Bubbor Paddas, Warisan Gurih Pedas dari Dapur Melayu Menyatukan Rasa Nusantara

Bubbor Paddas, Warisan Gurih Pedas dari Dapur Melayu Menyatukan Rasa Nusantara

Liputan6.com, Jakarta – Di balik kepulan uap dan aroma yang menggoda dari semangkuk bubur hangat, tersembunyi kisah panjang tentang warisan kuliner, identitas budaya, dan tradisi yang menyatukan beragam wilayah di Indonesia dan Malaysia.

Bubur Pedas atau dalam pelafalan lokal disebut Bubbor Paddas bukanlah sekadar hidangan sederhana dari bahan-bahan lokal, melainkan sajian tradisional yang mencerminkan kekayaan rasa dan semangat kebersamaan dari masyarakat Melayu.

Hidangan ini menembus batas-batas geografis dan kultural, hadir dalam berbagai variasi di tanah air dan negeri tetangga, serta menyimpan makna khusus dalam momentum kebersamaan seperti bulan Ramadhan.

Keistimewaan bubur ini bukan hanya pada rasa pedasnya yang khas, tetapi juga pada filosofi dan sejarah yang melatarinya menghidupkan kembali nilai gotong-royong, kehangatan keluarga, dan hubungan lintas etnis dalam masyarakat multikultural.

Bubbor Paddas memiliki akar kuat dalam budaya Melayu, terutama dari komunitas Melayu Sambas di Kalimantan Barat, Melayu Deli dan Melayu Langkat di Sumatera Utara, hingga masyarakat Melayu di Tambelan, Kepulauan Riau. Bahkan di Sarawak, Malaysia, bubur pedas menjadi makanan wajib yang kerap hadir di meja iftar saat bulan suci Ramadhan tiba.

Setiap wilayah menyuguhkan versinya sendiri dengan sentuhan lokal yang unik, tetapi benang merahnya tetap sama: bubur ini adalah simbol kehangatan dan kekayaan rasa. Uniknya lagi, dalam komunitas Tionghoa lokal, khususnya dari suku Hakka, bubur pedas dikenal sebagai Lat Moi, yang secara harfiah berarti bubur pedas.

Ini menunjukkan bahwa pengaruh bubur pedas telah menembus batas etnis dan menjadi bagian dari lintasan budaya yang lebih luas sebuah bukti bahwa makanan dapat menjadi jembatan pemersatu antar komunitas. Secara umum, bubur pedas diracik dari beras yang digiling kasar atau disangrai, lalu dimasak bersama sayuran lokal seperti daun kesum, daun pakis, kangkung, rebung muda, dan daun kunyit.

Bumbu rempahnya yang melimpah seperti serai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, cabai, dan lada hitam memberikan karakteristik rasa yang tajam, kompleks, dan hangat di tenggorokan. Di beberapa daerah, bubur ini juga diperkaya dengan kacang tanah goreng tumbuk, ikan teri, bahkan daging cincang atau udang kecil kering sebagai tambahan protein.