BUMN: Citilink

  • Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia, Citilink Tanam Pohon di Lingkungan Sekolah

    Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia, Citilink Tanam Pohon di Lingkungan Sekolah

    Fajar.co.id, Tangerang – Maskapai penerbangan Citilink menegaskan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan melalui kegiatan penanaman pohon yang dilakukan di SDN Kampung Kelor 3, Kabupaten Tangerang, Banten, dalam rangka Hari Menanam Pohon Indonesia pada Jumat (28/11/2025).

    Dalam kegiatan ini, jajaran direksi Citilink turut hadir dan berpartisipasi dalam proses penanaman pohon bersama kepala sekolah serta tenaga pengajar SDN Kampung Kelor 3. Kegiatan ini menjadi simbol kolaborasi sekaligus komitmen bersama dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan.

    Direktur Utama Citilink Darsito Hendroseputro menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan perusahaan dalam mendorong terciptanya lingkungan yang hijau dan sehat, khususnya di lingkungan sekolah.

    “Citilink berupaya memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat dan lingkungan. Kegiatan penanaman pohon ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat ekologis jangka panjang, tetapi juga mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga bumi sejak dini.”

    Selain penanaman pohon, Citilink juga memberikan edukasi lingkungan kepada siswa yang bertujuan untuk menanamkan kesadaran tentang perubahan iklim, pentingnya pelestarian alam, serta peran generasi muda dalam menjaga kelestarian lingkungan.

    Inisiatif ini merupakan kelanjutan dari komitmen keberlanjutan Citilink, setelah sebelumnya perusahaan melakukan penanaman bibit Mangrove di Makassar, Tangerang, dan Semarang. Melalui rangkaian kegiatan ini, Citilink terus memperkuat peran aktifnya dalam mendukung pelestarian lingkungan serta menciptakan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat dan ekosistem di sekitar wilayah operasionalnya.

  • Garuda Buka-bukaan Suntikan Modal Rp 23 T hingga Operasikan 78 Pesawat

    Garuda Buka-bukaan Suntikan Modal Rp 23 T hingga Operasikan 78 Pesawat

    Jakarta

    PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengoperasikan 78 armada hingga Oktober 2025. Tercatat sebanyak 58 pesawat dalam kondisi serviceable. Kemudian untuk armada yang dikelola anak usaha Garuda, PT Citilink Indonesia mengoperasikan 64 armada dengan 32 pesawat serviceable.

    Garuda Grup terus mengakselerasi kinerja armada melalui dukungan shareholder loan (SHL). Melalui langkah ini, serviceability armada Garuda lebih dari 13 pesawat.

    Sementara itu, Citilink akan mereaktivasi 9 pesawat sejak bulan September lalu. Artinya, pada akhir 2025 jumlah armada siap operasi Citilink akan mencapai 36 pesawat.

    “Dengan terjaganya serviceability pesawat baik di Garuda Indonesia maupun Citilink, kami melihat momentum pemulihan yang semakin solid,” ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny Kairupan, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/11/2025).

    Suntikan Modal Rp 23 Triliun

    Glenny menjelaskan, peningkatan kapasitas ini menjadi indikator kuat atas transformasi yang berjalan on the track. Belum lama ini, perseroan menerima penyertaan modal dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rp 23,67 triliun.

    Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025, dana segar tersebut akan dialokasikan untuk memperkuat modal kerja dan pemeliharaan armada sebesar Rp 8,7 triliun. Sementara Rp 14,9 triliun digunakan Citilink untuk kebutuhan modal kerja dan penyelesaian kewajiban pembelian avtur periode 2019-2021.

    Saat ini, Garuda telah menghubungkan 38 destinasi domestik melalui 52 rute, serta 15 destinasi internasional melalui 20 rute. Konektivitas ini didukung jaringan kemitraan strategis yang mencakup 21 codeshare partners dan 70 Special Prorate Agreements, sehingga membuka akses hingga 1.228 rute global.

    “Garuda Indonesia juga turut mempertahankan peringkat idBBB stable outlook, yang sekaligus menegaskan ketahanan finansial, keberlanjutan operasional, serta komitmen Garuda Indonesia sebagai grup penerbangan nasional,” jelasnya.

    Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Oentoro, menjelaskan Garuda Grup fokus pada sejumlah agenda strategis untuk memperkuat daya saing dan transformasi kinerja. Fokus ini mencakup optimalisasi jaringan dan rute penerbangan, optimalisasi frekuensi dengan basis profitabilitas yang sustain, melalui segmentasi charter, ancillary revenue, hingga optimalisasi keterisian kursi melalui strategic pricing yang presisi.

    Selain itu, Garuda Grup juga fokus pada profitabilitas dan fondasi tata kelola dan kinerja yang berkelanjutan. Dengan tata kelola yang kuat dan fokus bisnis, perseroan percaya akan berdiri sebagai maskapai dengan nilai tambah tinggi.

    “Kekuatan kinerja operasional harus berjalan seiring dengan governance excellence, disiplin finansial, accountability business process dan penguatan value creation. Setiap inisiatif operasional harus menghasilkan added value yang terukur-baik bagi pengguna jasa, investor, maupun ekosistem aviasi nasional,” jelas Thomas.

    (ahi/ara)

  • Garuda Ungkap 34 Pesawat Tidak Terbang

    Garuda Ungkap 34 Pesawat Tidak Terbang

    Jakarta

    PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat puluhan unit pesawat yang belum bisa terbang hingga saat ini. Puluhan pesawat tersebut termasuk milik anak usaha Garuda, yakni PT Citilink Indonesia.

    Wakil Direktur Garuda Indonesia, Thomas Sugiarto Oentoro, mengungkap saat ini terdapat 34 pesawat dari grup Garuda Indonesia yang masih dalam kondisi grounded.

    “Itu kurang lebih 34 pesawat yang masih grounded,” kata Thomas dalam acara Public Expose secara virtual, Kamis (27/11/2025).

    Namun, ia tak menyebut lebih lanjut nasib puluhan unit pesawat tersebut jelang akhir tahun ini. Meski begitu, mayoritas pesawat milik perseroan dipastikan terbang pada Desember.

    Direktur Teknis Garuda Indonesia, Mukhtaris menjelaskan Citilink akan mengoperasikan 31 pesawat pada Desember. Total pesawat yang dimiliki Citilink sebanyak 56 armada, terdiri dari 49 Airbus A320neo dan tujuh unit ATR.

    “Per awal Desember ini Citilink sendiri sudah menerbangkan kurang lebih 31 pesawat, dari total mereka punya 49 (jenis) A320neo plus tujuh (jenis) ATR. Jadi, total 56 pesawat,” jelasnya.

    Saat peak season, pesawat Citilink diperkirakan bertambah menjadi 38. Sementara pesawat Garuda yang beroperasi 58 dari total 72 armada.

    “Sementara dengan Garuda sendiri, kita maintain menerbangkan 58 pesawat dari total 72 pesawat kita,” pungkasnya.

    Tonton juga video “Garuda Indonesia Bakal Pangkas Rute yang Gak Untungin!”

    (ahi/ara)

  • Citilink Reaktivasi 1 Armada Tambahan, Efek Suntikan Danantara?

    Citilink Reaktivasi 1 Armada Tambahan, Efek Suntikan Danantara?

    Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan PT Citilink Indonesia mereaktivasi satu armada tambahan, sehingga total armada yang saat ini beroperasi mencapai 31 unit. 

    Direktur Utama Citilink Darsito Hendroseputro Langkah ini merupakan bagian dari program reaktivasi armada yang tengah dijalankan perusahaan untuk memperkuat kapasitas operasional dan meningkatkan layanan kepada pelanggan.

    “Penambahan armada operasional ini memberi momentum penting bagi Citilink untuk memperluas jaringan dan memperkuat keandalan layanan,” kata Darsito dalam keterangan resmi, Jumat (21/11/2025).  

    Proses reaktivasi telah dilakukan oleh GMF AeroAsia melalui proses pemeliharaan secara menyeluruh, inspeksi ketat, serta pemenuhan seluruh standar yang ditetapkan oleh regulator untuk memastikan keamanan dan kesiapan pesawat sebelum kembali beroperasi.

