BUMN: BNI

  • Saham BBRI Kembali Naik Jadi Rp4.210, Kini Diburu Asing

    Saham BBRI Kembali Naik Jadi Rp4.210, Kini Diburu Asing

    Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada hari ini, Kamis, 16 Januari 2025, tercatat mengalami kenaikan saat pembukaan pasar sesi pertama. Saham BBRI dibuka dengan kenaikan sebesar 120 poin atau 2,93%, mencapai Rp4.210 per lembar saham.

    Kenaikan ini terjadi meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang mengalami penurunan pada sesi pertama pagi ini. Pada perdagangan bursa sebelumnya, saham BBRI ditutup di harga Rp4.090.

    Diketahui, investor asing aktif melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp593,86 miliar dalam perdagangan saham di seluruh pasar, Rabu (15/1). Di pasar reguler, investor asing juga mencatatkan net buy sebesar Rp563,66 miliar.

    Saham BBRI diborong asing

    Saham BBRI menjadi yang paling diminati dengan net buy tertinggi mencapai Rp429,12 miliar dari investor asing. Disusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp157,06 miliar dan posisi ketiga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp54,77 miliar.

    Sebaliknya, aksi jual bersih (net sell) terbesar oleh investor asing terjadi pada saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), meski nilainya tergolong relatif kecil, yakni sebesar Rp32,2 miliar. Aksi jual bersih berikutnya tercatat pada saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan nilai Rp23,21 miliar.

    Dari kondisi ini, kenaikan saham perbankan diyakini karena pasar merespons keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memangkas BI Rate, dengan mengakumulasi saham-saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga.

    BBRI sempat lama anjlok

    Di sisi lain, Research Associate Panin Sekuritas, Novi Vianita sebelumnya menjelaskan penurunan harga saham BBRI beberapa pekan lalu disebabkan oleh sentimen aksi jual asing di tengah ketidakpastian global. Ia menjelaskan bahwa kebanyakan investor asing masuk ke pasar modal Indonesia lewat saham perbankan.

    “Betul, kenapa bank atau dalam hal ini BBRI trennya masih turun akibat aksi jual asing, karena kepemilikan asing itu lebih banyak di bank, jadi kalau asing keluar itu bakal terasa banget buat pergerakan harga emiten bank,” kata Novi kepada Fortune Indonesia, Rabu (15/1).

    Saham BBRI sempat bertengger di bawah level Rp4.000. Sentimen lain penurunan harga saham BBRI disebut karena adanya pelemahan daya beli. Adapun porsi penyaluran kredit BRI terhadap segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) itu cukup besar yaitu 83,25% pada kuartal I-2024.

    “Sehingga dengan adanya pelemahan daya beli itu berpengaruh terhadap kinerja BBRI. Di samping itu, outflow asing terbilang deras karena pertimbangannya NPL (non-perfoming loan) UMKM dan penurunan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed,” kata Novi.

  • Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Dicapai dengan Investasi Rp 13.035 Triliun

    Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Bisa Dicapai dengan Investasi Rp 13.035 Triliun

    Jakarta, Beritasatu.com – Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen pada 2029, Indonesia membutuhkan realisasi investasi sebesar Rp 13.035 triliun. Hal ini disampaikan Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani.

    Menurut Rosan, investasi merupakan salah satu pilar utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam struktur perekonomian, kontribusi investasi mencapai 23-24 persen, menempati posisi kedua setelah konsumsi domestik yang menyumbang sekitar 53-54 persen.

    “Peran investasi sangat signifikan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Kami diberikan target oleh Bappenas dalam lima tahun ke depan dari 2025 sampai 2029 ini diharapkan mendatangkan investasi kurang lebih Rp 13.035 triliun,” ujar Rosan dalam acara BNIdirect Appreciation Night 2024 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa (15/1/2025).

    Rosan mengakui, angka tersebut sangat besar, sehingga diperlukan kolaborasi lintas sektor untuk mencapainya.

    Sementara itu, realisasi investasi Indonesia sepanjang Januari–September 2024 mencapai Rp 1.261,43 triliun. Angka ini mencapai 76,45% dari target realisasi investasi 2024 yang ditetapkan sebesar Rp 1.650,0 triliun. Pada 2025, realisasi investasi diharapkan mencapai Rp 1.905 triliun. 

