brand merek: Wuling

  • Disebut Menko Airlangga Bikin Macet, Ini Daftar Mobil Harga Rp 150 Juta

    Disebut Menko Airlangga Bikin Macet, Ini Daftar Mobil Harga Rp 150 Juta

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyorot keberadaan mobil Rp 150 juta jadi bikin macet Jakarta. Memang apa saja modelnya?

    Pilihan mobil di Indonesia makin banyak. Khususnya kendaraan listrik, pilihannya makin ke sini makin banyak. Harganya juga makin terjangkau berkat sederet insentif dari pemerintah. Bahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti keberadaan mobil yang harganya makin murah. Menurutnya, kondisi ini harus diwaspadai lantaran bisa bikin Jakarta makin macet.

    “Dengan inovasi dan perbaikan kebijakan yang dilakukan oleh Indonesia maka mobil sekarang harganya Rp 150 juta, ini sesuatu hal yang luar biasa. Hanya saya memberi warning makin banyak mobil murah, makin macet di Jakarta,” tutur Airlangga dikutip detikFinance.

    Daftar Mobil Harga Rp 150 Juta

    Kalau bicara mobil Rp 150 juta, pilihannya justru sebenarnya bukan mobil listrik, melainkan Low Cost Green Car (LCGC). Nah berikut ini daftar mobil yang harganya sampai Rp 150 juta.

    Ayla 1.0 M MT: Rp 138,5 jutaAyla 1.0 X MT: Rp 151,4 jutaSigra 1.0 D MT: Rp 141,5 jutaSigra 1.0 M MT: Rp 152,1 jutaSigra 1.2 X MT: Rp 159,8 jutaWuling Formo: Rp 155 jutaan

    Bisa dilihat mobil Rp 150 juta itu justru datang dari segmen LCGC. Sedangkan mobil listrik murah seperti Wuling Air ev harganya mulai Rp 184 juta berkat adanya insentif. Selanjutnya juga ada BYD Atto 1 yang dibanderol mulai Rp 199 juta.

    Kendati demikian, meski harganya di atas Rp 150 juta, mobil-mobil listrik itu cukup diminati di Jakarta. Sebab, pemerintah membebaskan mobil listrik dari ganjil genap. Bebas ganjil genap merupakan insentif nonfiskal yang menjadi keuntungan bagi para pemilik mobil listrik di Ibu Kota. Nggak heran makin banyak mobil listrik murah yang berseliweran di jalan.

    (dry/din)

  • 10 Mobil Hybrid Terlaris di Indonesia Sepanjang 2025

    10 Mobil Hybrid Terlaris di Indonesia Sepanjang 2025

    Jakarta

    Penjualan mobil hybrid electric vehicles (HEV) sepanjang Januari-November 2025 sudah tembus 57.311 unit. Model apa saja yang terlaris?

    Mobil hybrid mencatatkan kenaikan sekitar lima persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini menegaskan mobil hybrid masih menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia sebagai “jembatan” menuju era kendaraan listrik sepenuhnya (BEV).

    Tercatat ada 12 pabrikan yang menjual mobil hybrid di Indonesia. Berdasarkan data wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Toyota menjual model mobil hybrid paling banyak dengan penjualan tembus 27.802 unit. Lalu Suzuki menjual empat model laku 18.306 unit, Honda dengan lima model yang masih diimpor utuh dari Jepang menutup posisi tiga besar, torehannya 5.950 unit.

    Bila dirinci per modelnya, posisi lima besar adalah mobil hybrid yang terlaris sudah dirakit secara lokal. Pemimpin penjualan mobil hybrid di Indonesia adalah Toyota Innova Zenix. MPV ini terdistribusi sebanyak 22.195 unit.

    Suzuki dengan strategi mild hybrid bisa menduduki peringkat dua klasemen mobil hybrid terlaris. Suzuki XL7 menjadi model yang populer dengan total penjualan sebanyak 8.005 unit.

    Suzuki Fronx menempati urutan ketiga. SUV compact ini terdistribusi sebanyak 7.419 unit.

    Honda HR-V Hybrid nggak ketinggalan tempat. SUV ini sudah terdistribusi sebanyak 5.118 unit sepanjang Januari-November 2025. Atas hasil ini, Honda HR-V e:HEV duduk di peringkat empat. Posisi lima besar ditempati oleh Toyota Yaris Cross. Mobil SUV ini terdistribusi sebanyak 2.997 unit sepanjang tahun 2025.

    Sebenarnya ada brand China yang ikut bermain di segmen mobil hybrid, tapi penjualannya kurang moncer alias tidak tembus 1.000 unit. Contohnya Great Wall Motor, merek ini hanya mendistribusikan 616 unit. Wuling yang sudah punya pabrik di Indonesia cuma mengirim 73 unit lewat satu model, Almaz Hybrid.

    Dengan sisa satu bulan di tahun 2025, dominasi Toyota dan Suzuki diprediksi akan bertahan hingga tutup tahun, mengingat kuatnya loyalitas konsumen pada model MPV dan SUV yang diproduksi secara lokal.

