BUMN: PDAM

  • Satpol PP Surabaya Angkut Piala, Mainan, dan Pagar TK Jalan Manukan Subur

    Satpol PP Surabaya Angkut Piala, Mainan, dan Pagar TK Jalan Manukan Subur

    Surabaya (beritajatim.com) – Sebuah bangunan Taman Kanak-Kanak (TK) yang berdiri di atas lahan Pemkot Surabaya diterbitkan oleh Satpol PP dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Surabaya, pada Jumat (24/1). Bangunan TK ini dibongkar lantaran habis masa izin sewa. Sekaligus menindaklanjuti surat permohonan bantuan penertiban (bantip) BPKAD.

    Bangunan TK memiliki luas 158,62 meter persegi itu terletak di Jalan Manukan Subur, Surabaya dan sempat dikelola oleh sebuah yayasan pendidikan, dengan izin sejak Desember 2019 – 17 Desember 2024.

    “Bangunan yayasan pendidikan ini untuk izinnya sudah tidak diperpanjang oleh Dinas Pendidikan. Sehingga, sudah tidak ada hubungan hukum lagi antara pemilik yayasan dengan Pemkot Surabaya,” ujar Kepala Satpol PP Surabaya, M Fikser, Jumat (24/1/2025).

    Penertiban Bangunan TK oleh Petugas Satpol PP Surabaya (dok. Humas Satpol PP Surabaya for beritajatim.com)

    Fikser menyampaikan bahwa proses penertiban dibantu petugas gabungan dan melibatkan perangkat Kecamatan Tanses, Kelurahan Manukan Kulon, serta RT / RT setempat.

    “Giat kami juga dibantu oleh rekan-rekan PLN dan PDAM gabungan. Karena dalam penertiban kami juga memutus aliran listrik, serta memutus aliran air pada bangunan tersebut,” jelas dia.

    Ada dua banguan yang ditertibkan oleh petugas Satpol PP. Semua bangunan tersebut dikosongkan, dengan mengangkut seluruh perabotan, termasuk meja, kursi, lemari, piala, mainan, dan bahkan pagar besi.

    “Kami keluarkan dulu barang-barang yang tersisa didalam bangunan ini. Seperti meja guru, lemari, piala, beberapa mainan serta besi pagar yang terdapat pada bangunan,” kata dia.

    Fikser menyatakan bahwa proses penertiban dilakukan dengan pendekatan persuasif dan humanis, setelah BPKAD Kota Surabaya memberikan tiga kali surat peringatan kepada pihak yayasan.

    “Kita melakukan penertiban sesuai prosedur, kami sudah bertindak persuasif, yang mana penertiban ini merupakan tindakan akhir apabila pihak-pihak yang dimohonkan tidak kooperatif,” tegas Fikser.

    “Adapun penertiban bangunan tersebut sesuai ketentuan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah,” ucapnya. [ama/but]

     

     

  • 8
                    
                        Heran Tagihan Air Disdik Rp 6,7 M, Dedi Mulyadi: Mandi Pakai Air Apa?
                        Bandung

    8 Heran Tagihan Air Disdik Rp 6,7 M, Dedi Mulyadi: Mandi Pakai Air Apa? Bandung

    Heran Tagihan Air Disdik Rp 6,7 M, Dedi Mulyadi: Mandi Pakai Air Apa?
    Editor
    KOMPAS.com
    – Sekda Provinsi Jawa Barat, Herman Suryatman menyampaikan belanja anggaran di sejumlah perangkat daerah kepada
    Gubernur Jabar
    terpilih,
    Dedi Mulyadi
    .
    Salah satu yang disampaikan adalah belanja anggaran di Dinas Pendidikan.
    Penyampaian belanja anggaran ini disampaikan Sekda Herman di Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel dan dikonfirmasi ulang
    Kompas.com
    ke Dedi Mulyadi via sambungan telepon, Kamis (23/1/2025).
    Ketika Herman menyampaikan
    tagihan air
    di Dinas Pendidikan, Dedi nampak agak heran. Musababnya, Herman mengatakan tagihan air Dinas Pendidikan mencapai Rp 6,7 miliar.
    Tagihan ini bukan dari sekolah-sekolah, melainkan dari kantor cabang Disdik hingga UPTD pendidikan.
    “Ini tagihan air PDAM berarti kan,” kata Dedi.
    Jika kantor cabang, unit Disdik, UPTD per tahun menghabiskan anggaran Rp 6,7 miliar, kata Dedi, berarti per bulannya rata-rata menghabiskan anggaran Rp 400 juta.
    “Kira-kira mandi make naon, biaya Rp 400 juta sebulan,” kata Dedi dengan nada heran.
    Menurut dia, itungan tersebut tidak rasional. “Kira-kira 400 juta
    meuli cai naon
    ?” tanya Dedi.
    Dedi tampak heran dengan anggaran ratusan juta rupiah tersebut hanya untuk tagihan air per bulan.
    “Ini kan bukan belanja air untuk sekolah. Sekolah mah kan sudah menyelenggarakan sendiri, ada dari BOS,” kata Dedi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perampok 1 Kg Perhiasan di Surabaya Diduga 4 Orang

    Perampok 1 Kg Perhiasan di Surabaya Diduga 4 Orang

    Surabaya (beritajatim.com) – Pelaku perampokan 1 kilogram perhiasan di sebuah rumah Jalan Ahmad Jais, Genteng, Surabaya pada Rabu (22/1/2025) kemarin diperkirakan dilakukan oleh 4 orang. Keempat pelaku itu menyamar sebagai petugas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya untuk melancarkankan aksinya.

    “1 orang distract nenek saya di meteran air, lalu 1 pelaku di depan pagar itu, sama 1 orang itu yang eksekusi di kamar. Lalu ada 1 orang lain yang berjaga di jalan,” kata cucu korban, Marsa Tsabitdhia, Kamis (23/1/2025).

