BUMN: Perum BULOG

  • Ada Dasco hingga Kapolri Saat Prabowo Bahas Keamanan dan Pangan Nasional di Istana
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        12 Agustus 2025

    Ada Dasco hingga Kapolri Saat Prabowo Bahas Keamanan dan Pangan Nasional di Istana Nasional 12 Agustus 2025

    Ada Dasco hingga Kapolri Saat Prabowo Bahas Keamanan dan Pangan Nasional di Istana
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden Prabowo Subianto mengadakan rapat terbatas dengan sejumlah jajarannya di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (12/8/2025).
    Momen rapat itu diunggah Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya melalui akun Instagram @sekretariat.kabinet.
    Berdasarkan foto yang diunggah, sejumlah pejabat terlihat hadir.
    Mereka adalah Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, dan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana.
    Tampak pula Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi dan Seskab Teddy.
    Begitu pun Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Herindra dan Kepala Perum Bulog Rizal Ramdhani.
    “Presiden Prabowo Subianto memanggil sejumlah tokoh ke Istana Merdeka pada Selasa malam, hadir di antaranya Wakil Ketua DPR Prof. Sufmi Dasco, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Herindra, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Prof. Dadan Hindayana, dan Kepala Perum Bulog Rizal Ramdhani,” jelas unggahan tersebut, Selasa.
    Pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut membahas sejumlah isu strategis, termasuk situasi keamanan dan ketahanan pangan nasional.
    Menurut Kepala BGN, pertemuan ini salah satunya membahas realisasi program Makan Bergizi Gratis (MBG).
    Sejauh ini, total penerima manfaat telah mencapai hampir 20 juta orang.
    Penerima manfaat tersebut dilayani oleh 5.103 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia, mencakup 38 provinsi, 502 kabupaten, dan 4.770 kecamatan.
    “Dan yang paling penting sebetulnya ada hal yang menonjol, di mana 5.103 SPPG yang sudah terdaftar dalam sistem kami dan juga 14.000 SPPG yang sekarang sedang dalam proses persiapan, itu seluruhnya merupakan kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk TNI, Angkatan Darat, Kepolisian, BIN, NU, Muhammadiyah, Kadin, APJI, dan lain-lain,” ujar Dadan.
    Dadan menambahkan, biaya pembangunan SPPG tersebut berasal dari uang para mitra.
    “Apa yang mereka sudah lakukan itu satu satuan pelayanan itu membutuhkan kurang lebih antara Rp 1,5 sampai Rp 2 miliar,” ujar Dadan.
    “Jadi, uang yang sudah beredar di masyarakat ini sudah triliun ya, sudah hampir Rp 28 triliun, dan itu adalah bukan uang APBN tetapi uang mitra,” lanjut dia.
    Sementara itu, BGN hanya fokus mengeluarkan anggaran untuk makanan MBG.
    Total anggaran yang sudah dikucurkan pemerintah untuk program MBG dengan dana APBN adalah senilai Rp 8,2 triliun.
    “Jadi, MBG sendiri sampai sekarang baru menyerap Rp 8,2 triliun yang difokuskan hanya untuk memberi intervensi gizi. Sementara satuan pelayanannya merupakan bangunan yang dibangun oleh para mitra,” ujar dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Metro Jaya gelar Gerakan Pangan Murah jelang HUT RI

    Polda Metro Jaya gelar Gerakan Pangan Murah jelang HUT RI

    Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Djati Wiyoto Abadhy saat memberikan beras kepada masyarakat yang datang ke Gerakan Pangan Murah di Lapangan Presisi Ditlantas Polda Metro Jaya, Senin (11/8/2025). ANTARA/Ilham Kausar

    Polda Metro Jaya gelar Gerakan Pangan Murah jelang HUT RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 11 Agustus 2025 – 12:57 WIB

    Elshinta.com – Polda Metro Jaya menggelar kegiatan Gerakan Pangan Murah dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia untuk membantu menstabilkan harga beras.