    Sebagai salah satu pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, Rosan mengapresiasi BNI atas berbagai kontribusiny, terutama melalui dukungan terhadap sistem finansial, perbankan, usaha kecil dan menengah (UMKM), serta korporasi.

    “Harapannya ini (kontribusi BNI) terus meningkat. Apalagi program hari ini yaitu BNI Direct yang memberikan kemudahan dan aksesibilitas lebih luas kepada masyarakat Indonesia,” tutup Rosan yang menilai peran BNI sangat penting dalam mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi 8 persen.

  • Menanti Bunga Kredit Turun Usai BI Rate Dipangkas

    Menanti Bunga Kredit Turun Usai BI Rate Dipangkas

    Jakarta

    Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan bunga acuan 25% menjadi 5,75%. Penurunan juga berlaku terhadap suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility.

    “Rapat dewan gubernur BI pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI rate 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi 5% dan suku bunga lending facility juga turun 25 bps menjadi 6,5%,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry menyebut keputusan ini sudah berdasarkan dinamika yang terjadi baik di global maupun domestik. Ke depan ia masih melihat terbukanya peluang penurunan suku bunga lagi.

    “Ketika kita menurunkan BI rate itu sebenarnya perubahan stand itu sudah ada, yaitu stability and growth. Kami juga terus menyampaikan bahwa mencermati, masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Nah waktunya tentu saja sesuai dinamika yang terjadi di global dan nasional dan itu terus kami ulang-ulang dari bulan ke bulan,” kata Perry.

    Alasan pertama terkait dinamika global, BI mengaku sudah melihat arah kejelasan kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Fed Fund Rate (FFR). Arah kebijakan yang sudah lebih jelas ini membuat BI untuk menurunkan suku bunga.

    “Karena kejelasan arah kebijakan pemerintahan AS khususnya setelah terpilihnya Presiden Trump dan juga arah kebijakan FFR. Kami ikuti dari bulan ke bulan yang dari bulan ke bulan sebelumnya ini ketidakpastiannya masih besar. Bulan ini ketidakpastiannya masih ada, tapi kami bisa menakar,” ucap Perry.

    Perry menyebut yang selama ini menjadi perhatiannya adalah ketidakjelasan kondisi global dan dampaknya terhadap nilai tukar. Saat ini pihaknya mengaku sudah menakar nilai tukar rupiah yang diklaim relatif stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya ke depan.

    “Kami dalam dua hari ini melakukan exercise, skenario-skenario nilai tukar. Kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan masih konsisten dengan nilai fundamental,” ucap Perry.

    Kedua, dari sisi domestik, BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan akan tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka.

    “Inflasinya rendah dibandingkan dengan 2,5±1% sasaran dan kami perkirakan di dua tahun ini juga masih akan tetap rendah. Dengan inflasinya rendah, terbuka untuk menurunkan suku bunga kan,” tutur Perry.

    Pertimbangan ketiga adalah data survei ekonomi BI. Perry melihat ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah dari perkiraan pada 2025 sehingga penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan.

    “(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari titik tengah, berarti masih di atas 5% tapi mungkin di bawah 5,1%. Tahun 2025 yang semula kisarannya 4,8-5,6% titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah menjadi 4,7-5,5% jadi titik tengah 5,1%. Oleh karena itu this is the timing untuk menurunkan suku bunga supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik,” ungkapnya.

    Apakah bunga bank ikut turun?

    Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar sendiri belum bisa memastikan apakah penurunan suku bunga acuan ini akan membuat bunga kredit BNI ikut turun atau tidak.

    “Kita lihat nanti kalau suku bunga, tapi dampaknya kepada kredit seharusnya sih nggak terlalu signifikan,” kata Royke saat ditemui wartawan di Jakarta, Rabu (15/1/2025).

    Alih-alih hanya menurunkan suku bunga acuan, ia berharap BI juga bisa menurunkan suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) agar jumlah uang beredar semakin banyak.

    Royke tidak memungkiri jika penurunan suku bunga ini akan dapat meningkatkan ekspansi kredit masyarakat, meski tidak begitu besar.

