BUMN: Bank Mandiri

  • Bank Mandiri Ungkap Ketidakpastian Global Masih soal Volatilitas dan Risiko Geopolitik

    Bank Mandiri Ungkap Ketidakpastian Global Masih soal Volatilitas dan Risiko Geopolitik

    JAKARTA – Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Ari Rizaldi menyampaikan bahwa sepanjang tahun ini tantangan di pasar global terus berlanjut, dengan berbagai sumber volatilitas yang berasal dari berbagai belahan dunia.

    Menurutnya, kondisi ekonomi dan pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian, terutama yang berkaitan dengan kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat serta instabilitas geopolitik di sejumlah kawasan.

    “Meskipun kalau kita lihat keputusan tarif sudah diambil Presiden Trump dengan tercapainya kesepakatan dagang, namun fase baru justru dimulai ketika pasar saat ini mengantisipasi dampak dari tarif impor AS tersebut,” ujarnya dalam acara Mandiri Macro and Market Brief 3Q25 Indonesia Economic Outlook, Kamis, 28 Agustus.

    Ia menambahkan bahwa volatilitas pasar diperkirakan akan terus berlanjut, sementara kekhawatiran terhadap pelemahan pertumbuhan ekonomi global juga semakin meningkat.

    Ari menyampaikan bahwa salah satu perhatian utama pihaknya saat ini, adalah keputusan The Fed terkait suku bunga acuan.

    “Saat ini tentu saja yang paling ditunggu-tunggu adalah kapan sih The Fed akan mulai memangkas kembali suku bunga acuannya. Nah, keputusan yang tidak mudah untuk dibuat karena memang kita lihat The Fed menghadapi situasi di mana data-data ekonomi AS itu sendiri belum secara meyakinkan berada di range yang ditarget mereka. Terutama kalau kita lihat inflasi AS yang diperkirakan masih tinggi karena dampak penerapan tarif di semester 2 ini tentunya,” jelasnya.

    Di sisi lain, Ari menyebutkan bahwa konsumen di AS sangat membutuhkan pelonggaran suku bunga guna meringankan beban biaya hidup.

    “Jadi meskipun masih penuh ketidakpastian, namun kalau kita lihat konsensus pasar hingga hari ini saja menilai bahwa probabilitas The Fed akan memangkas suku bunga acuan ke 4,25 persen itu adalah sudah mencapai 89 persen,” ucapnya.

    Ia menambahkan bahwa dalam panduan kebijakan The Fed belum mengalami perubahan, dimana target dua kali pemangkasan Fed Funds Rate menjadi 4 persen hingga akhir tahun 2025.

  • Bank Mandiri Proyeksi Konsumsi Masyarakat Melandai pada Kuartal III/2025

    Bank Mandiri Proyeksi Konsumsi Masyarakat Melandai pada Kuartal III/2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Office of Chief Economist (OCE) PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) memproyeksikan konsumsi masyarakat akan melandai pada kuartal III/2025 setelah terdorong kuat oleh faktor musiman di paruh pertama tahun ini.

    Pola normalisasi belanja konsumen yang lebih panjang dan dalam terpantau dalam Mandiri Spending Index (MSI).

    Kepala Mandiri Institute Andre Simangunsong menjelaskan bahwa dorongan konsumsi pada kuartal II/2025 dipicu oleh kombinasi libur panjang, libur sekolah, dan stimulus pemerintah. Efek tersebut kini mulai mereda.

    Dia memaparkan bahwa belanja konsumen biasanya kembali ke level normal sepekan setelah libur sekolah berakhir pada 2024. Kini pada 2025, penurunan aktivitas konsumsi masih berlanjut hingga lebih dari lima pekan setelah libur berakhir.

    “Dari bulan akhir Juli sampai dengan sekarang, kita memang melihat tidak ada stimulan yang mendorong konsumen untuk melakukan belanja. Jadi ini mungkin salah satu faktor yang menyebabkan normalisasi ini terlihat lebih panjang di tahun ini,” ujar Andre dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

    Lebih lanjut, data MSI juga menunjukkan pergeseran pola belanja masyarakat. Pengeluaran untuk kebutuhan produk rumah tangga dan elektronik mulai melambat.

    Selain itu, porsi belanja yang kaitannya dengan dining out atau pengeluaran untuk restoran perlahan-lahan mulai menurun di kuartal III/2026.

