BUMN: Bank Mandiri Syariah

  • Bank Syariah Matahari Diluncurkan, Muhammadiyah Sulsel: Belum Ada Instruksi Mengalihkan Seluruh Dana Persyarikatan

    Bank Syariah Matahari Diluncurkan, Muhammadiyah Sulsel: Belum Ada Instruksi Mengalihkan Seluruh Dana Persyarikatan

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Muhammadiyah mendirikan Bank Syariah Matahari. Muncul spekulasi seluruh dana milik persyarikatan Muhammadiyah yang ada di bank lain akan dialihkan.

    Namun hal itu dibantah Kepala Biro Humas Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Hadi Saputra. Ia mengatakan, pihaknya menjaga kehati-hatian.

    “Tapi tidak ada instruksi pengalihan secara total ya, prinsip Muhammadiyah adalah kehati-hatian, jadi tidak serta merta juga mau difokuskan di satu bank,” kata Hadi kepada fajar.co.id, Sabtu (13/9/2025).

    Hadi mengungkapkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel sendiri belum memindahkan dananya. Salah satu alasannya, karena Bank Syariah Matahari belum ada cabang di Makassar.

    “Setahu saya belum. Karena memang belum ada cabang di Makassar,” terangnya

    Apalagi, kata dia, dana tersebut bukan milik perorangan. Tapi milik umat.

    “Dana Muhammadiyah ini bukan dana milik perseorangan, tapi dana umat, yang mesti dikelola secara hati-hati,” ujar pria yang juga menjabat Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PWM Sulawesi Selatan ini.

    Di sisi lain, ia mengatakan, kehadiran Bank Syariah Matahari adalah langkah awal yang penting dalam memperkuat ekosistem ekonomi syariah Muhammadiyah.

    “Sekaligus menunjukkan komitmen persyarikatan dalam membangun kemandirian ekonomi umat,” ucapnya.

    Bank Syariah Mandiri diketahui menargetkan penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Statusnya belum bank umum.

    “Meski Bank Syariah Matahari yang baru dilaunching saat ini masih berbentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), belum berstatus sebagai bank umum,” ujarnya.

  • Dirut BRI Hery Gunardi Terpilih Jadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

    Dirut BRI Hery Gunardi Terpilih Jadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

    Jakarta: Direktur Utama BRI Hery Gunardi resmi terpilih sebagai Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (PERBANAS) periode 2024-2028.
     
    Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Anggota PERBANAS yang diselenggarakan pada Senin, 14 April 2025 di Jakarta. Hadir pada acara ini Dewan Kehormatan PERBANAS Agus D.W. Martowardojo dan Gunarni Soeworo, Badan Pengawas PERBANAS Chatib Basri, Edwin Gerungan dan Nelson Tampubolon, serta Ketua Umum PERBANAS periode 2020-2024 Kartika Wirjoatmodjo.
     
    Hery Gunardi sebelumnya memiliki rekam jejak cemerlang di industri perbankan nasional dan telah dikenal aktif di berbagai organisasi industri perbankan. Hery telah bergabung dengan PERBANAS sejak 2012 dan menjadi Ketua Bidang Organisasi PERBANAS sejak 2020. Selain itu, Hery juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) periode 2021–2024.

    Dalam sambutannya sebagai Ketua Umum PERBANAS, Hery menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran PERBANAS sebagai wadah strategis bagi industri perbankan nasional. Ia menyampaikan bahwa PERBANAS bukan hanya organisasi profesi, tetapi juga berperan sebagai jembatan yang efektif dalam menyuarakan aspirasi industri kepada pemerintah dan regulator.
     

    “Dengan amanah ini, saya berkomitmen untuk memastikan agar PERBANAS terus berperan aktif dalam membangun industri perbankan yang profesional, memberikan nilai tambah pada pembangunan ekonomi nasional, serta memberikan kontribusi bagi para stakeholder baik anggota, pemerintah, maupun masyarakat dan lingkungan,” ujar Hery.
     
    Ia juga menambahkan bahwa pondasi kuat yang telah dibangun oleh kepengurusan sebelumnya akan menjadi landasan kokoh bagi PERBANAS dalam menjalankan peran strategisnya sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional.
     
    Hery Gunardi merupakan bankir multidimensi yang telah memiliki rekam jejak yang panjang di industri perbankan nasional dan telah membentang selama 34 tahun. Karir Hery dimulai di Bank Bapindo (1991), berlanjut sebagai anggota tim merger pendirian Bank Mandiri (1998-1999), hingga menjadi pengambil keputusan penting di bank plat merah tersebut. Ia turut membidangi kelahiran PT AXA Mandiri Financial Services (AMFS), perusahaan asuransi joint venture antara Bank Mandiri dan AXA Group Perancis.
     

