BUMN: BRI

  • Sugeng Rawuh Faqih Maulana, Pemain Persis Solo Hijrah ke PSIS Semarang Jelang Derby Jateng

    Sugeng Rawuh Faqih Maulana, Pemain Persis Solo Hijrah ke PSIS Semarang Jelang Derby Jateng

    TRIBUNJATENG.COM – Pemain Persis Solo ‘hijrah’ ke PSIS Semarang jelang digelarnya Derby Jateng.

    Dia adalah Faqih Maulana pemain berposisi bek kiri yang diresmikan PSIS Semarang di hari terakhir bursa transfer paruh musim BRI Liga 1 2024/25.

    Perpindahan ini cukup mengejutkan karena PSIS Semarang akan menjamu Persis Solo pada 20 Januari 2025 mendatang.

    Sebagai informasi, pemain berusia 20 tahun ini didatangkan dengan skema loan fee dari Laskar Sambernyawa.

    Faqih akan dipinjam PSIS selama setengah musim hingga berakhirnya kompetisi BRI Liga 1 2024/25.

    Pelatih kepala PSIS, Gilbert Agius mengatakan bahwa timnya membutuhkan Faqih untuk mengisi slot bek kiri.

    “Kami berharap Faqih dapat membantu kami dan mencapai tujuan kami di kompetisi Liga 1.”

    “Kami sebelumnya memang membutuhkan tambahan bek kiri dan datangnya Faqih semoga membantu kami untuk memperbaiki posisi di klasemen.”

    “Kemudian Faqih juga masih muda, masih berumur 20 tahun sehingga bisa kami mainkan sebagai salah satu pemain U22 yang harus dimainkan 45 menit di babak pertama,” jelas Agius di Semarang, Rabu (15/1).

    Musim ini, Faqih bersama Persis Solo telah memainkan 14 laga dari total 18 laga yang telah dimainkan Laskar Sambernyawa.

    Sementara itu. Chief Executive Officer (CEO) PSIS, Yoyok Sukawi mengatakan datangnya Faqih semoga mampu menjadi opsi tim pelatih untuk posisi bek kiri dan pemain U22 yang harus dimainkan di 45 menit pertama.

    “Selamat datang Faqih, kami mendatangkan Faqih dengan skema loan fee atau peminjaman berbayar dari Persis Solo. Semoga Faqih segera beradaptasi dengan tim dan membawa PSIS memperbaiki klasemen. Selain itu, Faqih yang masih muda juga menambah opsi coach Gilbert dalam memainkan pemain U22 pada 45 menit pertama pertandingan,” tutur Yoyok Sukawi. (*)

  • Harga Penutupan IHSG hari ini, 15 Jan 2025

    Harga Penutupan IHSG hari ini, 15 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) menguat 122.90 poin atau 0.02 persen ke level 7079.56 pada penutupan perdagangan 15 Jan 2025. Tercatat ada 37 saham yang mengalami kenaikan dan 38 yang mengalami penurunan.

    Top Gainers & Top Loser Saham Hari Ini 15 Jan 2025

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Dengan penguatan IHSG hari ini, berikut ini saham-saham yang menjadi Top Gainer dan Top Loser pada perdagangan hari ini:

    Saham BBRI – Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. naik 7.63%Saham BBNI – Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. naik 6.78%Saham BMRI – Bank Mandiri (Persero) Tbk. naik 6.48%Saham PWON – Pakuwon Jati Tbk. naik 5.26%Saham BUKA – Bukalapak.com Tbk. naik 5.13%Saham TINS – Timah Tbk. turun -3.57%Saham PTPP – PP (Persero) Tbk. turun -2.29%Saham BRPT – Barito Pacific Tbk. turun -2.06%Saham MDKA – Merdeka Copper Gold Tbk. turun -1.53%Saham TPIA – Chandra Asri Pacific Tbk. turun -1.11%

    Meskipun beberapa saham mengalami kenaikan, ada juga saham yang mengalami penurunan. Maka dari itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis dengan cermat dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental serta sentimen pasar sebelum membuat keputusan Investasi.

  • Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Berikan Keuntungan Nyata Kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Berikan Keuntungan Nyata Kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA -– PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) terus menunjukkan komitmennya dalam menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembayaran dividen interim sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu, 15 Januari 2025.

    Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.

    Sunarso mengungkapkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan pembagian dividen interim ini komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara. “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, diketahui bahwa negara menguasai 53,19% saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81% atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel. Seperti diketahui bahwa jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024). Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.

  • BI Rate Turun 25 Bps, Saham Big Banks Kompak Menguat

    BI Rate Turun 25 Bps, Saham Big Banks Kompak Menguat

    Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,75 persen pada Rabu (15/1), dengan deposit facility dan lending facility masing-masing turun 25 bps ke level 5 persen dan 6,5 persen.

    Keputusan ini di luar ekspektasi pasar, yang memperkirakan BI Rate dipertahankan pada level 6 persen.

    Usai pengumuman pemangkasan suku bunga tersebut, sektor keuangan menguat 2,41 persen, yang juga diikuti dengan saham big banks yang serentak menguat.

    Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mengalami penguatan terbesar dengan 280 poin (6,78%) ke level 4.410, dilanjutkan dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang naik 350 poin (6,48%) ke level 5.750.

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melonjak 230 poin (6,05%) menuju 4.030, sementara PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 250 poin (2,62%) ke level 9.775.

    Analis MNC Sekuritas, Herditya T Wicaksana, memperkirakan pemangkasan suku bunga ini ditujukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah, yang saat ini masih berada pada level Rp16.314.

    “Secara teknikal, apabila mencermati IDX Finance, terdapat peluang penguatan yg paling tidak akan menguji 1406-1417. Untuk emitennya BBCA (9800-10000), BBNI (4480-4570), BMRI (5775-5875), dan BBRI (4070-4120),” kata Herditya kepada Fortune Indonesia, Rabu (15/1).

    Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan pergerakan Ihsg mengalami penguatan sangat signifikan di atas 1,6 persen menuju level 7.063,98 pada pukul 15.53, dipimpin IDXFINANCIALS yang menguat lebih dari 2,6 persen karena euforia keputusan BI tersebut. 

    “Dan apabila euforia tersebut berlanjut ke depan, maka peluang terjadinya January Effect pada 2025 ini mulai terbuka lebar,” katanya kepada Fortune Indonesia, Rabu (15/1).

    BI memandang nilai tukar rupiah masih terjaga sesuai dengan fundamental dan inflasi Indonesia yang saat ini cukup rendah, sehingga momentum ini sudah tepat untuk menerapkan rate cut demi optimalisasi pertumbuhan ekonomi domestik.  

    Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 ini diperkirakan cenderung lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yaitu berkisar 4,7–5,5 persen, atau sedikit lebih rendah dari kisaran perkiraan sebelumnya, yakni 4,8–5,6 persen. 

    Nafan mengatakan konsumsi rumah tangga masih lemah, khususnya golongan menengah ke bawah sehubungan dengan belum kuatnya ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. 

    Di samping itu, ekspor juga diperkirakan lebih rendah sehubungan dengan melambatnya permintaan negara-negara mitra dagang utama, kecuali Amerika Serikat (AS). Pasalnya, pada era Trump 2.0 nanti, perekonomian AS diproyeksikan tumbuh lebih kuat berkat dukungan stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik, juga kenaikan investasi terutama pada bidang teknologi, yang mendorong peningkatan produktivitas. 

    Di sisi lain, ia juga mencermati bahwa dorongan investasi swasta ternyata belum kuat karena masih lebih besarnya kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan, baik domestik maupun ekspor.  

  • Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Beri Keuntungan Nyata kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Bayarkan Dividen Interim Rp20,33 Triliun, Komitmen BRI Beri Keuntungan Nyata kepada Pemegang Saham, Terutama Negara

    Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) terus menunjukkan komitmen dalam menciptakan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembayaran dividen interim sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu, 15 Januari 2025.
     
    Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.
     
    Sunarso mengungkapkan bahwa yang menjadi dasar pertimbangan pembagian dividen interim ini komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara. “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.
     