    Sebaliknya, belanja untuk kebutuhan primer seperti di supermarket justru meningkat. Porsi naik ke 17% dari 15%–16% pada kuartal II/2025.

    Sejalan, belanja berbasis pengalaman (experience-based spending) seperti transportasi dan mobilitas masih menunjukkan ketahanan.

    Menurut Andre, data itu menunjukkan konsumen mulai memprioritaskan kembali belanja kebutuhan pokok dibandingkan pengeluaran bersifat leisure seperti makan di luar.

    “Jadi memang di sini kami melihat perlu ada antisipasi, baik dari sisi pemerintah ataupun dari private sector [sektor swasta], sambil melihat ini tren-tren yang ada kira-kira potensi dari belanja konsumen itu arahnya kemana,” jelasnya.

    Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menambahkan bahwa pihaknya memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 4,9% secara tahunan pada kuartal III/2025. Angka lebih lambat dari realisasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga sendiri 4,97% pada kuartal II/2025.

    Adapun dari sisi pertumbuhan ekonomi, pada kuartal III/2025 diperkirakan berada di kisaran 4,9%–5% secara tahunan (year on year/YoY). Proyeksi ini sedikit melandai dibandingkan kuartal II/2025 yang tumbuh 5,12% YoY.

    Diyu, sapaan Dian Ayu menjelaskan tren pelambatan ini sudah terantisipasi.

    “Ada faktor musiman juga, di mana memang katalisnya atau aktivitas ekonomi ini cenderung meningkat di kuartal I dan kuartal II ya, ada periode Lebaran dan libur sekolah. Setelah itu mulai ada normalisasi,” ujarnya pada kesempatan yang sama.

    Diyu menambahkan bahwa risiko terbesar berasal dari pelemahan kinerja ekspor, terutama akibat penerapan tarif resiprokal global yang mulai berlaku pada 7 Agustus 2025. Bank Mandiri, sambungnya, masih memantau dampaknya terhadap kinerja ekspor.

    Selain itu, normalisasi belanja masyarakat usai libur sekolah. Dua faktor itu menjadi resiko pelemahan bagi pertumbuhan pada kuartal III/2025.

    Meski demikian, OCE Bank Mandiri melihat masih ada peluang penguatan dari sisi domestik. Percepatan realisasi belanja pemerintah di semester II dinilai bisa menjadi katalis positif. 

    “Belanja pemerintah ini harusnya bisa mendorong permintaan domestik ya, misalnya melalui bantuan sosial, melalui program-program, dan juga proyek-proyek infrastruktur. Jadi di situ katalisnya menurut kami ya,” jelas Diyu.

  • Pengguna LRT Nanti Bisa Bayar Pakai QRIS Tap dan Kredit Visa, Mulai Kapan?

    Pengguna LRT Nanti Bisa Bayar Pakai QRIS Tap dan Kredit Visa, Mulai Kapan?

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengguna LRT segera memiliki pilihan pembayaran lebih banyak dalam menggunakan transportasi umum tersebut, yakni dengan QRIS Tap dan Kartu Kredit Visa, tak melulu Kartu Uang Elektronik (KUE). 

    Executive Vice President LRT Jabodebek Mochamad Purnomosidi mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah bekerja sama dengan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), Visa, dan Bank Indonesia (BI) untuk menerapkan layanan pembayaran di LRT Jabodebek. 

    “Paralel dengan itu kita juga sudah menerapkan agreement dengan Visa, dengan kartu kredit, bahwa dengan menggunakan kartu kredit kita bisa naik LRT Jabodebek,” ujarnya dalam Media Briefing, Kamis (28/8/2025). 

    Purnomosidi berharap rencana penerapan pilihan pembayaran tersebut dapat terlaksana sebelum akhir tahun. 

    Dirinya mengestimasikan penggunaan Visa dapat dilakukan paling cepat Oktober dan paling lambat November. Sementara untuk penggunaan QRIS Tap, diharapkan dapat terwujud pada September 2025. 

    Sementara saat ini, adapun metode pembayaran di LRT Jabodebek telah tersedia yakni menggunakan Kartu Multi Trip (KMT) Commuter Line, Kartu Uang Elektronik perbankan, Acess by KAI, dan LinkAja.

