BUMN: Perum BULOG

  • Kementan prediksi produksi GKP kuartal I 2025 capai 18 juta ton

    Kementan prediksi produksi GKP kuartal I 2025 capai 18 juta ton

    kalau kita asumsikan rata-rata 5 ton per hektare akan ada kurang lebih 18 juta ton gabah kering panen

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi produksi gabah kering panen pada periode Januari hingga Maret 2024 secara total mencapai 18 juta ton.

    “Kita sebentar lagi akan memasuki masa panen raya. Januari, Februari, Maret itu kurang lebih hampir 3,5 juta hektare. Artinya kalau kita asumsikan rata-rata 5 ton per hektare akan ada kurang lebih 18 juta ton gabah kering panen,” ujar Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Mulyono dalam Rapat Sosialisasi Pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras tingkat Konsumen 2025 yang digelar secara hybrid di Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan dengan jumlah panen tersebut maka produksi gabah setara beras pada kuartal pertama 2025 ini diperkirakan mencapai sekitar 9 juta ton.

    Ia juga mengajak berbagai pemangku kepentingan termasuk Perum Bulog untuk bersama-sama memanfaatkan momentum ini untuk menyerap dengan maksimal hasil panen raya.

    Hal lain yang tak kalah penting yakni, dengan penyerapan yang maksimal maka sekaligus dapat mendongkrak optimisme para petani untuk melanjutkan penanaman pada periode musim tanam selanjutnya.

    Lebih lanjut, Mulyono juga berharap kebijakan standar gabah syarat serap oleh Perum Bulog sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Bapanas Nomor 2 Tahun 2025 sudah dapat segera dilaksanakan.

    Lewat aturan anyar tersebut, Perum Bulog bisa menyerap gabah dan mengisi stok beras gudang dengan kualitas kadar air hingga 30 persen dan kadar hampa sebesar 15 persen.

    Lebih jauh, Kementan pada tahun ini menargetkan melakukan perluasan dua juta hektare, jika hal ini terealisasi maka produksi beras nasional akan melimpah.

    Pewarta: Sinta Ambarwati
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Bulog: Penyaluran beras SPHP didominasi pengecer sebesar 65 persen

    Bulog: Penyaluran beras SPHP didominasi pengecer sebesar 65 persen

    Realisasi penyaluran SPHP terbesar itu adalah 65 persen lebih melalui pengecer

    Jakarta (ANTARA) – Perum Bulog mengungkapkan penyaluran beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) 2024 kepada masyarakat didominasi oleh pengecer dengan capaian 65,7 persen atau mencapai 921.581 ton dari total realisasi sebesar 1.401.732 ton.

    “Realisasi penyaluran SPHP terbesar itu adalah 65 persen lebih melalui pengecer,” ujar Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Rini Andrida dalam kegiatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

    Secara rinci, penyaluran beras SPHP oleh distributor sebanyak 29,5 persen atau 413.646 ton, Satgas sebanyak 3,2 persen atau 44.503 ton, pemerintah daerah sebanyak 1,2 persen atau 16.629 ton dan sinergi BUMN 0,4 persen atau 5.266 ton.

    Dengan capaian tersebut, menurut dia, penyaluran beras SPHP tidak melalui proses yang panjang dan telah tersalurkan kepada konsumen sebagaimana tujuan utama program ini yakni melindungi daya beli dan keterjangkauan harga pangan bagi masyarakat.

    Namun demikian, pihaknya mengusulkan agar ada pengetatan dalam penyaluran SPHP lewat pengecer agar dapat terpantau dan dapat tersalurkan sesuai target.

    Adapun penajaman yang dimaksud yakni para pengecer melakukan pendaftaran lewat Perum Bulog, Dinas Perdagangan dan Dinas Pangan sesuai aturan dengan syarat fotokopi KTP, mengisi formulir permohonan pelaksana SPHP beras di tingkat konsumen, menandatangani surat pernyataan pelaksanaan SPHP beras di tingkat konsumen meliputi komitmen harga penjualan dan tanggung jawab.

    “Kemudian dilakukan verifikasi apabila hal tersebut dilakukan (pendaftaran melalui) Perum Bulog harus melaporkan kepada dinas untuk kesinambungan data yang dimiliki,” pungkasnya.