     
    Pria kelahiran Bengkulu ini memiliki pengalaman di berbagai posisi strategis. Ia menjabat sebagai Department Head Bank Assurance sekaligus Direktur PMO Pendirian AMFS (2002- 2003), Direktur AMFS (2003- 2006), dan kemudian kembali ke Bank Mandiri menangani Wealth Management sebagai SVP (2006-2008) sambil tetap menjadi Komisaris Utama AMFS.
     
    Saat di Bank Mandiri, karier Hery terus menanjak. Ia menjabat berbagai posisi direktur, termasuk Direktur Micro & Retail Banking (2013), Direktur Micro & Business Banking, Consumer Banking, Distributions, hingga Consumer & Retail Transaction. Puncaknya, Ia menjadi Wakil Direktur Utama dan akhirnya Plt. Direktur Utama Bank Mandiri (2020).
     
    Maret 2020 menjadi momentum penting saat Hery mendapat tugas mengawal merger tiga bank syariah milik Himbara (BRISyariah, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah) menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Wacana merger tersebut sebenarnya telah digagas sejak Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (2015) dan pada 1 Februari 2021, BSI resmi lahir.
     
    Selama menjadi Direktur Utama BSI, Hery mampu membawa bank syariah terbesar di Indonesia tersebut bertransformasi dengan catatan kinerja yang cemerlang. Bahkan, saat ini BSI telah menjadi bank syariah ke-9 terbesar dunia dari sisi kapitalisasi pasar. Puncaknya, pada 24 Maret 2025 yang lalu melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI resmi mengangkat Hery Gunardi sebagai Direktur Utama BRI.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Direktur Utama BRI Hery Gunardi Terpilih Menjadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

    Direktur Utama BRI Hery Gunardi Terpilih Menjadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

    Ia juga menambahkan bahwa pondasi kuat yang telah dibangun oleh kepengurusan sebelumnya akan menjadi landasan kokoh bagi PERBANAS dalam menjalankan peran strategisnya sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional.

    Hery Gunardi merupakan bankir multidimensi yang telah memiliki rekam jejak yang panjang di industri perbankan nasional dan telah membentang selama 34 tahun. Karir Hery dimulai di Bank Bapindo (1991), berlanjut sebagai anggota tim merger pendirian Bank Mandiri (1998-1999), hingga menjadi pengambil keputusan penting di bank plat merah tersebut. Ia turut membidangi kelahiran PT AXA Mandiri Financial Services (AMFS), perusahaan asuransi joint venture antara Bank Mandiri dan AXA Group Perancis.

    Pria kelahiran Bengkulu ini memiliki pengalaman di berbagai posisi strategis. Ia menjabat sebagai Department Head Bank Assurance sekaligus Direktur PMO Pendirian AMFS (2002- 2003), Direktur AMFS (2003- 2006), dan kemudian kembali ke Bank Mandiri menangani Wealth Management sebagai SVP (2006-2008) sambil tetap menjadi Komisaris Utama AMFS.

    Di Bank Mandiri, karir Hery terus menanjak. Ia menjabat berbagai posisi direktur, termasuk Direktur Micro & Retail Banking (2013), Direktur Micro & Business Banking, Consumer Banking, Distributions, hingga Consumer & Retail Transaction. Puncaknya, Ia menjadi Wakil Direktur Utama dan akhirnya Plt. Direktur Utama Bank Mandiri (2020).

    Maret 2020 menjadi momentum penting saat Hery mendapat tugas mengawal merger tiga bank syariah milik Himbara (BRISyariah, Bank Syariah Mandiri dan BNI Syariah) menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Wacana merger tersebut sebenarnya telah digagas sejak Masterplan Arsitektur Keuangan Syariah Indonesia (2015) dan pada 1 Februari 2021, BSI resmi lahir.

  • Hery Gunardi, Nakhoda Baru BRI yang Sukses Membangun BSI

    Hery Gunardi, Nakhoda Baru BRI yang Sukses Membangun BSI


    PIKIRAN RAKYAT
    – Hery Gunardi ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, setelah dirinya sukses membangun PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional berstandar global.

    Pengangkatan Hery sebagai nakhoda baru BRI menggantikan Sunarso, dilaksanakan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI yang digelar pada Senin (24/3/2025). Salah satu agenda RUPST tersebut adalah perubahan jajaran pengurus. Terkait hal ini, Hery mengatakan dirinya siap mengemban amanah baru dengan sebaik-baiknya.

    Menurutnya, memimpin BSI maupun BRI memiliki kesamaan substansi, yakni sama-sama membangun perekonomian bangsa dari segi industri perbankan. Namun dengan sektor berbeda, di mana BSI bergerak di sektor perbankan syariah sedangkan BRI lebih fokus pada segmen UMKM.