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, diketahui bahwa negara menguasai 53,19 persen saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81 persen atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Direktur Utama BRI Sunarso (Foto:Dok.BRI)
     
    Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel. Seperti diketahui bahwa jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024).
     
    Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.
     

    Di samping itu, Sunarso menambahkan bahwa pertimbangan BRI membagikan dividen interim ini menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kinerja keuangannya, yang didukung oleh modal yang kuat dan likuiditas memadai. Sebagaimana ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dan pengelolaan likuiditas internal yang baik.
     
    Hal ini ditunjukkan dari CAR BRI per September 2024 yang mencapai sebesar 26,76 persen dan Loan Deposit Ratio (LDR) Bank yang terjaga di level 89,18 persen. “Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” ujar Sunarso.
     
    Selain menjadi sinyal positif bagi pasar modal Indonesia. Langkah strategis BRI membagikan dividen interim ini juga menunjukkan konsistensi BRI dalam menjalankan transformasi bisnisnya, tidak hanya untuk mempertahankan kinerja, tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh stakeholder. Dengan fundamental yang kuat, BRI optimistis dapat terus memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi nasional.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Pilih Reksa Dana Tepat Bersama BRI Prioritas dengan Berbagai Keunggulan

    Pilih Reksa Dana Tepat Bersama BRI Prioritas dengan Berbagai Keunggulan

    Jakarta, Beritasatu.com – Popularitas reksa dana di kalangan masyarakat terus meningkat, dan hal ini bukan tanpa alasan. Instrumen investasi ini mudah diakses, memberikan imbal hasil yang menarik, serta memiliki sifat likuid sehingga investor dapat mencairkannya kapan saja sesuai kebutuhan. Selain itu, pengelolaan reksa dana dilakukan manajer investasi profesional yang berpengalaman, sehingga investor tidak perlu repot melakukan diversifikasi sendiri.

    Mengenal Jenis Reksa Dana

    Bagi Anda yang tertarik berinvestasi di reksa dana, memahami jenis-jenisnya sangat penting agar pilihan investasi sesuai dengan profil risiko. Secara umum, terdapat lima jenis reksa dana yang dapat dipilih:

    Reksa Dana Pasar Uang

    Reksa dana ini menginvestasikan dana pada instrumen pasar uang dengan risiko rendah dan imbal hasil yang stabil. Investasi dilakukan pada efek bersifat utang dengan jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

    Rata-rata keuntungan reksa dana pasar uang berkisar antara 3–4 persen per tahun. Instrumen ini cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi dalam jangka waktu pendek, kurang dari satu tahun.

    Reksa Dana Pendapatan Tetap

    Jenis ini mengalokasikan minimal 80 persen dana pada efek utang, seperti obligasi negara maupun korporasi. Reksa dana pendapatan tetap menawarkan risiko rendah hingga sedang dengan rata-rata return 6–8 persen per tahun. Instrumen ini lebih cocok untuk investasi jangka menengah, sekitar 2–3 tahun.

    Reksa Dana Campuran

    Reksa dana ini menginvestasikan dana dalam kombinasi aset seperti saham, surat utang, dan pasar uang. Setiap aset memiliki alokasi maksimal 1–79 persen, tergantung strategi manajer investasi.

    Dengan risiko sedang, reksa dana campuran menawarkan imbal hasil rata-rata 8–9 persen per tahun. Instrumen ini ideal untuk investasi jangka menengah hingga panjang, sekitar 3–5 tahun.

    Reksa Dana Saham

    Sebagian besar dana, yaitu minimal 80 persen, dialokasikan pada efek saham. Reksa dana ini memiliki risiko yang tinggi, namun memberikan potensi imbal hasil besar, yaitu sekitar 10–13 persen per tahun. Jenis ini direkomendasikan untuk investasi jangka panjang di atas 5 tahun guna memaksimalkan keuntungan.

    Reksa Dana Terproteki

    Reksa dana ini memberikan proteksi penuh terhadap pokok investasi hingga waktu jatuh tempo yang telah ditentukan. Investor juga memiliki opsi mencairkan dana sebelum jatuh tempo, meskipun tanpa jaminan proteksi terhadap pokok investasi. Instrumen ini cocok untuk Anda yang mengutamakan keamanan dana.