    “Mudah-mudahan, menurut saya signal BI turunkan suku bunga 0,25 itu sudah bagus banget. Itu berarti signal bahwa, ya banyak hal lah, pasti impact-nya banyak lah ya,” ucap Royke.

    (kil/kil)

  • Proyeksi Ekonomi Global dan Indonesia di 2025

    Proyeksi Ekonomi Global dan Indonesia di 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas), Perusahaan Anak dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, memaparkan proyeksi tentang pasar modal Indonesia pada tahun 2025. BNI Sekuritas memperkirakan bahwa tahun 2025 akan menjadi langkah lanjutan menuju pemulihan pasca-Covid-19, walaupun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat dibandingkan dengan sebelum pandemi.

    SEVP Research BNI Sekuritas Erwan Teguh mengatakan, meskipun kemungkinan resesi di Amerika Serikat masih rendah, risikonya cenderung meningkat. Kemenangan Donald Trump dan dominasi Partai Republik yang menciptakan situasi politik trifecta dapat memberikan peluang bagi Trump untuk menerapkan kebijakan kontroversial. Jika kebijakan-kebijakan tersebut dijalankan, hal ini bisa menambah risiko penurunan terhadap pertumbuhan global.

    Di tengah ketidakpastian ini, ASEAN diprediksi akan tampil lebih baik. Indonesia, dengan ekonomi yang lebih mengandalkan konsumsi domestik dan ketahanan yang sudah terbukti, dapat menjadi tempat yang lebih aman, bahkan dalam kawasan ASEAN. Pemerintahan baru Indonesia, yang didukung oleh koalisi terbesar dalam sejarah parlemen, diharapkan dapat mempercepat reformasi, memberikan arah kebijakan yang lebih jelas, dan memastikan kebijakan dilaksanakan dengan lebih baik.

    Proyeksi Ekonomi Indonesia di 2025

    BNI Sekuritas melihat prospek untuk Indonesia di tahun 2025 adalah pertumbuhan yang stabil, didorong oleh kebijakan yang berfokus pada stabilitas, investasi, konsumsi domestik, dan program sosial, sementara kemungkinan besar akan menghindari ekspansi fiskal besar-besaran. Tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah fluktuasi harga komoditas dan pertumbuhan yang lebih lambat dari mitra dagang terbesar, yaitu China.

    Pasar konsumen Indonesia berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang kuat jika langkah-langkah stimulus fiskal dapat dipertegas, yang akan mendorong konsumsi. Sektor nikel Indonesia tetap menjadi sektor kunci, meskipun volatilitas harga komoditas dan perdebatan mengenai energi terbarukan dapat memengaruhi prospek permintaan. Pemangkasan suku bunga global dan stimulus dari China memberikan dorongan positif, tetapi ketegangan geopolitik, terutama di kawasan Asia-Pasifik, serta konflik yang terus berlanjut di Ukraina dan Gaza, dapat menambah risiko terhadap aliran perdagangan dan sentimen investor.

    Valuasi Pasar Indonesia dan Sektor-Sektor Utama

    Valuasi pasar Indonesia, baik berdasarkan rasio P/E maupun PBV, sangat menarik jika dibandingkan dengan negara-negara sejenis di kawasan Asia dan hasil imbal hasil obligasi. Sebagian besar sektor, termasuk telekomunikasi, barang konsumen, dan keuangan, berada di bawah rata-rata historis. Pertumbuhan diperkirakan akan didorong oleh sektor barang konsumen, kesehatan, dan keuangan, sementara sektor komoditas mungkin tetap kurang menggairahkan. Target indeks JCI secara bottom-up diperkirakan berada di sekitar 8.200, dengan rentang kasus bearish dan bullish di 7.200 hingga 8.950. Potensi kenaikan mencapai 24%.

    “Dengan proyeksi pertumbuhan yang stabil dan peluang investasi yang menarik di sektor-sektor tersebut, Indonesia menunjukkan potensi yang solid dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang ada,” tutup Erwan.

  • Hadapi Kontraksi Ekonomi, BNI Luncurkan BNI Direct untuk Turunkan Biaya Pendanaan

    Hadapi Kontraksi Ekonomi, BNI Luncurkan BNI Direct untuk Turunkan Biaya Pendanaan

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) sedang berhadapan dengan tantangan kontraksi ekonomi yang dapat mempengaruhi likuiditas dan arus uang beredar. Untuk merespons hal ini, BNI meluncurkan produk BNI Direct bertujuan menurunkan biaya pendanaan (cost of fund) di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian.