    Marsa menjelaskan bahwa 1 kilogram lebih perhiasan yang hilang itu merupakan milik dari neneknya Hamidah (77) yang juga menjadi korban. Lalu ada milik nenek buyutnya dan saudara dari Hamidah. Barang mewah yang hilang terdiri dari emas murni, perhiasan, dan berlian.

    “Totalnya bisa sampai Rp5 miliar,” tutur Marsha.

    Dari peristiwa ini, Marsa mengaku bingung lantaran pelaku bisa langsung mengetahui lokasi emas yang disimpan oleh neneknya. Padahal, ia yang selama ini tinggal bersama  korban tidak pernah mengetahui letak penyimpanan barang mewah itu.

    “Anehnya pelaku langsung tahu. Padahal di rumah ini banyak kamarnya. Saya aja ga tahu dimana nenek saya menyimpan,” tutupnya.

    Sementara itu, Kapolsek Genteng AKP Grandika Indera Waspada mengatakan sampai saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan kepada saksi-saksi dan mendalami kasus ini. Ditanya terkait jumlah pelaku, Grandika mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan.

    “Sementara kami masih selidiki. Mohon waktu untuk tim Unit Reskrim Polsek Genteng bekerja. Nantinya kalau ada perkembangan kami akan sampaikan,” tuturnya.

    Diketahui, Lansia Surabaya Hamidah (77) warga Jalan Ahmad Jaiz 37 dirampok oleh pelaku yang mengaku sebagai karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya, Rabu (22/1/2025) pagi. Dari peristiwa itu, Hamidah kehilangan perhiasan emas lebih dari 1 kilogram.

    Hamidah menceritakan, saat itu ia dihampiri oleh 2 orang yang mengaku dari PDAM kota Surabaya. Karena setiap bulan Hamida meteran PDAM miliknya di selalu diperiksa, ia pun tidak menaruh curiga.

    “Saya sempat nanya, yang biasanya periksa kemana. Sama pelaku dijawab kalau mereka itu atasannya,” kata Hamidah saat diwawancarai Beritajatim.com di rumhanya, Rabu (22/1/2025).

    Saat sedang mengawasi salah satu pelaku yang memeriksa meteran, satu orang lainnya masuk ke rumah Hamidah tanpa diketahui. Hamidah saat itu sedang sendirian di rumah. Ia baru masuk ke rumah setelah mendengar suara telepon masuk.

    “Pas saya masuk, mau angkat telepon satu pelaku itu uda di dalam. Dia menghalang-halangi untuk saya angkat telepon. Sementara ada pelaku lagi sudah keluar dari kamar saya,” imbuh Hamidah. [ang/beq]

  • Kronologi Perampokan 5 Kg Perhiasan di Rumah Lansia Surabaya, 4 Pelaku Mengaku Petugas PDAM

    Kronologi Perampokan 5 Kg Perhiasan di Rumah Lansia Surabaya, 4 Pelaku Mengaku Petugas PDAM

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Terungkap kronologi rumah SNI (75) dan HH (77), pasutri lansia di Peneleh, Genteng, Surabaya, disatroni komplotan perampok berkedok sebagai petugas PDAM pemeriksa meteran pipa air, pada Rabu (22/1/2025) pagi. 

    Cucu pemilik rumah, Marsa Tsabitdhia menceritakan, semula seorang pelaku datang bertamu dan berlagak sebagai petugas PDAM, sekitar pukul 09.00 WIB. 

    Kedatangan si pelaku disambut oleh neneknya, karena sang kakek sedang tidur di area tengah rumah utama. 

    Neneknya sempat menanyai si pelaku yang wajahnya tak sama seperti petugas PDAM sungguhan yang biasanya memeriksa meteran pipa air di rumah selama ini. 

    Si pelaku berdalih, mereka merupakan petinggi dari petugas teknis lapangan yang biasa melakukan penanganan pemeriksaan meteran pipa air di rumah warga. 

    Jawaban tersebut tak jua melegakan rasa ragu neneknya.

    Apalagi, si pelaku masih bertanya-tanya keberadaan meteran pipa air yang lokasinya di samping rumah. 

    “Iya berlagak sebagai petugas PDAM. Menurut cerita mbah, dia datang sebagai petugas PDAM. Karena setiap bulan datang petugas. Dia masuk, tapi dia tanya posisi meteran. Lalu mbah saya tanya di mana petugas PDAM biasanya. ‘Saya bosnya,’ katanya gitu,” ujarnya saat ditemui di depan rumah, pada Rabu (22/1/2025). 

    Marsa menerangkan, rumah kakek dan neneknya itu terbagi menjadi tiga ruangan. 

    Pertama, ruangan utama rumah tempat aktivitas berkumpul keluarga dan kamar tidur. 

    Kedua, ruangan garasi yang tertutup rolling door. 

    Ketiga, ruangan terluar yang difungsikan sebagai tempat gudang dan menjemur pakaian. 

    Lanjut Marsa, para pelaku diajak oleh neneknya memasuki rumah melalui pintu rolling door garasi. 

    Kemudian, mereka diajak menuju ke ruangan ketiga sebagai tempat keberadaan meteran pipa air. 

    Setelah para pelaku menjalankan akal-akalan atau alibinya sebagai petugas PDAM yang urusannya berkutat soal meteran pipa air, mulailah mereka melancarkan niat jahatnya. 

    Si pelaku pertama berupaya menyibukkan neneknya dengan perkara kondisi meteran pipa air di samping rumah. 

    Lalu, ada pelaku kedua yang bertugas menahan engsel pintu penghubung ruangan garasi dengan ruangan tempat keberadaan. 

    Kemudian, ada seorang pelaku ketiga yang tugasnya paling krusial. 

    Ia bertugas mencuri benda berharga di dalam kamar. 

    Tapi, gerak-geriknya saat memasuki rumah tidak sempat dilihat oleh neneknya. 

    Kemudian, seorang pelaku keempat berjaga di luar rumah seraya menunggu motor sarana aksi yang mereka gunakan. 