    Saat ini, Purnomosidi menyampaikan pihaknya bersama stakeholder masih mengembangkan sistem agar dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

    “Kami jaga dengan teman-teman di Bank Indonesia, agar benar-benar clear, tidak ada fraud, tidak ada hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan,” ujarnya.

    Untuk diketahui, dalam kurun waktu dua tahun beroperasi, LRT Jabodebek telah melayani 43.696.661 pengguna. Angka ini bukan sekadar catatan statistik, melainkan cerita tentang jutaan perjalanan masyarakat yang memilih LRT Jabodebek untuk bekerja, bersekolah, berbelanja, hingga bertemu keluarga dan sahabat.

    Pertumbuhan pengguna menunjukkan kepercayaan yang semakin besar. Pada tahun pertama operasional, jumlah pengguna mencapai 16.999.647 orang, lalu meningkat menjadi 26.697.014 orang pada tahun kedua, atau naik 57%.

    Peningkatan juga terlihat dari rata-rata harian, baik hari kerja maupun akhir pekan. Rata-rata harian di hari kerja naik dari 54.640 pengguna di tahun pertama menjadi 90.931 pengguna di tahun kedua, meningkat 66,4%. Sedangkan rata-rata harian akhir pekan naik dari 30.842 menjadi 40.599 pengguna, meningkat 31,6%.

    Sementara itu, layanan QRIS Tap mulai bisa digunakan untuk pembayaran moda transportasi umum seperti MRT, Damri, hingga RoyalTrans mulai Jumat (14/3/2/2025). 

    Pembayaran menggunakan QRIS Tap akan jauh lebih cepat dibanding dengan QRIS konvensional. Dengan menggunakan QRIS Tap, pengguna tidak perlu memindai (scan) kode seperti QRIS konvensional. Tahapannya, pengguna hanya perlu membuka aplikasi mobile banking atau aplikasi pembayaran lainnya dan pilih menu QRIS.

    Di mana per Juni 2025, jumlah pengguna QRIS Tap telah mencapai 47,8 juta orang. Pada awalnya baru terdapat 646 merchant yang melayani QRIS Tap. Jumlahnya meningkat 3,6 kali lipat pada saat peluncuran Maret 2025 lalu, yakni 2.353 merchant. Pada 6 Juni 2025, jumlah merchant yang menerima QRIS Tap melesat 275 kali lipat menjadi 648.034 merchant.

  • Bank Mandiri: Pertanian-Manufaktur Perlu Digenjot untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Bank Mandiri: Pertanian-Manufaktur Perlu Digenjot untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

    Bisnis.com, JAKARTA — Office of Chief Economist (OCE) Bank Mandiri menilai percepatan produktivitas sektor pertanian hingga manufaktur menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional ke level yang lebih tinggi. Meski ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5% dalam tiga tahun terakhir, kontribusi sektor-sektor besar dinilai belum maksimal.

    Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro mengungkapkan, data historis menunjukkan sejumlah sektor mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata nasional, namun dengan kontribusi relatif kecil.

    Misalnya, sektor transportasi dan pergudangan tumbuh rata-rata 13,5% sejak kuartal I/2022 hingga kuartal II/2025. Hanya saja, kontribusi ke pembentukan produk domestik bruto (PDB) hanya 6,2%.

    Pada periode yang sama, sektor jasa lainnya tumbuh 10%, sektor akomodasi dan makanan minuman tumbuh 9,7%, dan sektor jasa perusahaan tumbuh 8,6%. Kendati demikian, kontribusi semua sektor itu hanya di bawah 3% terhadap pembentukan PDB.

    “Memang catatannya atau challenge-nya adalah memang sektor-sektor tersebut masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor-sektor besar seperti industri pengolahan,” ujar Asmo dalam forum Mandiri Economic Outlook Q3 2025 secara daring, Kamis (28/8/2025).

    Sebaliknya, sektor-sektor dengan kontribusi besar justru mencatat pertumbuhan yang lebih lambat. Contohnya industri pengolahan atau manufaktur yang menyumbang hampir 19% terhadap PDB, tetapi hanya tumbuh rata-rata 4,7%.

    Sementara sektor pertanian yang menyumbang 13,8% terhadap PDB, namun hanya mencatatkan pertumbuhan sekitar 2% dalam periode yang sama.

    “Jadi memang PR dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear [jelas] sebenarnya, bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar.,” kata Asmo.