    10 Mobil Hybrid Terlaris di Indonesia

    Berikut ini 10 mobil hybrid terlaris sepanjang Januari-November 2025

    1. Toyota Innova Zenix: 22.195 unit
    2. Suzuki XL7: 8.005 unit
    3. Suzuki Fronx: 7.419 unit
    4. Honda HR-V: 5.118 unit
    5. Toyota Yaris Cross: 2.997 unit
    6. Toyota Alphard Hybrid: 1.756 unit
    7. Suzuki Grand Vitara: 1.714 unit
    8. Hyundai Santa Fe: 1.250 unit
    9. Suzuki Ertiga Hybrid: 1.168 unit
    10. Hyundai Palisade: 994 unit

    (riar/dry)

  • Mobil PHEV di RI ‘Ugal-ugalan’ Gegara Merek China, Naiknya Ribuan Persen!

    Mobil PHEV di RI ‘Ugal-ugalan’ Gegara Merek China, Naiknya Ribuan Persen!

    Jakarta

    Mobil plug in hybrid electric vehicles (PHEV) mewarnai garasi masyarakat Indonesia. Menariknya data penjualan mobil PHEV naik ribuan persen, lho!

    Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil elektrifikasi (hybrid, plug in hybrid, dan battery electric vehicles) di Indonesia sudah tembus 144.148 unit.

    Rinciannya, PHEV angkanya tembus 4.312 unit, hybrid sebanyak 57.311 unit, dan BEV sebesar 82.525 unit.

    Melihat sejarahnya, PHEV sempat dianggap sebagai segmen “niche” yang sulit berkembang. Bayangkan saja, pada tahun 2019, hanya ada 25 unit yang mengaspal di tanah air. Angka ini bahkan sempat merosot tajam ke angka satuan-hanya 8 unit-saat pandemi melanda di tahun 2020.

    Selama bertahun-tahun kemudian, pertumbuhannya merangkak sangat pelan, seolah tertahan di angka puluhan hingga seratusan unit saja. Namun, tahun 2025 menjadi sejarah baru untuk mobil PHEV. Dari yang hanya terdistribusi 136 unit sepanjang 2024, angka tersebut mendadak meledak menjadi 4.312 unit hanya dalam periode Januari hingga November 2025.

    Angka pertumbuhannya mencapai ribuan persen dibandingkan periode Januari-November, dari 130 unit (2024) menjadi 4.312 unit (2025), artinya terjadi kenaikan sebesar 3.217 %.

    Mayoritas yang bikin melejit penjualan mobil PHEV adalah merek asal China, Chery Group.

    Sebelum merek China masuk, PHEV dari pabrikan Eropa atau Jepang umumnya diposisikan di segmen premium dengan harga yang cukup tinggi.

    Ini berkat Chery yang memasarkan Tiggo 8 dan Tiggo 9 berteknologi Chery Super Hybrid (CSH). Tiggo 8 CSH sudah mengirim sebanyak 2.853 unit pada periode Januari-November 2025, sementara Tiggo 9 CSH sebanyak 339 unit.

    Merek China lain yang turut memasarkan PHEV ialah Jaecoo lewat J7 dan J8. Kedua model itu masing-masing terjual 576 unit dan 186 unit pada periode Januari-November 2025.

    Mazda nggak ketinggalan. Brand asal Jepang itu ditopang oleh Mazda CX-80 dengan capaian 69 unit.

    Toyota yang ikut coba memasarkan PHEV belum terlihat bagus dalam peta persaingan. Lewat Prius PHEV, penjualannya baru mencatat satu unit.

    Baru-baru ini, Wuling ikut meramaikan pasar PHEV dengan kemunculan Darion. Mobil tersebut sudah terdistribusi sebanyak 8 unit.

    Geely juga masuk dalam daftar merek China yang ikut menambah opsi PHEV. Geely Starray sudah terdistribusi sebanyak 167 unit pada November 2025.

    Kemunculan mobil PHEV dengan harga yang lebih kompetitif yang diproduksi secara lokal bikin PHEV tidak lagi menjadi barang mewah yang langka.

    Mobil PHEV Terlaris di Indonesia

    Berikut adalah daftar mobil PHEV terlaris di Indonesia (Januari-Oktober 2025) yang didominasi merek China, berdasarkan data Gaikindo:

    1. Chery Tiggo 8 CSH: 2.853 unit
    2. Jaecoo J7 SHS: 576 unit
    3. Chery Tiggo 9 CSH: 339 unit
    4. Jaecoo J8 SHS: 186 unit
    5. Geely Starray: 167 unit
    6. Mazda CX-80 PHEV: 69 unit

    (riar/dry)

  • Mau Disetop, Ini Daftar Insentif yang Didapat Mobil Listrik di Indonesia

    Mau Disetop, Ini Daftar Insentif yang Didapat Mobil Listrik di Indonesia

    Jakarta

    Insentif untuk mobil listrik di RI bakal disetop. Berikut ini daftar insentif yang tengah dinikmati oleh sejumlah pabrikan mobil listrik di dalam negeri.