    “Kegiatan ini bertujuan membantu pemerintah menjaga stabilitas harga beras dan memastikan ketersediaan pasokan pangan menjelang perayaan kemerdekaan,” kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Djati Wiyoto Abadhy saat ditemui di Jakarta, Senin.

    Djati menjelaskan pada Gerakan Pangan Murah ini, petugas menjual beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) seharga Rp11 ribu per kilogram atau Rp55 ribu per kemasan 5 kg atau lebih rendah dari harga eceran tertinggi (HET) pemerintah yang sebesar Rp62 ribu.

    “Program ini akan berlangsung selama enam hari (11–16 Agustus 2025) pukul 08.00–16.00 WIB, dengan target penjualan 40 ton beras atau sekitar 6–7 ton per hari,” katanya.

    Dia mengatakan seluruh beras berasal dari pasokan Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten. Jika antusiasme masyarakat tinggi, Polda Metro Jaya akan menambah stok melalui koordinasi dengan Bulog.

    “Selain di Polda Metro Jaya, kegiatan serupa juga akan digelar di seluruh Polres jajaran mulai Rabu (13/8) hingga 16 Agustus 2025. Khusus, di wilayah Polres Metro Jakarta Utara, kegiatan akan dibuka langsung oleh Kapolri,” kata Djati.

    Sementara itu, perwakilan Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Bambang Prihatmoko, menyampaikan apresiasi kepada Polda Metro Jaya.

    “Ini bukti negara hadir di tengah kesulitan masyarakat. Polri memberikan kemudahan dan keterjangkauan akses pangan murah, sehingga warga bisa memperoleh beras berkualitas dengan harga terjangkau,” ucapnya.

    Sumber : Antara

  • Titik Soeharto Pantau Stok Beras di Gudang Bulog Makassar, Didampingi Wali Kota Appi

    Titik Soeharto Pantau Stok Beras di Gudang Bulog Makassar, Didampingi Wali Kota Appi

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin langsung mendampingi Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Soeharto bersama rombongan. Saat melakukan kunjungan kerja di Kompleks Pergudangan Panaikang, Perum Bulog Makassar, Senin (11/8/2025).

    Rombongan Komisi IV DPR RI yang berjumlah 10 anggota, dipimpin langsung oleh Siti Hediati Soeharto, meninjau langsung gudang penyimpanan dan unit pengolahan beras Bulog.

    Agenda ini bertujuan memastikan ketersediaan stok beras nasional, memeriksa proses pengemasan, dan mengevaluasi kualitas beras yang disimpan dalam jangka panjang.

    Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Abdul Kharis Almasyhari, menyampaikan bahwa stok beras di Bulog Makassar dalam kondisi penuh, bahkan sampai memerlukan sewa gudang tambahan untuk penampungan.

    “Kita masuk ke gudang-gudang Bulog, melihat langsung proses pengolahan beras untuk packaging. Kualitas beras yang sudah lama disimpan diperbaiki melalui proses pembersihan, sehingga tetap layak untuk dikonsumsi,” jelasnya.

    Menurut Abdul Kharis, unit pengolahan beras di Makassar memiliki kualitas kerja yang baik, meski kapasitasnya masih terbatas. Kapasitas pengemasan saat ini hanya sekitar 30 ton per hari.

    “Jika ada program penyaluran beras SPHP dalam jumlah besar, prosesnya bisa memakan waktu lebih lama,” tambahnya.

    Ia menjelaskan bahwa proses pengolahan beras di unit tersebut meliputi pembersihan debu dan pemisahan butir beras yang patah atau rusak akibat penyimpanan jangka panjang.

    “Beras yang kualitasnya kurang baik dikeluarkan terlebih dahulu, lalu dilakukan penyegaran. Setelah diproses, tingkat kerusakan bisa ditekan hingga hanya 15 persen,” ungkapnya.