    “BI dan pemerintah meluncurkan sejumlah kebijakan yang menunjukkan adanya kontraksi, yang berarti akan ada berkurangnya uang yang beredar. Ini juga akan mempengaruhi potensi apresiasi nilai uang dan menyebabkan kenaikan nilai kredit,” ujar Executive Chairman B-Universe Enggartiasto Lukita dalam acara BNI Investor Daily Round Table di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (15/1/2025).

    Lebih lanjut, Enggartiasto menekankan, kenaikan nilai kredit akan menambah beban bagi pelaku usaha.

    “Kami menghargai langkah BNI yang responsif terhadap situasi ini dengan menghadirkan solusi yang dapat mengurangi beban biaya pendanaan,” tambahnya.

    Saat ini, tingginya suku bunga menyebabkan suku bunga deposito dan biaya pendanaan meningkat. Untuk meredakan dampak ini, BNI meluncurkan BNI Direct guna menurunkan cost of fund.

    Ia mengajak masyarakat dan pelaku usaha untuk tetap optimis menghadapi 2025, mengingat fundamental ekonomi Indonesia yang cukup kuat untuk menghadapi ketidakpastian global.

    “Harapannya, ke depan otoritas moneter tidak lagi melakukan kontraksi apapun, termasuk untuk mengendalikan inflasi,” tutur Enggartiasto Lukita.

  • Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Masih Tergantung Faktor Musiman, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

    Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Masih Tergantung Faktor Musiman, Ini yang Harus Dilakukan Pemerintah

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemerintah haris menguatkan produk lokal demi menghadapi pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat yang masih tergantung faktor musiman, seperti Ramadan, Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru.

    Perekonomian Indonesia menunjukkan optimisme meski menghadapi ketidakpastian global. Namun, di balik optimisme tersebut, masih ada tantangan struktural dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi domestik.

    Menteri Investasi Rosan P Roeslani menjelaskan, konsumsi domestik memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

    “Sekitar 53-54% pertumbuhan ekonomi kita berasal dari konsumsi domestik, diikuti oleh investasi sebesar 23-24%, belanja pemerintah sekitar 8-9%, dan net export yang hanya sekitar 2%,” ujar Menteri Investasi Rosan P Roeslani usai menghadiri acara BNI Investor Daily Round Table dengan tema “Tumbuh Lebih Tinggi Menghadapi Tantangan Domestik dan Tekanan Global” di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (15/1/2025).

    Meski demikian, konsumsi rumah tangga Indonesia masih sangat bergantung pada faktor musiman, seperti Ramadan, Idulfitri, Natal, dan Tahun Baru.

    Di sisi lain, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menyoroti peran masyarakat kelas menengah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Ia mengajak kalangan masyarakat, terutama yang sering berbelanja di luar negeri, untuk mulai mengalokasikan belanja mereka untuk produk lokal dan wisata domestik.

    “Ada 10% kalangan masyarakat yang sering berbelanja ke luar negeri, diharapkan bisa mulai berbelanja di dalam negeri seperti pada sektor pariwisata ataupun produk lokal,” ujarnya.

    Sementara itu, untuk masyarakat menengah ke bawah diarahkan untuk tetap menjaga pembelian agar tidak berlebih. Pemerintah juga telah menyiapkan subsidi dan bantuan sosial menjelang Ramadan (untuk meningkatkan konsumsi masyarakat) demi mendukung daya belinya.

    “Kami harap pemerintah memenuhi komitmen untuk mencairkan anggaran untuk bantuan sosial menjelang Ramadan, meskipun untuk perusahaan swasta, pencairan THR-nya akan tergantung pada kondisi ekonomi dan situasi pasar,” tandas Chairman Executive B-Universe Enggartiasto Lukita. 

