Bumbu Simpel Gantala Jarang, Masakan Daging Kuda Khas Jeneponto Sulsel

Bumbu Simpel Gantala Jarang, Masakan Daging Kuda Khas Jeneponto Sulsel

Liputan6.com, Jeneponto – Di tengah keindahan alam Sulawesi Selatan, terdapat sebuah kabupaten yang kaya akan tradisi kuliner unik, yakni Jeneponto. Salah satu masakan tradisional yang sangat dikenal di daerah ini adalah Gantala Jarang, hidangan yang menggunakan daging kuda sebagai bahan utama.

Bagi masyarakat Jeneponto, Gantala Jarang bukan hanya sekadar makanan; ia adalah simbol kebersamaan, kehormatan, dan bagian dari identitas budaya yang terus dilestarikan.

Hidangan Gantala Jarang memiliki sejarah yang panjang di Jeneponto, yang bisa dibilang telah ada sejak zaman nenek moyang. Nama Gantala Jarang sendiri berasal dari bahasa setempat, di mana “gantala” berarti kuah dan “jarang” berarti kuda. Dengan demikian, Gantala Jarang secara harfiah berarti “kuah kuda”.

Daging kuda digunakan karena dianggap lebih tahan lama dan memiliki rasa yang lebih kuat dibandingkan daging sapi atau kambing. Di Jeneponto, daging kuda juga dianggap memiliki nilai sosial yang lebih tinggi dalam banyak tradisi adat.

Bagi masyarakat Jeneponto, menyantap Gantala Jarang adalah lebih dari sekadar makan. Hidangan ini sering disajikan dalam perayaan besar, seperti pernikahan, khitanan, atau pesta adat lainnya. Daging kuda yang dimasak dalam kuah gurih ini menjadi lambang kehormatan bagi tuan rumah, yang mengundang tamu untuk berbagi kebahagiaan. Proses memasaknya pun khas—daging kuda dimasak dengan waktu yang lama, biasanya dengan api kayu bakar, untuk menghasilkan tekstur yang empuk dan kuah yang kaya rasa.

Banyak orang di luar Sulawesi Selatan mungkin terkejut mendengar bahwa masyarakat Jeneponto lebih sering mengonsumsi daging kuda ketimbang daging sapi. Hal ini tidak hanya soal kebiasaan, tetapi juga sebuah tradisi yang telah ada sejak lama. Daging kuda, bagi mereka, bukan hanya sekadar makanan, tetapi simbol kekuatan dan ketahanan, dua sifat yang sangat dihargai dalam kehidupan masyarakat Jeneponto.

Daging kuda di Jeneponto memang memiliki keunggulan tersendiri. Ia lebih kenyal dan rasanya lebih kaya, serta dianggap lebih sehat karena lebih rendah lemak dibandingkan daging sapi. Selain itu, kuda lebih mudah didapatkan di daerah ini, di mana peternakan kuda lebih berkembang dibandingkan sapi. Oleh karena itu, daging kuda menjadi pilihan utama dalam banyak hidangan khas Jeneponto, dengan Gantala Jarang menjadi salah satu yang paling populer.

Bagi masyarakat Jeneponto, Gantala Jarang tidak hanya dinikmati dalam perayaan besar. Hidangan ini juga menjadi sajian yang dapat dinikmati di rumah sehari-hari, terutama pada hari-hari tertentu atau saat keluarga besar berkumpul. Meski demikian, karena proses memasaknya yang membutuhkan waktu, Gantala Jarang seringkali dianggap sebagai hidangan spesial yang melibatkan seluruh anggota keluarga dalam penyajiannya.

Namun yang lebih menarik, Gantala Jarang juga menjadi simbol keberlanjutan dan kearifan lokal masyarakat Jeneponto. Dalam setiap sendok kuah yang disajikan, terkandung cerita panjang tentang perjuangan dan tradisi yang telah dilestarikan oleh generasi demi generasi. Makan kuda di Jeneponto bukan sekadar kebiasaan makan daging, tetapi juga bentuk penghargaan terhadap alam dan hasil bumi setempat yang telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Gantala Jarang bukan hanya sebuah hidangan, tetapi sebuah tradisi kuliner yang menyatu dengan kehidupan sosial dan budaya masyarakat Jeneponto. Dengan menggunakan daging kuda yang kaya akan cita rasa, hidangan ini menjadi simbol kebersamaan, kehormatan, dan keberlanjutan tradisi. Jika Anda berkesempatan untuk mengunjungi Jeneponto, jangan lewatkan untuk mencicipi hidangan ini—dan rasakan sendiri bagaimana Gantala Jarang menggambarkan keunikan dan kekayaan budaya daerah ini.