BUMN: BRI

  • Optimisme BRI pada Kebijakan Ekonomi di Era Pemerintahan Baru

    Optimisme BRI pada Kebijakan Ekonomi di Era Pemerintahan Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mengungkapkan strategi dan langkah yang diambil perseroan dalam mendukung kebijakan pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Seperti diketahui, kebijakan ekonomi presiden ke-8 Indonesia itu akan berfokus pada hilirisasi, pembangunan, dan energi.

    Hilirisasi bakal mengarah pada bahan tambang mineral dan produk-produk pertanian, seperti minyak kelapa sawit. Kemudian pemerintah juga akan fokus pada kebijakan yang mengarah pada swasembada pangan dan energi.

    Terkait kebijakan pemerintah itu, Direktur Utama BRI Sunarso memaparkan dua kerangka. Pertama adalah kerangka tujuan nasional, yang mana bank itu rutin melakukan analisis terkait. Kerangka kedua, BRI menganalisa dari sisi peluang bisnis atas kebijakan pemerintah.

    “Berdasarkan analisis kami, pasti ada data-data yang kita analisis, hasilnya adalah sebagai berikut. Pertama, jika Indonesia ingin keluar dari middle income trap, maka ekonomi kita, GDP (produk domestik bruto} kita, harus tumbuh minimal 6%, menurut hitungan BRI,” ucap Sunarso pada saat Konferensi Pers Paparan Kinerja BRI kuartal III-2024 secara virtual, Rabu (30/10/2024).

    Sementara itu, target pertumbuhan ekonomi pemerintah adalah 8%, melebihi hasil analisis BRI. Hal itu menunjukkan bahwa target keduanya sudah sinkron dalam mencapai tujuan keluar dari perangkap pendapatan menegah.

    Sunarso mengatakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6%, faktor dominan yang menjadi penentu adalah human capital.

    “Setelah kita sampai pada kesimpulan human capital, lalu apa basis yang harus kita kerjakan untuk meningkatkan kualitas human capital tersebut? Ternyata, faktor pangan, baik ketersediaannya maupun kualitasnya. Jadi, sesuai dengan apa yang dicita-citakan pemerintah, program pemerintah, maka fokuslah pada swasembada pangan,” pungkas Sunarso.

    Dalam mendukung swasembada pangan, Sunarso mengatakan ketersediaan dan kecukupan nutrisi perlu dipastikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kemudian, masyarakat juga dapat memperoleh pendidikan-pendidikan, dalam upaya menciptakan kualitas human capital yang baik.

    Sementara terkait hilirisasi bidang energi, Sunarso mengatakan hal itu pasti akan meningkatkan perputaran ekonomi.

    “Maka menurut kami di BRI, baik kajian yang dilakukan secara internal BRI maupun yang mungkin dibuat oleh pemerintah, sebenarnya tidak ada perbedaan sama sekali. Sudah sesuai dalam rangka-kerangka tujuan ekonomi nasional,” tandasnya.

    Kerangka kedua, BRI menganalisa dari sisi peluang bisnis atas kebijakan pemerintah. Hilirisasi berarti proses penciptaan nilai tambah produk-produk tambang maupun produk-produk agrikultur di dalam negeri.

    “Setiap proses penciptaan nilai tambah akan berdampak pada kemampuan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Dan itu artinya akan ada distribusi pendapatan yang lebih baik, serta meningkatkan nilai produk yang selama ini dijual dalam bentuk bahan mentah menjadi lebih tinggi karena sudah melalui sentuhan teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain,” jelas Sunarso.

    Maka, lanjut dia, itu akan mendorong penyerapan tenaga kerja, meningkatkan produktivitas, dan memacu pertumbuhan.

    “Bank pasti akan menikmati bisnis dari peningkatan distribusi pendapatan, serta pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari aktivitas menghilirkan produk-produk tambang maupun produk-produk agrikultur. Jadi itu merupakan peluang bisnis yang luar biasa,” ungkapnya.

    Sunarso mencontohkan proses panen produk kelapa sawit, yang kemudian diproduksi menjadi minyak sawit, oleokimia, atau produk-produk komestik. Jika terjadi di dalam negeri, maka proses nilai tambah akan berada di dalam negeri. Kemudian dijual, diekspor, maupun di dalam negeri, Sunarso mengatakan itu akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sama halnya dengan hilirisasi produk-produk pangan yang juga berkaitan dengan penyediaan makanan bergizi.