    Pewarta: Sinta Ambarwati
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rugi Saat Panen, Petani Ponorogo Jatim Minta Bantuan Bulog Harga Gabah Hanya Dihargai Rp5.500 per Kg – Halaman all

    Rugi Saat Panen, Petani Ponorogo Jatim Minta Bantuan Bulog Harga Gabah Hanya Dihargai Rp5.500 per Kg – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, – Petani padi Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengaku mengalami kerugian saat memasuki panen.

    Hal itu karena harga gabah hasil panen petani hanya dihargai Rp5.500 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram. 

    Kondisi ini membuat petani merugi dan tidak bisa menutupi biaya besar yang telah dikeluarkan. 

    Mereka berharap Bulog turun tangan menyerap secara maksimal hasil panen sesuai HPP yang dikeluarkan. Apalagi sebentar lagi akan memasuki panen raya. Harga dikhawatirkan akan semakin anjlok.

    “Kami sudah mengetahui kalau pemerintah sudah menetapkan harga gabah naik menjadi Rp6.500. Oleh karenanya kami berharap bisa terjual seharga HPP. Namun kenyataannya hanya dihargai Rp 5.500. Biaya yang kami keluarkan sudah sangat banyak.  Kami rugi Rp 1.000 per kilogram, dan nilai tersebut sangat berarti,” ungkap Abdul Sabidin, petani di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, saat ditemui di lokasi panen miliknya, Selasa, (14/1/2025).

    Abdul menambahkan, bahwa selama ini para petani menjual gabah miliknya kepada tengkulak karena Bulog belum menyerap gabah milik petani di daerahnya. 

    Dengan HPP Rp6.500, petani sangat berharap bisa mendapatkan keuntungan yang lebih baik dari sebelumnya. 

    “Kami terpaksa segera menjual ke tengkulak karena selama ini, gabah kami belum pernah diserap oleh Bulog. Kebutuhan kami sangat mendesak untuk kehidupan sehari-hari kami bersama keluarga dan persiapan tanam berikutnya,” imbuh Abdul. 

    Sementara itu, penyuluh pertanian setempat, Edy Widodo mengungkapkan bahwa petani di Desa Paringan selama ini masih panen dengan cara manual. Walau begitu hasilnya sangat tinggi. 

    Ia berharap peran Bulog menyerap gabah milik petani bisa segera dilaksanakan sesuai HPP yang telah dikeluarkan. 

    “Kami berharap petani tidak menjual gabahnya kepada tengkulak karena pasti akan anjlok. Dengan catatatn Bulog gerak cepat serap gabah milik petani sesuai HPP,” harap Edy.

    “Kami sangat berterimakasih karena pemerintah sudah berusaha menaikan HPP gabah dan jagung. Namun ia berharap bahwa pemerintah juga turut menekan Bulog agar serap gabah milik petani secara maksimal. Dengan begitu petani bisa merasakan keuntungan dan tidak terpuruk,” tambah Edy. 

    Pada Rapat Terbatas  di Istana Negara, Jakarta pada Senin (30/12/2024) lalu, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp500, yaitu dari Rp6.000 menjadi Rp6.500. 

    Tak hanya itu, pemerintah melalui Perum Bulog pun kan membeli dan menampung berapa pun hasil produksi gabah, beras, dan jagung petani.

    Hasil panen petani itu nantinya bakal ditampung di gudang-gudang milik Bulog, induk koperasi, dan gudang resi.

  • Tekan Harga, Pemerintah Gandakan Penyaluran Beras SPHP ke Daerah ‘Merah’  – Halaman all

    Tekan Harga, Pemerintah Gandakan Penyaluran Beras SPHP ke Daerah ‘Merah’  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan bahwa tahun ini penyaluran beras dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke daerah yang mengalami harga beras tinggi akan ditingkatkan dua kali lipat.

    Daerah yang dimaksud dengan ‘merah’ adalah wilayah yang harga berasnya melampaui harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.

    Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa menjelaskan bahwa penyaluran beras SPHP ke daerah-daerah merah, contohnya seperti Papua, akan digandakan.

    Misalnya, jika suatu daerah biasa mendapatkan 1.000 ton beras, maka daerah merah akan menerima 2.000 ton. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat penurunan harga beras di daerah-daerah tersebut.

