BUMN: BNI

  • Profil Hery Gunardi, Sosok Direktur Utama BRI yang Baru

    Profil Hery Gunardi, Sosok Direktur Utama BRI yang Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) resmi melakukan perubahan dalam struktur direksinya dengan menunjuk Hery Gunardi sebagai direktur utama Bank BRI yang baru.

    Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar pada Senin (24/3/2025), diumumkan bahwa Hery Gunardi diangkat sebagai direktur utama Bank BRI, menggantikan Sunarso.

    Sebelumnya, Hery menjabat sebagai direktur utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan pernah mengemban posisi wakil direktur utama Bank Mandiri. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut profil lengkapnya!

    Profil Hery Gunardi

    Hery Gunardi adalah seorang bankir berpengalaman yang lahir di Bengkulu pada 26 Juni 1962. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas 17 Agustus 1945 dengan fokus pada Administrasi Niaga pada tahun 1987.

    Hery kemudian melanjutkan studi ke jenjang magister di University of Oregon, Amerika Serikat, dengan konsentrasi Finance and Accounting pada tahun 1991. Tidak berhenti di situ, Hery meraih gelar doktor dalam bidang Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2021.

    Perjalanan Karier

    Hery Gunardi memulai kariernya di dunia perbankan sejak 1991 dengan bergabung di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Kariernya terus menanjak, hingga akhirnya ia dipercaya menduduki berbagai posisi strategis di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Beberapa posisi yang pernah diembannya antara lain:

    EVP Coordinator Consumer Finance dan Senior Executive Vice President Bank Mandiri (2013)Direktur Micro & Retail Banking Bank Mandiri (2013-2015)Presiden Komisaris PT AXA Mandiri Financial Services (2013-2015)Direktur Micro & Business Banking Bank Mandiri (2015)Direktur Consumer Banking Bank Mandiri (2015-2016)Direktur Distributions Bank Mandiri (2016-2018)Direktur Bisnis Kecil & Jaringan Bank Mandiri (2018-2019)Direktur Bisnis & Jaringan Bank Mandiri (2019)Direktur Consumer & Retail Transaction Bank Mandiri (2019-2020)Wakil Direktur Utama Bank Mandiri (2020)

    Pada tahun 2020, Hery ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mandiri. Tak lama berselang, ia dipercaya untuk memimpin PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sejak 2021 hingga 2025.

    Selama kepemimpinannya, ia sukses mengawal proses merger tiga bank syariah BUMN (Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah) yang melahirkan Bank Syariah Indonesia.

    Keahlian dalam Proses Merger

    Salah satu pencapaian terbesar Hery Gunardi adalah kemampuannya dalam menangani proses merger. Ia memiliki peran penting dalam penggabungan beberapa unit bisnis perbankan, termasuk dalam pembentukan Bank Mandiri yang merupakan hasil merger empat bank besar.

    Empat bank tersebut yakni, Bank Bapindo, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim. Keberhasilannya dalam menyatukan tiga bank syariah BUMN menjadi BSI juga menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola transformasi bisnis perbankan.

    Kini, dengan pengalamannya yang luas, Hery Gunardi dipercaya untuk memimpin Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai direktur utama terhitung sejak Senin (24/3/2025). Dengan rekam jejaknya yang gemilang, ia diharapkan mampu membawa BRI ke tingkat yang lebih tinggi dalam industri perbankan nasional maupun global.

  • RUPST BRI, Hery Gunardi Sah Jadi Dirut BRI Gantikan Sunarso – Halaman all

    RUPST BRI, Hery Gunardi Sah Jadi Dirut BRI Gantikan Sunarso – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hery Gunardi ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menggantikan Sunarso, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI yang digelar pada Senin (24/3/2025).

    Satu dari sekian agenda RUPST tersebut adalah perubahan jajaran pengurus. Hery mengatakan, siap mengemban amanah baru dengan sebaik-baiknya. 

    “Amanah ini akan saya emban dan jalankan dengan sebaik-baiknya. Semoga ke depan BRI terus tumbuh dan memberikan nilai ekonomi maupun sosial yang seimbang sebagai BUMN melalui kebermanfaatan dan kontribusi yang berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia,” kata Hery dalam keterangannya.

    Hery sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI). Menurutnya, memimpin BSI maupun BRI memiliki kesamaan substansi, yakni sama-sama membangun perekonomian bangsa dari segi industri perbankan. 

