik Warga Naik 2 Kali Lipat – Page 3

    Fakta-Fakta Penyebab Tagihan Listrik Warga Naik 2 Kali Lipat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Penyebab Tagihan Listrik Warga Naik 2 Kali Lipat, Ini Penjelasan PLNSejumlah pelanggan listrik pascabayar mengeluhkan lonjakan tagihan yang dirasa tidak wajar pada awal April 2025. Banyak yang mengaku tagihan listrik mereka melonjak hingga dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya. PT PLN (Persero) pun angkat bicara terkait fenomena ini.

    Menurut Vice President Komunikasi Korporat PLN, Grahita Muhammad, kenaikan tagihan listrik bukan disebabkan oleh perubahan tarif, melainkan karena berakhirnya masa diskon 50 persen yang sebelumnya diberlakukan selama dua bulan.

    “Per tanggal 1 Maret 2025, tarif listrik kembali normal sesuai penetapan pemerintah. Tidak ada kenaikan tarif pada triwulan kedua tahun ini,” ujar Grahita kepada Liputan6.com, ditulis ulang Minggu (6/4/2025).

    1. Diskon Tarif Listrik Berakhir

    Program diskon tarif listrik sebesar 50 persen diberikan selama Januari dan Februari 2025. Dengan berakhirnya program tersebut, maka tagihan listrik yang dihitung untuk Maret—dan dibayarkan awal April—otomatis kembali ke tarif normal, sehingga nominalnya terasa lebih besar.

    2. Lonjakan Konsumsi Listrik

    Selain itu, PLN menegaskan bahwa lonjakan tagihan juga bisa disebabkan oleh meningkatnya konsumsi listrik pelanggan. “Adanya lonjakan tagihan listrik bisa disebabkan oleh pola pemakaian listrik yang meningkat,” tambah Grahita.

    PLN menyarankan agar pelanggan memantau pemakaian listrik secara berkala melalui aplikasi PLN Mobile. Lewat aplikasi tersebut, pelanggan bisa mengecek riwayat konsumsi dan memproyeksikan tagihan berikutnya.

     

  • Bahlil Datang ke Kota Ambon, Cek Kualitas BBM di SPBU
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        5 April 2025

    Bahlil Datang ke Kota Ambon, Cek Kualitas BBM di SPBU Regional 5 April 2025

    Bahlil Datang ke Kota Ambon, Cek Kualitas BBM di SPBU
    Tim Redaksi
    Bahlil mendatangi
    SPBU Wayame
    , Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, dan menguji dua jenis BBM, Pertalite dan Pertamax.
    Bahlil datang didampingi pejabat SKK Migas, PLN Maluku, Maluku Utara, SKDA Maluku, dan Wali Kota Ambon. 
    “Saya sudah cek langsung di SPBU dan
    kualitas BBM
    di Ambon aman, secara bersama kita lihat dan ukur semua sesuai spesifikasi,” kata Bahlil di sela-sela pengujian BBM.
    Pengujian BBM itu, kata Bahlil, sekaligus untuk menjawab keraguan masyarakat di Maluku terhadap kadar BBM tersebut.
    Hasil pengujian RON 90 dan RON 92 menunjukkan berada di atas batas standar pengujian.

    Kualitas BBM

    alhamdulillah
    sesuai spesifikasi, masyarakat tidak perlu ragu karena kualitas BBM RON 90 dan 92 kita sudah cek,” kata dia.
    Ia menegaskan, Pertamina sebagai BUMN yang dipercayakan Pemerintah mengelola BBM, sehingga harus menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, terutama saat hari raya.
    Bahlil juga sempat bertanya kepada petugas SPBU tentang ada tidaknya keluhan atau pertanyaan dari masyarakat.
    Bahlil lalu meminta petugas di SPBU Wayame untuk menunjukkan hasil pengujian RON dari Pertalite dan Pertamax kepada masyarakat yang hendak mengisi BBM.
    Dia juga memastikan, stok BBM dalam kondisi aman saat arus balik serta kualitas BBM tetap sesuai spesifikasi.
    Masyarakat diminta tidak perlu khawatir dalam memenuhi kebutuhan energi selama libur Lebaran.

    Alhamdulillah
    secara keseluruhan kebutuhan energi masyarakat saat puncak arus mudik hingga arus balik liburan Lebaran tidak terjadi kendala apa pun,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Heboh Tagihan Listrik Bengkak Usai Diskon 50% Berakhir, Begini Respons PLN

    Heboh Tagihan Listrik Bengkak Usai Diskon 50% Berakhir, Begini Respons PLN

    Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) menanggapi kehebohan warganet yang mengeluhkan terjadinya lonjakan tagihan listrik pelanggan pascabayar pada periode Maret 2025. PLN menilai kondisi tersebut disebabkan perubahan pola penggunaan listrik. 

    Vice President Komunikasi Korporat PLN Grahita Muhammad mengatakan, pada triwulan II/2025 ini tarif listrik tetap atau tidak mengalami perubahan. Maka, kenaikan tagihan terjadi kemungkinan lantaran penggunaan listrik yang meningkat. 

    “Adanya lonjakan tagihan listrik bisa disebabkan oleh pola pemakaian listrik yang meningkat,” kata Grahita kepada Bisnis, Sabtu (5/4/2025). 