    Sinyal pemerintah tak melanjutkan insentif mobil listrik makin kuat. Baru-baru Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap bahwa insentif yang kini dinikmati sejumlah produsen itu tak bakal berlanjut pada tahun 2025. Kata Airlangga, anggaran yang tadinya diberikan untuk insentif mobil listrik itu bakal dialihkan buat pengembangan mobil nasional.

    “Anggaran insentif mobil listrik mau dialihkan ke mana? Anggarannya tentu kita punya perencanaan mobil nasional (fokus pada mobil nasional-Red), sehingga kita bisa belajar sebetulnya dari VinFast,” kata Airlangga.

    Daftar Insentif Mobil Listrik di Indonesia

    Untuk diketahui, saat ini mobil listrik memang menikmati sejumlah insentif yang diberikan ke pemerintah. Alhasil, harga jualnya pun jadi lebih murah dan bersaing dengan mobil bermesin konvensional. Pemberian insentif tersebut sebelumnya ditujukan untuk mendorong percepatan adopsi mobil listrik dalam negeri. Lalu apa saja insentif yang ada pada mobil listrik dan bakal disetop?

    1. Bebas PPnBM

    Pertama ada insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 135 Tahun 2024 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025.

    Tertulis pada pasal 2 PMK No. 135 Tahun 2024, PPnBM yang terutang atas impor KBL Berbasis Baterai CBU Roda Empat tertentu oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Selanjutnya, PPnBM yang terutang atas penyerahan KBL Berbasis Baterai Roda Empat tertentu yang diproduksi dari KBL Berbasis Baterai CKD Roda Empat oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Kendaraan listrik yang mendapat fasilitas PPnBM Ditanggung Pemerintah tersebut merupakan kendaraan listrik roda empat yang telah memenuhi persyaratan yang diatur oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang investasi dan suburusan pemerintahan hilirisasi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang investasi. Kendaraan listrik yang memenuhi persyaratan itu merupakan KBL Berbasis Baterai Roda Empat yang tercantum dalam surat persetujuan pemanfaatan insentif yang diterbitkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang investasi dan suburusan pemerintahan hilirisasi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang investasi.

    Lanjut pada pasal 3 PMK No. 135 Tahun 2024 menyatakan, PnBM atas impor mobil listrik CBU ditanggung Pemerintah sebesar 100 dari jumlah PPnBM yang terutang. Lalu, PPnBM atas penyerahan mobil listrik yang diproduksi CKD ditanggung pemerintah sebesar 100 persen.

    “PPnBM yang ditanggung Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diberikan untuk Masa Pajak Januari 2025 sampai dengan Masa Pajak Desember 2025,” demikian pasal 3 ayat (3) PMK No. 135 Tahun 2024.

    Adapun PPnBM ini berlaku untuk semua mobil listrik di Indonesia.

    2. PPN

    Selanjutnya ada insentif PPN sebesar 10 persen. Pemerintah memberikan insentif PPN DTP atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil.

    Insentif ini bisa dimanfaatkan sejumlah produsen yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Syaratnya, mobil listrik tersebut harus diproduksi lokal dan memiliki TKDN minimal 40 persen. Jika memenuhi syarat, mobil listrik itu hanya akan dikenakan PPN sebesar 2 persen dari normalnya 12 persen. Karena PPN 10 persennya akan ditanggung pemerintah. Alhasil berkat insentif PPN tersebut harga mobil listrik jadi lebih murah. Insentif ini sudah dirasakan beberapa produsen seperti Chery, Hyundai, Wuling, MG, dan Neta.

    3. Bea Masuk 0 Persen

    Pemerintah juga memberikan karpet merah berupa bea masuk 0 persen kepada sejumlah produsen mobil listrik yang melakukan importasi CBU. Harusnya kalau normal, mobil yang didatangkan dengan skema importasi CBU akan dikenai tarif bea masuk 50 persen. Tapi berkat insentif, maka tarifnya dibebaskan. Kendati demikian, produsen yang ingin mendapatkan fasilitas tersebut, maka harus melakukan komitmen produksi 1:1 dengan spesifikasi minimal sama dengan melampirkan bank garansi sebagai jaminan. Perusahaan juga wajib memproduksi mobil di Indonesia mulai 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027 dengan jumlah setara kuota impor CBU atau 1:1. Tak cuma itu, produsen juga harus menyesuaikan aturan TKDN yang sudah ditetapkan.

    Tercatat ada enam pabrikan yang menyanggupi komitmen investasi tersebut yaitu PT National Assemblers (Citroen, AION, Maxus, VW), PT BYD Auto Indonesia , PT Geely Motor Indonesia, PT VinFast Automobile Indonesia, PT Era Industri Otomotif (Xpeng), dan Inchcape Indomobil Energi (Great Wall Motor).

    Bila insentif tersebut tak dilanjut, dapat dipastikan harga mobil listrik bakal terkerek. Penjualan mobil listrik pun diprediksi bakal anjlok.