  • Jelang HUT RI, Polda Metro Jaya gelar Gerakan Pangan Murah

    Jelang HUT RI, Polda Metro Jaya gelar Gerakan Pangan Murah

    Jakarta (ANTARA) – Polda Metro Jaya menggelar kegiatan Gerakan Pangan Murah dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia untuk membantu menstabilkan harga beras.

    “Kegiatan ini bertujuan membantu pemerintah menjaga stabilitas harga beras dan memastikan ketersediaan pasokan pangan menjelang perayaan kemerdekaan,” kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Djati Wiyoto Abadhy saat ditemui di Jakarta, Senin.

    Djati menjelaskan pada Gerakan Pangan Murah ini, petugas menjual beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) seharga Rp11 ribu per kilogram atau Rp55 ribu per kemasan 5 kg atau lebih rendah dari harga eceran tertinggi (HET) pemerintah yang sebesar Rp62 ribu.

    “Program ini akan berlangsung selama enam hari (11–16 Agustus 2025) pukul 08.00–16.00 WIB, dengan target penjualan 40 ton beras atau sekitar 6–7 ton per hari,” katanya.

    Dia mengatakan seluruh beras berasal dari pasokan Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten. Jika antusiasme masyarakat tinggi, Polda Metro Jaya akan menambah stok melalui koordinasi dengan Bulog.

    “Selain di Polda Metro Jaya, kegiatan serupa juga akan digelar di seluruh Polres jajaran mulai Rabu (13/8) hingga 16 Agustus 2025. Khusus, di wilayah Polres Metro Jakarta Utara, kegiatan akan dibuka langsung oleh Kapolri,” kata Djati.

    Sementara itu, perwakilan Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten, Bambang Prihatmoko, menyampaikan apresiasi kepada Polda Metro Jaya.

    “Ini bukti negara hadir di tengah kesulitan masyarakat. Polri memberikan kemudahan dan keterjangkauan akses pangan murah, sehingga warga bisa memperoleh beras berkualitas dengan harga terjangkau,” ucapnya.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kehadiran Bulog ubah dinamika harga dan peran tengkulak

    Kehadiran Bulog ubah dinamika harga dan peran tengkulak

    Kepala Desa Cengkuang, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Zaenal Arifin. ANTARA/Hariato.

    Petani: Kehadiran Bulog ubah dinamika harga dan peran tengkulak
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 10 Agustus 2025 – 15:52 WIB

    Elshinta.com – Pemerintah Desa Cengkuang, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengatakan kehadiran Bulog mengubah dinamika harga gabah dan peran tengkulak, memberikan perlindungan serta meningkatkan kesejahteraan petani secara signifikan.

    Kepala Desa Cengkuang Zaenal Arifin mengatakan sebelum Bulog beroperasi turun ke lapangan, tengkulak membeli gabah dengan harga sangat murah di bawah Rp5.000 per kilogram yang sangat merugikan petani.

    “Ketika Bulog nggak masuk ke sini, harga gabah jatuh sekali. Bahkan angkanya di bawah Rp5.000 per kg. Kalau sekarang harga gabah di atas Rp6.000-an,” kata Zaenal di Cirebon, Minggu.

    Ia mengatakan dengan kehadiran Bulog di desanya, saat ini gabah petani telah terserap sekitar 275 ton, petani mendapat harga lebih baik, dan tengkulak harus menaikkan harga agar tetap bisa bersaing.

    Bahkan, menurut dia, di akhir masa penyerapan Bulog pada puncak panen pertama, harga gabah naik di atas yang ditetapkan Bulog yakni Rp6.500 per kg.

    Lebih lanjut ia mengatakan kenaikan harga padi di tingkat pembeli ini otomatis berdampak positif kepada buruh tani yang mendapat upah lebih layak.

    Zaenal mengatakan kehadiran Bulog membuat tengkulak tidak bisa lagi mempermainkan harga, sehingga stabilitas ekonomi petani dan buruh tani di Cengkuang lebih terjaga.