    Namun dengan sektor berbeda, di mana BSI bergerak di sektor perbankan syariah sedangkan BRI lebih fokus pada segmen UMKM.

    “Saya bersyukur bisa menjadi bagian dalam pembangunan ekonomi nasional khususnya di industri perbankan melalui berbagai pengalaman saya selama ini,” jelasnya.

    Di satu sisi Hery juga dipercaya untuk mengembangkan BSI dengan proses merger tiga bank syariah anak usaha bank BUMN yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

    Hery pun ditunjuk sebagai Direktur Utama pertama di bank syariah terbesar di Indonesia tersebut. Penetapan itu dilakukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada RUPSLB tanggal 15 Desember 2020 dan efektif menjabat pada 01 Februari 2021.

    “Pengalaman dalam perjalanan karir saya menjadi modal penting untuk melangkah ke depan bersama BRI, dengan melanjutkan pencapaian oleh pemimpin-pemimpin BRI sebelumnya termasuk Pak Sunarso dalam melakukan transformasi culture dan digital,” ujar Hery.

    “Saya sebagai pemimpin memiliki kewajiban mendorong seluruh Insan BRILian menjadi talenta terbaik di bidangnya dengan kepercayaan dan daya saing tinggi agar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Indonesia,” imbuhnya menegaskan.

  • Punya Harta Rp129,33 Miliar, Ini Profil Lengkapnya

    Punya Harta Rp129,33 Miliar, Ini Profil Lengkapnya

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menunjuk Hery Gunardi sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), menggantikan Sunarso. Keputusan ini diresmikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI pada Senin 24 Maret 2025.

    Profil Hery Gunardi

    Hery Gunardi merupakan sosok bankir kawakan yang telah berkarier panjang di dunia perbankan nasional. Lahir di Bengkulu pada 26 Juni 1962, Hery memiliki rekam jejak akademik dan profesional yang impresif.

    Riwayat Pendidikan

    Sarjana Administrasi Niaga, Universitas 17 Agustus 1945 (1987) Pascasarjana Finance and Accounting, University of Oregon, AS (1991) Doktor Manajemen Bisnis, Universitas Padjadjaran (2021)

    Perjalanan Karier

    Hery memulai karier di dunia perbankan sejak tahun 1991. Ia mengawali langkah di Bapindo sebelum kemudian bergabung dengan Bank Mandiri. Perjalanan kariernya terbilang cemerlang, di mana ia berhasil menduduki berbagai posisi strategis, di antaranya:

    EVP Coordinator Consumer Finance, Senior Executive Vice President Bank Mandiri (2013) Direktur Micro & Retail Banking, Bank Mandiri (2013-2015) Presiden Komisaris, PT AXA Mandiri Financial Services (2013-2015) Direktur Consumer Banking, Bank Mandiri (2015-2016) Direktur Distributions, Bank Mandiri (2016-2018) Direktur Bisnis Kecil & Jaringan, Bank Mandiri (2018-2019) Direktur Bisnis & Jaringan, Bank Mandiri (2019) Direktur Consumer & Retail Transaction, Bank Mandiri (2019-2020) Wakil Direktur Utama, Bank Mandiri (2020) Direktur Utama, Bank Syariah Mandiri (2020-2021) Direktur Utama, Bank Syariah Indonesia (BSI) (2021-2025)

    Keberhasilan terbesar Hery yang membuat namanya semakin dikenal adalah saat ia memimpin proses merger tiga bank syariah BUMN — Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah — menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Keberhasilannya mengawal merger tersebut dinilai sukses menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia.

    Kekayaan Hery Gunardi

    Sebagai bankir berpengalaman yang kini memimpin BRI, Hery Gunardi juga tercatat memiliki kekayaan yang cukup fantastis. Berdasarkan laporan terbaru, aset kekayaannya didominasi oleh surat berharga dan properti. Berikut rincian asetnya:

    Surat Berharga

    Senilai Rp63,5 miliar, menjadi porsi terbesar dalam kekayaannya.