    (dry/din)

  • Penjualan Mobil Listrik di RI Tembus 82.525 Unit, Ini 10 Model Terlaris

    Penjualan Mobil Listrik di RI Tembus 82.525 Unit, Ini 10 Model Terlaris

    Jakarta

    Penjualan mobil listrik di Indonesia mengalami pertumbuhan. Data wholesales (distribusi pabrik ke dealer) menunjukkan sebanyak 82.525 unit mobil listrik terjual sepanjang Januari-November 2025 dari total penjualan 710.084 unit. Artinya pangsa pasar mobil listriknya sepanjang tahun ini sudah 11,62 persen.

    BYD menjadi model yang paling populer di Indonesia dengan capaian 40.151 unit. Sementara sub brand mewahnya, Denza mendistribusikan sebanyak 7.176 unit. Posisi tiga besar ditutup oleh Chery dengan penjualan 7.065 unit.

    BYD Atto 1 sudah bisa ditebak menjadi model terlaris. BYD Atto 1 sudah mengumpulkan angka 17.729 unit. Padahal mobil ini baru didistribusikan per Oktober 2025. Mobil city car ini diketahui model paling murah yang ditawarkan dari BYD.

    MPV M6 masih menjadi magnet bagi orang Indonesia. Buktinya sebanyak 9.926 unit M6 terdistribusi sepanjang Januari-November 2025. Hasil ini membuat M6 menjadi mobil listrik terlaris kedua.

    Posisi ketiga ditempati Denza D9. MPV premium listrik itu membukukan angka 7.176 unit.

    Jaecoo J5 yang sempat bikin heboh gara-gara harganya mepet Low Cost Green Car (LCGC) tapi modelnya SUV belum bisa tembus 10 besar. Jaecoo J5 sudah mengumpulkan angka 653 unit.

    Merek asal Korea Selatan, Hyundai masih kesulitan tembus 10 besar. Total penjualan seluruh model mobil listrik Hyundai hanya 1.622 unit.

    Berikut ini daftar penjualan mobil listrik terlaris sepanjang Januari-November 2025:

    1. BYD Atto 1 – 17.729 unit
    2. BYD M9 – 9.926 unit
    3. BYD Sealion 07 – 7.916 unit
    4. Denza D9 – 7.176 unit
    5. Chery iCar 03 (J6 + J6T) – 5.753 unit
    6. Wuling BinguoEV – 4.062 unit
    7. Wuling Air EV – 3.410 unit
    8. GAC Aion V – 2.852 unit
    9. BYD Atto 3 – 2.556 unit
    10. Geely EX5 – 2.342 unit

    Itu tadi mobil listrik terlaris selama 11 bulan tahun 2025. Adapun jika melihat tren bulanan, penjualan mobil listrik mengalami penurunan jika dibandingkan bulan lalu. Mobil listrik terdistribusi 13.862 unit pada Oktober 2025, kemudian turun menjadi 13.390 unit pada 13.390 unit.

    (riar/dry)

  • Segini Kekayaan Ridwan Kamil vs Atalia Praratya, Siapa Lebih Tajir?

    Segini Kekayaan Ridwan Kamil vs Atalia Praratya, Siapa Lebih Tajir?

    Jakarta, Beritasatu.com – Perbincangan mengenai Ridwan Kamil dan Atalia Praratya belakangan kembali mengemuka seiring kabar gugatan cerai yang didaftarkan di Pengadilan Agama Bandung.

    Di balik dinamika rumah tangga yang kini memasuki proses hukum, publik juga menaruh minat besar pada gambaran kekayaan masing-masing tokoh.

    Wajar saja, keduanya dikenal memiliki rekam jejak panjang di ruang publik, baik dalam pemerintahan maupun aktivitas profesional dan sosial.

    Kabar gugatan cerai antara Ridwan Kamil dan Atalia Praratya dikonfirmasi langsung oleh Pengadilan Agama (PA) Bandung. Panitera PA Bandung Dede Supriadi, menyampaikan bahwa perkara tersebut telah resmi terdaftar dan kini berada pada tahap awal proses persidangan. Pernyataan ini disampaikan di Bandung pada Senin (15/12/2025).

    Menurut penjelasan pengadilan, gugatan cerai diajukan oleh Atalia Praratya melalui kuasa hukum yang ditunjuk. Sidang perdana pun dijadwalkan akan digelar dalam waktu dekat.

    Seiring bergulirnya proses hukum tersebut, perhatian publik tak hanya tertuju pada aspek rumah tangga, tetapi juga pada persoalan pembagian dan gambaran harta kekayaan kedua belah pihak.

    Lantas, berapa sebenarnya kekayaan Ridwan Kamil dan Atalia Praratya ini? Mengutip dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) KPK pada Selasa (16/12/2025), berikut ulasannya:

    Harta Kekayaan Ridwan Kamil

    Selama menjabat sebagai gubernur Jawa Barat dalam kurun waktu lima tahun, Ridwan Kamil tercatat mengalami peningkatan kekayaan yang cukup signifikan.

    Berdasarkan LHKPN tahun 2022, total harta yang dilaporkannya mencapai Rp 23,76 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar Rp 8,7 miliar atau setara 57% dibandingkan laporan awal tahun 2018 yang berada pada kisaran Rp 15,05 miliar.