    Kades berharap Bulog terus aktif agar harga gabah tetap terjaga, dan petani serta buruh tani bisa menikmati hasil yang lebih adil dan layak.

    “Dengan sendirinya, dengan adanya Bulog masuk ke sini, tengkulak ingin mendapatkan barang dengan cara apapun, akhirnya dia beli juga dengan harga mahal. Artinya, Bulog punya peran penting di sini untuk bagaimana harga padi kami bisa naik di tingkat pembeli,” kata Zaenal yang juga merupakan petani. 

    Menurut Zaenal, jumlah penduduk di desanya mencapai 5.600 jiwa. Dari jumlah itu petani aktif di desa ini sebanyak 169 orang, sementara sekitar 1000 penduduk lain terlibat sebagai buruh tani.

    Perum Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, menyatakan antusias petani menjual gabah meningkat signifikan saat panen raya setelah harga pembelian pemerintah (HPP) ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram yang memberikan keuntungan bagi petani.

    Kepala Perum Bulog Cirebon Ramaijon Purba mengatakan tingginya antusias petani tersebut membuat tim jemput gabah sempat kewalahan karena banyaknya permintaan petani yang mendaftar melalui Babinsa dan penyuluh untuk menjual gabah langsung ke Bulog.

    “Jadi animo petani memang luar biasa menjual gabahnya dengan harga Rp6.500 per kilogram, apalagi any quality kan? Apa adanya (gabah petani),” kata Ramaijon.

    Bulog Cirebon mencatat penyerapan gabah petani mencapai 133.624 ton setara beras hingga 31 Juli 2025, tertinggi dalam lima tahun terakhir untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP) di wilayah itu.

    Saat ini stok cadangan beras pemerintah di gudang Bulog Cirebon telah mencapai 175 ribu ton yang tersimpan aman di 10 kompleks gudang induk milik Bulog, 44 gudang filial dan empat gudang sewa dari pihak swasta di daerah tersebut.

    Sumber : Antara

  • Polres Dumai Gelar Operasi Pasar, 2 Ton Beras SPHP Diserbu Warga

    Polres Dumai Gelar Operasi Pasar, 2 Ton Beras SPHP Diserbu Warga

    Dumai

    Polres Dumai bersama Perum Bulog sukses menggelar Operasi Pasar Pangan Murah. Kegiatan yang bertujuan untuk membantu menstabilkan harga dan meringankan beban warga ini mendapat sambutan luar biasa, dengan 400 karung beras habis terjual hanya dalam waktu satu jam.

    Menurut Kapolres Dumai, AKBP Angga Febrian Herlambang, kegiatan ini adalah wujud nyata sinergi Polri dan Bulog untuk membantu masyarakat. Kegiatan ini digelar di area Car Free Night Jalan HR Soebrantas, Sabtu (9/8/2025) malam.

    “Kami memahami kondisi ekonomi masyarakat. Karena itu, Polres Dumai berinisiatif memfasilitasi pasar murah ini agar harga beras tetap stabil dan terjangkau,” ujar Angga.

    Pasar murah ini menyediakan beras Bulog SPHP kemasan 5 kilogram dengan harga hanya Rp 60.000 per karung, jauh di bawah harga pasaran. Total 2.000 kilogram beras atau 2 ton disiapkan dan ludes terjual dalam waktu singkat.

    Polres Dumai sukses menggelar operasi pasar, 2 ton beras habis terjual, Sabtu (9/8/2025) malam. Foto: dok. Polres Dumai

    Kapolres berharap, harga yang terjangkau ini bisa membantu meringankan beban warga, terutama saat harga pangan cenderung naik.

    “Kami berharap masyarakat dapat memanfaatkan jadwal ini,” imbuhnya.

    Angga juga menegaskan bahwa petugas memastikan distribusi beras berjalan merata.