    “Saya bersyukur bisa menjadi bagian dalam pembangunan ekonomi nasional khususnya di industri perbankan melalui berbagai pengalaman saya selama ini. Amanah ini akan saya emban dan jalankan dengan sebaik-baiknya. Semoga ke depan BRI terus tumbuh dan memberikan nilai ekonomi maupun sosial yang seimbang sebagai BUMN melalui kebermanfaatan dan kontribusi yang berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.

    Hery memang memiliki rekam jejak yang panjang dengan reputasi mumpuni di industri perbankan Tanah Air. Pria kelahiran Bengkulu ini memulai karir sebagai bankir di Bank Bapindo pada 1991. Pada kurun waktu 1998-1999, Hery menjadi anggota Tim Merger yang membidani lahirnya Bank Mandiri. Kala itu, saat krisis ekonomi melanda, pemerintah menggabungkan empat bank yaitu Bank Bapindo, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim menjadi bank baru, yaitu Bank Mandiri.

    Hery juga sosok yang menangani pendirian PT AXA Mandiri Finansial Services (AMFS), perusahaan asuransi joint venture antara Bank Mandiri dan AXA Group Perancis (2002-2003). Lalu pada 2006, Hery dipercaya untuk menangani segmen wealth management Bank Mandiri dan karirnya terus menanjak sebagai Direktur hingga menjadi Plt Direktur Utama Bank Mandiri pada September-Oktober 2020.

    Sejumlah posisi top management mulai dari Direktur Mikro dan Ritel, Direktur Konsumer, Direktur Distributions, Direktur Small Business & Network, hingga Direktur Consumer & Retail Transaction pernah diemban Hery saat di Bank Mandiri. Sejumlah pencapaian ditorehkan Hery, misalnya ketika dirinya menjadi Direktur Mikro dan Retail Banking pada April 2013-Januari 2015, Hery membawa Bank Mandiri mampu menyalurkan total kredit mikro mencapai Rp35 triliun, berhasil menjalankan branch business process re-engineering dan mentransformasi unit bisnis mikro & retail banking Bank Mandiri. Atas inovasi yang dikawal olehnya pada 2014 Bank Mandiri dinobatkan sebagai Best Domestik Retail Bank of The Year Indonesia berdasarkan The Asian Banking & Finance.

    Ketika mengemban jabatan sebagai Direktur Bisnis Kecil & Jaringan Bank Mandiri (Maret 2018 – Mei 2019), Hery memacu penyaluran kredit retail dengan total portofolio Rp214 triliun, termasuk kredit untuk segmen mikro, serta segmen kecil & menengah (SME).

    Hery juga membawa Bank Mandiri sukses merengkuh berbagai penghargaan bergengsi, termasuk penghargaan Best Service Excellence dari Marketing Research Indonesia selama 10 tahun berturut-turut sejak 2007 – 2017. Juga membawa Bank Mandiri masuk dalam top 11 dari 500 perusahaan terbaik dunia dari sisi lingkungan kerja atau World Best Employer pada 2018.

    Kemudian melalui segudang pengalaman tersebut, Hery dipercaya membidani lahirnya BSI dengan proses merger 3 bank syariah anak usaha bank BUMN yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

    Hery pun ditunjuk sebagai Direktur Utama pertama di bank syariah terbesar di Indonesia tersebut. Penetapan itu dilakukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada RUPSLB tanggal 15 Desember 2020 dan efektif menjabat pada 01 Februari 2021.

    “Pengalaman dalam perjalanan karir saya menjadi modal penting untuk melangkah ke depan bersama BRI, dengan melanjutkan pencapaian oleh pemimpin-pemimpin BRI sebelumnya termasuk Pak Sunarso dalam melakukan transformasi culture dan digital. Saya sebagai pemimpin memiliki kewajiban mendorong seluruh Insan BRILian menjadi talenta terbaik di bidangnya dengan kepercayaan dan daya saing tinggi agar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Indonesia,” ujarnya.

    Lambungkan Kinerja BSI
    Adapun di bawah kepemimpinan Hery, BSI mencatatkan kinerja yang gemilang. Total aset BSI hingga akhir 2024 senilai Rp408,61 triliun. Angka itu tumbuh 15,55% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp353,62 triliun pada 2023.

    Pertumbuhan aset tersebut tak terlepas dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 11,46% YoY menjadi Rp327 triliun pada periode yang sama. Juga pembiayaan yang naik 15,88% YoY hingga mencapai Rp278 triliun.

    Dari segi laba bersih BSI mencapai Rp7,01 triliun pada 2024, tumbuh 22,83% secara tahunan dari Rp5,7 triliun pada 2023. Kenaikan kinerja BSI ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan industri perbankan nasional, yang dalam kurun beberapa tahun terakhir tak terlepas dari kondisi ekonomi makro maupun mikro yang cukup menantang.