    Langkah ini menjadi bentuk kolaborasi strategis antara Garuda Indonesia Group dalam menjaga kualitas dan mendukung operasional penerbangan secara optimal.

    Pada tahun ini, program reaktivasi armada Citilink ditargetkan dapat mencapai 36 pesawat beroperasi. Meningkat signifikan dari 21 pesawat pada pertengahan tahun. 

    “Pencapaian ini menunjukkan progres positif dari rangkaian perbaikan dan upaya pemulihan yang terus dilakukan oleh perusahaan,” tulis Darsito. 

    Darsito menekankan, keberhasilan reaktivasi armada ini juga membuka ruang bagi Citilink untuk menyesuaikan kapasitas penerbangan, memperluas jaraingan, serta meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. 

    Citilink akan terus melanjutkan program reaktivasi armada secara bertahap sesuai rencana, sekaligus memastikan seluruh proses pemeliharaan dan perawatan dilakukan sesuai standar keselamatan penerbangan yang berlaku.

    Dapat Modal Rp14,9 Triliun

    Adapun, langkah ini hadir bertepatan dengan tak lama setelah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menyalurkan Rp14,9 triliun suntikan dana dari Danantara.

    Para pemegang saham menyetujui suntikan penyertaan modal sebesar Rp23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management (Persero). Penyertaan modal dilakukan dengan setoran modal tunai sebesar Rp17,02 triliun serta konversi utang pinjaman pemegang saham sebesar Rp6,65 triliun. 

    Sebagian besar dari hasil penambahan modal tersebut akan disalurkan kepada Citilink sebagai peningkatan modal. 

    Diperinci, sebanyak 47,45% dari total modal atau setara dengan Rp11,23 triliun akan digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional Citilink, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat Citilink. 

    Dana tersebut berasal dari konversi SHL senilai Rp4,82 triliun dan Rp6,40 triliun berasal dari setoran modal tunai.

    Sekitar 15,77% atau Rp3,73 triliun yang seluruhnya berasal dari setoran modal tunai, bakal digunakan untuk melakukan pembayaran atas seluruh utang pokok pembelian bahan bakar pesawat Citilink.

    Utang tersebut dimiliki Citilink kepada Pertamina dengan nilai US$225 juta dalam perjanjian antara Pertamina dengan Citilink pada 8 Desember 2023.

  • Citilink reaktivasi armada tambahan perkuat layanan

    Citilink reaktivasi armada tambahan perkuat layanan

    Penguatan armada operasional ini merupakan momentum penting bagi Citilink untuk memperluas jaringan dan memperkuat keandalan layanan

    Tangerang, Banten (ANTARA) – Maskapai penerbangan nasional Citilink mereaktivasi armada tambahan sebagai upaya memperkuat kapasitas operasional dan meningkatkan layanan kepada pelanggan.

    “Penguatan armada operasional ini merupakan momentum penting bagi Citilink untuk memperluas jaringan dan memperkuat keandalan layanan,” kata Direktur Utama Citilink Darsito Hendroseputro di Tangerang, Banten, Jumat.

    Menurut dia, dengan reaktivasi armada tambahan ini meningkatkan kapasitas dengan total pesawat yang saat ini beroperasi mencapai 31 unit.

    “Langkah ini merupakan bagian dari program reaktivasi armada tambahan yang tengah dijalankan perusahaan untuk memperkuat kapasitas operasional dan meningkatkan layanan kepada pelanggan,” jelasnya.

    Darsito menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam reaktivasi, termasuk tim teknis, operasional serta mitra strategis perusahaan.

    “Kami terus menjaga komitmen untuk memberikan pengalaman terbang yang aman, nyaman dan tepat waktu bagi seluruh pelanggan,” ujarnya.

    Proses reaktivasi armada tambahan telah dilakukan oleh GMF AeroAsia melalui proses pemeliharaan secara menyeluruh, inspeksi ketat, serta pemenuhan seluruh standar yang ditetapkan oleh regulator untuk memastikan keamanan dan kesiapan pesawat sebelum kembali beroperasi.