    “Singkat cerita, dari kerangka tujuan pembangunan nasional, analisisnya memang akan berfokus pada peningkatan kualitas human capital antara lain membutuhkan swasembada pangan dan energi. Dalam kerangka bisnis, proses penghiliran baik produk tambang maupun produk agrikultur akan meningkatkan aktivitas ekonomi dan memeratakan pendapatan. Itu adalah peluang bisnis bagi perbankan,” jelas Sunarso.

  • 92 Persen Penyaluran KUR Dilakukan Bank BUMN

    92 Persen Penyaluran KUR Dilakukan Bank BUMN

    Jakarta, Beritasatu.com – Pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) masih didominasi oleh bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, 92% pembiayaan KUR dilakukan oleh bank BUMN dengan nilai Rp 1.088 triliun (2020-2023), sedangkan 8% sisanya oleh bank swasta dan lainnya.

    Erick menyampaikan, pemerintah saat ini juga sedang mengkaji target penyaluran KUR pada 2025 untuk sektor pertanian dan ketahanan pangan sebesar Rp 200 triliun-Rp 300 triliun. 

    “Sesuai track record sebelumnya, yaitu 1.088 triliun, ini angkanya mirip-mirip yang kita dorong,” kata Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (4/11/2024). 

    Anak usaha Bank Rakyat Indonesia, yaitu Permodalan Nasional Madani (PNM) juga telah meluncurkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) untuk pembiayaan kepada perempuan dari keluarga prasejahtera dengan rentang Rp 2 juta-Rp 5 juta. 

    “Penerima program Mekaar hingga Agustus 2024 sebanyak 21,2 juta nasabah dengan total penyaluran pembiayaan mencapai Rp 282 triliun,” kata Erick.

    Selain itu, program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) juga mampu menguatkan ekosistem tanaman kopi yang terintegrasi dari hulu ke hilir, meliputi distribusi pupuk nonsubsidi, penyediaan benih unggulan, asuransi pertanian, pembiayaan modal kerja, hingga penyediaan offtaker oleh BUMN dan swasta. 

    “Hingga September 2024, lahan kopi program Makmur mencapai 12.769 hektare dengan lokasi terbesar di Temanggung, Jawa Tengah, dan Bondowoso, Jawa Timur,” ujar Erick.

  • Opini : Mengelola Warisan Beban Fiskal

    Opini : Mengelola Warisan Beban Fiskal

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Presiden Jokowi berakhir sejak Presiden terpilih Prabowo Subianto dilantik sebagai Presiden RI periode 2024—2029. Kini, pemerintahan baru mewarisi ‘beban’ fiskal yang ditinggalkan pemerintahan lama. Walhasil, pemerintahan baru dituntut mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lebih optimal dan prudensial.

    Publik berharap kebijakan fiskal Prabowo, baik instrumen penerimaan maupun belanja negara dikelola secara efektif dan efisien. Maknanya, pemerintahan Prabowo diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara secara signifikan dan piawai menguatkan belanja yang berkualitas serta produktif.

    Bahkan, demi menjamin kualitas belanja (spending better) dan belanja yang produktif, Prabowo mengingatkan para menterinya untuk tidak menggunakan dana APBN untuk mencari uang.

    Dari sisi pendapatan negara, sebaran sumber pendapatan tampaknya mengalami ketimpangan. Sebab, mayoritas sumber pendapatan berasal dari pajak. Mengacu data BPS (2024) diperkirakan hingga akhir 2024, penerimaan negara yang berasal dari pajak mencapai Rp2.309,9 triliun atau 82,4% dari seluruh penerimaan.

    Sementara itu, sisanya sebesar 17,6% terbagi ke sumber pendapatan negara bukan pajak (PNBP), yakni antara lain pengelolaan sumber daya alam (SDA) sebesar Rp207,7 triliun (7,4%). Kemudian diikuti pendapatan bukan pajak lainnya sebesar Rp115,1 triliun (4,1%), BUMN sebesar Rp85,8 triliun (3,1%), dan badan layanan umum sebesar Rp83,4 triliun (3,0%). Menurut Kemenkeu (2024), pada 2025 pendapatan negara diproyeksikan mencapai Rp2.996,9 triliun, dengan perincian bersumber dari pungutan pajak sebesar Rp2.490,9 triliun (83,1%), dan PNBP sebesar Rp505,4 triliun (16,9%).

