Sumber foto: Antara/elshinta.com
Ekonom: BRICS buka akses RI dapat minyak mentah murah dengan Rusia
Dalam Negeri
Editor: Sigit Kurniawan
Rabu, 08 Januari 2025 – 17:48 WIB
Elshinta.com – Ekonom dan pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan, keanggotaan resmi Indonesia dalam BRICS dapat membuka peluang untuk mengakses minyak mentah Rusia dengan harga yang lebih murah.
Hal ini menimbang posisi Rusia sebagai salah satu produsen minyak mentah utama dunia yang tengah menghadapi embargo dari beberapa negara Barat.
Dengan keanggotaan BRICS, Indonesia mendapatkan potensi keuntungan khususnya dalam mengurangi defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas).
“Keuntungan utama dari perdagangan minyak dengan Rusia adalah potensi harga yang lebih murah dibandingkan harga pasar internasional. Embargo Barat terhadap minyak Rusia telah mendorong negara tersebut untuk menawarkan minyaknya ke pasar non-Barat dengan diskon yang signifikan,” ujar Achmad kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Selain itu, Achmad juga menyoroti peluang kolaborasi yang lebih luas di sektor energi.
Kerja sama kedua negara dapat membuka jalan untuk investasi dalam infrastruktur energi, pengembangan teknologi, dan transfer pengetahuan. Langkah ini mampu mendukung diversifikasi energi Indonesia dalam jangka panjang.
Namun, Achmad mengingatkan bahwa kerja sama ini tidak terlepas dari risiko.
Mengingat adanya embargo dan sanksi yang diterapkan negara-negara Barat terhadap Rusia, salah satu tantangan utama adalah terbatasnya akses Rusia ke sistem pembayaran global seperti SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication) yang dapat menyulitkan transaksi perdagangan.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia perlu mencari mekanisme pembayaran alternatif, seperti penggunaan mata uang lokal atau sistem pembayaran khusus. Namun, langkah ini juga berisiko memicu ketegangan diplomatik dengan negara-negara Barat yang juga merupakan mitra strategis Indonesia.
Lebih lanjut, Achmad juga menyoroti risiko reputasi yang dapat memengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat.
“Terlibat dalam perdagangan minyak dengan Rusia di tengah situasi geopolitik yang kompleks dapat dipersepsikan sebagai dukungan terhadap kebijakan luar negeri Rusia yang kontroversial. Hal ini dapat memengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara lain, terutama di Barat, yang mungkin melihat langkah ini sebagai bentuk keberpihakan terhadap Rusia,” tutur Achmad.
Guna memitigasi risiko, Achmad menyarankan pemerintah Indonesia memastikan bahwa kerja sama energi dengan Rusia dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan transparansi.
Kebijakan yang jelas perlu dirancang untuk mengelola risiko, termasuk langkah mitigasi untuk menghadapi dampak negatif dari sanksi atau tekanan diplomatik ke depan.
Ia menambahkan, kerja sama ini harus dilakukan dalam kerangka yang mendukung kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
“Pada akhirnya, membuka perdagangan minyak dengan Rusia melalui BRICS memang berpotensi membantu menyeimbangkan defisit neraca perdagangan migas Indonesia dan menurunkan biaya energi domestik. Namun, kerja sama ini juga menuntut perencanaan yang matang, diplomasi yang hati-hati, dan komitmen untuk menjaga prinsip independensi kebijakan luar negeri Indonesia,” tutupnya.
Sumber : Antara