    “Contoh Papua seluruhnya merah. Kalau di daerah lain misalkan dia [mendapatkan] 1.000 ton, maka daerah sana bisa 2 kali lipat, sehingga percepatan penurunan harga di daerah Papua bisa kita laksanakan,” katanya saat melakukan sosialisasi pelaksanaan SPHP beras tahun 2025 di Jakarta Selatan, Selasa (14/1/2025).

    Menurut Ketut, kebijakan penyaluran beras SPHP yang diterapkan pada tahun 2023-2024, yang didasarkan pada pembagian rata, tidak bisa diterapkan lagi tahun ini.

    Oleh karena itu, ia meminta Perum Bulog untuk memantau secara ketat harga beras di berbagai daerah, terutama yang menunjukkan kenaikan.

    “[Pada] 2025 Bulog harus melihat panel harga pangan. Daerah mana yang merah, daerah mana yang harganya di atas harga eceran tertinggi, sehingga itu menjadi prioritas utama SPHP,” ujar Ketut.

    “Istilahnya diprioritaskan tembakannya. Yang lain tetap ditembak, tetapi tidak sekencang tembakan yang ini,” lanjutnya.

    Dengan menerapkan cara ini, ia berharap pelaksanaan SPHP bisa menunjukkan hasil yang konkret, yaitu penurunan harga beras di daerah merah tersebut.

    Program SPHP untuk beras pada tahun ini telah dialokasikan penyalurannya sebesar 1,5 juta ton.

    Stok yang akan digunakan mengutamakan pasokan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang bersumber dari panen dalam negeri.

    Sebagai informasi, program SPHP beras telah diimplementasikan sejak 2022. Tercatat pada tahun tersebut tersalurkan sebanyak 1,3 juta ton beras.

    Selanjutnya di 2023, SPHP beras mencapai 1,196 juta ton atau 110,30 persen dari target 1,085 juta ton. Pada 2024, realisasi per pekan keempat Desember 2024 mencapai 1,399 juta ton atau 99,94 persen dari target 1,4 juta ton.

  • Berjuang menyerap gabah petani

    Berjuang menyerap gabah petani

    Perjuangan untuk menyerap gabah petani adalah perjuangan untuk memastikan masa depan ketahanan pangan Indonesia

    Jakarta (ANTARA) – Pada 12 Januari 2025, sebuah surat penting diterbitkan oleh Kepala Badan Pangan Nasional untuk Direktur Utama Perum Bulog.

    Surat ini menjadi tonggak awal dalam menjalankan Penugasan Serap Gabah dan Beras Produksi Dalam Negeri Tahun 2025.

    Tidak hanya menjadi langkah strategis menuju pencapaian swasembada beras, kebijakan ini juga membawa dampak besar pada kesejahteraan petani, yang selama ini menjadi salah satu pilar utama ekonomi Indonesia.

    Isi surat tersebut merujuk pada hasil Rapat Terbatas Presiden Republik Indonesia tanggal 30 Desember 2024 dan Risalah Rapat Koordinasi Terbatas Menteri Koordinator Bidang Pangan pada 7 Januari 2025.

    Inti dari surat ini adalah penugasan kepada Perum Bulog untuk menyerap hasil produksi gabah dan beras domestik mulai 15 Januari 2025.

    Penyerapan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2025, yang mengatur perubahan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan rafaksi harga gabah serta beras.

    Harga Pembelian Pemerintah yang ditetapkan dalam regulasi ini mencerminkan upaya nyata pemerintah untuk menjamin harga dasar yang layak bagi petani.

    Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani dihargai Rp6.500 per kilogram, sedangkan GKP di penggilingan dihargai Rp6.700 per kilogram.

    Sementara itu, Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan dan di gudang Bulog masing-masing dihargai Rp8.000 dan Rp8.200 per kilogram.

    Untuk beras di gudang Bulog, harga ditetapkan Rp12.000 per kilogram dengan spesifikasi kualitas yang telah diatur.

    Kebijakan ini tidak hanya memberikan kepastian harga bagi petani, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan (good governance) dalam pelaksanaannya.

    Namun, tantangan utama adalah memastikan implementasi kebijakan ini benar-benar menyentuh kepentingan petani di lapangan, bukan sekadar menjadi dokumen administratif.

    Dua hari sebelum tutup tahun 2024, pemerintah juga memberikan angin segar bagi petani melalui keputusan untuk menaikkan HPP Gabah dan Harga Acuan Pemerintah (HAP) Jagung.