    Jika ditelusuri lebih jauh, porsi terbesar kekayaan Ridwan Kamil berasal dari aset properti berupa tanah dan bangunan. Nilainya mencapai Rp 19,44 miliar.

    Aset tersebut merupakan gabungan dari hasil kepemilikan pribadi dan hibah, dengan lokasi tersebar di sejumlah daerah seperti Bandung, Jakarta Selatan, hingga Gianyar, Bali. Meski demikian, sebagian besar properti tercatat berada di wilayah Bandung, Jawa Barat.

    Selain properti, mantan Wali Kota Bandung ini juga melaporkan kepemilikan alat transportasi dan mesin dengan total nilai Rp 488,70 juta.

    Rinciannya meliputi sebuah mobil Hyundai senilai Rp 351 juta, sepeda motor Royal Enfield Classic seharga Rp 80 juta, Honda Beat senilai Rp 8,7 juta, Kawasaki dengan nilai Rp 24,70 juta, serta Honda CBR yang ditaksir Rp 24,30 juta.

    Ridwan Kamil juga mencatat harta bergerak lainnya senilai Rp 429,08 juta. Di luar itu, terdapat kepemilikan surat berharga dengan nilai Rp 720 juta. Untuk aset likuid, kas dan setara kas yang dimilikinya mencapai Rp 6,94 miliar. Ia turut melaporkan kategori harta lainnya sebesar Rp 213,29 juta.

    Pada sisi kewajiban, Ridwan Kamil masih memiliki utang sebesar Rp 3,47 miliar. Meski demikian, jumlah tersebut menunjukkan penurunan sekitar Rp 1,8 miliar dibandingkan posisi utang pada tahun 2018 yang sempat mencapai Rp 5,29 miliar.

    Harta Kekayaan Atalia Praratya

    Sementara itu, berdasarkan LHKPN, Atalia Praratya tercatat memiliki total kekayaan sebesar Rp 26,5 miliar. Nilai tersebut mencakup berbagai jenis aset, mulai dari tanah dan bangunan, alat transportasi, hingga kas dan surat berharga.

    Aset terbesar Atalia Praratya berasal dari kepemilikan tanah dan bangunan dengan nilai total Rp 19,56 miliar. Properti ini tersebar di beberapa lokasi, terutama di Kota Bandung dan Gianyar.

    Sebagian besar merupakan hasil perolehan sendiri, sementara sebagian lainnya berasal dari hibah yang telah dilengkapi akta resmi.

    Di antara aset tersebut terdapat tanah seluas 1.585 meter persegi di Kota Bandung dengan nilai lebih dari Rp 6,58 miliar.

    Selain itu, terdapat pula sejumlah bidang tanah dan bangunan lain dengan luasan dan nilai yang bervariasi, termasuk properti dengan luas bangunan mencapai 825 meter persegi yang nilainya ditaksir sekitar Rp 6,55 miliar.

    Tidak sedikit pula aset hibah berupa tanah dengan luasan ratusan hingga ribuan meter persegi yang turut memperkaya portofolio properti Atalia Praratya.

    Untuk kategori alat transportasi dan mesin, total nilai yang dilaporkan mencapai Rp 1.838.700.000. Aset ini meliputi mobil Hyundai keluaran 2017, sepeda motor Royal Enfield, Honda Beat, Kawasaki W175, Honda CBR, mobil listrik Wuling tahun 2022, Vespa matic, hingga mobil Hyundai Ioniq 6 tahun 2023 dengan nilai lebih dari Rp 1,1 miliar.

    Selain itu, Atalia Praratya juga memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp 678,518 juta. Kepemilikan surat berharga tercatat sebesar Rp 720 juta.

    Untuk aset kas dan setara kas, jumlahnya mencapai Rp 8,61 miliar, yang menunjukkan likuiditas keuangan cukup kuat. Ia juga melaporkan kategori harta lainnya senilai Rp 157,065 juta.

    Namun demikian, Atalia Praratya juga memiliki kewajiban berupa utang sebesar Rp 5,07 miliar yang turut diperhitungkan dalam total kekayaan bersihnya.

    Siapa Lebih Tajir?

    Jika membandingkan total kekayaan yang dilaporkan, Atalia Praratya tercatat memiliki nilai harta yang lebih besar dibandingkan Ridwan Kamil. Dengan total kekayaan sekitar Rp 26,5 miliar, Atalia unggul sekitar Rp 2,7 miliar dari Ridwan Kamil yang melaporkan harta sebesar Rp 23,76 miliar.

    Perbedaan ini terutama terlihat pada jumlah kas dan setara kas, serta akumulasi aset properti yang dimiliki masing-masing. Meski Ridwan Kamil memiliki nilai properti yang sangat dominan, Atalia Praratya mencatat aset likuid yang lebih tinggi serta jumlah total kekayaan yang sedikit lebih besar, meskipun juga dibarengi kewajiban utang yang relatif tinggi.