    “Saat angkat telepon. Mbah saya dihalangi. Jadi ada pelaku yang menahan pintu. Saat pelaku sudah membolehkan mbah saya masuk. Mbah saya lihat kok ada 1 pelaku jalan keluar. Totalnya, 1 nahan pintu, 1 ajak omong, 1 masuk ke dalam, dan 1 orang jaga di sini (luar rumah),” jelasnya. 

    Marsa mengungkapkan, neneknya baru menyadari ada pelaku lain yang baru saja memasuki kamar pribadi tanpa izin, setelah sempat mengangkat telepon di ruang tengah rumah utama. 

    Neneknya itu, melihat ada seorang pria yang juga berdalih sebagai petugas PDAM abal-abal berjalan keluar perlahan seperti sedang menahan pegangan benda di dalam jaket yang sedang dikenakannya.

    Namun, neneknya tidak menyadari jika pria tersebut sedang membawa kotak perhiasan dari dalam lemari. 

    Tatkala, para pelaku sudah pergi, neneknya memeriksa kondisi lemari dalam kamar. 

    Bak ‘disambar petir di siang bolong’, ternyata kondisi lemari dalam keadaan terbuka dan kotak berisi perhiasan emas, emas batangan, dan berlian, raib. 

    “Perhiasan ada di dalam lemari kamar nenek. Bahan kayu. Perhiasan emas, berlian, ada emas batangan; emas murni. Nilai kerugian sekitar Rp 5 miliar. Total sekitar 5 kg. Pelaku menyembunyikan kotak dari dalam jaketnya. Jalannya agak kelihatan sulit gitu. Pelaku mencongkel lemari nenek,” pungkasnya. 

    Di lain sisi, menurut saksi warga sekitar, ZY, para pelaku berjumlah empat orang mengendarai dua motor. 

    Mereka sempat menunggu di depan gerbang gang atau seberang rumah korban. 

    Semula satu orang pelaku masuk seorang diri di dalam rumah. 

    Sedangkan, tiga pelaku lainnya menunggu di luar, seraya menjaga dua kendaraan motor sarana aksi mereka. 

    Lalu, pelaku pertama memanggil pelaku kedua untuk turut memasuki rumah guna menguras barang berharga.

    Setelah itu, mereka kabur meninggalkan lokasi. 

    Saksi ZY yang sedang berjualan rujak di depan rumah korban baru menyadari kalau para orang tak dikenal tersebut merupakan pelaku kejahatan, setelah korban HH keluar rumah dan melapor ke rumah Ketua RT 08.

    “4 orang. Yang 1 berhenti di sini, yang 2 di sana (depan gang), dan 1 masuk. Awalnya 1 orang masuk. Habis itu, 1 lagi masuk lagi. Iya emas 1 kotak. Ya sembarang (bentuk emasnya). Iya semuanya,” ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di lokasi. 

    Sementara itu, Kapolsek Genteng Polrestabes Surabaya, Kompol Grandika Indra Waspada membenarkan, adanya laporan kejadian pencurian emas dengan modus pelaku mengaku sebagai petugas PDAM di kawasan jalan tersebut.

    Namun, ia belum dapat berkomentar banyak.

    Karena, penyelidikan bersama Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Tim Inafis Polrestabes Surabaya untuk memburu para pelaku masih terus bergulir. 

    “Masih proses penyelidikan,” ujar mantan Kasat Lantas Polres Bangkalan itu, saat dihubungi TribunJatim.com.

  • Update Perampokan 5 Kg Perhiasan Senilai Rp 5 M di Rumah Lansia Surabaya, Cucu Korban Merasa Janggal

    Update Perampokan 5 Kg Perhiasan Senilai Rp 5 M di Rumah Lansia Surabaya, Cucu Korban Merasa Janggal

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Komplotan perampok berkedok sebagai petugas PDAM pemeriksa meteran pipa air di rumah pasutri lansia, di Peneleh, Genteng, Surabaya, diduga hafal tempat penyimpanan barang berharga korban, Rabu (22/1/2025).

    Pasalnya, seorang pelaku eksekutor perampokan satu kotak berisi lima kilogram perhiasan senilai Rp 5 miliar itu, mengetahui lokasi tempat benda tersebut disimpan, dalam waktu singkat.

    Benda kotak tersebut berada di dalam lemari kayu yang terkunci.

    Lokasinya, di dalam kamar tidur pasutri lansia berinisial SNI (75) dan HH (77).

    Namun, si pelaku eksekutor membukanya dengan cara dicongkel menggunakan alat sejenis pengungkit yang dibawa pelaku. 

    Informasi tersebut disampaikan oleh Marsa Tsabitdhia setelah mendengar cerita dari neneknya, HH yang menjadi korban, karena berhadapan langsung dengan para pelaku yang berjumlah empat orang. 

    “Pelaku mencongkel lemari nenek. Nah, anehnya kayak gitu. Kamar ada banyak. Tapi kok dia tahu tempat berharga, kok bisa tahu,” ujarnya saat ditemui di depan rumah, Rabu (22/1/2025). 

    Rumah tersebut dihuni oleh 10 orang. Terdiri dari keponakan, anak dan cucu dari pasutri lansia tersebut. 

    Biasanya, pada pagi hari, kakek dan neneknya itu, ditemani oleh dua orang asisten rumah tangga (ART). 

    Sedangkan, para kerabatnya yang lain, pergi bekerja sejak pagi dan baru pulang pada sore atau malam hari. 

    Namun, selama sepekan terakhir, kedua pasutri lansia itu, tidak ada yang menemani.

    Karena, kedua asisten rumah tangga sedang cuti untuk menunaikan ibadah umrah. 

    “Ada 10 orang yang tinggal di rumah ini. Ada pembantu 2 orang. Mereka lagi umrah. Sudah 1 mingguan umrah mereka,” katanya. 

    Saat disinggung mengenai adanya keterlibatan orang dalam, Marsa menampiknya, karena tidak ada yang tahu jika kakek dan neneknya menyimpan benda berharga itu di dalam rumah.