    Kenaikan HPP Gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram dan HAP Jagung dari Rp5.000 menjadi Rp5.500 per kilogram merupakan sinyal kuat keberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian.

    Meski angka kenaikan ini masih belum sepenuhnya memenuhi aspirasi petani, langkah ini tetap patut diapresiasi sebagai upaya awal menuju kesejahteraan yang lebih baik.

    Keberpihakan Pemerintah

    Bagi petani, kenaikan HPP ini memberikan harapan baru, meski belum sepenuhnya memuaskan. Masalah terbesar bagi petani bukan hanya soal rendahnya HPP, tetapi juga implementasinya di lapangan.

    Sering kali, apa yang tertulis di kertas tidak sejalan dengan kenyataan. Harga gabah di tingkat petani masih kerap tertekan, terutama saat musim panen raya, ketika pasokan melimpah kerap kali menyebabkan harga jatuh di bawah HPP.

    Petani berharap pemerintah tidak hanya menetapkan kebijakan, tetapi juga memastikan adanya pengawasan ketat dan pendampingan intensif.

    Peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjamin agar kebijakan ini benar-benar berjalan sesuai harapan. Hal ini mencakup pengawasan distribusi, pelibatan koperasi tani, hingga penanganan mafia beras yang kerap merugikan petani dan konsumen.

    Presiden Prabowo dan Kabinet Merah Putih telah menunjukkan keberpihakan mereka kepada petani melalui komitmen untuk menyerap hasil panen dengan harga yang layak.

    Namun, pertanyaan kritis tetap muncul yakni apakah HPP Gabah sebesar Rp6.500 per kilogram sudah mencukupi kebutuhan petani?

    Banyak pihak menyuarakan bahwa HPP ideal seharusnya berada di kisaran Rp7.000 per kilogram agar petani benar-benar mendapatkan keuntungan yang signifikan.

    Namun, keputusan pemerintah tentu berdasarkan analisis komprehensif terhadap kemampuan anggaran negara, stabilitas harga pangan, dan daya beli masyarakat.

    Kenaikan sebesar Rp500 mungkin terlihat kecil, tetapi tetap menjadi langkah maju dalam memberikan perlindungan kepada petani dari gejolak pasar.

    Salah satu elemen terpenting dari kebijakan ini adalah adanya jaminan bahwa pemerintah, melalui Perum Bulog, akan menyerap gabah petani sebanyak mungkin. Langkah ini memberikan rasa aman bagi petani, terutama saat musim panen raya.

    Tradisi anjloknya harga gabah saat panen berlangsung, yang telah menjadi “dosa warisan” selama bertahun-tahun, kini mulai diatasi dengan kebijakan yang lebih berpihak pada petani.

    Penjaminan ini juga memberikan motivasi bagi petani untuk terus meningkatkan produksi mereka. Dengan kepastian harga dan penyerapan, petani tidak lagi ragu untuk berinvestasi dalam teknologi dan inovasi pertanian yang dapat meningkatkan hasil panen.

    Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kemampuan Perum Bulog untuk menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien.

    Sebagai operator pangan, Bulog memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan proses penyerapan berjalan lancar, mulai dari pengadaan hingga distribusi.

    Tentu ini bukan tugas yang mudah, mengingat kompleksitas sistem pertanian dan logistik di Indonesia. Namun, dengan pengalaman dan dedikasi yang dimiliki, Perum Bulog diyakini mampu menjalankan amanah ini dengan baik.

    Tantangan utama dalam pelaksanaan kebijakan ini adalah mengatasi masalah teknis dan struktural di lapangan, seperti keterbatasan infrastruktur, koordinasi antarinstansi, dan potensi penyimpangan dalam pelaksanaan.

    Oleh karena itu, dukungan semua pihak, termasuk pemerintah daerah, koperasi tani, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan kebijakan ini.

    Surat dari Kepala Badan Pangan Nasional ini bukan hanya sekadar dokumen, tetapi juga simbol perjuangan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

    Langkah ini harus menjadi momentum bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam menciptakan ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan dan adil.

    Pada akhirnya, perjuangan untuk menyerap gabah petani adalah perjuangan untuk memastikan masa depan ketahanan pangan Indonesia.

    Dengan kebijakan yang tepat dan pelaksanaan yang konsisten, swasembada beras bukan lagi sekadar cita-cita, tetapi akan menjadi kenyataan yang membanggakan.