    Dari sisi aset, BSI menempati peringkat keenam terbesar di industri perbankan nasional dengan laju pertumbuhan sebesar 15,55% secara tahunan. Sementara untuk DPK menempati urutan keenam terbesar di Tanah Air. BSI juga mampu menempati peringkat 9 bank syariah global dari segi kapitalisasi pasar. Di mana hal tersebut ditargetkan dicapai tahun ini, namun realisasinya lebih cepat yaitu pada 2024.

    “InsyaAllah dengan niat dan tekad yang lurus untuk terus memberikan kontribusi membangun ekonomi Indonesia, saya akan mengemban amanah di BRI dengan sebaik mungkin. Saya pribadi menganut prinsip growth mindset. Kita harus terus tumbuh. Karena dunia terus bergerak, kita harus agile dan inovatif membangun perusahan. Saat ini kita dihadapkan sejumlah tantangan di tengah situasi ketidakpastiaan ekonomi. Karena itu kita harus bekerja lebih baik, Beyond the Limit,” tutup Hery.

     

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Profil Hery Gunardi, Sosok Direktur Utama BRI yang Baru

    Profil Hery Gunardi, Sosok Direktur Utama BRI yang Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) resmi melakukan perubahan dalam struktur direksinya dengan menunjuk Hery Gunardi sebagai direktur utama Bank BRI yang baru.

    Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar pada Senin (24/3/2025), diumumkan bahwa Hery Gunardi diangkat sebagai direktur utama Bank BRI, menggantikan Sunarso.

    Sebelumnya, Hery menjabat sebagai direktur utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan pernah mengemban posisi wakil direktur utama Bank Mandiri. Dihimpun dari berbagai sumber, berikut profil lengkapnya!

    Profil Hery Gunardi

    Hery Gunardi adalah seorang bankir berpengalaman yang lahir di Bengkulu pada 26 Juni 1962. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Universitas 17 Agustus 1945 dengan fokus pada Administrasi Niaga pada tahun 1987.

    Hery kemudian melanjutkan studi ke jenjang magister di University of Oregon, Amerika Serikat, dengan konsentrasi Finance and Accounting pada tahun 1991. Tidak berhenti di situ, Hery meraih gelar doktor dalam bidang Manajemen Bisnis dari Universitas Padjadjaran pada tahun 2021.

    Perjalanan Karier

    Hery Gunardi memulai kariernya di dunia perbankan sejak 1991 dengan bergabung di Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Kariernya terus menanjak, hingga akhirnya ia dipercaya menduduki berbagai posisi strategis di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Beberapa posisi yang pernah diembannya antara lain:

    EVP Coordinator Consumer Finance dan Senior Executive Vice President Bank Mandiri (2013)Direktur Micro & Retail Banking Bank Mandiri (2013-2015)Presiden Komisaris PT AXA Mandiri Financial Services (2013-2015)Direktur Micro & Business Banking Bank Mandiri (2015)Direktur Consumer Banking Bank Mandiri (2015-2016)Direktur Distributions Bank Mandiri (2016-2018)Direktur Bisnis Kecil & Jaringan Bank Mandiri (2018-2019)Direktur Bisnis & Jaringan Bank Mandiri (2019)Direktur Consumer & Retail Transaction Bank Mandiri (2019-2020)Wakil Direktur Utama Bank Mandiri (2020)

    Pada tahun 2020, Hery ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mandiri. Tak lama berselang, ia dipercaya untuk memimpin PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) sejak 2021 hingga 2025.

    Selama kepemimpinannya, ia sukses mengawal proses merger tiga bank syariah BUMN (Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah) yang melahirkan Bank Syariah Indonesia.

    Keahlian dalam Proses Merger

    Salah satu pencapaian terbesar Hery Gunardi adalah kemampuannya dalam menangani proses merger. Ia memiliki peran penting dalam penggabungan beberapa unit bisnis perbankan, termasuk dalam pembentukan Bank Mandiri yang merupakan hasil merger empat bank besar.

    Empat bank tersebut yakni, Bank Bapindo, Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, dan Bank Exim. Keberhasilannya dalam menyatukan tiga bank syariah BUMN menjadi BSI juga menunjukkan kepiawaiannya dalam mengelola transformasi bisnis perbankan.

    Kini, dengan pengalamannya yang luas, Hery Gunardi dipercaya untuk memimpin Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai direktur utama terhitung sejak Senin (24/3/2025). Dengan rekam jejaknya yang gemilang, ia diharapkan mampu membawa BRI ke tingkat yang lebih tinggi dalam industri perbankan nasional maupun global.

  • RUPST BRI, Hery Gunardi Sah Jadi Dirut BRI Gantikan Sunarso – Halaman all

    RUPST BRI, Hery Gunardi Sah Jadi Dirut BRI Gantikan Sunarso – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hery Gunardi ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI menggantikan Sunarso, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI yang digelar pada Senin (24/3/2025).