    (mei/knv)

  • Ombudsman RI sebut Istilah Beras Oplosan Kurang Tepat

    Ombudsman RI sebut Istilah Beras Oplosan Kurang Tepat

    JAKARTA – Ombudsman Republik Indonesia (RI) menilai istilah beras oplosan yang belakangan ramai diperbincangkan kurang tepat digunakan.

    Menurut Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, yang terjadi di lapangan adalah praktik pencampuran (mixing) antar varietas, bentuk beras (utuh, butir patah, menir), beras lama dengan baru, maupun beras impor dengan lokal.

    “Praktik tersebut umum terjadi dan aman dikonsumsi selama tidak menyesatkan konsumen. Hal yang dilarang adalah membohongi konsumen,” tegas Yeka dalam keterangan resminya, Jumat, 8 Agustus.

    Ia menambahkan, larangan yang jelas berlaku adalah mencampur beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan beras komersial di pasaran. Dalam penegakan hukum, Ombudsman RI mendukung langkah aparat terhadap pelanggaran label, isi, dan kemasan beras.

    Namun, Yeka mengingatkan agar penindakan mengedepankan prinsip ultimum remedium dengan pembinaan dan edukasi terlebih dahulu, terutama jika perbedaan mutu tidak signifikan atau disebabkan faktor penanganan dan transportasi.

    Ombudsman juga mendorong pemerintah segera melepaskan cadangan beras Perum Bulog ke pasar demi memastikan kebutuhan masyarakat terpenuhi.

    “Beras di gudang Bulog harus segera keluar mengingat masyarakat membutuhkan ketersediaan beras, sementara pelaku usaha pun perlu diyakinkan dengan mekanime yang menjamin rasa aman agar mau menyerap beras Bulog,” ujar Yeka.

    Menurut Yeka, sebagian beras di gudang Bulog sudah berumur lebih dari satu tahun, bahkan ada yang berasal dari Februari 2024, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas.

    Untuk memperlancar distribusi, ia menyarankan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyesuaikan Peraturan Nomor 2 Tahun 2023 tentang Persyaratan Mutu dan Label Beras agar selaras dengan SNI 6128/2020.

    “Penyesuaian ini penting agar pasokan beras di pasar tetap terjaga. Ke depan, perlu ada kebijakan standar mutu beras yang memberikan insentif peningkatan kualitas produksi beras,” katanya.

  • Ombudsman Soroti Risiko Politik di Balik Kelangkaan Beras

    Ombudsman Soroti Risiko Politik di Balik Kelangkaan Beras

    Bisnis.com, JAKARTA — Ombudsman mengkhawatirkan kelangkaan beras imbas kasus beras oplosan akan melebar ke hal lain, termasuk ke ranah politik.

    Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika mengungkap kelangkaan maupun ketiadaan stok beras itu terkonfirmasi dari pertemuan yang telah dilakukan Ombudsman dengan pelaku usaha beras.

    Berdasarkan informasi yang ia terima, kelangkaan maupun ketiadaan stok beras terkonfirmasi. Di mana, penggilingan besar yang biasanya memiliki stok 30.000 ton setiap hari, kini hanya memiliki 2.000 ton.

    Padahal, Yeka menilai, ketersediaan pangan merupakan hal yang penting dibandingkan yang lain. Menurut Yeka, pemerintah harus segera mengatasi kelangkaan beras  agar tak merembet ke persoalan lain.

    “Ketersediaan pangan ini akhirnya menjadi hal penting, hal utama dibandingkan dengan hal-hal yang lainnya. Karena kalau sampai beras ini tidak ada, isunya bisa lari ke mana-mana, bisa ke persoalan politik dan lain sebagainya,” kata Yeka konferensi pers di Kantor Ombudsman, Jakarta, Jumat (8/8/2025).

    Untuk itu, Ombudsman mendorong agar pemerintah segera melepas cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog ke pasar. “Yang paling yang harus segera dirumuskan oleh pemerintah sekarang, masyarakat perlu ketersediaan beras,” ujarnya.