    Dia menambahkan bahwa terjadi tren perlambatan pertumbuhan di sektor agrikultur sejak 2015. Berbagai inisiatif program swasembada pangan pemerintah, kata dia, menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi sektor ini. 

    “Kalau misalnya pertumbuhannya bisa naik dari 2% menjadi 4%, dampaknya ke pertumbuhan ekonomi nasional akan signifikan,” ungkapnya.

    Adapun, Asmo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,96% secara tahunan (year on year/YoY) pada 2025. Angka itu lebih rendah dari target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2025 sebesar 5,2%.

  • Ekonom sebut pariwisata hingga makanan dapat percepat ekonomi tumbuh

    Ekonom sebut pariwisata hingga makanan dapat percepat ekonomi tumbuh

    sejumlah sektor masih tumbuh di bawah rata-rata dan belum berkontribusi optimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional

    Jakarta (ANTARA) – Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyatakan sektor pariwisata, agrikultur, perhutanan, industri logam dasar, hingga industri makanan dan minuman perlu didorong untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ia menuturkan di Jakarta, Kamis, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen, sejumlah sektor masih tumbuh di bawah rata-rata dan belum berkontribusi optimal terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

    Sebagai contoh, sektor pertanian yang menyumbang terhadap 13,8 persen PDB pada kuartal II 2025 ternyata hanya tumbuh sekitar 2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

    “Kalau pertumbuhannya meningkat dari 2 persen misalnya bisa sampai 4 persen, ya tentu saja akan bisa memberikan dampak ke pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi,” ujar Andry Asmoro.

    Sementara sektor pariwisata yang memiliki kontribusi lebih rendah, yakni sekitar 4,9 persen terhadap PDB, dinilai memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih luas.

    Ia menuturkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara mampu mendorong pertumbuhan di sektor transportasi, akomodasi, restoran hingga UMKM.

    Ia menyampaikan tren positif kunjungan wisatawan pada paruh pertama 2025 menunjukkan potensi besar untuk memperkuat devisa negara.

    Selain itu, industri makanan dan minuman (mamin) tercatat memberikan kontribusi 6,9 persen terhadap PDB dengan rata-rata pertumbuhan 5,24 persen, multiplier output sebesar 1,9 serta proporsi ekspor 16,23 persen.

    Andry pun menilai bahwa sektor tersebut memiliki ruang besar untuk terus diperkuat agar dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 8 persen pada 2030.

    Ia mengatakan kinerja positif juga tercermin pada industri logam dasar yang berperan penting bagi ekspor, dengan kontribusi ekspor hampir 40 persen dan kontribusi impor yang relatif rendah, sekitar 5,6 persen.

    “Jadi memang PR (pekerjaan rumah) dari kita dalam membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear (jelas) sebenarnya, yakni bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar,” kata Andry.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekonom BMRI prediksi BI bakal pangkas suku bunga acuan lagi tahun ini

    Ekonom BMRI prediksi BI bakal pangkas suku bunga acuan lagi tahun ini

    mungkin tahun 2025 masih ada kemungkinan pemangkasan 25 basis poin (bps) lagi untuk BI-Rate

    Jakarta (ANTARA) – Tim Ekonom Bank Mandiri atau Office of Chief Economist (OCE) Group Bank Mandiri memprediksi Bank Indonesia (BI) akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate satu kali lagi pada tahun 2025 ini.

    “Kami melihat dengan perkembangan terakhir, kemungkinan akan berada di bawah dari level proyeksi kami yang 5 persen. Jadi mungkin tahun 2025 masih ada kemungkinan pemangkasan 25 basis poin (bps) lagi untuk BI-Rate,” kata Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis.

    Prediksi itu sejalan dengan proyeksi Gubernur BI Perry Warjiyo. Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan Agustus 2025 secara daring di Jakarta, Rabu (20/8), dia memberi sinyal pemangkasan suku bunga acuan lanjutan.

    BI-Rate telah dipangkas sebanyak empat kali sejak awal tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari, Mei, Juli dan Agustus.

    Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menambahkan peluang penurunan BI-Rate masih terbuka dengan mempertimbangkan arah Fed Fund Rate (FFR).

    Di sisi lain, penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga terus diturunkan seiring dengan stabilnya kondisi pasar keuangan di Indonesia.

    Menurut Dian, arah kebijakan BI itu mampu mendukung perbaikan likuiditas perbankan.