    Langkah ini menjadi bentuk kolaborasi strategis antara Garuda Indonesia Group dalam menjaga kualitas dan mendukung operasional penerbangan secara optimal.

    Ia mengatakan Program Reaktivasi Armada Citilink ditargetkan dapat mencapai 36 pesawat beroperasi hingga akhir tahun, meningkat signifikan dari 21 pesawat pada pertengahan tahun.

    “Pencapaian ini menunjukkan progres positif dari rangkaian perbaikan dan upaya pemulihan yang terus dilakukan oleh perusahaan,” tuturnya.

    Ia mengungkapkan atas keberhasilan reaktivasi armada ini juga membuka ruang bagi Citilink untuk menyesuaikan kapasitas penerbangan, memperluas jejaring, serta meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan.

    “Citilink akan terus melanjutkan program reaktivasi armada secara bertahap sesuai rencana, sekaligus memastikan seluruh proses pemeliharaan dan perawatan dilakukan sesuai standar keselamatan penerbangan yang berlaku,” kata dia.

    Pewarta: Azmi Syamsul Ma’arif
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pesawat Garuda Indonesia Grup Banyak Nganggur, Danantara: Beban Jalan Terus

    Pesawat Garuda Indonesia Grup Banyak Nganggur, Danantara: Beban Jalan Terus

    Liputan6.com, Jakarta Danantara Asset Management (DAM) menyoroti banyaknya pesawat dalam grup Garuda Indonesia yang tidak bisa terbang atau grounded. Kondisi ini menjadi beban biaya karena ada sewa yang harus dibayarkan.

    Managinf Director Business-3, Danantara Asset Management, Febriany Eddy pesawat Garuda Indonesia itu memerlukan perbaikan. Belum diperbaikinya pesawat membebani keuangan perusahaan.

    “Ketika pesawat grounded, tidak ada revenue, sementara fixed cost terus berjalan. Semakin lama penundaan, semakin besar pula ‘lubang’ yang harus ditutup,” ungkap Febriany dalam keterangan resmi, Selasa (18/11/2025).

    Maka, perbaikan pesawat, baik Garuda Indonesia dan Citilink menjadi prioritas saat ini. Harapannya, hal itu bisa mengembalikan armada untuk kembali mengudara.

    Febriany menuturkan ada empat pilar utama dalam transformasi Garuda Indonesia. Diantaranya, peningkatan layanan pelanggan, pengembangan model bisnis yang adaptif, penguatan operasional berbasis keselamatan dan keandalan, serta modernisasi teknologi untuk mendukung efisiensi.

    “Danantara Indonesia berkomitmen penuh mendukung Garuda Indonesia. Namun, dalam proses transformasi ini, komitmen penuh dari Danantara Indonesia bukan ‘free lunch’. Bersama manajemen Garuda Indonesia, kami akan mengawal seluruh proses hingga tuntas,” tambah Febriany.

     

  • Dua Maskapai Murah Negeri Jiran Terbaik di Dunia, Gimana Citilink–Lion Air?

    Dua Maskapai Murah Negeri Jiran Terbaik di Dunia, Gimana Citilink–Lion Air?

    Bisnis.com, JAKARTA – Skytrax merilis daftar 20 maskapai berbiaya rendah (low-cost carriers/LCC) terbaik dunia tahun 2025.

    Adapun, dua maskapai dari Negeri Jiran yaitu Singapura dan Malaysia berada di puncak daftar tersebut.

    Sementara itu, berada di kelas yang sama, dua maskapai dari Indonesia yaitu Lion Air dan Citilink tak masuk daftar.

    Dilansir dari laman Skytrax, maskapai asal Malaysia, AirAsia dinobatkan sebagai Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah Terbaik Dunia selama 16 tahun berturut-turut pada tahun 2025, sedangkan maskapai Singapura, Scoot dinobatkan sebagai Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah Jarak Jauh Terbaik Dunia.

    Kemudian, Eurowings sebagai Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah Terbaik di Eropa, dan Allegiant Air sebagai Maskapai Penerbangan Berbiaya Rendah Terbaik di Amerika Utara.