    Properti

    Tanah dan bangunan di Jakarta Barat (196 m²/220 m²): Rp1,5 miliar Bangunan di Jakarta Selatan (82 m²): Rp1,5 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (218 m²/252 m²): Rp2,8 miliar Bangunan di Depok (60 m²): Rp600 juta Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (340 m²/285 m²): Rp10,1 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (300 m²/250 m²): Rp11 miliar Bangunan di Jakarta Selatan (60 m²): Rp750 juta Tanah di Bengkulu Tengah (508 m²): Rp80 juta Bangunan di Batam (150 m²): Rp1,8 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (235 m²/250 m²): Rp9 miliar Tanah dan bangunan di Medan (190 m²/600 m²): Rp10 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (341 m²/238 m²): Rp10,5 miliar

    Kendaraan

    Hery juga memiliki koleksi mobil senilai total Rp6,1 miliar:

    Land Rover Defender: Rp3,7 miliar Toyota Alphard: Rp1,2 miliar BMW X5: Rp780 juta Honda HRV: Rp430 juta

    Jadi, total harta kekayaan Hery Gunardi dari data tersebut kurang lebih Rp129,33 miliar.

    Dengan pengalaman panjang di dunia perbankan dan keahlian dalam mengelola proses merger besar, Hery Gunardi diharapkan mampu membawa BRI ke level berikutnya.

    Keberhasilannya memimpin Bank Syariah Indonesia menjadi bank syariah terbesar di Indonesia menjadi bukti kemampuan strategisnya. Kini, sebagai Direktur Utama BRI, ia memegang tanggung jawab besar untuk menjaga kinerja dan ekspansi bisnis salah satu bank terbesar di Indonesia ini.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • BRI hingga TLKM Alihkan Saham Besar-besaran ke Danantara, IHSG Anjlok 2,3 Persen

    BRI hingga TLKM Alihkan Saham Besar-besaran ke Danantara, IHSG Anjlok 2,3 Persen

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat koreksi tajam pada perdagangan Senin 24 Maret 2025, turun 2,30% atau 143,96 poin ke level 6.114,21.

    Penurunan ini dipicu kabar mengejutkan tentang peralihan saham besar milik negara ke Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) melalui PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

    Aksi Pengalihan Saham: Siapa Saja yang Terlibat?

    Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), peralihan saham dilakukan terhadap delapan emiten besar, yaitu:

    PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) PT Jasa Marga Tbk (JSMR) PT Krakatau Steel Tbk (KRAS)

    Saham-saham emiten tersebut langsung mengalami tekanan. Contohnya, saham TLKM turun 0,87% ke level Rp 2.290 per saham, BBRI anjlok 2,43% ke Rp 3.610, dan KRAS bahkan merosot 4,04% ke Rp 95.

    Mekanisme Inbreng dan Peran BKI

    Pengalihan ini dilakukan dengan skema inbreng, yakni penyertaan saham sebagai modal di entitas baru. Dalam hal ini, saham seri B milik negara dialihkan ke PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), yang berstatus Holding Operasional milik negara.

    “Pengalihan saham milik Negara RI sebagaimana Akta Inbreng tersebut merupakan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, yaitu UU BUMN dan PP 15/2025,” tulis manajemen BRI dalam pengumuman resmi di BEI.

    Meski saham dialihkan, negara tetap menjadi Pemegang Saham Pengendali (Ultimate Beneficial Owner) melalui kepemilikan satu saham Seri A Dwiwarna yang memberikan hak istimewa.

    “Dan kepemilikan tidak langsung sekitar 51,6 miliar lembar saham Seri B milik BKI melalui Danantara,” ujar Octavius Oky Prakarsa, VP Investor Relations Telkom Indonesia.

    BRI dan Telkom: Peralihan Saham Besar-besaran

    Untuk BRI, pemerintah resmi mengalihkan 80,6 miliar saham Seri B atau 53,19% ke BKI per 22 Maret 2025. Artinya, BKI kini menjadi pemegang mayoritas saham BRI. Meski demikian, pemerintah menegaskan status BRI tetap sebagai BUMN.

    Hal serupa terjadi pada Telkom (TLKM), di mana 52,09% saham Seri B atau 51,6 miliar lembar saham dialihkan ke BKI.

    “Pengalihan ini bagian dari kebijakan pembentukan holding operasional BUMN sesuai PP No. 15 Tahun 2025,” ucap Octavius.

    Dampak ke Pasar Saham

    Investor merespons negatif kabar ini. Analis menilai, meski pengalihan saham bertujuan memperkuat struktur investasi negara, ketidakpastian arah pengelolaan di bawah Danantara memicu aksi jual besar-besaran.