    Bahkan, kerabatnya. 

    “Enggak kayaknya (bukan orang dalam). Saya sendiri aja, orang dalam rumah, gak tahu kalau kotak ada di dalam lemari itu,” pungkasnya. 

    Di lain sisi, Ketua RT 08, Fathur Rahman mengaku sempat memperoleh kesaksian orang lain yang berada di dekat rumah korban. 

    Kesaksian tersebut berasal dari pedagang warung rujak yang membuka lapak di seberang rumah korban. 

    Salah satu pegawai warung rujak itu sudah mencurigai gelagat beberapa orang pria tak dikenal yang berboncengan dua motor di depan rumah korban. 

    Pria tak dikenal yang belakangan diketahui sebagai komplotan pelaku perampokan tersebut, berpenampilan layaknya preman. 

    Lalu, lanjut Fathur, mereka berjalan keluar masuk ke dalam rumah yang dihuni oleh dua orang lansia tersebut. 

    “Kalau kata rewangnya (pekerja) Bu ZY, sempat curiga dengan sosok para orang tersebut. Dia cerita ke Bu ZY, ‘buk kok mereka badannya kayak preman gitu.’ Nah, yang Bu ZY sibuk main ponsel. Lalu 3 orang sliwar-sliwer (mondar-mandir). Masuk 1 orang, lalu 2 orang,” terangnya. 

    Saking mudahnya para pelaku memasuki rumah korban, Fathur sempat mengira para pelaku juga melakukan modus gendam terhadap korban. 

    Pasalnya, si pelaku eksekutor perampokan begitu mudahnya memasuki kamar korban yang di dalamnya terdapat lemari berisi kotak perhiasan. 

    Namun, ia tak ingin berspekulasi macam-macam selama penyelidikan kepolisian masih berlangsung untuk memburu para pelaku yang jumlahnya diperkirakan lebih dari dua orang. 

    “Gak ada teriakan. Iya baru sadar saat pelaku pergi. Ya setengah digendam begitu,” pungkasnya. 

    Sementara itu, Kapolsek Genteng Polrestabes Surabaya, Kompol Grandika Indra Waspada membenarkan, adanya laporan kejadian pencurian emas dengan modus pelaku mengaku sebagai petugas PDAM di kawasan jalan tersebut.

    Namun, ia belum dapat berkomentar banyak.

    Karena, penyelidikan bersama Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Tim Inafis Polrestabes Surabaya untuk memburu para pelaku masih terus bergulir. 

    “Masih proses penyelidikan,” ujar mantan Kasat Lantas Polres Bangkalan itu, saat dihubungi TribunJatim.com.

  • Kesaksian Para Warga Saat Perampokan Rumah di Peneleh Surabaya, Curiga Penampilan Laiknya Preman

    Kesaksian Para Warga Saat Perampokan Rumah di Peneleh Surabaya, Curiga Penampilan Laiknya Preman

    Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Terungkap kesaksian warga sekitar rumah pasutri lansia di Jalan Achmad Jais, Peneleh, Genteng, Surabaya, sesaat setelah disatroni komplotan perampok berkedok sebagai petugas PDAM Surabaya pemeriksa meteran pipa air, pada Rabu (22/1/2025) pagi. 

    Akibat perampokan tersebut, satu kotak penyimpanan perhiasan emas, berlian dan batangan emas murni seberat sekitar lima kilogram bernilai sekitar lima miliar rupiah tersebut, amblas digondol empat pelaku

    Ketua RT 08, Fathur Rahman menceritakan, rumah yang berada di bahu pinggir sungai Peneleh tersebut sejatinya wilayah kawasan RT 11 yang tentunya berbeda dengan kawasan permukiman kekuasaannya. 

    Namun, lantaran kediamannya lebih dekat dengan lokasi rumah tersebut, salah satu lansia korban perampokan tersebut, berinisial HM (77) langsung berlarian tergopoh-gopoh melaporkan kejadian tersebut kepada dirinya. 

    Korban HM panik bukan kepalang selama menceritakan kejadian yang terbilang begitu cepat. 

    Berdasarkan cerita yang didengarnya langsung, lanjut Fathur, komplotan pelaku perampokan tersebut menjalankan aksi tersebut cuma hitungan menit. 

    “Sempat curiga, bu HH tanya; kok bukan petugas biasanya. Tapi dijawab, pelaku; saya penggantinya. Langsung dipersilahkan masuk,” ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di rumahnya, pada Rabu (22/1/2025). 

    Fathur mengaku belum bisa memastikan jumlah pelaku komplotan perampok rumah korban. Namun, seingatnya, jumlah sekitar tiga orang. Dan mereka membagi tugas selama beraksi. 

    Ada yang bertugas sebagai pengecoh, lalu ada yang bertugas sebagai eksekutor perampokan benda berharga di dalam rumah. 

    Dan ada yang bertugas memantau di luar rumah seraya menunggu kendaraan motor sarana aksi kejahatan tersebut. 

    “Ternyata, 1 pelaku mengecoh berlagak telepon soal saluran air yang bocor. Dan 1 pelaku langsung masuk ke kamar,” katanya. 

    Untungnya, lanjut Fathur, para pelaku tidak melakukan aksi kekerasan terhadap korban yang berusia senja tersebut. 

    Hanya saja mungkin para pelaku cuma melakukan intimidasi secara verbal. 

    Karena, Korban HH sempat dilarang untuk menghalangi pelaku yang berlagak sebagai petugas PDAM memasuki ruangan lain di rumah tersebut. 

    “Dan 1 pelaku langsung masuk ke kamar. Bu HH, mau mengejar tapi dihalang-halangi sama pelaku lainnya. Jadi setelah kejadian itu, mereka keluar rumah,” jelasnya. 

    “Baru si pemilik rumah sadar; lho kok dia masuk kamar. Akhirnya tahu kalau barangnya hilang. Bukan penyekapan. Iya diajak ngobrol terus,” tambahnya. 

    Namun, Fathur mengaku sempat memperoleh kesaksian orang lain yang berada di dekat rumah korban. 