    Keunggulan Investasi Reksa Dana di BRI Prioritas

    Saat ini, kelima jenis reksa dana tersebut dapat dengan mudah diakses melalui BRI Prioritas. Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan para Pribadi Terpilih, yaitu mereka yang memiliki asset under management minimal Rp 500 juta.

    Saat bergabung dalam program ini, nasabah mendapatkan berbagai manfaat, termasuk konsultasi perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, serta perencanaan dana pensiun. Nasabah juga akan dipandu Priority Relationship Manager (PRM) yang kompeten, bersertifikasi, dan berpengalaman. PRM membantu nasabah memilih produk reksa dana yang sesuai dengan kebutuhan dan profil risiko masing-masing.

    BRI Prioritas menawarkan berbagai produk reksa dana yang komprehensif, mencakup:

    Reksa Dana Pasar Uang: Produk-produk seperti BRI Seruni Pasar Uang II Kelas A, Bahana Liquid USD, dan Trim Kas 2 tersedia untuk memberikan solusi investasi jangka pendek.Reksa Dana Pendapatan Tetap: Pilihan seperti BRI Melati Pendapatan Utama, Schroder USD Bond Fund, dan Ashmore Dana Obligasi Nusantara menawarkan stabilitas dalam investasi menengah.Reksa Dana Campuran: Produk seperti BRI Anggrek Fleksibel dan Schroder Dana Kombinasi memberikan diversifikasi optimal bagi investor.Reksa Dana Saham: Dengan pilihan seperti BRI Mawar Konsumer 10 dan Schroder Dana Prestasi, investor dapat meraih potensi imbal hasil tinggi.

    Manfaat Layanan Investasi Berkala
    BRI Prioritas juga menawarkan program investasi berkala yang memberikan berbagai manfaat, seperti:
    1. Investasi Secara Konsisten
    Dengan metode ini, Anda dapat membangun portofolio investasi yang lebih stabil melalui penambahan dana secara rutin.

    2. Fleksibilitas Tinggi
    Investor memiliki kebebasan dalam memilih produk dan mengatur jadwal investasi sesuai kebutuhan.

    3. Pilihan Produk Komprehensif
    Beragam pilihan reksa dana memungkinkan Anda untuk menyesuaikan investasi dengan tujuan keuangan.

    4. Pengelolaan Profesional
    Seluruh produk dikelola oleh manajer investasi yang berpengalaman, sehingga investasi Anda berada di tangan yang tepat.

    Wujudkan Life Goals dengan BRI Prioritas

    Dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan, investasi reksa dana di BRI Prioritas menjadi pilihan tepat untuk membangun portofolio dengan risiko dikelola dan diversifikasi optimal. Tidak hanya itu, nasabah juga dapat memperoleh panduan investasi yang mendalam untuk membantu mencapai tujuan keuangan mereka.
    Untuk informasi lebih lengkap Anda dapat mengunjungi tautan bbri.id/reksadana. Mulailah perjalanan investasi Anda bersama BRI Prioritas dan wujudkan berbagai life goals Anda dengan solusi keuangan yang aman, nyaman, dan terpercaya.

  • Alasan Saham Dividen Yield di Bawah 3% Masuk IDX HIDIV20

    Alasan Saham Dividen Yield di Bawah 3% Masuk IDX HIDIV20

    Jakarta, FORTUNE – Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan sejumlah alasan saham yang memiliki Dividend yield di bawah 3 persen masuk indeks High Dividend 20.

    Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan dalam pemilihan saham yang masuk dalam Indeks HIDIV20, terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan.

    Sebagai informasi, IDX High Dividend 20 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield tinggi. 

    Sejumlah faktor tersebut meliputi pembagian dividen 3 tahun terakhir, besaran dividend yield, nilai transaksi, dan kapitalisasi pasar free float. 