    “Ke depan, kami juga masih melihat beberapa faktor yang akan mendukung perbaikan kondisi likuiditas, yang nanti pada akhirnya juga akan mendukung pertumbuhan kredit dan juga pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

    Untuk pertumbuhan ekonomi, tim ekonom Bank Mandiri menetapkan angka 4,96 persen (year-on-year/yoy) sebagai proyeksi pertumbuhan sepanjang 2025.

    Bank Mandiri melihat potensi itu setelah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh sebesar 5,12 persen (yoy) pada triwulan II-2025, yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya di level 4,87 persen (yoy).

    Tim ekonom Bank Mandiri mencatat dibutuhkan dukungan kebijakan countercyclical yang mampu memberikan bantalan bagi perekonomian dalam menghadapi tekanan eksternal untuk menjaga momentum positif perekonomian.

    Dari sisi kebijakan BI, diperkirakan tetap akomodatif seiring masih terbukanya ruang pelonggaran apabila stabilitas harga terjaga dan risiko eksternal dapat dimitigasi.

    Sementara dari segi fiskal, ekonom BMRI mendorong agar kebijakan juga diarahkan untuk lebih akomodatif, dengan percepatan realisasi belanja agar dapat berperan sebagai penopang perekonomian di tengah tingginya ketidakpastian global.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ekonom Bank Mandiri prediksi konsumsi bakal melambat pada kuartal III

    Ekonom Bank Mandiri prediksi konsumsi bakal melambat pada kuartal III

    Jakarta (ANTARA) – Tim Ekonom Bank Mandiri atau Office of Chief Economist (OCE) Group Bank Mandiri memprediksi kinerja konsumsi rumah tangga bakal melambat pada kuartal III 2025.

    “Kalau kami lihat, kuartal III ini mungkin ada perlambatan dari segi pertumbuhan (konsumsi rumah tangga),” kata Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina dalam Mandiri Economic Outlook Q3 2025 di Jakarta, Kamis.

    Menurutnya, perlambatan itu lebih disebabkan oleh faktor normalisasi.

    Konsumsi rumah tangga mampu tumbuh hingga 4,95 persen pada kuartal I dan terakselerasi menjadi 4,97 persen pada kuartal II berkat dorongan dari periode hari libur.

    Sementara, pada kuartal III, faktor katalis dari hari libur, baik libur hari raya maupun akhir pekan panjang (long weekend) akan jarang terjadi.

    “Di kuartal III, mungkin pertumbuhan konsumsi akan melambat sedikit ke arah 4,9 persen,” ujarnya.

    Meski begitu, dia meyakini konsumsi rumah tangga masih akan jadi kontributor utama terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni dengan porsi sekitar 54 persen.

    Kinerja konsumsi rumah tangga pada kuartal III nanti diperkirakan akan ditopang oleh berbagai stimulus yang bakal dirilis oleh pemerintah.

    Di sisi lain, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI-Rate) sebesar 25 bps menjadi 5 persen dianggap akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian ke depan.

    Meski masih membutuhkan waktu transmisi pada suku bunga lain, seperti suku bunga kredit bank, Dian berpendapat penurunan itu tetap memberikan sinyal positif.

    “Harapannya ini akan membuat kepercayaan konsumen membaik,” tambah dia.

    Untuk kuartal IV, Dian melihat adanya dukungan dari momen Natal dan tahun baru yang juga diiringi oleh stimulus pemerintah.

    Maka, dia memprediksi konsumsi rumah tangga akan kembali menguat pada kuartal IV 2025.

    “Kuartal IV itu bisa lebih akan ada akselerasi pertumbuhan konsumsi,” tutur Dian.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Video: Kopra by Mandiri, Platform Pengelolaan Keuangan Bisnis Terdepan

    Video: Kopra by Mandiri, Platform Pengelolaan Keuangan Bisnis Terdepan

    Jakarta, CNBC Indonesia- Sejak diluncurkan pada 2021, Kopra by Mandiri PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sukses membuktikan diri sebagai solusi wholesale terdepan di Indonesia. Dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 100 triliun atau setara dengan nilai produk domestik bruto (PDB) harian nasional, Kopra by Mandiri sukses menjadi solusi utama bagi nasabah dalam mengelola keuangan bisnis.

    Selengkapnya dalam A Minute Insight CNBC Indonesia (Kamis, 28/08/2025) berikut ini.