    Tak hanya itu, dia juga mengingatkan bahwa pada 1 Maret 2025, periode diskon tarif listrik 50% telah selesai, maka tarif listrik kembali normal sesuai penetapan pemerintah. 

    Dia pun mengimbau pelanggan pascabayar yang ingin mengetahui riwayat penggunaan listriknya dapat mengakses melalui aplikasi PLN Mobile.

    Sebelumnya, warganet ramai-ramai mengeluhkan kenaikan tagihan listrik pada awal April 2025 dengan berbagai alasan. Salah satunya diutarakan oleh akun X @ariepujaa pada Sabtu (5/4/2025).

    “Status rumah kosong, bilangnya karena kurang bayar dari beberapa bulan lalu akibat dari meteran buram,” cuitnya. 

    Dia pun melampirkan riwayat penggunaan listrik 3 bulan terakhir. Pada Februari 2025, tagihannya mencapai Rp66.745 dengan kWh sebesar 88,0. Satu bulan setelahnya juga tagihan serupa. Namun, pada April 2025, tagihan listriknya meningkat hingga Rp1,36 juta dengan kWh 901,0.

    Lalu, akun @ri_fiiiii menyebut, tagihan listriknya melonjak dua kali lipat. Sebelum berlaku diskon tarif listrik pada Januari-Februari 2025, dia mengaku tagihan listriknya hanya di kisaran Rp300.000. Namun, saat ini, tagihan listriknya bisa mencapai Rp600.000.

    “Aku yg biasa 300-an sekarang hampir 600 ribu 300-an itu sebelum dapat potongan yg bulan Januari Februari. Itu paling gede 350,kemaren ngecek hampir 600 ribu,” cuitnya.

    Di sisi lain, akun X @ManismaduAsik justru melihat tagihan listriknya masih normal walaupun terjadi kenaikan dari bulan sebelumnya ketika diskon tarif listrik berlaku.

    “Barusan aku cek, sebelum dapat potongan emang Rp500.000, pas dapat potongan jadi Rp250.000 tapi sekarang kembali ke semula Rp500.000 untuk 900 watt,” tuturnya. 

  • Ramai-ramai Curhat di Medsos, Warganet Keluhkan Lonjakan Tarif Listrik Pascabayar yang Dinilai Tak Wajar

    Ramai-ramai Curhat di Medsos, Warganet Keluhkan Lonjakan Tarif Listrik Pascabayar yang Dinilai Tak Wajar

    GELORA.CO – Belum lama ini beberapa warganet di media sosial mengeluhkan tagihan listrik PLN mereka yang mendadak naik dua kali lipat.

    Keluhan itu pun ramai dibahas di media sosial, terutama di X (sebelumnya Twitter).

    Di mana setelah PLN menerapkan subsidi 50 persen, tagihan listrik mereka tiba-tiba membengkak hingga dua kali lipat dari tagihan sebelum adanya diskon.

    Salah satu akun X, @SeputarTe****** mengumpulkan keluhan dari pengguna listrik pascabayar yang merasa terkejut dengan lonjakan tagihan.

    “Aku tiba lonjak jadi 700rb, 2200. Waktu Januari Februari 250rban. Harusnya sih 500rb kalau tarif kembali normal, tpi kok malah jadi 700rb? Apa karena AC belum kecuci ya jadi dia kerja extra?” tulis akun @bo*****.

    “Ih iya betul, kemarin waktu dapet potongan 50% aku cuma bayar 75k-an, berarti kalo full kan sekitar 150k aja. Tapi bulan ini 230k, naik dikit sih tapi kerasa weh kalo di atas 200 mah, padahal pemakaian sama aja kaya bulan lain,” imbuh @kp*****.

    Di sisi lain, pihak PT PLN (Persero) mengonfirmasi bahwa tidak ada perubahan tarif listrik pasca berakhirnya diskon 50 persen yang berlaku selama bulan Januari dan Februari 2025 kemarin.

    Kenaikan tagihan yang dialami oleh sebagian pelanggan pun dinilai sebagai akibat dari peningkatan konsumsi listrik.

    Pihaknya juga menyarankan agar pelanggan secara rutin memeriksa penggunaan listrik mereka melalui aplikasi PLN Mobile.

    “Bagi pelanggan pascabayar yang ingin mengetahui riwayat penggunaan listriknya dapat mengaksesnya di aplikasi PLN Mobile,” papar Vice President Komunikasi Korporat PLN, Grahita Muhammad, dikutip dari Liputan6.com.

    “Per tanggal 1 Maret 2025 atau setelah berakhirnya periode diskon tarif listrik 50 persen, maka tarif listrik kembali normal sesuai penetapan Pemerintah. Untuk triwulan kedua 2025 ini, tarif listrik tetap tidak mengalami perubahan,” tegasnya.

    Sebagai informasi, program diskon listrik 50 persen yang dinikmati oleh masyarakat selama dua bulan tersebut sudah berakhir pada 1 Maret 2025.

    Dengan berakhirnya diskon ini, tagihan listrik untuk pemakaian bulan Maret yang dibayarkan pada April 2025 kembali dihitung dengan tarif normal.***