    “Pasar butuh kejelasan lebih jauh. Apakah Danantara akan mengelola aset ini lebih efektif atau justru menambah kompleksitas birokrasi? Ini yang membuat pelaku pasar wait and see,” tutur seorang analis pasar modal.

    Rosan Roeslani, CEO Danantara, menegaskan tim mereka terdiri dari ahli global yang siap mengelola investasi besar ini.

    “Kami pastikan, pengalihan ini demi penguatan ekonomi jangka panjang. Danantara hadir sebagai mesin penggerak investasi strategis, bukan sekadar menampung aset,” katanya dalam konferensi pers.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Perombakan Direksi Bank BUMN Dimulai, Ini Calon Bosnya

    Perombakan Direksi Bank BUMN Dimulai, Ini Calon Bosnya

    PIKIRAN RAKYAT – Menjelang Hari Raya Idul Fitri, dunia perbankan tanah air dihebohkan dengan kabar perombakan besar-besaran di jajaran direksi dan komisaris bank-bank pelat merah.

    Empat bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), bersiap menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dengan agenda utama merombak susunan kepengurusan.

    BRI: Siap Berganti Nahkoda

    BRI menjadi bank pertama yang memulai RUPST pada Senin, 24 Maret 2025, setelah sebelumnya dijadwalkan pada 11 Maret. Penundaan tersebut terjadi karena peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, yang kini menjadi pemegang saham mayoritas BUMN dengan kepemilikan 99%, sementara Kementerian BUMN masih memegang 1% saham Merah Putih.

    Pada RUPST kali ini, pergantian direksi menjadi agenda utama. Sunarso, yang menjabat Direktur Utama sejak 2019, dikabarkan akan digantikan. Beberapa nama santer disebut sebagai calon penggantinya, termasuk Catur Budi Harto, Wakil Direktur Utama BRI yang telah berkarier lama di bank tersebut dan memiliki pengalaman di BNI serta BTN.

    Selain itu, Hery Gunardi, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI), juga muncul sebagai kandidat kuat karena keberhasilannya memimpin BSI pasca-merger.

    Di jajaran direksi lainnya, nama-nama seperti Handayani, Supari, Agus Sudiarto, Agus Noorsanto, dan Ahmad Solichin Lutfiyanto, yang telah menjabat lebih dari satu periode, diperkirakan turut mengalami rotasi. Begitu pula dengan sejumlah komisaris, termasuk Kartika Wirjoatmodjo dan Rofikoh Rokhim.

    Bank Mandiri: Stabilitas atau Perubahan?

    Bank Mandiri, yang semula menjadwalkan RUPST pada 12 Maret, memundurkan rapat menjadi 25 Maret 2025. Agenda utama yang diusung adalah persetujuan perombakan direksi dan komisaris.

    Meskipun Darmawan Junaidi disebut-sebut akan melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua, sejumlah nama lain sempat mengemuka, seperti Alexandra Askandar dan Riduan. Namun, kedua nama terakhir ini kabarnya akan diproyeksikan ke posisi lain.

    Selain posisi Direktur Utama, beberapa jabatan strategis di jajaran direksi dan komisaris juga diperkirakan akan mengalami perubahan. Nama-nama seperti Aquaris Rudianto, Toni E. B. Subari, Rohan Hafas, dan Sigit Prastowo masuk dalam daftar yang masa jabatannya akan dievaluasi. Begitu pula dengan komisaris Arif Budimanta dan Loeke Larasati.

    BNI: Perombakan di Tengah Jalan

    BNI juga turut menjadwal ulang RUPST dari 13 Maret ke 26 Maret 2025. Perubahan susunan direksi menjadi sorotan utama, terutama dengan kabar bahwa Royke Tumilaar akan digantikan setelah menyelesaikan satu periode kepemimpinan sejak 2020. Nama Putrama Wahju Setywan, bankir senior yang sempat menjabat Direktur di BNI dan Direktur Utama PT Jaminan Kredit Indonesia, muncul sebagai kandidat kuat pengganti.

    Selain posisi Direktur Utama, tiga direksi lainnya — Novita Widya Anggraini, David Pirzada, dan Ronny Venir — juga dikabarkan akan digantikan seiring berakhirnya masa jabatan mereka. Novita dan David dikenal sebagai “bawaan” Royke dari Bank Mandiri, sedangkan Ronny adalah bankir karir di BNI.