  • BNI dan Investor Daily Bahas Strategi Ekonomi Indonesia Menghadapi 2025

    BNI dan Investor Daily Bahas Strategi Ekonomi Indonesia Menghadapi 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – B-Universe dan Bank Negara Indonesia (BNI) menggelan BNI Investor Daily Round Table pada Rabu (15/1/2025). BNI Investor Daily Round Table merupakan diskusi tentang ekonomi domestik dan internasional yang mengusung tema “Tumbuh Lebih Tinggi Menghadapi Tantangan Domestik dan Tekanan Global”

    Diskusi ini menghadirkan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Direktur Utama BNI Royke Tumilaar yang duduk bersama Executive Chairman B-Universe Enggartiasto Lukita sebagai pemandu diskusi.

    Forum yang dihadiri lebih dari 100 tamu ini menjadi platform penting bagi para pelaku ekonomi untuk mempersiapkan langkah-langkah strategis pada 2025, terutama dengan adanya ketidakpastian global, seperti potensi perang tarif dan kebijakan ekonomi internasional lainnya, termasuk dampak dari kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan global.

    “Hingga saat ini, asumsi APBN masih sesuai dengan proyeksi Kementerian Keuangan, sehingga kami tetap optimistis dengan pencapaian target-target yang telah ditetapkan,” ungkap Airlangga dalam diskusi di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (15/1/2025).

    Lebih lanjut, Indonesia terus memperkuat pilar-pilar strategi ekonomi domestiknya, di antaranya melalui partisipasi dalam OECD, penandatanganan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF), serta kolaborasi dengan negara-negara anggota BRICS.

    Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan sektor ekonomi Indonesia dalam menghadapi dampak dari ketidakpastian global.

    Selain itu, optimisme juga tercermin dari berbagai inisiatif di tingkat daerah, seperti kemajuan hilirisasi industri dan upaya terus-menerus dalam pengendalian inflasi, yang menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi.

    Diskusi BNI Investor Daily Round Table mengenai strategi ekonomi ini masih akan berlanjut hingga sore hari dan masyarakat dapat menyaksikan sesi diskusi lengkapnya melalui BTV atau Investor Daily TV (IDTV).

  • Harga Penutupan IHSG hari ini, 15 Jan 2025

    Harga Penutupan IHSG hari ini, 15 Jan 2025

    Jakarta, FORTUNE– Indeks Harga Saham Gabungan (Ihsg) menguat 122.90 poin atau 0.02 persen ke level 7079.56 pada penutupan perdagangan 15 Jan 2025. Tercatat ada 37 saham yang mengalami kenaikan dan 38 yang mengalami penurunan.

    Top Gainers & Top Loser Saham Hari Ini 15 Jan 2025

    ilustrasi pergerakan saham (unsplash.com/Wance Paleri)

    Dengan penguatan IHSG hari ini, berikut ini saham-saham yang menjadi Top Gainer dan Top Loser pada perdagangan hari ini:

    Saham BBRI – Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. naik 7.63%Saham BBNI – Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. naik 6.78%Saham BMRI – Bank Mandiri (Persero) Tbk. naik 6.48%Saham PWON – Pakuwon Jati Tbk. naik 5.26%Saham BUKA – Bukalapak.com Tbk. naik 5.13%Saham TINS – Timah Tbk. turun -3.57%Saham PTPP – PP (Persero) Tbk. turun -2.29%Saham BRPT – Barito Pacific Tbk. turun -2.06%Saham MDKA – Merdeka Copper Gold Tbk. turun -1.53%Saham TPIA – Chandra Asri Pacific Tbk. turun -1.11%

    Meskipun beberapa saham mengalami kenaikan, ada juga saham yang mengalami penurunan. Maka dari itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis dengan cermat dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental serta sentimen pasar sebelum membuat keputusan Investasi.

  • Diaspora Loan BNI Bantu Pengusaha RI Kembangkan Bisnis Kuliner di Seoul

    Diaspora Loan BNI Bantu Pengusaha RI Kembangkan Bisnis Kuliner di Seoul

    Jakarta

    PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus membantu pelaku usaha mengembangkan bisnisnya hingga ke luar negeri. Melalui diaspora loan, pemilik Bakso Rindu Kampung di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan bisnis kuliner dengan menu khas Indonesia.

    Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, BNI Seoul adalah satu-satunya bank asal Indonesia yang memiliki izin full branch di Korea Selatan, sehingga dapat menyalurkan kredit modal usaha untuk diaspora Indonesia di negara tersebut.