    Kesaksian tersebut berasal dari pedagang warung rujak yang membuka lapak di seberang rumah korban. 

    Salah satu pegawai warung rujak itu sudah mencurigai gelagat beberapa orang pria tak dikenal yang berboncengan dua motor di depan rumah korban. 

    Pria tak dikenal yang belakangan diketahui sebagai komplotan pelaku perampokan tersebut, berpenampilan layaknya preman. 

    Lalu, lanjut Fathur, mereka berjalan keluar masuk ke dalam rumah yang dihuni oleh dua orang lansia tersebut. 

    “Kalau kata rewangnya Bu ZY, sempat curiga dengan sosok para orang tersebut. Dia cerita ke Bu ZY; buk kok mereka badannya kayak preman gitu. Nah, yang Bu ZY sibuk main HP. Lalu 3 orang sliwar-sliwer. Masuk 1 orang, lalu 2 orang,” terangnya. 

    Saking mudahnya para pelaku memasuki rumah korban. Fathur sempat mengira bahwa para pelaku juga melakukan modus gendam terhadap korban. 

    Pasalnya, si pelaku eksekutor perampokan begitu mudahnya memasuki kamar korban yang di dalamnya terdapat lemari berisi kotak perhiasan. 

    Namun, ia tak ingin berspekulasi macam-macam selama penyelidikan kepolisian masih berlangsung untuk memburu para pelaku yang jumlahnya diperkirakan lebih dari dua orang. 

    “Gak ada teriakan. Iya baru sadar saat pelaku pergi. Ya setengah digendam begitu,” pungkasnya. 

  • Lansia Surabaya Dirampok, Ambil Perhiasan Lebih dari 1 Kilogram

    Lansia Surabaya Dirampok, Ambil Perhiasan Lebih dari 1 Kilogram

    Surabaya (beritajatim.com) – Lansia Surabaya Hamidah (77) warga Jalan Ahmad Jaiz 37 dirampok oleh pelaku yang mengaku sebagai karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surabaya, Rabu (22/01/2025) pagi. Dari peristiwa itu, Hamidah kehilangan perhiasan emas lebih dari 1 kilogram.

    Hamidah menceritakan, saat itu ia dihampiri oleh 2 orang yang mengaku dari PDAM kota Surabaya. Karena setiap bulan Hamida meteran PDAM miliknya di selalu diperiksa, ia pun tidak menaruh curiga.

    “Saya sempat nanya, yang biasanya periksa kemana. Sama pelaku dijawab kalau mereka itu atasannya,” kata Hamidah saat diwawancarai Beritajatim.com di rumhanya, Rabu (22/01/205).

    Saat sedang mengawasi salah satu pelaku yang memeriksa meteran, satu orang lainnya masuk ke rumah Hamidah tanpa diketahui. Hamidah saat itu sedang berada bersama suaminya yang tengah sakit di rumah. Ia baru masuk ke rumah setelah mendengar suara telepon masuk.

    “Pas saya masuk, mau angkat telepon satu pelaku itu uda di dalam. Dia menghalang-halangi untuk saya angkat telepon. Sementara ada pelaku lagi sudah keluar dari kamar saya,” imbuh Hamidah.

    Setelah melakukan aksinya, ketiga orang itu langsung keluar rumah meninggalkan Hamidah tanpa aba-aba. Hamidah yang curiga lantas memeriksa kamarnya. Ketika memeriksa kamar, ia melihat ada bekas congkelan pada lemari dan remahan kayu di lantai. Ia lantas memeriksa perhiasannya. “Yang hilang itu perhiasan. Ada emas putih, emas, juga berlian total berat lebih dari 1 kilogram,” tutur Hamidah.

    Mengetahui menjadi korban perampokan, Hamidah lantas menghubungi pengurus RT. Oleh pengurus RT lantas disambungkan ke Polsek Genteng.

    Sementara itu, Kapolsek Genteng AKP Grandika Indera Waspada mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. “Iya sudah laporan. Sekarang masih kamu selidiki,” tutur Grandika. (ang/kun)

  • 3
                    
                        GOR Kridosono Dikembalikan ke Keraton Yogyakarta, Bakal Dijadikan Area Hijau
                        Yogyakarta

    3 GOR Kridosono Dikembalikan ke Keraton Yogyakarta, Bakal Dijadikan Area Hijau Yogyakarta

    GOR Kridosono Dikembalikan ke Keraton Yogyakarta, Bakal Dijadikan Area Hijau
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Perumda Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)Tirtamarta menyerahkan kembali aset berupa GOR Kridosono kepada Keraton Yogyakarta.
    Penghageng Datu Dana Suyasa, GKR Mangkubumi, mengatakan, setelah GOR Amongrogo dikembalikan ke Keraton Yogyakarta, pihaknya akan melakukan penataan kawasan itu.
    Putri pertama Sri Sultan Hamengku Buwono X ini menuturkan, kawasan Kridosono akan diubah menjadi
    green area
    atau kawasan hijau.
    “Kami akan menjadikan kawasan Kridosono sebagai kawasan hijau yang diharapkan akan mengurai kepadatan wisatawan di kawasan Malioboro,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (22/1/2025).


    GKR Mangkubumi menjelaskan, perencanaan ini juga untuk mendukung pedestrian di kawasan Malioboro dan Kotabaru.
    “Jadi di tengah kota tidak terlalu banyak bangunan. Namun, saya belum tahu bentuknya seperti apa, tapi yang jelas akan menjadi kawasan hijau,” ungkap dia.
    Sementara itu, Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Keraton Yogyakarta karena selama ini telah memercayakan pengelolaan GOR Kridosono kepada PDAM Tirtamarta.
    “Dengan pengembalian aset ini, pengelolaan GOR Kridosono sepenuhnya akan dilakukan oleh Keraton Yogya,” katanya.
    Pihaknya berharap, dengan pengembalian aset milik Keraton Yogya ini, pengelolaan GOR Kridosono akan lebih berdaya guna ke depannya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Target 1.000 Sambungan Rumah Air Bersih di Kota Banjar Belum Tercapai

    Target 1.000 Sambungan Rumah Air Bersih di Kota Banjar Belum Tercapai

    JABAR EKSPRES – Pemerintah Kota Banjar terus berupaya untuk meningkatkan ketersediaan air bersih secara merata bagi masyarakat dengan menargetkan 1000 Sambungan Rumah (SR). Namun, upaya untuk memenuhi kebutuhan ini melalui Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Instalasi Pengelolaan AIR (IPA) Situbatu Tahun 2024 belum sepenuhnya berjalan lancar.