    BTN: Nixon Tetap Bertahan?

    BTN dijadwalkan menggelar RUPST bersamaan dengan BNI pada 26 Maret 2025. Berbeda dengan BRI, Bank Mandiri, dan BNI, pucuk pimpinan BTN diperkirakan tidak akan mengalami perubahan signifikan.

    Nixon L.P. Napitupulu, yang baru diangkat sebagai Direktur Utama pada 2023, diprediksi akan tetap bertahan. Nixon memiliki rekam jejak panjang di BTN, termasuk menangani kredit bermasalah dan manajemen aset.

    Meski posisi Direktur Utama tampak aman, sejumlah direksi BTN yang telah menjabat lebih dari satu periode, seperti Elisabeth Novie Riswanti, Jasmin, Hirwandi Gafar, Setyo Wibowo, dan Andi Nirwoto, diperkirakan akan dievaluasi.

    Di jajaran komisaris, nama-nama seperti Chandra M. Hamzah, Armand B. Arief, dan Andin Hadiyanto juga masuk dalam radar perubahan.

    Dinamika Besar di Perbankan Pelat Merah

    Perombakan direksi dan komisaris di bank-bank BUMN kali ini bukan sekadar rotasi biasa. Ini merupakan langkah strategis dalam menyesuaikan struktur kepemimpinan dengan kebijakan baru di bawah payung BPI Danantara.

    Dengan komposisi kepemilikan 99% di tangan Danantara dan 1% saham Merah Putih yang dipegang Kementerian BUMN, rotasi ini dinilai krusial dalam membentuk kepemimpinan yang lebih adaptif terhadap arah pengembangan BUMN ke depan.

    Para pemegang saham dan publik kini menantikan hasil akhir dari RUPST masing-masing bank, yang akan menentukan wajah baru kepemimpinan perbankan pelat merah. Akankah rotasi ini membawa angin segar bagi kinerja bank BUMN? Atau justru memicu gejolak baru di pasar keuangan? Semua mata tertuju pada hasil RUPST yang akan datang.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Nama Kuat Calon Direksi, Dividen Hingga Rp13,95 Triliun, dan Rencana Buyback Saham

    Nama Kuat Calon Direksi, Dividen Hingga Rp13,95 Triliun, dan Rencana Buyback Saham

    PIKIRAN RAKYAT – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Rabu, 26 Maret 2025. Salah satu agenda utama dalam rapat tersebut adalah meminta persetujuan terkait penggunaan laba bersih tahun buku 2024.

    Pemegang saham yang berhak menghadiri dan memberikan suara dalam RUPST adalah mereka yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan atau memiliki rekening efek di PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga 3 Maret 2025 pukul 16.00 WIB.

    Calon Kuat Jajaran Direksi BNI

    Dalam RUPST kali ini, salah satu agenda penting adalah pergantian posisi direksi. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, dikabarkan akan digantikan setelah menyelesaikan satu periode masa jabatannya. Royke sebelumnya ditunjuk sebagai Dirut BNI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 September 2020. Meski sempat beredar kabar bahwa masa jabatannya akan diperpanjang, belakangan nama Putrama Wahju Setywan mencuat sebagai kandidat kuat untuk posisi tertinggi di BNI.

    Putrama merupakan bankir karier di BNI yang sebelumnya menjabat sebagai direktur pada 2020, bersamaan dengan penunjukan Royke. Setelah sempat menjabat sebagai Direktur Utama PT Jaminan Kredit Indonesia (2020-2022), ia kembali ke BNI pada 2022 dan pada Maret 2024 dipercaya menjadi Wakil Direktur Utama BNI. Seorang eksekutif di BNI menyebut bahwa Putrama berpeluang besar untuk menggantikan Royke.

    Selain Royke, tiga direksi lainnya juga akan menyelesaikan masa jabatannya dalam RUPST kali ini. Mereka adalah Novita Widya Anggraini, David Pirzada, dan Ronny Venir. Novita dan David sebelumnya berasal dari Bank Mandiri dan bergabung dengan BNI saat kepemimpinan Royke, sementara Ronny merupakan bankir karier di BNI.