    Merujuk data-data di atas, pertanyaan kritisnya, mengapa Indonesia yang kekayaan SDA-nya melimpah, tetapi penerimaan negara yang bersumber dari SDA terhitung kecil? Pertanyaan ini muncul mengingat Indonesia sebagai salah satu negara penghasil komoditas tambang terbesar di dunia.

    Namun, faktanya, total penerimaan negara yang bersumber dari SDA tersebut relatif tipis, sehingga timbul kecurigaan bahwa hasil tambang yang semestinya menjadi jatah negara, tetapi tidak masuk ke kas negara. Kecurigaan itu kian menguat lantaran mencuatnya kasus megakorupsi tambang timah dengan kerugian negara mencapai Rp271 triliun.

    Selain itu, penerimaan negara yang berasal dari BUMN juga tidak signifikan, karena tidak mencapai ratusan triliun, sebagaimana yang diharapkan. Padahal BUMN besar, seperti Pertamina, PLN, BRI, Bank Mandiri, BNI, Telkom Indonesia, dan KAI tidak mustahil bisa menyumbang penerimaan negara ratusan triliun rupiah.

    Sementara itu, dari sisi belanja negara, legacy yang ditinggalkan pemerintahan Jokowi menjadi tanggungan beban fiskal bagi pemerintahan baru. Indikatornya terjadi pelebaran defisit anggaran yang semula 2,29% (2024) menjadi kisaran 2,45%—2,82% (2025). Walhasil, untuk menutup defisit biasanya pemerintah menambah utang baru.

    Apalagi tahun depan pemerintah harus membayar utang dan bunganya yang sudah jatuh tempo. Selain itu, terjadi peningkatan imbal hasil surat berharga negara (SBN) dengan tenor 10 tahun, yang semula 6,7% (2024) menjadi kisaran 6,9%—7,3% (2025).

    Hal itu membawa konsekuensi membekaknya pembayaran bunga utang pemerintah. Padahal, pada tahun pertama pemerintahan Prabowo berencana akan menambah utang sebesar Rp775,86 triliun. Oleh karenanya pemerintahan baru tetap melebarkan rasio utangnya sebesar 37,98%—38,71%. Sementara itu, idealnya rasio utang pemerintah terhadap PDB di bawah 30%.

    OPTIMALISASI ANGGARAN

    Merujuk kerangka ekonomi makro (KEM) dan pokok-pokok kebijakan fiskal (PPKF) 2025, postur makro fiskal 2025 menunjukan target rasio pendapatan negara terhadap PDB kisaran 12,14%—12,36%, dan belanja negara kisaran 14,59%—15,18%.

    Angka-angka tersebut menunjukkan terdapat peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan APBN 2024. Namun, yang krusial tidak sekadar capaian target tersebut. Melainkan pendapatan dan belanja negara bisa dikelola secara optimal.

    Kebijakan fiskal diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan ekstrim, menurunkan gini ratio, meningkatkan investasi, menurunkan angka pengangguran terbuka, meningkatkan nilai tukar petani/nelayan, dan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). Oleh karenanya, diperlukan sejumlah kebijakan untuk menjamin fiskal dikelola secara optimal.

    Pertama, mendorong kreativitas tim ekonomi Prabowo dalam mencari dan menemukan sumber-sumber pendapatan baru, selain pajak (PNBP). Walhasil, pendapatan tidak hanya bertumpu pada perpajakan, sehingga proporsinya bisa berubah, setidaknya sumber dari pajak (70%) dan PNBP (30%).

    Kedua, menjamin peningkatan pendapatan negara tidak merusak iklim investasi, tidak merusak lingkungan, memperhitungkan keterjangkauan layanan publik, tidak membebani masyarakat berpendapatan rendah dan usaha mikro kecil.

    Ketiga, memastikan realisasi belanja sektor strategis sesuai dengan pagu anggaran, dan tidak terjadi kebocoran. Sektor strategis tersebut antara lain, pendidikan, kesehatan, Perlinsos, hilirisasi serta ekonomi hijau, dan lainya. Terutama dana Perlinsos butuh pengawasan khusus, untuk menjamin dana sosial itu tepat sasaran.