    Berdasarkan data resmi LHKPN, perbandingan kekayaan menunjukkan bahwa Atalia Praratya memiliki total harta yang lebih besar dibandingkan Ridwan Kamil, meski selisihnya tidak terlalu jauh. Keduanya sama-sama memiliki portofolio aset yang kuat, baik dalam bentuk properti, kendaraan, maupun kas.

  • Harga Naik, Penjualan Bisa Anjlok

    Harga Naik, Penjualan Bisa Anjlok

    Jakarta

    Nasib insentif buat mobil listrik tahun depan belum jelas. Kalau tak lanjut, harga mobil listrik dipastikan naik. Kenaikan harga itu bisa membuat penjualan mobil listrik anjlok!

    Insentif buat sektor otomotif tahun depan bakal disetop. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut industri otomotif dalam negeri sudah cukup kuat. Hal itu lah yang menjadi dasar tak berlanjutnya insentif di sektor otomotif tahun depan.

    “Insentif tahun depan tidak ada, karena industrinya sudah cukup kuat,” kata Airlangga belum lama ini.

    Harga Mobil Listrik-Hybrid Bakal Naik Tanpa Insentif?

    Bila tak berlanjut, tentu akan memberikan dampak signifikan terhadap kenaikan harga. Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai, wacana penyetopan insentif untuk tahun 2026 jelas bisa membuat penjualan mobil jeblok secara keseluruhan. Sebab, harga jual mobil pasti naik. Khususnya kalau bicara mobil listrik yang saat ini tengah mendapat karpet merah dengan guyuran insentif dari pemerintah.

    “Tanpa insentif seperti PPNDTP dan bebas bea masuk, harga EV, terutama model CBU yang tidak mulai dirakit dengan TKDN 40 persen bisa naik signifikan, misalnya hingga sekitar 30-40 persen,” terang Yannes kepada detikOto.

    Kenaikan itu tentu membuat daya tarik terhadap mobil listrik makin menyusut. Harganya yang tinggi membuat kelompok konsumen dari kalangan menengah ke bawah makin tak melirik mobil listrik. Sebab, kata Yannes, selama ini kelompok konsumen tersebut cukup terbantu dengan kehadiran insentif.

    “Akibatnya, permintaan diprediksi akan melemah, terutama di segmen middle class yang sensitif harga, dan berisiko memperlambat laju adopsi BEV di Indonesia,” ujar Yannes.

    Momentum ini justru menjadi peluang bagi mobil hybrid. Menurutnya, pasar mobil hybrid bisa kembali merangkak bila insentif buat EV sepenuhnya disetop. Ini berlaku bagi para produsen yang melahirkan mobil hybrid baik itu pabrikan Jepang maupun China.

    Deretan Insentif di Sektor Otomotif Roda Empat

    Insentif Mobil Listrik

    Untuk diketahui saat ini memang ada beberapa insentif yang berlaku di industri otomotif. Khusus mobil listrik, tak dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Tertulis pada pasal 2 PMK No. 135 Tahun 2024, PPnBM yang terutang atas impor KBL Berbasis Baterai CBU Roda Empat tertentu oleh Pelaku Usaha ditanggung Pemerintah untuk tahun anggaran 2025. Lanjut pada pasal 3 PMK No. 135 Tahun 2024 menyatakan, PPnBM atas impor mobil listrik CBU ditanggung Pemerintah sebesar 100 dari jumlah PPnBM yang terutang. Lalu, PPnBM atas penyerahan mobil listrik yang diproduksi CKD ditanggung pemerintah sebesar 100 persen.

    Selain bebas PPnBM, ada juga insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk kendaraan listrik. Pemerintah memberikan insentif PPN DTP atas mobil listrik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Kendaraan listrik produksi lokal dengan TKDN tertentu berhak mendapatkan PPN DTP. Jadi, PPN yang ditanggung pembeli lebih kecil. Insentif ini bisa dinikmati beberapa produsen yang memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen yaitu Wuling, Hyundai, MG, Chery, dan Neta. Dengan demikian deretan mobil listrik yang memenuhi syarat TKDN itu hanya dikenai PPN 2 persen.

    Insentif juga diberikan untuk produsen mobil listrik lain seperti BYD, AION, Geely, Citroen, VinFast, dan Xpeng. Deretan merek tersebut juga dibebaskan dari PPnBM meski menjual mobil dari impor. Selain itu, meski mendatangkan mobilnya secara impor, deretan produsen di atas dibebaskan dari bea masuk yang seharusnya dikenai tarif 50 persen. Dengan catatan, merek-merek tersebut menyetujui komitmen investasi di Indonesia. Kalau tidak, maka ada bank garansi setiap unit impor sesuai dengan ketentuan. Bank garansi tersebut akan dicairkan atau hangus untuk mengembalikan insentif yang telah diberikan oleh pemerintah. Dalam periode 1 Januari 2026 hingga 31 Desember 2027, produsen wajib mewujudkan komitmen produksi 1:1 sesuai road map tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

    Insentif Buat Mobil Hybrid

    Selain mobil listrik, pemerintah juga telah memberikan insentif buat mobil hybrid meski nilainya tak terlalu besar. Insentifnya berupa PPnBM ditanggung pemerintah sebesar 3 persen. Tarif PPnBM mobil hybrid yang harusnya 6-8 persen jadi hanya 3-5 persen. Mobil dengan teknologi mild hybrid pajaknya beda lagi. Tarifnya sebesar 8-12 persen tergantung dari emisi gas buang yang dihasilkan. Dengan adanya insentif, tarif PPnBM mobil mild hybrid menjadi 5-9 persen.