    Progam 1.000 Sambungan Rumah (SR) ini menggunakan pendanaan dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024, hingga Januari 2025, belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat yang terdaftar sebagai penerima DAK.

    Perumdam Tirta Anom Banjar telah memprogramkan pemasangan 1.000 SR yang dibiayai DAK tahun 2024 di empat wilayah, yaitu Kelurahan Situbatu, Desa Cibeureum, Desa Jajawar, dan Desa Neglasari.

    BACA JUGA: MES Kota Banjar Tukar Gagasan dengan Wali Kota Terpilih

    Namun, hingga saat ini, menurut Kepala Desa Cibeureum, Yayan Sukirlan, program air bersih belum sepenuhnya sampai ke rumah-rumah warga di wilayahnya. Ia menambahkan bahwa wilayah Desa Cibeureum merupakan daerah yang dilintasi proyek pipanisasi terpanjang dari Balokang Patrol hingga IPA Situbatu.

    “Mudah-mudahan secepatnya setelah pekerjaan pemasangan SR selesai, program air bersih dapat segera dinikmati oleh warga Cibeureum,” ungkap Yayan, Senin 20 Januari 2025.

    Di tempat terpisah, Direktur Utama Perumdam Tirta Anom Kota Banjar, E. Fitrah Nurkamilah, menegaskan bahwa ketersediaan air bersih adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi standar kehidupan yang sehat. Ia juga menambahkan bahwa pemasangan SR yang ditanggung oleh DAK tahun 2024 ini akan digratiskan bagi masyarakat.

    BACA JUGA: MBG di Kota Banjar Tak Kunjung Dilaksanakan, Ini Penyebabnya!

    “Tahun 2024, kami memprogramkan pemasangan 1.000 SR di wilayah Kelurahan Situbatu, Desa Cibeureum, Desa Jajawar, dan Desa Neglasari,” ujarnya.

    Kasi Hubungan Langganan (Hublang) Perumdam Tirta Anom, Yogi Indriadji, menjelaskan bahwa untuk Desa Cibeureum, terdapat pengajuan pemasangan SR sebanyak 250 pelanggan. Saat ini, progres pemasangan yang telah terpasang adalah sebanyak 212 SR, sementara sisanya masih dalam proses pemasangan susulan. “Dari 250 pengajuan, yang baru terdaftar di PDAM sebanyak 125 pelanggan,” jelasnya.

    Yogi juga menegaskan bahwa keterlambatan dalam penyelesaian pemasangan SR bukan merupakan tanggung jawab Perumdam Tirta Anom, melainkan kewenangan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR). “Saat ini, Perumdam Tirta Anom sedang melakukan sinkronisasi teknis terkait data calon pelanggan, di mana pelanggan baru penerima SR DAK diharuskan sesuai dengan data by name by address,” katanya.

  • Kisah Anak Broken Home yang Kini Wujudkan Dream Home dengan KPR Bersubsidi BTN

    Kisah Anak Broken Home yang Kini Wujudkan Dream Home dengan KPR Bersubsidi BTN

    TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR – Bagi seorang pria dengan latar belakang keluarga broken home, memiliki “rumah” yang penuh kehangatan kasih sayang, dengan komposisi keluarga yang utuh, selalu menjadi impian Lorien Nurajay Oxa Gernada (27).

    Sebelas tahun lampau, saat Oxa masih duduk di bangku sekolah menengah atas di Grobogan, Jawa Tengah, kedua orang tuanya berpisah.

    Meski tak terbebas dari sedih dan gundah, saat itu Oxa sudah cukup dewasa untuk memaklumi pilihan hidup kedua orang tuanya.

    Setelah bercerai, ibu dan bapak kandung Oxa menempuh jalan masing-masing.

    Bapaknya pergi merantau ke Kalimantan.

    Sedangkan Oxa, yang selepas SMA mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan swasta di Pati, Jawa Tengah, mengajak serta ibunya untuk tinggal di daerah berjuluk Bumi Mina Tani tersebut.

    Oxa baru bisa berkumpul kembali bersama ibu dan bapaknya di satu tempat yang sama ketika dia menikahi gadis pujaannya, Elinda Febriana (24), di Kediri, Jawa Timur, pada Minggu (30/6/2024) lampau.

    Selepas menikah, pasangan muda ini mendamba untuk memiliki rumah, hunian impian tempat mereka akan membangun keluarga sakinah.

    Di sisi lain, sempat terlintas di benak Oxa dan Elinda, bahwa memiliki rumah sendiri adalah mimpi terlalu dini.

    Bagaimana tidak? Lonjakan harga properti terus melesat, tak sepadan dengan kenaikan pendapatan masyarakat yang bergerak lambat. Harga rumah tak terkejar.

    Pada 14 Januari 2025, situs web Bestbrokers.com menayangkan laporan Paul Hoffman yang menyusun peringkat negara-negara dengan harga rumah yang paling tidak terjangkau oleh masyarakat.

    Laporan tersebut membandingkan harga properti di 62 negara dengan pendapatan rata-rata penduduk mereka pada tahun 2024.

    Hasilnya, Indonesia menempati peringkat keempat tingkat ketidakterjangkauan harga rumah.

    Artinya, Indonesia adalah negara keempat di dunia yang warganya paling sulit membeli rumah setelah Turki, Nepal, dan India.