    “Melalui kantor luar negeri (KLN) BNI di Seoul, kami dapat memberikan fasilitas kredit untuk mendukung pertumbuhan usaha diaspora dengan fokus bisnis yang berhubungan dengan Indonesia,” kata Okki dalam keterangan tertulis, Rabu (15/1/2025).

    Pengusaha kuliner asal Palembang, Sumatera Selatan, Feriansyah menetap di Seoul sejak 2011 dan mulai menjalankan bisnis Bakso Rindu Kampung sejak 2020. Restoran yang menawarkan menu-menu khas Indonesia itu kini menjadi salah satu tujuan kuliner favorit di daerah Ittaewon, Kota Seoul, Korea Selatan.

    Berbekal pengalaman dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan bisnis, Feriansyah berhasil memperluas usahanya dengan mendirikan Restoran Halo Indonesia di daerah Hongdae pada 2024 didukung oleh BNI Seoul.

    BNI memberikan fasilitas diaspora loan kepada Bakso Rindu Kampung untuk mendukung kebutuhan modal kerja. Diaspora loan senilai 25 juta won tersebut disetujui pada akhir 2024.

    Melalui kolaborasi tersebut, BNI Seoul ingin memberdayakan wirausahawan Indonesia dan mempromosikan warisan budaya di panggung global. Diaspora loan ini merupakan yang ketiga setelah pada 2022 sebanyak 2 diaspora mendapatkan fasilitas serupa dari BNI Seoul.

    BNI berkomitmen akan melanjutkan penguatan peran kantor luar negeri agar dapat memberikan manfaat bagi diaspora dan Pekerja Migran Indonesia sehingga berdampak terhadap perekonomian nasional.

    (anl/ega)

  • Hadirkan Menko Airlangga, B-Universe dan BNI Gelar Investor Daily Roundtable Bahas Outlook Ekonomi 2025

    Hadirkan Menko Airlangga, B-Universe dan BNI Gelar Investor Daily Roundtable Bahas Outlook Ekonomi 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – B-Universe bersama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menggelar acara Investor Daily Roundtable (IDRT) membahas outlook ekonomi 2025 bertajuk “Tumbuh Lebih Tinggi Menghadapi Tantangan Domestik dan Tekanan Global” yang digelar di Hotel Mulia, Rabu (15/1/2024).

    Diskusi ekonomi ini menghadirkan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Direktur Utama BNI Royke Tumilaar yang duduk bersama Executive Chairman B-Universe Enggartiasto Lukita sebagai pemandu diskusi.

    Sejumlah tantangan dan peluang perekonomian baik secara global maupun nasional didiskusikan mulai pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. Acara ini turut diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari pemangku kebijakan, pelaku usaha, investor, akademisi hingga masyarakat umum.

    Dalam kesempatan ini, Airlangga membahas dampak berbagai kondisi global yang saat ini terjadi seperti strategi pemerintah menyikapi “perang dagang Jilid II” antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) hingga keikutsertaan Indonesia dalam BRICS dan OECD.

    Kemudian, Airlangga juga akan membahas terkait strategi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi 2025, meningkatkan daya beli masyarakat kelas menengah, investasi asing langsung (FDI), hingga perkembangan kawasan ekonomi khusus (KEK).

    Sementara itu, Royke membahas proyeksi pertumbuhan sektor perbankan di Indonesia pada 2025, hingga bagaimana BNI melihat perannya dalam mendukung ekonomi Indonesia mencapai target pertumbuhan PDB yang berkelanjutan.

    Tak hanya itu, B-Universe bersama BNI juga akan melaksanakan BNIdirect Appreciation Night 2025 dalam rangka mengapresiasi pihak-pihak yang terlibat dalam layanan internet banking untuk pelaku bisnis dan perusahaan dari BNI. BNIdirect pertama kali diluncurkan pada saat gelaran Investor Daily Summit pada 8 Oktober 2024 lalu.

    Dalam acara malam apresiasi ini, narasumber yang akan hadir Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dan Menteri BUMN Erick Thohir.

    Sebagai informasi, Investor Daily Roundtable yang bahas outlook ekonomi 2025 dan BNIdirect Appreciation Night 2025 ini akan disiarkan oleh Beritasatu TV dan BTV pada Jumat, 17 Januari 2025, serta akan diberitakan secara langsung oleh ratusan media di bawah holding B-Universe.