  • Bayi Raya di Sukabumi Bukan Meninggal karena Cacing, tapi Diduga TBC

    Bayi Raya di Sukabumi Bukan Meninggal karena Cacing, tapi Diduga TBC

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyebut Raya, balita 4 tahun di Sukabumi tidak meninggal karena cacing yang ada di tubuhnya. Melainkan diduga karena meningitis tuberkulosis (TBC)

    “Kemarin kan ada yang meninggal karena cacing, itu sebenarnya kalau dokter-dokter lihat medical recordnya, ahli-ahli datang, meninggalnya bukan karena cacing. Dugaannya meningitis karena TBC,” kata Budi Gunadi dalam acara #DemiIndonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

    Budi menduga infeksi yang diderita Raya mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan. Salah satu diagnosanya yakni batuk berbulan-bulan yang dialami Raya.

    “Ini saya bukan alihnya, saya akui, tapi sebagai apa, enggak ada orang yang meninggal karena cacing itu enggak ada. Tapi cacing itu berdampak apa itu ada. Biasanya berdampak ke infeksi, berdampak karena TBC, berdampak lain-lain,” jelas Budi.

    “Anak ini meninggalnya, dugaan utamanya adalah TBC. Karena dia batuk tiga bulan tanpa henti. Ya, itu pasti sekeluarga sudah pasti tertular kalau seperti itu,” tuturnya.

    Dalam kesempatan itu, Budi Gunadi menyatakan penanganan TBC menjadi salah satu tugas prioritas di kementeriannya. Dia menjelaskan bahwa TBC merupakan penyakit menular pembunuh paling besar di Indonesia.

    “Setiap tahun yang kena 1 juta, yang meninggal 125 ribu. Jadi saya bilang ke teman-teman, jangan banyak omon-omon, kerja aja cepat,” ungkapnya.

    Dia mengatakan cara terbaik mengatasi penyakit menular seperti TBC adalah cepat mengetahuinya. Tujuannya agar penularannya dapat diantisipasi.

    Salah satu mendeteksi TBC, lanjut Budi, dapat melalui program cek kesehatan gratis (CKG) yang dicanangkan pemerintah. “Jadi kalau cek kesehatan gratis jangan lupa screen TBC,” pungkasnya.

    Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih hadir dalam acara #DemiIndonesia ‘Wujudkan Asta Cita’ malam ini. Adapun mereka yang hadir yakni Menkop Budi Arie, Menaker Yassierli, Menag Nasaruddin Umar.

    Ada juga Menteri ATR/BPN Nusron Wahid, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, hingga Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji.

    Mereka mengupas tuntas programnya dalam mewujudkan Asta Cita Prabowo. Acara dialog interaktif diikuti oleh stakeholder, peserta didik, asosiasi, hingga komunitas.

    Acara ini didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

    Halaman 2 dari 2

    (ond/maa)

  • Menag Ingin Kembangkan Ekoteologi hingga Kurikulum Cinta, Apa Itu?

    Menag Ingin Kembangkan Ekoteologi hingga Kurikulum Cinta, Apa Itu?

    Jakarta

    Menteri Agama (Menang) Nasaruddin Umar mengungkap kementeriannya sedang mengembangkan pengetahuan ketuhanan atau teologi baru untuk masyarakat Indonesia, yakni ekoteologi. Selain itu, Kemenag juga menerapkan kurikulum cinta.

    Hal itu disampaikan Nasaruddin dalam acara ‘Demi Indonesia Wujudkan Asta Cita’ di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2026). Nasaruddin mengatakan bahwa pengembangan ekoteologi adalah hal yang sangat mendasar di Indonesia.

    “Apa itu eko? Eko itu menyangkut masalah bumi, teologi hubungan Tuhan dengan ciptaannya. Jadi ekoteologi ini kita mencoba untuk melahirkan suatu konsep teologi baru untuk masyarakat Indonesia,” kata Nasaruddin.

    Nassarudin kemudian menyinggung pandangan dari sosiolog asal Jerman, Max Weber. Dia lantas memaparkan cara mengubah perilaku masyarakat dalam ilmu sosiologi.

    “Saya ingat apa yang dikatakan oleh Max Weber, ahli sosiologi agama, tidak mungkin kita bisa mengubah perilaku masyarakat tanpa merubah sistem etos, tidak mungkin bisa mengubah etos masyarakat tanpa mengubah sistem logos masyarakat itu. Karena logos adalah artikulasi dari etiologi, nggak mungkin kita bisa mengubah logos tanpa mengubah sistem teologi,” imbuhnya.