  • Sokong Ekonomi Kerakyatan di Berbagai Daerah, Kredit UMKM BRI Tembus Angka Fantastis – Page 3

    Sokong Ekonomi Kerakyatan di Berbagai Daerah, Kredit UMKM BRI Tembus Angka Fantastis – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Komitmen BRI untuk membantu perekonomian rakyat Indonesia semakin jelas dengan langkah nyata melalui penyaluran kredit bagi UMKM di berbagai pelosok tanah air. Hingga akhir Triwulan III 2024, BRI bahkan berhasil menyalurkan total kredit sebesar Rp1.353,36 triliun, dengan pertumbuhan 8,21% year on year (yoy). Dari jumlah tersebut, sekitar Rp1.105,70 triliun atau 81,70% difokuskan khusus untuk pembiayaan UMKM, memperlihatkan peran strategis BRI dalam mendukung usaha kecil dan menengah serta menggerakkan ekonomi kerakyatan di seluruh penjuru negeri.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan dukungan BRI kepada segmen UMKM menjadi prioritas utama dalam memperkuat ekonomi kerakyatan. “BRI hadir untuk memperkuat UMKM sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui pemberdayaan UMKM, BRI mengambil peran dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkeadilan,” ujar Sunarso.

    Pada kesempatan terpisah, Sunarso mengungkapkan bahwa perseroan telah memiliki strategi dalam memberdayakan UMKM sehingga layak dilirik oleh perbankan dan mendapatkan pembiayaan. 

    “Sesungguhnya UMKM kita itu lebih membutuhkan edukasi daripada advokasi. Kenapa demikian? Kalau advokasi sebenarnya menempatkan UMKM di bawah. Di bawah bank, di bawah lembaga pembiayaan. Kalau diedukasi sebenarnya menempatkan UMKM sejajar dengan bank sebagai mitra,” ujar Sunarso.

    Menurut Sunarso terdapat lima hal yang perlu diedukasi kepada UMKM. Pertama, tentang spirit atau semangat kewirausahaan. “Itu yang harus kita educate kepada UMKM. Karena pelaku UMKM sangat banyak sehingga masih beragam level-nya,” ujar Sunarso. 

    Kedua yaitu tentang kemampuan mereka melakukan administrasi dan manajerial. Menurut Sunarso ini merupakan pekerjaan rumah yang penting. Sebab kedua hal tersebut masih merupakan area yang sangat luas untuk dikerjakan.

    Ketiga, tentang aksesibilitas UMKM terhadap informasi, pasar, teknologi dan pendanaan. “Itu juga penting,” ujarnya. 

    Keempat, Sunarso mengatakan UMKM juga harus diedukasi soal keberlanjutan. Baik itu tentang keberlanjutan bisnis terlebih juga keberlanjutan lingkungan. Terakhir, Sunarso menekankan pentingnya edukasi soal prinsip Good Corporate Governance kepada UMKM. “Kita perlu educate UMKM untuk menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip GCG dengan baik. Itulah yang akan menjadikan UMKM bertumbuh dan berkembang berkelanjutan,” tandasnya.

    Sunarso menegaskan komitmen BRI untuk terus memberikan dukungan terhadap UMKM di Indonesia. 

    “Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan, khususnya pada segmen UMKM, melalui penyaluran kredit yang berkualitas serta program-program pemberdayaan lainnya,” pungkas Sunarso.

  • Hingga Akhir Triwulan III 2024, BRI Salurkan Rp1.105,70 Kredit Pada Segmen UMKM – Page 3

    Hingga Akhir Triwulan III 2024, BRI Salurkan Rp1.105,70 Kredit Pada Segmen UMKM – Page 3

    Menurut Sunarso terdapat lima hal yang perlu diedukasi kepada UMKM. Pertama, tentang spirit atau semangat kewirausahaan. “Itu yang harus kita educate kepada UMKM. Karena pelaku UMKM sangat banyak sehingga masih beragam level-nya,” ujar Sunarso. 

    Kedua yaitu tentang kemampuan mereka melakukan administrasi dan manajerial. Menurut Sunarso ini merupakan pekerjaan rumah yang penting. Sebab kedua hal tersebut masih merupakan area yang sangat luas untuk dikerjakan.

    Ketiga, tentang aksesibilitas UMKM terhadap informasi, pasar, teknologi dan pendanaan. “Itu juga penting,” ujarnya. 