    Satu dari sekian agenda RUPST tersebut adalah perubahan jajaran pengurus. Hery mengatakan, siap mengemban amanah baru dengan sebaik-baiknya. 

    “Amanah ini akan saya emban dan jalankan dengan sebaik-baiknya. Semoga ke depan BRI terus tumbuh dan memberikan nilai ekonomi maupun sosial yang seimbang sebagai BUMN melalui kebermanfaatan dan kontribusi yang berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia,” kata Hery dalam keterangannya.

    Hery sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI). Menurutnya, memimpin BSI maupun BRI memiliki kesamaan substansi, yakni sama-sama membangun perekonomian bangsa dari segi industri perbankan. 

    Namun dengan sektor berbeda, di mana BSI bergerak di sektor perbankan syariah sedangkan BRI lebih fokus pada segmen UMKM.

    “Saya bersyukur bisa menjadi bagian dalam pembangunan ekonomi nasional khususnya di industri perbankan melalui berbagai pengalaman saya selama ini,” jelasnya.

    Di satu sisi Hery juga dipercaya untuk mengembangkan BSI dengan proses merger tiga bank syariah anak usaha bank BUMN yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah.

    Hery pun ditunjuk sebagai Direktur Utama pertama di bank syariah terbesar di Indonesia tersebut. Penetapan itu dilakukan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada RUPSLB tanggal 15 Desember 2020 dan efektif menjabat pada 01 Februari 2021.

    “Pengalaman dalam perjalanan karir saya menjadi modal penting untuk melangkah ke depan bersama BRI, dengan melanjutkan pencapaian oleh pemimpin-pemimpin BRI sebelumnya termasuk Pak Sunarso dalam melakukan transformasi culture dan digital,” ujar Hery.

    “Saya sebagai pemimpin memiliki kewajiban mendorong seluruh Insan BRILian menjadi talenta terbaik di bidangnya dengan kepercayaan dan daya saing tinggi agar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Indonesia,” imbuhnya menegaskan.

  • Punya Harta Rp129,33 Miliar, Ini Profil Lengkapnya

    Punya Harta Rp129,33 Miliar, Ini Profil Lengkapnya

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi menunjuk Hery Gunardi sebagai Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), menggantikan Sunarso. Keputusan ini diresmikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BRI pada Senin 24 Maret 2025.

    Profil Hery Gunardi

    Hery Gunardi merupakan sosok bankir kawakan yang telah berkarier panjang di dunia perbankan nasional. Lahir di Bengkulu pada 26 Juni 1962, Hery memiliki rekam jejak akademik dan profesional yang impresif.

    Riwayat Pendidikan

    Sarjana Administrasi Niaga, Universitas 17 Agustus 1945 (1987) Pascasarjana Finance and Accounting, University of Oregon, AS (1991) Doktor Manajemen Bisnis, Universitas Padjadjaran (2021)

    Perjalanan Karier

    Hery memulai karier di dunia perbankan sejak tahun 1991. Ia mengawali langkah di Bapindo sebelum kemudian bergabung dengan Bank Mandiri. Perjalanan kariernya terbilang cemerlang, di mana ia berhasil menduduki berbagai posisi strategis, di antaranya:

    EVP Coordinator Consumer Finance, Senior Executive Vice President Bank Mandiri (2013) Direktur Micro & Retail Banking, Bank Mandiri (2013-2015) Presiden Komisaris, PT AXA Mandiri Financial Services (2013-2015) Direktur Consumer Banking, Bank Mandiri (2015-2016) Direktur Distributions, Bank Mandiri (2016-2018) Direktur Bisnis Kecil & Jaringan, Bank Mandiri (2018-2019) Direktur Bisnis & Jaringan, Bank Mandiri (2019) Direktur Consumer & Retail Transaction, Bank Mandiri (2019-2020) Wakil Direktur Utama, Bank Mandiri (2020) Direktur Utama, Bank Syariah Mandiri (2020-2021) Direktur Utama, Bank Syariah Indonesia (BSI) (2021-2025)

    Keberhasilan terbesar Hery yang membuat namanya semakin dikenal adalah saat ia memimpin proses merger tiga bank syariah BUMN — Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah — menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Keberhasilannya mengawal merger tersebut dinilai sukses menciptakan bank syariah terbesar di Indonesia.

    Kekayaan Hery Gunardi

    Sebagai bankir berpengalaman yang kini memimpin BRI, Hery Gunardi juga tercatat memiliki kekayaan yang cukup fantastis. Berdasarkan laporan terbaru, aset kekayaannya didominasi oleh surat berharga dan properti. Berikut rincian asetnya:

    Surat Berharga

    Senilai Rp63,5 miliar, menjadi porsi terbesar dalam kekayaannya.