    Dengan kondisi semacam ini, membeli rumah sendiri pernah menjadi mimpian (mimpian, bukan impian, menurut KBBI: cita-cita [keinginan] yang mustahil atau susah dicapai) bagi Oxa dan Elinda yang sama-sama merupakan karyawan swasta entry-level.

    Oxa bekerja di sebuah televisi lokal di Pati. Sedangkan Elinda bekerja secara alih daya (outsourcing) di perusahaan telekomunikasi di Surakarta.

    Namun, harapan memiliki hunian impian milik sendiri kembali merekah ketika pasangan muda ini mulai mengenal program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bersubsidi.

    Program pemerintah ini memang dimaksudkan untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah membeli rumah.

    Dalam program ini, pemerintah bekerja sama dengan bank-bank yang mereka tunjuk, termasuk Bank Tabungan Negara (BTN) yang sudah lama dikenal masyarakat sebagai lembaga keuangan spesialis KPR.

    Oxa dan Elinda gembira mengetahui ada skema KPR dengan uang muka ringan, cicilan dan suku bunga flat atau tetap, dan bahkan juga menawarkan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) dari pemerintah.

    “Tapi kebimbangan kami belum selesai. Selanjutnya kami harus memutuskan hendak mengambil KPR di mana. Sebab kami setelah menikah pun masih LDR (Long Distance Relationship-red.).”

    “Saya kerja di Pati, istri kerja di Solo. Sempat galau mau beli rumah subsidi di mana,” kata Oxa pada Tribunjateng.com, Sabtu (18/1/2025).

    Setelah menyurvei beberapa perumahan bersubsidi, baik di Pati maupun Solo Raya, Oxa dan Elinda akhirnya memutuskan untuk meminang unit di Perumahan Taman Harmoni Jeruksawit, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

    “Pertimbangannya banyak. Di antaranya soal lokasi. Kasihan kalau istri saya yang seminggu sekali harus pulang-pergi ke Pati.”

    “Kalau saya, seminggu dua-tiga kali pulang ke Karanganyar masih kuat. Apalagi pekerjaan saya juga tidak menuntut untuk selalu di kantor, berbeda dari pekerjaan istri saya yang memang mengharuskan selalu duduk di balik meja kerja kantor,” jelas Oxa.

    Oxa dan Elinda juga sudah sreg dengan desain dan fitur bangunan rumah bersubsidi yang hendak mereka beli.

    Rumah berukuran 34 meter persegi dan luas tanah 60 meter persegi itu dilengkapi dua kamar tidur, ruang tengah sekaligus ruang tamu berkonsep open space yang cukup luas, kamar mandi dengan kloset jongkok, carport, area jemuran pakaian, dan yang terpenting: sudah dilengkapi dapur.

    Daya listrik sebesar 1.300 watt serta instalasi air PDAM juga sudah sangat memadai.

    Fasilitas umumnya pun tergolong lengkap, mulai dari masjid, jalan perumahan yang lebar, bahkan hingga kolam renang.

    “Jarak rumah dengan kantor istri saya di Solo juga dekat. Naik motor cuma sekitar 15 menit. Jadi sudah tidak ada yang perlu dipertimbangkan lagi. Kami sudah mantap,” ujar pria yang saat ini masih menempuh pendidikan S1 Ilmu Komunikasi di Universitas Terbuka Semarang ini.

    Langkah selanjutnya adalah memilih bank penyedia layanan KPR Bersubsidi. Setelah mempelajari dan mengumpulkan informasi serta saran dari teman-teman dan kenalan, Oxa mantap untuk memilih BTN.

    “Kata teman-teman yang ambil KPR BTN, proses dan syaratnya mudah. Selain itu, semua orang juga sudah tahu BTN memang spesialis KPR yang selama puluhan tahun sudah membantu masyarakat membeli rumah,” kata dia.

    Singkat cerita, pada September 2024, Oxa mendapat dua kabar gembira sekaligus. Pertama, pengajuan KPR subsidi atas nama istrinya telah disetujui dan setelahnya dilakukan akad KPR serta serah-terima kunci.

    Rumah impiannya berhasil dia dapatkan dengan cicilan Rp 1 jutaan per bulan dan tenor 20 tahun. Kabar gembira kedua sangat istimewa: istrinya positif hamil.

    Oxa bersyukur atas dua kabar gembira itu. Dia berkomitmen, di rumah impiannya yang terwujud ini, dia akan membangun keluarga yang harmonis, utuh, dan penuh kebahagiaan.

    Usia kandungan Elinda kini telah lima bulan. Berdasarkan hasil tes ultrasonografi (USG), jenis kelamin anaknya laki-laki. Di rumah ini, Oxa akan berupaya menghadirkan kehidupan yang bahagia untuk sang putra.

    Bagi Oxa, rumah ini bukan sekadar dream house. Lebih jauh dari itu, dia menganggap hunian barunya ini sebagai dream home.

    Menurut The Britannica Dictionary, makna house terbatas pada bangunan fisik tempat orang atau keluarga tinggal.

    Sementara, home tak hanya meliputi aspek fisik bangunan, melainkan juga aspek personal dan emosional yang melingkupi orang-orang yang tinggal di dalamnya.

    Oxa ingin, nantinya di rumah ini keluarganya bisa membangun ikatan emosional yang positif lewat kenangan-kenangan manis. Sesuatu yang sudah cukup lama dia dambakan sebagai seorang pria berlatar belakang keluarga broken home.

    Transformasi Layanan BTN menjadi “Beyond Mortgage”

    Setelah mengikuti program KPR Subsidi dari BTN, Oxa tidak hanya mendapatkan rumah baru. Lebih jauh dari itu, dia juga mendapat peluang ekonomi baru dari lingkungan tempat tinggalnya.

    Di rumah barunya, Oxa kini merintis usaha jual-beli sepeda motor bekas. Menurutnya, di Solo Raya prospek bisnis ini cukup bagus untuk pemula sepertinya.