    Keempat, Sunarso mengatakan UMKM juga harus diedukasi soal keberlanjutan. Baik itu tentang keberlanjutan bisnis terlebih juga keberlanjutan lingkungan. Terakhir, Sunarso menekankan pentingnya edukasi soal prinsip Good Corporate Governance kepada UMKM. “Kita perlu educate UMKM untuk menjalankan bisnis dengan prinsip-prinsip GCG dengan baik. Itulah yang akan menjadikan UMKM bertumbuh dan berkembang berkelanjutan,” tandasnya.

    Sunarso menegaskan komitmen BRI untuk terus memberikan dukungan terhadap UMKM di Indonesia. 

    “Salah satu bentuk komitmen BRI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, yakni dengan tetap mendorong penciptaan lapangan pekerjaan, khususnya pada segmen UMKM, melalui penyaluran kredit yang berkualitas serta program-program pemberdayaan lainnya,” pungkas Sunarso.

  • Ini yang Dilakukan Tim Elang Relawan BRI saat Melakukan Jambore Nasional di Sukabumi – Page 3

    Ini yang Dilakukan Tim Elang Relawan BRI saat Melakukan Jambore Nasional di Sukabumi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pembina Tim Elang sekaligus Wakil Direktur Utama BRI Catur telah mengukuhkan Tim Elang Relawan BRI mulai dari Relawan Kantor Pusat dan Relawan dari 18 Regional Office BRI. Hal tersebut dilakukan Catur di acara Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI 2024 pada 25-27 Oktober 2024 di Sukabumi, Jawa Barat.

    Menurut Catur, prioritas penanganan bencana antara lain keselamatan jiwa pekerja dan keluarga, pengamanan operasional dan aset BRI, dan sinergi dalam pemberian bantuan BRI Group kepada masyarakat.

    Dalam pelaksanaanya, Tim Elang Relawan BRI akan mencari dan mengumpukan informasi terkait kejadian bencana alam, menginventarisir dampak bencana alam, menyusun kebutuhan di wilayah bencana, melaksanakan assessment terhadap kejadian bencana alam, melaksanakan tanggap darurat bencana alam dan menyusun laporan pasca bencana.

     

    Pelaksanaan tanggap darurat bencana alam dapat dilakukan juga dengan kerjasama pihak ketiga, antara lain instansi pemerintah, lembaga sosial dan pihak pihak yang berkompeten lainnya.

    “Semoga Tim Elang Relawan BRI bisa menjalankan tugas dan komitmennya dengan sebaik-baiknya dan Kolaborasi dengan berbagai pihak juga terus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas bagi Relawan untuk mendapatkan pembekalan yang cukup”, imbuh Catur.

    Di akhir kegiatan Jambore Nasional tersebut, Tim Elang Relawan BRI juga melaksanakan kegiatan Bakti Sosial berupa penyaluran bantuan sembako bagi warga di wilayah Sukabumi sebagai wujud kepedulian Tim Elang Relawan BRI bagi masyarakat sekitar.

  • BRI Gelar Kegiatan Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI Tahun 2024 di Sukabumi – Page 3

    BRI Gelar Kegiatan Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI Tahun 2024 di Sukabumi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kesiapan menghadapi bencana alam di Indonesia semakin diperkuat oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI). Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2024. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak Januari hingga September 2024 Indonesia telah mengalami tak kurang dari 1.300 kejadian bencana. Situasi ini mendorong BRI untuk mengintensifkan upaya mitigasi dan respons cepat terhadap dampak bencana, terutama dalam mendukung pemulihan ekonomi masyarakat.

    Dalam rangka mendorong kapasitas dan kapabilitas dalam kedaruratan bencana, BRI menyelenggarakan kegiatan “Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI Tahun 2024” pada 25-27 Oktober 2024 di Sukabumi, Jawa Barat.

    Tim Elang Relawan BRI sendiri merupakan Satuan Tugas Bencana yang beranggotakan pekerja BRI yang masih aktif dan tersebar di seluruh unit kerja BRI. Tujuan dibentuk Tim Elang adalah untuk membantu penanganan tanggap darurat bencana di seluruh wilayah Indonesia.