    Properti

    Tanah dan bangunan di Jakarta Barat (196 m²/220 m²): Rp1,5 miliar Bangunan di Jakarta Selatan (82 m²): Rp1,5 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (218 m²/252 m²): Rp2,8 miliar Bangunan di Depok (60 m²): Rp600 juta Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (340 m²/285 m²): Rp10,1 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (300 m²/250 m²): Rp11 miliar Bangunan di Jakarta Selatan (60 m²): Rp750 juta Tanah di Bengkulu Tengah (508 m²): Rp80 juta Bangunan di Batam (150 m²): Rp1,8 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (235 m²/250 m²): Rp9 miliar Tanah dan bangunan di Medan (190 m²/600 m²): Rp10 miliar Tanah dan bangunan di Jakarta Selatan (341 m²/238 m²): Rp10,5 miliar

    Kendaraan

    Hery juga memiliki koleksi mobil senilai total Rp6,1 miliar:

    Land Rover Defender: Rp3,7 miliar Toyota Alphard: Rp1,2 miliar BMW X5: Rp780 juta Honda HRV: Rp430 juta

    Jadi, total harta kekayaan Hery Gunardi dari data tersebut kurang lebih Rp129,33 miliar.

    Dengan pengalaman panjang di dunia perbankan dan keahlian dalam mengelola proses merger besar, Hery Gunardi diharapkan mampu membawa BRI ke level berikutnya.

    Keberhasilannya memimpin Bank Syariah Indonesia menjadi bank syariah terbesar di Indonesia menjadi bukti kemampuan strategisnya. Kini, sebagai Direktur Utama BRI, ia memegang tanggung jawab besar untuk menjaga kinerja dan ekspansi bisnis salah satu bank terbesar di Indonesia ini.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • 2 Perusahaan BUMN Akan Kelola Bank Emas, Ini Profilnya

    2 Perusahaan BUMN Akan Kelola Bank Emas, Ini Profilnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank emas atau bank bulion akan dikelola dua BUMN, yakni PT Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI). Presiden Prabowo secara resmi telah meluncurkan bank emas pada Rabu (26/2/2025).

    PT Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) akan bertanggung jawab untuk menjalankan operasional bank emas. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

    “Terdapat dua bank yang diberikan tugas untuk menjalankan bank bulion, yaitu Pegadaian, anak perusahaan BRI, serta BSI, yang bergerak dalam perdagangan emas dan layanan perbankan,” kata Airlangga.

    Berbagai keuntungan bakal diberikan kepada nasabah yang bergabung dengan bank emas, termasuk peluang untuk mendapatkan lindung nilai dari investasi emas.

    Lantas, bagaimana sebenarnya kiprah dari dua perusahaan BUMN ini? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut ulasan lengkapnya!

    Profil Dua BUMN Kelola Bank Emas

    Profil PT Pegadaian

    PT Pegadaian merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki sejarah panjang dalam industri keuangan, khususnya dalam layanan gadai. Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk mencegah praktik ijon, rentenir, serta pinjaman yang tidak wajar, sekaligus mendukung program ekonomi nasional.

    Cikal bakal Pegadaian dapat ditelusuri sejak tahun 1746, saat VOC mendirikan Bank Van Leening sebagai lembaga kredit berbasis gadai. Pada 1811, pemerintah Inggris membubarkan lembaga tersebut dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendirikan usaha pergadaian secara bebas.

    Pada tahun 1901, pemerintah Hindia Belanda mendirikan Pegadaian negara pertama di Sukabumi, Jawa Barat, yang kemudian berkembang menjadi lembaga resmi berbentuk “Jawatan” pada 1905.

    Perubahan badan hukum terus terjadi, mulai dari Perusahaan Negara (PN) pada 1961, Perusahaan Jawatan (Perjan) pada 1969, Perusahaan Umum (Perum) pada 1990, hingga akhirnya menjadi Persero pada 2012. Terakhir, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2021 tentang Penyesuaian Bentuk Hukum Bank Rakyat Indonesia Menjadi Perusahaan Perseroan, statusnya berubah menjadi “Perseroan Terbatas”.

    Profil Bank Syariah Indonesia (BSI)

    PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) merupakan bank syariah terbesar di Indonesia yang resmi berdiri pada 1 Februari 2021. Kehadirannya merupakan hasil merger antara tiga bank syariah milik BUMN, yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Proses penggabungan ini disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Surat Keputusan Nomor 04/KDK.03/2021 pada 27 Januari 2021.

    Dalam struktur kepemilikan saham, mayoritas BSI dimiliki oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan 50,83%, diikuti oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebesar 24,85%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebanyak 17,25%. Sisanya dimiliki oleh pemegang saham lainnya dengan kepemilikan di bawah 5%.