    Namun, Yeka menyebut pemerintah perlu menahan Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2023 (Perbadan 2/2023) tentang Persyaratan Mutu dan Label Beras, sebelum melepas CBP milik Bulog ke masyarakat.

    Sebab, ungkap Yeka, para penggilingan padi enggan menyerap gabah setara beras milik Bulog lantaran sebagian beras sudah lama tertimbun alias tak memenuhi persyaratan mutu dari Perbadan 2/2023.

    “Sebagian beras yang ada di Bulog itu, itu kan beras impor tahun lalu Ada yang berumur 1 tahun, Februari 2024, jadi sudah 1 tahun lebih. Otomatis pasti, mohon maaf, bau apek,” ujarnya.

    Di sisi lain, dalam Perbadan 2/2023 pada Pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor beras untuk diedarkan wajib memenuhi persyaratan, minimal bebas hama, bebas bau apek, asam, dan bau asing lainnya, dan persyaratan keamanan.

    “Di dalam persyaratan mutu label, pelaku usaha dilarang mengolah ataupun juga menggunakan beras apek sebagai bahan baku untuk trading beras,” jelas Yeka.

    Oleh karena itu, sambung dia, Ombudsman meminta agar Bapanas menunda pemberlakuan Perbadan 2/2023 agar beras bisa tersedia di pasar.

    “Jadi orang bolehlah tidak sesuai, tidak memenuhi semua, tidak harus memenuhi semua persyaratan. Beberapa persyaratan seperti butir patah bisa, tetapi seperti bau apek, di Bulog berasnya sudah sebagian bau apek. Kalau itu dilarang, bagaimana?“ tuturnya.

    Meski begitu, Yeka menjelaskan bahwa beras apek tersebut masih bisa diproses lagi sebab ini hanya persoalan penyimpanan.

    Stok Beras Bulog Melimpah

    Dalam catatan Bisnis, Perum Bulog mengungkap total stok yang dikuasai telah mencapai 4,2 juta ton beras per 14 Juli 2025.

    Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyatakan stok beras jumbo yang dikuasai Bulog itu terdiri dari CBP dan stok komersial.

    “Per 14 Juli 2025, itu cadangan beras pemerintah adalah totalnya 4.237.120 ton. Kemudian untuk stok komersialnya adalah 14.139 ton. Jadi total beras kita adalah sekitar 4.251.259 ton,” ujar Rizal dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2025 di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta, Senin (14/7/2025).

    Sementara itu, realisasi pengadaan gabah kering panen (GKP) telah mencapai 3,7 juta ton dan realisasi pengadaan beras sebesar 726.000 ton. Dengan demikian, total pengadaan beras dalam negeri pada 2025 mencapai 2.765.051 ton.

    “Untuk pengadaan gabah menyumbang sekitar 75% dari total realisasi pengadaan beras yang mencerminkan fokus strategis Bulog dalam mendukung petani secara langsung,” jelasnya.

    Adapun seiring dengan stok beras di gudang Perum Bulog yang menumpuk, Rizal memastikan pihaknya secara rutin melakukan perawatan setiap bulan, mulai dari fumigasi, pengemasan ulang (repackaging), hingga penyemprotan.

    Selain itu, dia juga memastikan Bulog melaksanakan standar operasional prosedur (SOP) dalam hal perawatan beras di gudang Bulog. “Supaya ini bisa long time, long term itu berasnya,” imbuhnya.

    Rizal menyebut dana yang digelontorkan Perum Bulog untuk mengelola beras di dalam gudang tergantung dari kapasitas gudang dan jumlah beras. Namun, dia enggan memberikan informasi secara detail berapa dana yang digelontorkan Bulog dalam melakukan perawatan di gudang. 

    “Gudang filial hampir di seluruh provinsi ada, karena kan jumlah yang sekarang 4,2 juta ton itu kan cukup besar. Mungkin di tempat kami juga sudah full, jadi ada beberapa pihak-pihak gudang yang rekanan dan sebagainya yang harus kita pinjam atau kita sewa,” pungkasnya.