    *) Penulis adalah Ketua Dewan Pakar DPD HKTI Jawa Barat.

    Copyright © ANTARA 2025

  • Kementan dan Polri akselerasi produksi jagung seluas 1,7 juta ha

    Kementan dan Polri akselerasi produksi jagung seluas 1,7 juta ha

    Kepolisian telah berperan besar mengawal program swasembada pangan

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) mengakselerasi pencapaian produksi jagung nasional dengan target pertanaman mencapai 1,7 juta hektare.

    “Kami ingin bahwa langkah-langkah yang kita ambil bersama Polri dengan potensi luar biasa 1,7 juta hektare yang bisa ditanami (jagung) dapat menguntungkan petani, pengusaha, masyarakat, dan negara,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam Rapat Koordinasi Kesiapan Penanaman Jagung bersama Polri, sebagaimana keterangan diterima yang di Jakarta, Selasa.

    Menurut Mentan, melalui program tanam jagung serentak tahun 2025, lahan perkebunan dan lahan kering di berbagai wilayah Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pertanaman jagung.

    “Kami ingat betul di Sumatera Utara dan Sumatera Barat ada uji coba penanaman jagung di lahan sawit dan itu berhasil. Di Jeneponto, pegunungan ditanami jagung. Kita ingin ulangi keberhasilan ini,” ujar Mentan.

    Pada rapat koordinasi yang membahas strategi konsolidasi dan penguatan kerja sama tersebut, ditargetkan dapat menghasilkan tambahan produksi jagung hingga 4 juta ton atau meningkat 25 persen dari kondisi saat ini.

    “Mimpi kita adalah menaikkan produksi. Produksi tahun 2023-2024 berkisar 15 juta ton dan kita naikkan menjadi 16 juta ton. Tetapi manakala target yang kita canangkan bersama tercapai itu bisa mencapai 2-3 juta ton dibanding tahun 2024,” papar Amran.

    Untuk itu, Mentan mengapresiasi dukungan dan kolaborasi dari jajaran kepolisian.

    Menurut dia, kepolisian telah berperan besar mengawal program swasembada pangan termasuk mengawal kasus penyelewengan pupuk ataupun alat dan mesin pertanian.

    “Kami ucapkan terima kasih kepada kepolisian. Ini langkah luar biasa di mana bantuan dan dukungan kepolisian dalam mengawal swasembada pangan khususnya jagung,” tutur Mentan.

    Ia juga menyampaikan bahwa percepatan tanam jagung dapat terwujud manakala ada jaminan keuntungan yang didapat oleh petani.

    Untuk itu, pemerintah telah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) jagung yang sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp5.500 per kg.

    Oleh karena itu, Mentan menekankan bahwa Perum Bulog harus mengambil langkah krusial untuk menyerap hasil panen jagung.

    “Sangat mudah mengajak bercocok tanam jagung, namun yang penting ada jaminan bahwa jagung itu menguntungkan. Sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo, pemerintah wajib menyerap produksi,” ucap Mentan.

    “Saya meminta kepada Bulog jangan sampai kita berhasil tanam, tapi tidak diserap dengan baik seperti arahan Bapak Presiden,” tambah Mentan.

    Sementara itu, Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri Komjen Dedi Prasetyo menyampaikan bahwa Polri berkomitmen untuk mendukung swasembada jagung demi mewujudkan kemandirian pangan.

    “Polri berperan sebagai penggerak kelompok tani, menjembatani antara kebutuhan petani dengan Kementan dan mengawasi distribusi bantuan dari negara agar sampai ke petani,” kata Dedi.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Berhasil kendalikan inflasi, Pemprov Jateng beri penghargaan kepada 12 anggota TPID eksternal 

    Berhasil kendalikan inflasi, Pemprov Jateng beri penghargaan kepada 12 anggota TPID eksternal 

    Sumber foto: Joko Hendrianto/elshinta.com.

    Berhasil kendalikan inflasi, Pemprov Jateng beri penghargaan kepada 12 anggota TPID eksternal 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Senin, 13 Januari 2025 – 19:25 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah provinsi Jawa Tengah memberikan penghargaan kepada 12 instansi anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dari unsur eksternal, atas peran aktif aktifnya dalam pengendalian inflasi pada 2024.