    BSI hadir sebagai entitas yang menggabungkan keunggulan dari tiga bank syariah sebelumnya, sehingga memiliki layanan perbankan syariah yang lebih luas, modal yang kuat, serta daya saing tinggi di tingkat global. Bank ini didorong untuk menjadi pilar utama dalam pengembangan ekonomi syariah dan ekosistem industri halal di Indonesia.

    Dengan peluncuran bank emas ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya dalam industri emas global serta memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk berinvestasi dalam instrumen emas dengan mekanisme yang aman dan berbasis syariah.

  • Daftar Bank BUMN di Indonesia dan Perannya dalam Perekonomian Nasional

    Daftar Bank BUMN di Indonesia dan Perannya dalam Perekonomian Nasional

    Jakarta: Bank BUMN atau Bank Badan Usaha Milik Negara memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. 
     
    Bank-bank ini dikelola oleh pemerintah dan bertujuan untuk memberikan layanan keuangan bagi masyarakat luas, termasuk pelaku usaha, UMKM, hingga korporasi besar. 
     
    Lalu, bank apa saja yang termasuk dalam kategori Bank BUMN? Simak daftar lengkapnya berikut ini, seperti yang dirangkum berbagai sumber, salah satunya dari laman Ajaib.

    Apa itu bank BUMN?
    Bank BUMN adalah bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Sebagai lembaga keuangan yang dikelola negara, Bank BUMN bertugas untuk mendukung kebijakan ekonomi nasional, menyediakan akses perbankan bagi masyarakat, serta membantu pembiayaan sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, pertanian, dan UMKM.

    Selain berorientasi pada profit, Bank BUMN juga memiliki tanggung jawab sosial dalam mendorong pemerataan ekonomi. 
     
    Oleh karena itu, banyak program bantuan kredit dan pendanaan yang disalurkan melalui bank-bank ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

    Daftar Bank BUMN di Indonesia

    Saat ini, terdapat lima bank besar yang berstatus sebagai Bank BUMN, yaitu:

    Bank Rakyat Indonesia

    Bank Rakyat Indonesia (BRI) tercatat sebagai bank Pemerintah pertama di Indonesia. Pendiriannya secara resmi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 1946. Namun, ihwal beroperasinya BRI telah dimulai sejak 16 Desember 1895 di kota Purwokerto, Jawa Tengah dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden.
     
    Operasional BRI sempat terhenti sementara waktu di tahun 1948 akibat berkecamuknya perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Operasional BRI baru mulai aktif kembali setelah Perjanjian Renville pada tahun 1949 yang disertai dengan perubahan namanya menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.
     
    Pada tahun 2003, BRI resmi melantai di bursa saham dengan kode saham BBRI. Meski berstatus perusahaan publik, saham mayoritas BRI masih dipegang oleh Pemerintah. Kini, aset BRI telah menembus di atas Rp1.000 triliun.
     
    Sejumlah produk terkenal BRI antara lain Tabungan Simpedes, Tabungan Haji, Tabungan BRI Simpel (khusus pelajar), Junio (bagi anak di bawah 12 tahun), dan Bancassurance BRI Life.
     

    Bank Mandiri

    Bank pelat merah ini memiliki sejarah panjang sebelum resmi beroperasi pada 2 Oktober 1998. Bank Mandiri merupakan gabungan dari empat bank Pemerintah yang dilikuidasi, yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo).
     
    Bank Mandiri tercatat sebagai bank pertama yang asetnya menembus Rp1.000 triliun. Saat ini, Bank Mandiri memiliki aset senilai lebih dari Rp1.500 triliun. Kantor cabangnya tercatat lebih dari 1.200 buah di seluruh Indonesia dan banyak mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Bank Mandiri juga memiliki beberapa kantor cabang di luar negeri.
     
    Sejumlah produk unggulan Bank Mandiri antara lain Tabungan Mandiri, Deposito Mandiri, Kartu kredit Mandiri, Bancassurance AXA Mandiri, dan M-Banking Mandiri.
     

    Bank Negara Indonesia

    Tak lama setelah BRI resmi berdiri, terbentuk pula Bank Negara Indonesia (BNI). Bank satu ini diresmikan pada 5 Juli 1946.
     
    Berdirinya BNI diawali pada 9 Oktober 1945. Saat itu, terbentuk Yayasan Poesat Bank Indonesia. Lalu pada 5 Juli 1946 dan ada pula bank sentral dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Keduanya pun melebur menjadi satu. Setiap tanggal 5 Juli 1946 kemudian diperingati sebagai Hari Bank Nasional.
     
    Kini, BNI sudah memiliki ribuan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada pula beberapa cabangnya di luar negeri.
     