  • Ombudsman Ungkap Beras Sisa Impor Menumpuk Setahun di Gudang Bulog

    Ombudsman Ungkap Beras Sisa Impor Menumpuk Setahun di Gudang Bulog

    Jakarta

    Ombudsman mengungkap beras sisa impor tahun lalu yang masih berada di Gudang Bulog. Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika mengatakan umur stok beras tersebut pun sudah setahun lamanya dan tidak disalurkan ke pasar.

    “Sebagian beras yang ada di Bulog itu kan beras impor tahun lalu. Ada yang berumurnya sudah 1 tahun, dari Februari 2024. Jadi sudah 1 tahun lebih, otomatis pasti mohon maaf, bau apek. Nah, sementara di dalam persyaratan mutu label, pelaku usaha dilarang mengolah ataupun juga menggunakan beras apek sebagai bahan baku untuk trading (perdagangan) beras,” kata dia dalam konferensi pers di Kantor Ombudsman RI, Jakarta, Jumat (8/8/2025).

    Menurutnya beras di gudang Perum Bulog yang sudah mengalami bau tidak sedap karena kondisi lamanya penyimpanan, tetap bisa dikonsumsi masyarakat. Namun hal itu bisa dilakukan jika beras tersebut dilakukan proses perbaikan lagi oleh Perum Bulog.

    “Lantas kalau bau apek itu, masyarakat masih bisa konsumsi. Karena bisa diolah lagi, bisa diproses lagi. Jadi jangan dipikir bahwa nanti beras apek, lantas konsumen tidak akan bisa konsumsi, tidak. Itu persoalan penyimpanan saja. Jadi itu bisa diproses lagi. Namun proses ini (terkendala) peraturan tadi, dilarang memproses yang baru apek. Akhirnya, ya, ketersediaan beras sebagai pasokan nanti berkurang,” ungkapnya.

    Dia pun mendorong Badan Pangan Nasional agar memberikan kebijakan kepada Perum Bulog untuk segera melakukan pelepasan stok tersebut ke pasaran demi menstabilkan harga.

    “Ke depan diharapkan Badan pangan Nasional lentur untuk merespons pemberlakuan Perbadan nomor 2 tahun 2023 terkait mutu beras. Terkait mutu dan label beras, kalau tidak salah agar beras bisa tersedia di pasar, beras harus segera dilepas,” terang Yeka.

    Penggilingan padi tutup, pasokan beras mulai seret

    Menurut Yeka kelangkaan beras mulai terjadi di penggilingan padi dan ritel modern. Ia mengatakan temuan ini setelah dirinya dan tim melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah penggilingan di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat.

    Dari sidak itu didapat informasi di kawasan tersebut terdapat 23 penggilingan padi. Namun sudah ada 10 penggilingan yang gulung tikar. Temuan berikutnya, stok beras di penggilingan telah menipis.

    Kondisi ini terjadi karena dua hal. Pertama karena produksi padi yang menurun dan kedua ketakutan penggilingan tersebut menjalankan usahanya. Ketakutan ini terjadi imbas pemeriksaan dari penegak hukum terkait mutu, kualitas, hingga kasus oplosan beras.

    “Stok mereka berkisar antar 5% sampai 10%. Jadi misalnya biasanya mereka punya 100 ton rata-rata stok, sekarang itu baru punya 5 ton. Jadi stok penggilingan bukan kosong lah, stoknya menipis,” ujarnya.

    Kemudian, Yeka juga telah mengundang sejumlah pelaku usaha untuk mengkonfirmasi temuan tersebut. Menurutnya, terdapat penggilingan besar yang stoknya juga menipis. Sayangnya, dia enggan menyebutkan nama penggilingan besar tersebut.