    Piagam penghargaan diserahkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, dalam Rapat Koordinasi (rakor) Pengendalian Inflasi Daerah di Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Senin, 13 Januari 2024.  

    Penghargaan itu diberikan  kepada Polda Jateng, Kodam IV Diponegoro, Kejati Jateng, Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jateng, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng, Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng.

    Kemudian, Perum Bulog Kanwil Jateng, Forum BPR BKK Jateng, Forum Badaan Usaha Milik Daerah (BUMD) Bidang Jasa dan Produksi Jateng, PT BPR BKK Jateng (Perseroda), PT Jamkrida Jateng (Perseroda), PT Jateng Agro Berdikari (Perseroda).

    Nana  mengatakan, alasan pemberian penghargaan itu, karena Jawa Tengah belum lama ini mendapat penghargaan sebagai TPID terbaik se-Indonesia. 

    Dibeberkan dia,  kinerja pengendalian inflasi Jateng selama tahun 2024 dinilai positif. Tingkat inflasi Desember 2024 sebesar 1,67% year on year (y-o-y).

    Nana menyampaikan terimakasih kepada TPID atas kinerjanya dalam pengendalian inflasi. 

    “Semoga dengan penghargaan ini, jadi membuat kita terlecut untuk lebih baik lagi dalam pengendalian inflasi,” ujar Nana seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Joko Hendrianto, Senin (13/1). 

     Kinerja TPID, lanjut Nana,  sekaligus mendukung program Presiden RI, terutama ketahanan pangan, pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pengangguran, hingga stunting. Dia berharap, langkah-langkah yang telah dilakukan, mendapatkan hasil yang baik. 

    “Dengan penghargaan tadi, pada 2025 ini semoga jadi amanat baru untuk TPID Jateng dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata dia.

    Sumber : Radio Elshinta

  • 2 Hari Lagi Bulog Harus Serap Gabah Rp 6.500/Kg

    2 Hari Lagi Bulog Harus Serap Gabah Rp 6.500/Kg

    Jakarta

    Kementerian Pertanian meminta Perum Bulog segera menyerap gabah petani sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 6.500 per kilogram (Kg). Kenikan harga gabah itu mulai berlaku dua hari lagi yakni 15 Januari 2025.

    Arahan itu datang dari Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono karena saat ini harga gabah telah anjlok ke level Rp 5.400/kg, seperti yang terjadi di Sumatera Selatan.

    “Saya minta tolong tengkulak jangan untung sendiri, kasihan petani. Karena itu 2 hari lagi Bulog juga harus siap serap gabah sesuai dengan HPP,” ujar dia dalam keterangannya, Senin (13/1/2025).

    Menurut Sudaryono, harga gabah yang terendah memang terjadi di Sumatera Selatan. Untuk itu, Sudaryono meminta agar arahan Presiden Prabowo Subianto direalisasikan yakni menyerap gabah sesuai HPP Rp 6.500/kg.

    Sudaryono menjelaskan, kebijakan kenaikan HPP gabah ini bertujuan untuk menjaga dan melindungi harga dasar gabah dan beras di tingkat petani. Tak hanya itu, kenaikan HPP juga diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Pembelian sesuai HPP itu perlu dilakukan agar petaninya sejahtera dan petaninya untung. Kalau untung, mereka semangat dan kalau semangat, menanamnya juga semangat. Maka panennya banyak. Kalau panennya banyak, nggak perlu impor lagi. Kalau nggak impor, makin semangat menanamnya lagi,” pungkasnya.

    Untuk diketahui pemerintah telah menerbitkan kebijakan terkait kenaikan HPP gabah. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan Atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

    HPP gabah dan beras bagi Bulog:

    1) Gabah Kering Panen (GKP) di petani sebesar Rp 6.500 per kg dengan kualitas kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%

    2) GKP di penggilingan sebesar Rp 6.700 per kg dengan kualitas kadar air maksimal 25% dan kadar hampa maksimal 10%

    3) Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan sebesar Rp 8.000 per kg dengan kualitas kadar air maksimal 14% dan kadar hampa maksimal 3%

    4) GKG di gudang Bulog sebesar Rp 8.200 per kg dengan kualitas kadar air maksimal 14% dan kadar hampa maksimal 3%

    5) Beras di gudang Bulog sebesar Rp 12.000 per kg dengan kualitas derajat sosoh minimal 100%, kadar air maksimal 14%, butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 2%.