    Kinerja Keuangan dan Bocoran Dividen

    Sepanjang tahun 2024, BNI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 21,46 triliun, meningkat 2,63% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 20,91 triliun. Sejalan dengan kinerja positif tersebut, BNI berencana meningkatkan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPR) ke kisaran 60-65%, tergantung pada keputusan RUPST.

    Jika rencana ini disetujui, dividen tunai yang akan dibagikan diperkirakan berkisar antara Rp 12,88 triliun hingga Rp 13,95 triliun. Keputusan final mengenai pembagian dividen akan ditetapkan dalam RUPST pada 26 Maret 2025.

    Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini, menegaskan bahwa rencana pembagian dividen tersebut telah mempertimbangkan sisi permodalan perseroan yang cukup kuat.

    “Hal ini dengan pertimbangan rasio permodalan BNI yang semakin kuat untuk meng-cover rencana pertumbuhan BNI di masa yang akan datang,” kata Novita.

    Rasio kecukupan permodalan (capital adequacy ratio/CAR) BNI secara bank only pada akhir 2024 tercatat di level 21,4%. Menurut Novita, pertimbangan ini dilakukan agar rasio permodalan BNI tetap solid untuk mendukung pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.

    Selain itu, Novita juga mengungkapkan bahwa BNI masih akan membagikan dividen secara tahunan dan belum berencana menerapkan skema pembagian dividen interim seperti yang dilakukan oleh beberapa bank besar lainnya, seperti BBCA dan BBRI. Untuk saat ini, kebijakan dividen tahunan masih menjadi pilihan utama bagi BNI.

    Rencana Buyback Saham

    BNI sebelumnya telah mengungkapkan salah satu agenda penting dalam RUPST, yakni rencana pembelian kembali saham (buyback). Perseroan berencana melakukan buyback dengan nilai maksimum Rp 905 miliar atau setara 10% dari total modal disetor. Pelaksanaan buyback ini dijadwalkan berlangsung selama 12 bulan sejak mendapatkan persetujuan dalam RUPST.

    Langkah buyback ini bertujuan untuk mengurangi tekanan jual di pasar akibat fluktuasi indeks harga saham. Selain itu, buyback juga menjadi sinyal bagi investor bahwa harga saham BNI saat ini dinilai belum mencerminkan fundamental perusahaan secara optimal.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • IHSG Anjlok Lagi! Ini Rekomendasi Saham Potensial untuk Perdagangan Senin, 24 Maret 2025

    IHSG Anjlok Lagi! Ini Rekomendasi Saham Potensial untuk Perdagangan Senin, 24 Maret 2025

    PIKIRAN RAKYAT – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terperosok, menambah tekanan bagi para investor. Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengingatkan bahwa secara teknikal IHSG masih rawan terkoreksi lebih dalam.

    “Hal tersebut akan terjadi apabila IHSG break dari 6.011,” ucapnya. 

    Didit, panggilan akrabnya, memprediksi IHSG berpotensi bergerak di area support 6.011 hingga 5.938 dan resistance di kisaran 6.445 hingga 6.557.

    Rekomendasi Saham MNC Sekuritas

    PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)

    Koreksi: 8,92% ke level 1.940 Rekomendasi: Buy on Weakness Target Harga: 2.080 – 2.250 Stoploss: Di bawah 1.785

    PT Avia Avian Tbk (AVIA)

    Koreksi: 2,42% ke level 404 Rekomendasi: Buy on Weakness Target Harga: 418 – 450 Stoploss: Di bawah 336

    PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)

    Koreksi: 7,17% ke level 1.035 Rekomendasi: Speculation Buy Target Harga: 1.070 – 1.120 Stoploss: Di bawah 935

    PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA)

    Koreksi: 9,70% ke level 605 Rekomendasi: Speculation Buy Target Harga: 660 – 715 Stoploss: Di bawah 535
    Rekomendasi Saham Indo Premier Sekuritas

    IHSG dinilai berada dalam tren bearish setelah anjlok 4% sepanjang pekan 17-21 Maret 2025. Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, mengingatkan IHSG telah masuk teritori bearish setelah turun lebih dari 20% dari titik tertinggi pada 19 September 2024.