    “Faktor-faktor tersebut memiliki bobot yang berbeda, sehingga bisa saja ada saham yang dividend yield relatif kecil tapi faktor lain memiliki nilai yang cukup bagus,” ujar Jeffrey dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (14/1).

    Lebih lanjut, ia menyatakan tidak terdapat strategi khusus dalam evaluasi daftar saham pada indeks tersebut. Sebab, pemilihan saham yang masuk dalam konstituen indeks—termasuk indeks HIDIV20—mengacu pada SOP yang berlaku. 

    Menggunakan data terakhir BEI, terdapat lebih dari 200 emiten yang membagikan dividen dalam 3 tahun terakhir.

    “Untuk menjaga agar indeks dapat diterima oleh pelaku dan sesuai dengan perkembangan pasar, kami juga secara rutin melakukan review atas kriteria-kriteria yang ada,” ujarnya.

    Dalam kesempatan lain, Head of Propietary Investment Mirae Asset Sekuritas, Handiman Soetoyo. mengatakan menurut data tahun lalu, dari 20 saham yang termasuk dalam indeks IDX High Dividen 20, hanya 8 saham yang memberikan yield tinggi, yaitu ADRO, ITMG, PTBA, ASII, UNTR, ANTM, BBRI, dan BMRI. 

    Sementara itu, sisanya memiliki dividend yield di bawah 5 persen. Di samping itu, beberapa saham yang telah dikeluarkan dari IDXHIDIV20 terbukti memiliki yield dividen tinggi seperti BJBR, BJTM, BNGA, BSSR, HEXA, HMSP, hingga MPMX.

    “Apakah masih bisa jadi acuan dan masih bisa kasih yield tinggi? Enggak juga,” ujarnya dalam agenda Mirae Asset Media Day: Januari 2025, Selasa (14/1).

    Handiman menyatakan prediksi total dividen seluruh emiten yang tercatat di BEI pada 2025 mencapai Rp322,4 triliun. 

    Dari 80 saham yang dipilih oleh Mirae Asset Sekuritas, terdapat lima saham utama pilihan dari Mirae Asset adalah PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA).

    Di samping kelima saham di atas, sektor keuangan dan sektor energi dinilai masih akan memberikan kontribusi terbesar bagi pembagian dividen.

  • Pembagian Dividen Interim BRI, Negara Terima Rp10,88 Triliun dan Publik Nikmati Rp9,45 Triliun – Page 3

    Pembagian Dividen Interim BRI, Negara Terima Rp10,88 Triliun dan Publik Nikmati Rp9,45 Triliun – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) membagikan dividen interim sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun, kepada seluruh pemegang saham. Pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, tetapi juga bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel.

    Perlu diketahui, jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham (per Desember 2024). Dengan pemegang saham yang terus meningkat tersebut, maka jumlah yang menikmati keuntungan BRI juga akan semakin banyak, tak terkecuali ritel/masyarakat Indonesia, dan juga negara sebagai pemegang saham pengendali.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, negara menguasai 53,19% saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sisanya sebesar 46,81% atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham dimiliki oleh publik. Dengan demikian, dari total dividen interim Rp20,33 triliun, negara menerima Rp10,88 triliun, sementara pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa keputusan pembagian dividen ini merupakan wujud nyata dari dedikasi perseroan untuk memberikan keuntungan berkelanjutan bagi para pemegang saham. Langkah ini juga mencerminkan keyakinan BRI terhadap fundamental bisnis yang kuat serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan.

    “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” ujarnya.

  • BRI bayarkan dividen interim Rp20,33 triliun

    BRI bayarkan dividen interim Rp20,33 triliun

    Dari total dividen interim Rp20,33 triliun, maka negara menerima Rp10,88 triliun dan pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun

    Jakarta (ANTARA) – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membagikan dividen interim kepada para pemegang saham sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun pada Rabu ini.

    Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa komitmen BRI untuk selalu memberikan keuntungan yang nyata kepada pemegang saham, terutama negara, menjadi dasar pertimbangan dalam pembagian dividen interim ini.