    “Ada penggilingan besar yang biasanya punya stok 30 ribu ton, stok 30 ribu ton setiap hari, sekarang tinggal 2 ribu ton. Ada yang punya 5 ribu ton, sekarang tinggal 200 ton,” ungkapnya.

    Selain kelangkaan beras di penggilingan, Yeka juga menyebut saat ini kondisi serupa terjadi di ritel modern. Menurutnya beras di rak-rak khusus beras di ritel modern mulai hilang.

    “Hari ini, tadi pagi saya terjunkan untuk melihat beras di pasar modern retail kosong, bahkan raknya sudah berganti yang tadinya rak beras, sekarang sudah berganti jadi rak aqua,” tutur Yeka.

    (ada/hns)

  • Polri-Bulog stabilkan harga beras lewat Gerakan Pangan Murah

    Polri-Bulog stabilkan harga beras lewat Gerakan Pangan Murah

    Irwasum Polri Komjen Pol. Dedi Prasetyo (kiri) bersama Direktur Utama Perum Bulog Mayor Jenderal TNI Ahmad Rizal Ramdhan (kanan) di Gedung Mabes Polri, Jakarta Selatan. (ANTARA/HO-Divisi Humas Polri)

    Polri-Bulog stabilkan harga beras lewat Gerakan Pangan Murah
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 08 Agustus 2025 – 13:25 WIB

    Elshinta.com – Polri bersama Perum Bulog bersinergi bergerak cepat dalam menstabilkan harga beras di pasaran dengan meluncurkan Gerakan Pangan Murah (GPM) secara serentak pekan depan. Irwasum Polri Komjen Pol. Dedi Prasetyo dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa peluncuran program tersebut merupakan respons atas temuan harga beras di berbagai daerah yang masih melampaui harga eceran tertinggi (HET).

    Dia menyebut, dari target 1,3 juta ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tahun 2025, realisasi baru 8 ribu ton. Maka dari itu, dibutuhkan aksi nyata lewat Gerakan Pangan Murah.

    “Fungsi Binmas Polri sebagai leading sector, wajib memastikan data stok akurat, koordinasi intensif dengan Bulog, dan penyaluran tepat sasaran. Gerakan ini akan dilombakan antarsatuan wilayah, dan yang terpenting jangan sampai terjadi penyelewengan,” katanya.

    Diterangkan Dedi, penyaluran beras SPHP akan dilakukan melalui dua skema, yaitu langsung kepada satuan wilayah ke Bulog atau via Koperasi Merah putih, Primer Koperasi Kepolisian (Primkoppol) atau Koperasi lainnya. Batas beli per konsumen ditentukan maksimal 10 kilogram, kecuali daerah 3T, Maluku, dan Papua yang menggunakan kemasan 50 kilogram.

    Dia mengatakan, seluruh proses wajib mematuhi HET zonasi dan dilarang dijual kembali. Digitalisasi distribusi akan dijamin melalui aplikasi Klik SPHP yang mengintegrasikan pengajuan, pembayaran, hingga pelaporan dalam delapan tahap dengan harga jual wajib di bawah HET dan input data pembeli.

    Dalam prosesnya, sambung dia, pengawasan akan dilaksanakan secara ketat dengan melibatkan Bhabinkamtibmas Polsek untuk sosialisasi dan pemantauan lapangan, serta tim pemantau gabungan Bulog, Polri, Pemda, Bapanas yang mengevaluasi harian via aplikasi.

    Di sisi lain, masyarakat juga mendapat akses terbuka untuk berpartisipasi melaporkan penyimpangan via hotline 110 atau aplikasi Klik SPHP. Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Mayor Jenderal TNI Ahmad Rizal Ramdhan menyambut baik kolaborasi strategis ini.

    “Dukungan Polri meningkatkan kapasitas distribusi kami. Kami siapkan 1.514 gudang berkapasitas 3,7 juta ton dan fasilitas tunda bayar 7 hari untuk Primkoppol sebagai mitra penyalur,” katanya.

    Sumber : Antara