    Buy on Pullback PT AKR Corporindo Tbk (AKRA)
    Sentimen: Potensi kenaikan harga minyak global dan migrasi pelanggan dari Pertamina ke AKRA Buy on Breakout PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR)
    Sentimen: Kenaikan produksi dan penjualan batubara metalurgi Buy United Tractors Tbk (UNTR)
    Sentimen: Kenaikan pendapatan dari bisnis emas dan mineral lainnya Saham Incaran Investor Mirae Asset Sekuritas

    Pada perdagangan Jumat 21 Maret 2025, investor Mirae Asset memborong tiga saham unggulan di tengah pelemahan IHSG:

    BBCA (Bank Central Asia)

    Frekuensi beli: 13.837 kali Net volume: 231.134 lot Net buy: Rp185 miliar

    BBNI (Bank Negara Indonesia)

    Frekuensi beli: 6.232 kali Net volume: 183.145 lot Net buy: Rp71 miliar

    BMRI (Bank Mandiri)

    Frekuensi beli: 4.310 kali Net volume: 53.508 lot Net buy: Rp24 miliar

    Dengan IHSG yang masih berada di tekanan bearish, para investor diimbau untuk lebih berhati-hati dan memanfaatkan strategi buy on weakness maupun speculation buy pada saham-saham berpotensi rebound. Tetap cermati sentimen global, terutama data inflasi AS dan pergerakan rupiah terhadap dolar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Garut 24-27 Maret 2025, Ada BNI hingga BRI

    Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Garut 24-27 Maret 2025, Ada BNI hingga BRI

    Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Garut 24-27 Maret 2025, Ada BNI hingga BRI

  • Begini Cara Mengetahui Bank dari Nomor Rekening

    Begini Cara Mengetahui Bank dari Nomor Rekening

    PIKIRAN RAKYAT – Dalam kehidupan sehari-hari, kamu pasti sering melakukan transaksi keuangan, baik itu transfer antar-bank maupun pembayaran digital. Namun, terkadang kamu perlu mengetahui asal bank dari nomor rekening sebelum melakukan transaksi. Mengetahui bank dari nomor rekening bisa mempermudah proses transaksi dan menghindari kesalahan dalam pengiriman dana.

    Setiap bank memiliki nomor rekening dengan format unik yang membedakannya dari bank lain. Format ini meliputi jumlah digit nomor rekening yang berbeda-beda dan kode bank yang harus dimasukkan saat melakukan transfer antar-bank. Dengan memahami karakteristik ini, kamu bisa dengan mudah mengenali bank tujuan dari nomor rekening yang diberikan.

    Selain memperhatikan jumlah digit pada nomor rekening, kamu juga bisa menggunakan kode bank untuk mengetahui asal rekening. Kode bank adalah angka khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi bank dalam sistem perbankan. Kode ini wajib dimasukkan saat melakukan transaksi antar-bank agar dana dapat dikirim dengan benar.

    Jika kamu masih bingung mengenai cara mengetahui bank dari nomor rekening, Pikiran-Rakyat.com akan membantu kamu memahami metode yang dapat digunakan, termasuk daftar jumlah digit nomor rekening dan kode bank di Indonesia.

    Cara Mengetahui Bank dari Nomor Rekening

    Jumlah Digit Nomor

    Salah satu cara paling mudah untuk mengetahui bank dari nomor rekening adalah dengan melihat jumlah digitnya. Bank Indonesia telah menetapkan jumlah digit yang berbeda untuk setiap bank sebagai bagian dari sistem identifikasi mereka. Berikut adalah daftar jumlah digit nomor rekening dari beberapa bank di Indonesia:

    BRI: 15 digit BCA: 10 digit BNI: 10 digit Bank Mandiri: 13 digit BTN: 16 digit BSI (Bank Syariah Indonesia): 10 digit Bank Danamon: 10 digit Bank Bukopin: 10 digit OCBC NISP: 12 digit Bank CIMB Niaga: 13 digit Bank Muamalat: 10 digit Bank Sinarmas Syariah: 10 digit

    Dengan mengetahui jumlah digit ini, kamu bisa mengenali apakah nomor rekening yang diberikan berasal dari BRI, BCA, Mandiri, atau bank lainnya. Namun, jika kamu masih ragu, kamu bisa mengonfirmasi lebih lanjut dengan melihat kode bank yang digunakan dalam transaksi.