    Selanjutnya untuk mobil berjenis plug-in hybrid, tarif PPnBM yang dikenakan lebih kecil yaitu 5 persen berlaku untuk semua jenis tanpa diatur besar emisi gas buang yang dihasilkan. Dengan adanya insentif, mobil PHEV hanya kena tarif PPnBM 2 persen.

    (dry/din)

  • Pabrikan Jepang Nggak Bisa Terus-terusan Ngotot dengan Mobil Hybrid

    Pabrikan Jepang Nggak Bisa Terus-terusan Ngotot dengan Mobil Hybrid

    Jakarta

    Pabrikan Jepang disebut tak bisa terus-terusan ngotot dengan mobil hybrid di tengah gempuran mobil listrik. Kalau tidak, jangan kaget bila pasarnya bakal tergerus.

    Pasar otomotif Indonesia kian gemuk. Banyak merek baru, khususnya dari China ikut meramaikan pasar otomotif Indonesia. Sejumlah pabrikan China itu juga membawa angin segar karena menghadirkan mobil listrik yang harganya setara dengan mobil bermesin konvensional merek Jepang. Gayung pun bersambut, mobil China mulai banyak diminati orang Indonesia. Satu merek yang cukup mencolok adalah BYD. Meski baru seumur jagung di industri otomotif dalam negeri, BYD sudah menguasai pangsa pasar mobil listrik.

    BYD memang agresif mendatangkan produk mobil listriknya untuk mengisi berbagai segmen. Untuk menjegal mobil di segmen Low Cost Green Car (LCGC) misalnya, BYD punya Atto 1. Dari komposisi harga Atto 1 berada di level yang sama dengan deretan mobil LCGC. Lebih mengejutkan lagi, penjualan Atto 1 juga meroket dalam dua bulan terakhir. Nama BYD Atto 1 bahkan mengisi daftar penjualan mobil terlaris pada periode Oktober-November 2025. Keberhasilan BYD lewat Atto 1 dinilai menjadi sinyal lahirnya struktur persaingan baru di industri otomotif Indonesia.

    Pengamat otomotif sekaligus akademisi ITB Yannes Pasaribu menilai, fenomena harga Atto 1 justru membuat konsumen yang sebelumnya resisten dengan mobil listrik malah jadi runtuh.

    “Lalu, label BYD yg begitu gencar diwartakan pada banyak sekali medsos sebagai produsen BEV global terbesar juga semakin memperkuat brand trust, sehingga kekhawatiran soal kualitas, baterai, dan after-sales berkurang signifikan,” terang Yannes kepada detikOto.

    Hal itu kata Yannes membuat Atto 1 menjadi rival langsung deretan mobil LCGC dan juga city car bermesin konvensional. Ke depan, bukan tidak mungkin justru pasarnya makin membesar. Menurutnya, untuk bisa bersaing, para pabrikan Jepang tidak seharusnya terus-terusan ngotot dengan mobil hybrid.

    “Konsekuensinya, fenomena ini sangat mungkin semakin membesar seiring waktu dan bakal memaksa pabrikan Jepang yang ada di Indonesia untuk merespons dengan mau tidak mau harus segera menciptakan BEV entry-level yang sama agresifnya. Tidak terus-terusan ngotot memaksakan mobil hybrid mengikuti policy prinsipal Jepangnya,” jelasnya lagi.

    Kalau terus bertahan dengan mobil hybrid, bisa jadi pangsa pasar mobil Jepang justru tergerus. Sebab tren konsumen mulai mengarah ke kendaraan listrik. Di sisi lain, sejumlah pabrikan China juga sudah punya mobil hybrid dengan teknologi lebih canggih dan harga terjangkau.

    “Jika Jepang bersikeras hanya mengandalkan hybrid yang juga harus berkompetisi dengan berbagai brand baru hybrid China yang lebih unggul desain dan fiturnya, tanpa mempercepat produksi BEV lokal, maka pangsa pasarnya akan terus menyusut seiring bergantinya generasi pembeli mayoritas ke gen Millenial dan utamanya Gen Z yang lebih aware terhadap value for money,” tutup Yannes.

    Tergerusnya pasar mobil Jepang sebenarnya sudah mulai terlihat. Kalau mengacu pada data distribusi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, hal itu mulai terlihat pada tahun 2024.

    Meskipun Toyota tetap kokoh di puncak dengan 33%, jika ditotal, pangsa lima besar merek Jepang turun menjadi 79,6%, turun 5% dari capaian 2020. Ya sebelumnya mobil Jepang mencatatkan pangsa pasar di atas 80%.