    “Selain itu ada peluang bisnis lain. Warga perumahan ini punya grup jual-beli di WhatsApp. Di situ warga bisa menawarkan berbagai macam barang.”

    “Banyak yang menawarkan aneka makanan secara prapesan. Saya juga berencana mau jualan makanan di grup itu. Saya lihat laris-laris dagangannya,” terang dia.

    Manfaat lain yang didapat Oxa dan sang istri, Elinda, adalah kemudahan transaksi keuangan sehari-hari dengan aplikasi balé by BTN.

    Keikutsertaan dengan program KPR BTN membuat mereka diperkenalkan dengan super-app hasil transformasi aplikasi BTN Mobile tersebut.

    Selain memantau progres KPR yang pembayaran cicilannya dilakukan secara autodebet, lewat aplikasi tersebut Oxa dan Elinda juga bisa melakukan berbagai transaksi keuangan secara mudah dan cepat. Mulai dari pembayaran tagihan PDAM, pembelian token listrik, hingga berinvestasi melalui fitur reksa dana.

    Berbagai manfaat yang dirasakan Oxa dan Elinda tersebut sejalan dengan visi baru BTN untuk periode 2025-2029, yakni menjadi “Mitra Utama dalam Pemberdayaan Finansial Keluarga Indonesia”.

    Melalui visi ini, BTN bertransformasi menjadi bank dengan layanan “beyond mortgage”, artinya tidak hanya sebatas KPR.

    “Jadi ada rumah, ada keluarga, tapi bukan cuma soal KPR. Melainkan juga bagaimana mereka bayar listrik, bayar air, bayar sekolah, juga di BTN. Setelah rumah terbentuk, kami melayani semua yang dibutuhkan keluarga,” jelas Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu, dalam Rapat Kerja BTN 2025 di Jakarta, awal Januari 2025, sebagaimana dipublikasikan di situs web resmi BTN.

    Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu (istimewa)

    Tiga Juta Rumah untuk Wujudkan Impian Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    Di negeri ini, selain Oxa dan Elinda, tentu masih banyak warga terkategori Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang juga punya impian memiliki rumah.

    Boleh jadi mereka adalah pasangan muda berupah minimum, pelaku usaha mikro, atau pekerja sektor informal yang tak kesampaian membalap laju harga properti.

    Atas dasar itulah, Pemerintahan Prabowo-Gibran mencanangkan program prioritas “3 juta rumah per tahun” yang difokuskan bagi MBR.

    Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, menjelaskan bahwa program 3 juta rumah memang dilandasi keprihatinan Presiden Prabowo Subianto terhadap masyarakat yang tidak memiliki rumah karena kondisi ekonominya lemah.

    “Misinya bukan hanya membangun rumah, melainkan memberantas kemiskinan,” kata dia dalam Dialog Interaktif Sesi Kedua Program 3 Juta Rumah bertajuk ‘Gotong Royong Membangun Rumah untuk Rakyat’ yang diadakan oleh BTN bersama Kementerian PKP di Jakarta, Jumat (20/11/2024), sebagaimana dikutip btn.co.id.

    Dalam forum yang sama, Menteri PKP Maruarar Sirait mengatakan, salah satu upaya mewujudkan program 3 juta rumah per tahun adalah menambah kuota KPR bersubsidi melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2025, dari 220 ribu unit menjadi 800 ribu unit. Tenor maksimalnya pun diwacanakan untuk ditingkatkan dari 20 tahun menjadi 30 tahun agar besaran angsuran lebih terjangkau bagi MBR.

    “FLPP adalah program yang selama ini disukai semua stakeholder perumahan. Tapi masalahnya kuota terbatas. Padahal, kredit macetnya kecil sekali,” ujar dia.

    Komitmen BTN Dukung Program 3 Juta Rumah

    Sebagai bank yang berpengalaman melakukan pembiayaan KPR selama 48 tahun lebih, BTN mendukung penuh program 3 juta rumah per tahun yang dicanangkan Pemerintah demi membantu MBR memiliki rumah.

    Dalam rilisnya, BTN menyebut selama ini telah membiayai lebih dari 5 juta unit rumah, yang lebih dari 4 juta di antaranya dinikmati oleh MBR melalui KPR Subsidi.

    Bahkan, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyebut, hanya dalam kurun dua bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, perseroan telah menyalurkan KPR untuk hampir 30 ribu unit rumah.

    “Dukungan BTN terhadap Program 3 Juta Rumah terangkum dalam salah satu misi BTN pada 2025, yakni menjadi mitra utama Pemerintah dalam inklusi perumahan dan keuangan,” kata Nixon dalam Rapat Terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto dan sejumlah menteri di Istana Merdeka, Selasa (7/1/2025), sebagaimana dikutip dalam siaran pers BTN.

    Nixon menambahkan, pihaknya bersepakat dengan Pemerintah bahwa program perumahan rakyat mesti berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Dia pun menyampaikan beberapa usulan sebagai terobosan untuk mewujudkan target tiga juta rumah. Usulan-usulan tersebut meliputi perubahan skema subsidi, perpanjangan jangka waktu pembiayaan agar nominal angsuran lebih murah, serta permintaan dukungan alternatif sumber pendanaan selain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

    Program Perumahan Rakyat Wujudkan Masyarakat Adil Makmur

    Berkaca dari tujuan program tiga juta rumah, pemenuhan kebutuhan papan sebagai hajat dasar manusia memang sangat urgen demi mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Program perumahan rakyat dapat menimbulkan efek berantai yang pada gilirannya bisa merealisasikan masyarakat adil makmur, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

    Menurut pasangan Oxa dan Elinda, memiliki atap untuk bernaung dan lingkungan yang nyaman untuk ditinggali menjadi sebab ketenangan batin yang dengan sendirinya bisa memicu produktivitas.

    “Setelah punya rumah sendiri, rasanya lebih ayem, lebih tenteram. Walaupun belum lunas, ya. Tapi justru karena belum lunas itu, kerja juga jadi lebih semangat. Ha-ha-ha,” ucap Oxa diiringi tawa. (mzk)