    Daftar 20 Maskapai Low-Cost Terbaik versi Skytrax

    AirAsia
    Scoot
    IndiGo
    Eurowings
    Vueling Airlines
    Volotea
    Transavia France
    Iberia Express
    Flynas
    EasyJet
    Ryanair
    Jet2.com
    HK Express
    flyDubai
    Allegiant Air
    airBaltic
    JetSMART Airlines
    SKY Airline
    FlyArystan
    Jetstar Airways

  • Pesawat Garuda Indonesia Grup Banyak Nganggur, Danantara: Beban Jalan Terus

    Danantara Pastikan Merger Pelita Air-Garuda Indonesia Biar Tak Jadi Kanibal

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) masih mengkaji penggabungan atau merger Pelita Air dengan Garuda Indonesia. Langkah konsolidasi itu dipastikan tak saling kanibal.

    Managing Director Danantara, Febriany Eddy menyampaikan penggabungan Pelita-Garuda itu bagian dari penataan bisnis BUMN berdasarkan sektornya. 

    “Enggak lucu juga kalau pelita ada di sektor sendiri kan pelita adalah bagian dari airline business. Tadi kuncinya adalah dalam rencananya pasti akan dipastikan untuk tidak saling kanibal,” ungkap Febriany dalam temu media di Wisma Danantara, Jakarta, dikutip Sabtu (15/11/2025).

    Dia menegaskan, konsep itu berlaku untuk semua BUMN. Pada sektor aviasi, Garuda Indonesia dan Citilink pun diminta tidak saling memakan pasar konsumennya. 

    Sehingga, konsolidasi yang nanti dilakukan pada Garuda Indonesia dan Pelita Air untuk menghapus persaingan antarBUMN dan memastikan segmen konsumennya.

    “Yang jelas bagian dari streamline dan konsolidasi adalah menghapus internal competition dan saling kanibal itu. Jadi segmen mesti jelas, target mesti jelas,” kata dia.

    Saling Melengkapi

    Febriany menyampaikan, ada sejumlah praktik yang perlu diadopsi oleh para maskapai pelat merah. Tak hanya dari Garuda Indonesia grup ke Pelita Air, tapi juga sebaliknya.

    “Justru menurut saya banyak sekali best practice di Pelita yang harus di copy ke yang lain. Likewise ada best practice di Citilink dan Garuda yang harus menjadi manfaat dari Pelita. Jadi disitu kita saling memperkuat diri,” tuturnya.

    Sementara itu, terkait segmentasihya, Febriany belum memberikan bocoran. “Nah bagaimana segmentasinya, brandingnya itu tunggu lah, tunggu. Kan ini kan harus di eksekusi dulu baru kemudian pun dilakukan,” tandasnya.

  • Banyak Pesawat Grounded jadi Beban Keuangan Garuda Indonesia

    Banyak Pesawat Grounded jadi Beban Keuangan Garuda Indonesia

    JAKARTA – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara mengungkapkan banyaknya pesawat yang grounded alias menganggur menjadi salah satu penyebab utama tertekannya keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

    Managing Director Holding Operasional BPI Danantara Febriany Eddy mengungkapkan kondisi ini tidak hanya terjadi pada armada Garuda Indonesia, tetapi juga anak usahanya yakni Citilink Indonesia.

    Febriany bilang jumlah terbesar armada yang grounded berasal dari Citilink Indonesia. Kata dia, pesawat yang tidak beroperasi itu justru menciptakan beban ganda bagi maskapai.

    “Kalau pesawat grounded, di airlines itu dia double hit. Karena dia grounded, dia tidak punya revenue, tidak ada pendapatan, karena dia tidak bisa terbangkan,” katanya di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat, 14 November.

    Menurut Febriany, semakin lama armada dibiarkan tidak beroperasi, semakin besar tekanan terhadap laporan keuangan Garuda Indonesia.

    “Di satu sisi, sewa pesawatnya jalan terus, fixed cost-nya jalan terus,” ucapnya.