    Sementara itu, pabrikan China mulai membagi kekuatannya. Wuling memperkuat posisinya di 2,8% (25.067 unit), dan yang mengejutkan, BYD yang baru masuk langsung merebut 1,6% pasar (13.964 unit). Mereka menunjukkan keseriusan dengan mengincar segmen mobil listrik yang mulai diminati konsumen. Tren kenaikan itu juga berlanjut tahun 2025. Ini menjadi sinyal bagi pabrikan Jepang untuk makin waspada.

    Total penjualan retail hingga November 2025 tercatat 739.977 unit. Angka kolektif lima merek Jepang teratas kini hanya menyisakan 73,6% pangsa pasar. Terlihat jelas, dominasi Jepang yang dulu mencapai 85% kini berada di angka 73,6%. Angka yang hilang itu-sekitar 11%-hampir seluruhnya diambil oleh merek China.

    (dry/lua)

  • Wujud SUV Terbaru Wuling yang Harganya Mulai Rp 140 Jutaan

    Wujud SUV Terbaru Wuling yang Harganya Mulai Rp 140 Jutaan

    FotoOto

    Septian Farhan Nurhuda – detikOto

    Jumat, 12 Des 2025 13:34 WIB

    Jakarta – Wuling Xingguang 560 meluncur di Guangxi Nanning ASEAN International Auto Show 2025. Kendaraan tersebut hadir dalam tiga varian berbeda: bensin, PHEV dan EV.

  • Wuling Luncurkan Mobil SUV Terbaru, Harga Mulai Rp 140 Jutaan

    Wuling Luncurkan Mobil SUV Terbaru, Harga Mulai Rp 140 Jutaan

    Jakarta

    Produsen roda empat asal China, Wuling Motors, resmi meluncurkan Wuling Xingguang 560 di ajang Guangxi Nanning ASEAN International Auto Show 2025. Kendaraan berjenis SUV tersebut hadir dalam tiga varian berbeda, yakni bensin, PHEV dan listrik murni.

    Disitat dari Carnewschina, Jumat (12/12), secara dimensi, Xingguang 560 memiliki panjang 4.745 mm, lebar 1.850 mm, tinggi 1.755 mm dan wheelbase 2.810 mm. Sementara pilihan warnanya ada Interstellar Blue, Sunset Grey, Silver Frost White dan Obsidian Black.

    Secara umum, seluruh varian Wuling Xingguang 560 punya tampilan yang sama. Hanya saja, ada sedikit perbedaan di bagian muka atau depan.

    Pada model bensin dan PHEV, Wuling menggunakan grille honeycomb terbuka dengan aksen hitam di area lampu dan grille bawah. Sementara varian EV tampil lebih bersih dengan grille tertutup, memberikan kesan futuristis dan efisien secara aerodinamika.

    Foto: Doc. Carscoops

    Masuk ke dalam, Xingguang 560 mengadopsi bahasa desain interior khas keluarga Xingguang, seperti yang terlihat pada Xingguang 730. Kabinnya mengusung konsep wrap-around dengan dua layar utama: panel instrumen digital dan layar sentral 12,8 inci. Sistem hiburan itu menggunakan Ling OS yang mendukung HiCar, CarLink dan DLNA.

    Pengguna dapat memilih konfigurasi 5 atau 7 kursi. Kursi baris depan dapat direbahkan rata hingga menyatu dengan baris kedua, memberikan ruang rebah untuk istirahat. Baris kedua mampu direbahkan hingga 128 derajat, sedangkan baris belakang memiliki konfigurasi pelipatan 4/6 untuk memberikan ruang bagasi lebih besar saat dibutuhkan.

    Varian PHEV dibekali sistem Lingxi Power 3.0 yang memadukan mesin 1.5L dengan motor listrik generasi ke-4. Mesin tersebut memiliki efisiensi termal 43,2%, konsumsi bensin 5,3 liter per 100 km saat baterai habis, serta jarak tempuh listrik murni 125 km dan jarak tempuh total hingga 1.100 km.

    Foto: Doc. Carscoops

    Versi listrik murni mengandalkan motor 100 kW (134 hp) dengan baterai Shenlian berkapasitas 60 kWh. Model itu mampu menempuh jarak 500 km berdasarkan uji CLTC, dengan konsumsi daya 13,6 kWh per 100 km. Teknologi fast charging 2C memungkinkan pengisian jarak tempuh 200 km hanya dalam 15 menit.

    Kemudian varian bensin menggunakan mesin 1.5T bertenaga 130 kW (174 hp) dan torsi 290 Nm, dengan opsi transmisi manual 6-percepatan atau CVT. Semua varian mengandalkan suspensi depan MacPherson dan suspensi belakang multi-link komposit untuk memastikan kenyamanan berkendara tetap optimal.

    Di China, Wuling Xingguang 560 dibanderol mulai dari 59.800 yuan atau Rp 140 jutaan untuk varian bensin. Sedangkan varian PHEV ditawarkan mulai dari Rp 210 jutaan dan EV Rp 230 jutaan.

    Saksikan juga Blak-blakan: Andi Sudirman Sulaiman Bicara Strategi Multi Years Project Sulsel

    (sfn/din)