    Sampai saat ini, BNI memiliki aset sekitar Rp800 triliun. BNI Taplus, Taplus Muda (khusus anak muda), Taplus Anak (khusus pelajar), Deposito BNI, dan Bancassurance BNI Life adalah beberapa produk unggulan BNI.
     

    Bank Tabungan Negara

    Fokus Bank Tabungan Negara (BTN) sejak awal berdiri adalah sektor perumahan. Lebih spesifik, bank ini berfokus pada perencanaan kepemilikan rumah bagi masyarakat. Maka tak heran bila BTN identik dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Tambah pula, Pemerintah telah menggulirkan program 1 juta rumah sejak beberapa tahun lalu.
     
    Total aset yang dikelola oleh bank BTN sendiri saat ini mencapai Rp375 triliun. Dua produk terkenal BTN adalah KPR BTN dan KPA BTN.
     
    Cikal bakal Bank BTN dimulai pada tahun 1897 dengan berdirinya Postspaarbank di Jakarta (Batavia kala itu). Sekitar empat dekade kemudian, Jepang mengambil alih Postpaarbank dari pihak Belanda. Jepang kemudian mengganti nama Postspaarbank menjadi Tyokin Kyoku.
     
    Setelah kemerdekaan Indonesia, Tyokin Kyoku diambil alih oleh Pemerintah Indonesia dan namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos RI. Pada tanggal 9 Februari 1950, namanya berubah lagi menjadi Bank Tabungan Pos.
     
    Nama Bank Tabungan Pos resmi berganti menjadi Bank Tabungan Negara pada tahun 1963. Hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 1963.
     

    Bank Syariah Indonesia

    Bank BUMN termuda adalah Bank Syariah Indonesia (BSI). Bank syariah terbesar di tanah air ini resmi beroperasi sejak 1 Februari 2021.
     
    BSI adalah hasil merger atau penggabungan tiga bank syariah BUMN. Ketiga bank yang dimaksud adalah PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Tujuan dari merger ini sendiri adalah untuk mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia.
     
    Saat ini, BSI memiliki aset sekitar Rp200 triliun. Dengan jumlah tersebut, BSI langsung masuk top 10 bank terbesar di Indonesia dari sisi aset. Sementara itu, modal intinya tercatat Rp20,4 triliun. Produk terkenal BSI antara lain BSI Tabungan Easy Wadiah, BSI Tabungan Efek Syariah, BSI Tabungan Haji Muda, dan BSI Reksa Dana Syariah.
     

    Bank BUMN memiliki peran krusial dalam perekonomian Indonesia, baik dalam mendukung UMKM, memfasilitasi akses keuangan, hingga membiayai infrastruktur. Dengan layanan dan produk yang terus berkembang, Bank BUMN menjadi pilihan utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan perbankan mereka.
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Uji Coba Gratis Dua Sentra Parkir Kayutangan Malang Mulai 23 Desember 2024

    Uji Coba Gratis Dua Sentra Parkir Kayutangan Malang Mulai 23 Desember 2024

    Malang(beritajatim.com) – Penataan parkir di kawasan Kayutangan Heritage terus dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang. Mereka bakal melakukan ujicoba gratis dua lokasi sentra parkir pada 23 Desember 2024 mendatang.

    Dua lokasi sentra parkir kayutangan tersebut, yakni di parkir vertikal Jalan Majapahit atau eks lab Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan juga di gedung eks Bank Mandiri Syariah.

    “Iya gratis, mulai 23 Desember sampai 28 Desember 2024. Ini kita mulai sebagai masa uji coba khusus roda 2,” ujar Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, Senin, (16/12/2024).

    Widjaja menjelaskan bahwa uji coba secara gratis untuk memancing pengendara dan membiasakan pengendara parkir di sentra yang disiapkan. Ujicoba ini akan dilakukan selama satu pekan.

    “Supaya memancing biar mau parkir di situ. Karena ini kan uji coba, untuk pembiasaan juga agar parkir di tempat yang disediakan. Tarif Rp2 ribu dan akan kita gunakan digital dengan QRIS nanti,” ujar Widjaja.

    Dengan dibukanya dua lokasi sentra parkir pemberlakuan parkir satu sisi Kayutangan mulai diterapkan. Nantinya sejak 23 Desember 2024 tidak boleh lagi ada kendaraan khususnya roda dua parkir di tepi jalan kawasan Kayutangan.

    “Nanti sisi kiri yang menjadi jalur pesepeda harus bersih tidak boleh dijadikan parkir sepeda motor maupun mobil. Nah, karena uji coba sentra parkir ini khusus motor, maka mobil bisa parkir di sisi kanan. Ini menjadi bagian skenario rekayasa lalu lintas kami di awal jelang Nataru (Natal dan Tahun Baru). Kita akan lakukan bertahap,” ujar Widjaja. [luc/aje]