    Sekadar informasi, hingga kuartal III-2025, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian 182,53 juta dolar AS atau sekitar Rp3,03 triliun (asumsi kurs Rp16.650 per dolar AS), naik 39,3 persen dibanding periode sama di tahun lalu yang rugi 131,22 juta dolar AS atau sekitar Rp2,18 triliun.

    Melihat tekanan tersebut, Danantara menjadikan reaktivasi pesawat grounded sebagai salah satu prioritas utama dalam transformasi perusahaan maskapai pelat merah itu.

    Danantara sebelumnya telah menyalurkan shareholder loan senilai Rp6,65 triliun pada Juni 2025, dan yang terbaru menambah suntikan modal Rp23,67 triliun melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).

    Menurut Febriany, porsi terbesar dari pendanaan itu dialokasikan khusus untuk pemeliharaan atau maintenance armada Garuda Indonesia dan anak usahanya, Citilink.

    “Dari angka yang kita masukkan ke Garuda kemarin, sebagian besar adalah untuk maintenance, perawatan. Karena Garuda saat ini punya banyak sekali pesawat yang grounded, tidak bisa terbang, karena mereka belum melakukan maintenance yang diperlukan,” katanya.

    Dia berharap, program pemulihan armada ini dapat memastikan pesawat-pesawat yang sebelumnya grounded kembali mengudara pada tahun depan.

    Pengaktifan kembali armada tersebut akan dibarengi dengan penataan ulang rute penerbangan, sehingga operasi Garuda dan Citilink lebih terarah pada rute-rute potensial yang memberikan kontribusi terbesar sekaligus memperkuat konektivitas nasional.

    “Target kita adalah tahun depan itu semua pesawat yang hari ini grounded aircraft, semua bisa terbang. Tentu ini secara gradual ya,” ucap Febriany.

  • Bos Garuda Sebut Tambahan Modal Buat Maskapai Modern dan Reliable

    Bos Garuda Sebut Tambahan Modal Buat Maskapai Modern dan Reliable

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Danantara Asset Management (DAM) memberikan tambahan modal sebesar Rp 23,67 triliun kepada Garuda Indonesia untuk memperkuat transformasi bisnis maskapai pelat merah tersebut.

    Direktur Utama Garuda Indonesia Glenny H Kairupan menyampaikan suntikan modal ini merupakan tonggak penting dalam mempercepat agenda perubahan Garuda Indonesia dan mencerminkan keyakinan pemerintah terhadap arah strategis pemulihan yang tengah ditempuh perusahaan.

    “Penyertaan modal ini menunjukkan kepercayaan terhadap visi jangka panjang kami untuk mewujudkan maskapai nasional yang sehat, tangguh, dan berdaya saing global,” ujar Glenny seperti dilansir dari Antara.

    Tambahan modal tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar di Gedung Manajemen Garuda Indonesia, Tangerang, Rabu (12/11/2025). Rapat yang dihadiri pemegang saham mewakili 75,88% total saham itu menandai fase baru Garuda di bawah kepemimpinan Glenny, dari tahap pemulihan menuju pertumbuhan dan peningkatan daya saing internasional.

    Glenny menjelaskan bahwa dana disalurkan melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD), terdiri atas setoran tunai Rp 17,02 triliun dan konversi utang Rp 6,65 triliun.

    Dari total Rp 23,67 triliun tersebut, sekitar Rp 8,7 triliun (37%) dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja, termasuk pemeliharaan pesawat dan peningkatan layanan. Sementara Rp 14,9 triliun (63%) digunakan untuk memperkuat operasional Citilink, antara lain pelunasan kewajiban bahan bakar kepada Pertamina untuk periode 2019–2021.

    Ia menegaskan suntikan modal akan memperkuat struktur permodalan dan memastikan keberlanjutan pencatatan saham Garuda Indonesia di Bursa Efek Indonesia. “Dengan permodalan yang lebih solid, kami dapat meningkatkan keandalan operasional dan kesiapan armada untuk menghadirkan layanan penerbangan yang lebih modern dan reliable,” ujarnya.

    Glenny menilai dukungan Danantara merupakan bukti sinergi kuat antara pemerintah dan manajemen dalam mempercepat proses pemulihan Garuda Indonesia.