    “Ini adalah wujud pembuktian bahwa BRI berkomitmen untuk meng-create value dan memberikan keuntungan nyata kepada pemegang saham, terutama bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas,” kata Sunarso dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

    Dalam struktur kepemilikan saham BRI, negara menguasai 53,19 persen saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh publik dengan porsi sebesar 46,81 persen atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham.

    Dari total dividen interim Rp20,33 triliun, maka negara menerima Rp10,88 triliun dan pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.

    Menurut perseroan, pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas, melainkan juga manfaat bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel.

    Perseroan menyebutkan, jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham per Desember 2024.

    Sunarso menambahkan bahwa pertimbangan pembagian dividen interim ini juga menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kinerja keuangan, yang didukung oleh modal yang kuat dan likuiditas memadai.

    Menurut catatan perseroan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dan pengelolaan likuiditas internal menunjukkan kinerja baik. CAR BRI per September 2024 mencapai sebesar 26,76 persen dan loan deposit ratio (LDR) bank yang terjaga di level 89,18 persen.

    “Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” kata Sunarso.

    Langkah strategis untuk membagikan dividen interim ini, menurut perseroan, juga menunjukkan konsistensi BRI dalam menjalankan transformasi bisnisnya.

    Dalam hal ini, tidak hanya untuk mempertahankan kinerja tetapi juga menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dan seluruh stakeholder.

    Dengan fundamental yang kuat, BRI menyampaikan bahwa pihaknya optimis dapat terus memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi nasional.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah aksi korporasi dipenuhi dengan pembayaran dividen tunai interim dari lima emiten. Dividen Interim yang menjadi sorotan oleh pemegang Saham, yakni dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp20,3 triliun, menjadi yang terbesar hari ini, Rabu (15/1).

    Kemudian, emiten pertambangan batu baru PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) akan membagikan dividen interim sebesar Rp3,23 triliun.

    Simak lima emiten yang akan membagikan dividen interim hari ini, 15 Januari 2025:

    1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah mengumumkan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,46 triliun. Pencairan dividen interim yang besar ini dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu (15/1) hari ini.

    Nilai dividen interim BBRI pada 2024 mengalami lonjakan sebesar 60,7% dibandingkan dengan dividen interim tahun sebelumnya yang sebesar Rp84 per saham atau total Rp12,66 triliun.

    Kenaikan dividen tersebut mencerminkan kinerja keuangan BBRI yang sangat baik, dengan laba bersih yang terus menunjukkan pertumbuhan positif.

    2. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)

    PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menetapkan kurs dividen sebesar Rp16.157 per dolar AS. Dengan demikian, investor akan menerima dividen interim sebesar Rp106,84 per saham.

    Kurs yang digunakan untuk pembagian dividen interim mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 2 Januari 2025.

    “Sehingga total dividen tunai interim yang akan dibagikan ADRO dalam rupiah adalah Rp3.231.367.081.856 atau sekitar Rp3,23 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan ADRO, Mahardika Putranto, dikutip Rabu (15/1).

    3. PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)

    PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) akan menebar dividen interim sebesar 25 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp154,39 per saham.

    Sebelumnya, BSSR juga membagikan dividen interim sebesar 30 juta dolar AS, yang setara dengan Rp178,8 per saham dengan asumsi kurs Rp15.629. Dividen interim tersebut telah dicairkan pada 21 November 2024. Dengan demikian, total dividen interim yang berasal dari laba bersih 2024 mencapai 55 juta dolar AS, atau setara dengan Rp333,19 per saham.

    4. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)

    Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) membagikan dividen interim kepada investor sebesar Rp25,21 miliar, atau setara dengan Rp1,40 per saham.

    Adapun AMAR mencatatkan laba bersih sebesar Rp152,26 miliar pada kuartal III-2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 6,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp162,17 miliar pada kuartal III-2023.

    5. PT Roda Vivatex Tbk (RDTX)

    PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) akan membagikan dividen tunai interim sebesar Rp40,6 miliar atau setara dengan Rp151 per lembar saham.

    Pembagian dividen ini didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024.

    Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp203,6 miliar. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp2,84 triliun, dengan total ekuitas mencapai Rp2,99 triliun.