Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

BRI Diduga Kena Bashe Ransomware, Data Nasabah Aman?

BRI Diduga Kena Bashe Ransomware, Data Nasabah Aman?

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) merespons dugaan terkena serangan peretasan Bashe Ransomware yang terjadi pada Rabu (18/12). Manajemen BRI mengatakan saat ini data maupun dana nasabah yang tersimpan dalam keadaan aman.

Kabar peretasan itu muncul di berbagai media sosial dengan flyer bertuliskan kode 4D 21H 46M 16S BRI.CO.ID “Bank Rakyat Indonesia (BRI) is one of the largest commercial banks in Indonesia that always prioritizes customer satisfaction. Personal data, clien…”

Manajemen BRI memberi kejelasan tentang kabar tersebut dengan mengatakan bahwa keamanan nasabah terjaga dan sistem tetap berjalan normal.

“Kami memastikan bahwa saat ini data maupun dana nasabah aman. Seluruh sistem perbankan BRI berjalan normal dan seluruh layanan transaksi kami dapat beroperasi dengan lancar,” tulis Direktur Digital dan IT BRI Arga M Nugraha dalam keterangan tertulis, Kamis (19/12).

Arga juga menjelaskan, nasabah masih bisa mengakses semua layanan perbankan BRI seperti biasa, termasuk BRImo, QLola, dan ATM/CRM. Ia juga menambahkan bahwa sistem keamanan teknologi informasi BRI sudah sesuai dengan standar internasional dan terus diperbarui secara rutin untuk menghadapi potensi ancaman digital.

“Langkah-langkah proaktif dilakukan untuk memastikan informasi nasabah tetap terlindungi,” ujar Arga.

Peretasan Bashe Ransomware

BRI diduga mendapat serangan jenis Bashe Ransomware. Dilansir Microsoft, ransomware adalah jenis program jahat atau malware yang mengancam korban dengan cara merusak atau mengunci akses ke data atau sistem penting hingga tebusan dibayar.

Awalnya, serangan ransomware lebih sering menargetkan individu, tetapi kini serangan ransomware juga mulai menyasar organisasi-organisasi besar.

Perusahaan keamanan siber Falcon Feeds menjelaskan, Bashe Ransomware adalah kelompok ancaman siber yang baru muncul pada April 2024. Sebelumnya, kelompok ini dikenal dengan nama APT73 atau Eraleig. Kelompok ini terkenal karena menargetkan organisasi besar dengan menggunakan teknik pemerasan data melalui Situs Kebocoran Data (Data Leak Site/DLS) yang berbasis di Tor.

Metode peretasan yang digunakan mirip dengan teknik yang diterapkan oleh kelompok ransomware terkenal, LockBit.

Menurut laporan terbaru proyek Cyber Risk Management (CyRiM), serangan siber ransomware dapat menelan biaya hingga 193 miliar dolar AS dan memengaruhi lebih dari 600.000 entitas bisnis di seluruh dunia.