     

    Dalam kegiatan ini, BRI berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Sekolah Relawan yang memberikan pembekalan tentang manajemen penanggulangan darurat bencana dan pertolongan pertama kegawatdaruratan. Tidak hanya mendapat pembekalan teori, para relawan juga diberikan pembekalan berupa simulasi bencana, pembinaan mental serta pembentukan karakter untuk menjadi relawan yang tangguh.

    Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto sekaligus Pembina Tim Elang mengatakan bahwa kegiatan Jambore Nasional Tim Elang Relawan BRI 2024 bertujuan memberikan pembekalan dan pemahaman dasar tentang kedaruratan bencana sehingga para relawan bisa mendapatkan ilmu yang cukup untuk siap menjalankan tugas ketika bencana.

    “Kegiatan ini sangat penting dilakukan dalam memberikan pembekalan bagi para relawan. Diharapkan, para relawan memiliki sikap Sigap, Tangkas, dan Cepat dalam menghadapi berbagai macam bencana alam maupun krisis” ungkap Catur dalam arahannya kepada para Relawan sekaligus mengukuhkan Tim Elang Relawan BRI mulai dari Relawan Kantor Pusat dan Relawan dari 18 Regional Office BRI.

  • OJK: Hapus tagih diambil jika utang tak terbayar usai restrukturisasi

    OJK: Hapus tagih diambil jika utang tak terbayar usai restrukturisasi

    UU P2SK telah mengatur bahwa penghapusbukuan dan penghapustagihan piutang macet UMKM dapat dilakukan untuk mendukung kelancaran pemberian akses pembiayaan UMKMJakarta (ANTARA) – Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menyatakan bahwa rencana penghapusbukuan atau hapus tagih utang UMKM dapat dilakukan jika utang tersebut tetap tidak terbayar meski telah dilakukan restrukturisasi.

    “Hal (hapus tagih) tersebut dapat dilakukan oleh bank BUMN dan atau lembaga jasa keuangan non-bank milik negara dengan ketentuan bahwa upaya penagihan telah dilakukan secara optimal, termasuk upaya restrukturisasi, tetapi tetap tidak tertagih,” kata Dian Ediana Rae di Jakarta, Jumat.

    Ia menjelaskan bahwa upaya tersebut merupakan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan Dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK).

    “Pada prinsipnya, UU P2SK telah mengatur bahwa penghapusbukuan dan penghapustagihan piutang macet UMKM dapat dilakukan untuk mendukung kelancaran pemberian akses pembiayaan UMKM,” ujarnya.

    Ia menyatakan bahwa pihaknya mendukung peraturan tersebut, mengingat pemberian akses pembiayaan kepada UMKM merupakan hal yang penting dalam meningkatkan ketahanan perekonomian nasional.

    Dian menuturkan bahwa undang-undang tersebut juga mengatur bahwa kerugian penghapusbukuan dan penghapustagihan piutang tersebut bukan merupakan kerugian negara, sepanjang dapat dibuktikan bahwa tindakan dilakukan berdasarkan iktikad dan prinsip tata kelola yang baik.

    “Jadi, memang itu merupakan ketentuan khusus yang terkait dengan bank BUMN dan itu hanya terkait dengan UMKM, demikian UU P2SK mengaturnya,” ucapnya.

    Pihaknya pun berharap bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) yang kini tengah disusun sebagai pedoman teknis pelaksanaan amanat Pasal 250 dan Pasal 251 UU P2SK itu dapat memperjelas mekanisme penghapusbukuan dan penghapustagihan tersebut.

    Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa rancangan peraturan mengenai mekanisme penghapusbukuan dan penghapustagihan tersebut kini sedang dirumuskan oleh Kementerian Keuangan.

    “Saat ini sedang disusun payung hukum yang tepat untuk hal itu, antara lain mencakup aspek kriteria nominal dan jangka waktu, serta assessment cakupan data yang akan menjadi target dari kebijakan ini,” katanya.

    Pihaknya pun berharap peraturan tersebut segera selesai, mengingat UU P2SK sudah diterbitkan hampir dua tahun yang lalu, yakni pada 12 Januari 2023, dan kondisi para pelaku UMKM saat ini membutuhkan perhatian lebih agar dapat bersaing dengan berbagai produk impor di pasaran.

    “OJK siap mendukung kebijakan ini.dimaksud dan tentu kami sendiri juga sudah memiliki kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan hal itu,” imbuh Mahendra.