    “Kalau kita akan menyelesaikan persoalan dengan hanya menyelesaikan sektor ekses di etos, itu tidak akan menyelesaikan persoalan secara mendasar. Hari ini kita selesaikan satu konflik, muncul di tempat yang lain konflik baru. Kenapa? Karena sistem teologi kita saat ini terlalu maskulin,” lanjut dia.

    Nasaruddin ingin pengetahuan ketuhanan di Indonesia lebih berfokus pada perbaikan dalam hal keadilan sosial bagi perempuan, keindahan, kelembutan, empati atau disebut teologi feminin. Menurutnya, transformasi teologi itu menjadi tantangan saat ini.

    “Kita akan mentransformasikan sistem teologi kita ini kepada teologi yang lebih feminin. Semua agama Tuhannya adalah feminin, tidak ada agama yang Tuhannya maskulin. Semua kitab suci, kitab sucinya feminin, nggak ada kita suci maskulin, semua nabi feminin, tidak ada maskulin. Tapi anehnya, kenapa umatnya super maskulin? Semua mau dibabat, semuanya mau dihancurkan, semuanya pokoknya sangat-sangat struggle, padahal Tuhannya sangat naturing,” tutur dia.

    “Transformasi dari teologi struggle ke teologi naturing ini adalah PR yang sangat besar yang kita akan coba kembangkan. Yang salah satu tangkainya itu adalah kurikulum cinta,” sebut dia.

    Kemudian terkait kurikulum cinta hal ini berkaitan dengan ajaran terhadap agama lain. Nasaruddin menyoroti guru agama yang mengajarkan kepada siswa terkait kebencian terhadap agama lain. Hal itu, kata dia, harus diubah.

    “Kenapa kurikulum cinta? Karena guru-guru agama, agama apapun juga, kadang-kadang tidak sadar yang diajarkan kepada anak-anak kita itu adalah kebencian kepada agama lain. Bahkan penekanannya, mungkin lebih menekankan aspek perbedaan antara satu agama dan agama lain,” katanya.

    Dia mengatakan mengajarkan agama harusnya menekankan aspek persamaan. Terlebih, kata Nasaruddin, Indonesia adalah bangsa yang plural.

    “Dalam negara yang plural seperti Indonesia ini, kalau kita menekankan aspek itu, itu sangat berbahaya. Karena itu kita ingatkan kepada kita semua Kementerian Agama itu berusaha untuk melakukan poin yang sangat penting, teologinya itu bukan hanya mencintai sesama manusia, tetapi ‘engkau adalah aku, aku adalah engkau’, jadi tidak ada penyesalan saya memberikan sesuatu yang lebih. Nah engkau hanya di sini bukan hanya manusia, tapi kita mencoba tumbuh-tumbuhan ‘engkau adalah aku’ kalau kamu tidak disiram mati, binatang pun juga ‘kalau kamu nggak makan itu juga mati’,” tuturnya.

    Nasaruddin berharap sistem pendidikan Indonesia menerapkan kurikulum cinta. Sehingga, kata dia, tak perlu adalah intoleransi hingga deradikalisasi.

    “Kalau teologi cinta ini masuk dalam sistem pendidikan kita, maka kita tidak perlu bicara tentang intoleransi, kita tidak perlu bicara tentang deradikalisasi, atau pembaruan pemikiran keagamaan, itu nanti akan menjadi from within, dari dalam dirinya anak-anak itu sendiri,” jelasnya.

    “Sekarang kita bikin kerukunan antarumat manusia, kerukunan antarmanusia dengan alam, dan kerukunan alam dengan tuhan, jadi man, God and nature. Jadi manusia, alam dan Tuhan, kalau ini merasuk ke dalam kurikulum, target kita itu adalah 25 tahun ke bawah, maka generasi yang kita lahirkan nanti itu generasi yang penuh dengan rasa cinta, antara satu sama lain sangat akrab, tidak ada lagi sekat budaya, tidak ada lagi sekat agama, yang menjadikannya sebagai perbedaan, tapi ini tidak akan menyatukan semua agama, itu ada pembatasannya nanti,” pungkasnya.

    Acara Demi Indonesia ini didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/eva)