    Kode Bank

    Selain jumlah digit, kamu juga bisa mengetahui asal bank dari nomor rekening dengan melihat kode bank. Kode bank adalah angka identifikasi yang wajib dimasukkan saat transfer antar-bank agar transaksi dapat diproses dengan benar. Berikut adalah beberapa kode bank di Indonesia:

    Kode Bank BCA: 014 Kode Bank BRI: 002 Kode Bank BNI: 009 Kode Bank BTN: 200 Kode Bank Syariah Indonesia (BSI): 451 Kode Bank Mandiri: 008 Kode Bank Permata: 013 Kode Bank CIMB Niaga: 022 Kode Bank Muamalat: 147 Kode Bank Danamon: 011 Kode Bank Mega: 426 Kode Bank Maybank (BII): 016 Kode Bank Sinarmas: 153 Kode Bank OCBC NISP: 028 Kode Bank Commonwealth: 950 Kode Bank Bukopin: 441 Kode Bank BTPN: 213 Kode Bank Citibank: 031 Kode Bank Panin: 019 Kode Bank DBS Indonesia: 046 Kode Bank Resona Perdania: 047

    Saat melakukan transfer antar-bank melalui ATM, mobile banking, atau internet banking, kamu perlu memilih bank tujuan berdasarkan kode bank ini. Jika kamu memiliki nomor rekening tujuan tetapi tidak mengetahui banknya, kamu bisa mencoba memasukkan nomor rekening tersebut dalam menu transfer di aplikasi mobile banking. Biasanya, sistem akan secara otomatis menampilkan nama bank setelah kamu mengetikkan nomor rekening.

    Selain itu, jika kamu ingin memastikan bank dari nomor rekening secara manual, kamu bisa menggunakan layanan pengecekan bank dari beberapa situs resmi atau aplikasi perbankan.

    Dengan memahami jumlah digit nomor rekening dan kode bank, kamu bisa lebih mudah mengidentifikasi asal bank dari nomor rekening yang diberikan. Cara ini sangat membantu dalam menghindari kesalahan transfer dan memastikan transaksi berjalan lancar. Jadi, pastikan kamu selalu memeriksa kembali informasi sebelum mengirim dana ke rekening tujuan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Libur Nyepi dan Lebaran 2025, Layanan Operasional Perbankan Berjalan Terbatas – Halaman all

    Libur Nyepi dan Lebaran 2025, Layanan Operasional Perbankan Berjalan Terbatas – Halaman all

    Libur Nyepi dan Lebaran 2025, Layanan Operasional Perbankan Berjalan Terbatas

     

    Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sejumlah perbankan menerapkan layanan operasional terbatas pada momen masa libur Lebaran kali ini.

    Satu di antaranya adalah PT Bank Negara Indonesia (BNI) yang menerapkan layanan operasional terbatas tersebut pada libur Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947 dan Idul Fitri 1446 Hijriyah.

    Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan, pada periode Lebaran dan Nyepi 2025, pihak BNI akan melaksanakan operasional terbatas pada 28 Maret hingga 7 April 2025 mulai pukul 09.00-12.00 waktu setempat. 

    “Terdapat 86 KC/KCP dan 16 O-Branch BNI menerapkan layanan operasional terbatas sesuai tanggal yang telah ditetapkan agar bisa melayani nasabah selama libur Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri 2025,” kata Okki dikutip Minggu (23/3/2025).

    Sebanyak 36 outlet beroperasi terbatas pada 28 Maret 2025 diantaranya KC Malang dan KCP Jembatan Ampera Palembang. Sedangkan pada 1 April ada 18 outlet salah satunya KC Kediri dan KCP Gajah Mada. 

    Sementara itu, sebanyak 40 outlet beroperasi terbatas pada 4 April 2025 dan pada 7 April terdapat 24 outlet diantaranya KC Purwokerto dan Malang. 

    Okki menambahkan, Layanan O-Branch atau Mobil Gerak BNI juga beroperasi di sejumlah titik arus mudik seperti Tol Keramasan Musi Palembang, Exit Tol Cirebon, Rest Area Madiun 626 dan 597, dan Rest Area 844 Jalur B Probolinggo. 

    O-Branch BNI juga hadir di lokasi strategis arus mudik seperti Terminal Giri Mas Mataram, Pelabuhan Ketapang, dan area UPPKB Cekik Gilimanuk. 

    “Kami berharap dengan adanya operasional terbatas kantor cabang BNI dan layanan O-Branch, serta semua kanal digital BNI, kebutuhan perbankan nasabah dapat tetap terpenuhi di tengah libur panjang Nyepi dan Lebaran tahun ini,” tutur Okki.