    (fdl/fdl)

  • HPP Baru Berlaku 2 Hari Lagi, Harga Gabah Anjlok Jadi Rp 5.400/Kg

    HPP Baru Berlaku 2 Hari Lagi, Harga Gabah Anjlok Jadi Rp 5.400/Kg

    Jakarta

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mengatakan saat ini harga gabah di Sumatera Selatan anjlok ke level Rp 5.400 per kilogram (kg). Padahal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) saat ini Rp 6.000/kg, sebelum dua hari lagi akan naik menjadi Rp 6.500/kg.

    Untuk itu, Sudaryono meminta Perum Bulog untuk segera menyerap gabah dari petani seharga Rp 6.500/kg mulai 15 Januari 2025. Hal ini dikatakan Sudaryono saat meninjau panen di Desa Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan.

    “Jangan ada lagi harga gabah di bawah Rp 5.400/kg di tingkat petani. Saya minta tolong tengkulak jangan untung sendiri, kasihan petani. Karena itu 2 hari lagi Bulog juga harus siap serap gabah sesuai dengan HPP,” ujar dia dalam keterangannya, Senin (13/1/2025).

    Lebih lanjut kata Sudaryono, kenaikan HPP gabah ini merupakan arahan langsung Presiden Prabowo Subianto. Untuk itu, diharapkan Bulog segera turun tangan membantu para petani yang sudah berjuang meningkatkan produksi.

    “Yang penting sekali adalah di saat panen raya tidak boleh harga jatuh. Tapi dari semua provinsi se-Indonesia, harga gabah yang pembelian HPP yang paling rendah, ini Sumatera Selatan. Padahal HPP yang ditentukan sama Presiden itu Rp 6.500/kg. Mohon izin Pak Kajari, Pak Dandim, Pak Kapolres segera panggil tengkulaknya. Tidak boleh harganya anjlok,” tegasnya.

    Ia menjelaskan, kebijakan kenaikan HPP gabah ini bertujuan untuk menjaga dan melindungi harga dasar gabah dan beras di tingkat petani. Tak hanya itu, kenaikan HPP juga diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Pembelian sesuai HPP itu perlu dilakukan agar petaninya sejahtera dan petaninya untung. Kalau untung, mereka semangat dan kalau semangat, menanamnya juga semangat. Maka panennya banyak. Kalau panennya banyak, nggak perlu impor lagi. Kalau nggak impor, makin semangat menanamnya lagi,” pungkasnya.

    (ada/fdl)

  • Menko Pangan: Bulog beli beras dari pabrik yang serap gabah sesuai HPP

    Menko Pangan: Bulog beli beras dari pabrik yang serap gabah sesuai HPP

    Bagi pabrik yang tidak membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 maka Bulog tidak akan bisa membeli beras itu

    Palembang (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan menyebutkan Perum Bulog akan membeli beras dari pabrik yang menyerap gabah petani sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) senilai Rp6.500 per kilogram.

    Zulkifli Hasan usai panen padi di Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin, mengatakan pemerintah sedang menyelesaikan perjanjian antara Bulog dengan pabrik-pabrik beras yang ada di seluruh Indonesia.

    Dalam perjanjian itu pabrik diwajibkan membeli gabah dari petani dengan harga minimal Rp6.500 per kilogram.

    “Bagi pabrik yang tidak membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 maka Bulog tidak akan bisa membeli beras itu sehingga Bulog akan langsung membeli gabah dari petani,” katanya.

    Kemudian, pemerintah memastikan HPP gabah senilai Rp6.500 per kilogram menjelang musim panen raya yang diperkirakan pada bulan Februari. Untuk, puncak panen raya diperkirakan terjadi pada bulan April.

    “Bulan Febuari akan masuk panen raya. Untuk puncaknya pada bulan Maret dan April, sehingga tugas penting pemerintah adalah memastikan membeli gabah petani dengan harga Rp6.500 per kilogram melalui Bulog,” ujarnya.

    Zulhas mengatakan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan instruksi langsung untuk memastikan harga gabah tetap berada di atas HPP, terutama menjelang dan selama musim panen raya.

    “Ini pesan dari Presiden Prabowo kemarin malam, jangan sampai menjelang panen raya gabah harganya jatuh di bawah HPP, yakni Rp6.500,” kata dia.

    Pewarta: Ahmad Rafli Baiduri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025