    Baca juga: Soal hapus utang, Wamenkop usulkan kredit diberikan melalui koperasi
    Baca juga: Dirut BRI: Himbara tunggu rencana hapus utang UMKM
    Baca juga: BNI: Penerapan HAKI jadi agunan akan dongkrak pangsa pasar perbankan

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2024

  • Polres Serang Tangkap Pengedar Tembakau Gorilla Usai Transaksi Via Online

    Polres Serang Tangkap Pengedar Tembakau Gorilla Usai Transaksi Via Online

    Serang

    Polres Serang, Banten, menangkap dua pemuda inisial FH (24) dan RI (21) yang melakukan transaksi jual beli tembakau gorilla secara online. Polisi juga mengamankan barang bukti.

    Masing-masing tersangka ditangkap di Kecamatan Walantaka dan Kecamatan Cikeusal pada Kamis (31/10) kemarin. Dari tangan kedua tersangka ini polisi menyita 4 paket tembakau gorilla 372 gram ukuran besar dan 1 paket ukuran sedang 21,96 gram serta timbangan.

    “Tersangka FH diamankan di rumahnya, ada barang bukti 4 paket tembakau gorilla di rak sepatu,” kata Kapolres Serang AKBP Condro Sasongko dikonfirmasi, Jumat (1/11/2024).

    FH diamankan karena ada informasi dari warga soal kecurigaan sebagai pengedar narkoba. Saat ditangkap dan dimintai keterangan, ia memang mengaku sebagai pengedar dan membeli barang itu melalui Instagram.

    Condro menyebut bahwa FH menyuruh tersangka RI untuk mengambil barang itu di Jakarta Selatan. FH memberi upah ke RI sebesar Rp 400 ribu untuk mengambil paket tembakau.

    “Setelah barang pesanan diterima, FH kemudian memberikan satu paket seberat 21 gram ke RI sebagai ucapan terima kasih,” ungkapnya.

    “RI tidak mengenal penjual karena (hanya) mengambil di lokasi yang sudah ditentukan,” paparnya.

    (bri/lir)

  • Catat! Ini 4 Alasan Mengapa Kamu Harus Buka Tabungan BRI Junio Sekarang – Page 3

    Catat! Ini 4 Alasan Mengapa Kamu Harus Buka Tabungan BRI Junio Sekarang – Page 3

    Setelah melihat ragam keuntungan yang dihadirkan Tabungan BRI Junio, kamu pun perlu mengetahui syarat dan ketentuan ketika ingin membuka produk Tabungan BRI tersebut.

    Usia Nasabah Kurang dari 12 Tahun

    1. Belum memiliki identitas.

    2. Orang tua memiliki rekening Tabungan BRI BritAma/Simpedes.

    3. Bagi orang tua yang belum memiliki rekening di BRI dapat melakukan pembukaan rekening Tabungan BRI BritAma/Simpedes terlebih dahulu.

    4. Dokumen Pembukaan Identitas orang tua atau wali: WNI: KTP dan NPWP dan WNA: Paspor dan KIMS/KITAS/KITAP

    5. FC kartu Keluarga / akta kelahiran anak.

    6. Mengisi form aplikasi pembukaan rekening.

    7. Kartu Keluarga/Akte Kelahiran.

    8. Setoran awal Rekening Induk Rp250.000,-. Tabungan BRI Junio sebesar Rp100.0000,-. Total Rp350.000,- (Bundling),-

    Usia Nasabah 12 hingga Kurang dari 17 Tahun (Non-Bundling)

    1. Telah memiliki Identitas Kartu Pelajar.

    2. Untuk siswa setingkat SMP dan SMA (sederajat).

    3. Mengisi form aplikasi pembukaan rekening.

    4. Dokumen Pembukaan Identitas Nasabah: FC Kartu pelajar yang disahkan pihak sekolah (dengan membawa aslinya) FC KTP Orang Tua / Wali

    5. Surat Pernyataan Orang Tua atau Wali yang menyatakan mengetahui dan menyetujui permohonan pembukaan rekening dan bertransaksi di BRI

    6. Identitas diri: WNI: Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan WNA: Paspor dan KIMS/KITAP/KITAS

    7. Setoran awal Tabungan BRI Junio sebesar Rp150.000,-

    Nah, itulah syarat dan ketentuan yang perlu kamu penuhi ketika ingin membuka Tabungan BRI Junio dan menikmati beragam keuntungan yang ditawarkan.