brand merek: Vivo

  • Stok Kosong Melompong, Shell Jadi Beli BBM Pertamina? Ini Kata Bahlil

    Stok Kosong Melompong, Shell Jadi Beli BBM Pertamina? Ini Kata Bahlil

    Bisnis.com, JAKARTA — Kelangkaan stok BBM SPBU Shell, Vivo, hingga BP-AKR masih berlanjut seiring badan usaha SPBU swasta tersebut batal sepakat membeli base fuel atau BBM murni dari Pertamina. 

    Kondisi terkini stok BBM di SPBU Shell telah habis total per Jumat (3/10/2025). Berdasarkan laman resmi Shell, stok bensin, yakni Shell Super,  Shell V-Power, dan Shell V-Power Nitro+ saat ini belum tersedia di jaringan SPBU Shell.

    Terkait kondisi tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun kembali mengumpulkan SPBU swasta dan PT Pertamina Patra Niaga pada Jumat (3/10/2025) sore. 

    Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia enggan berkomentar terkait keputusan SPBU swasta dalam membeli pasokan dari Pertamina.

    “Itu nanti ya [Shell],” kata Bahlil ketika ditanya apakah Shell jadi membeli BBM dari Pertamina, Minggu (5/10/2025). 

    Pemerintah pun masih kukuh tak memberikan kuota impor tambahan untuk SPBU swasta di sisa akhir tahun ini. Alasannya, pemerintah telah memberikan tambahan kuota 10% dari realisasi tahun lalu untuk kebutuhan impor tahun ini. 

    “Masing-masing kan sudah dikasih jatah ya, sudah ada jatahnya masing-masing ya,” imbuh Bahlil.

    Untuk itu, pemerintah meminta SPBU swasta untuk membeli pasokan BBM dari Pertamina karena jatah impor BBM perusahaan pelat merah itu masih tersedia hingga akhir tahun ini. 

    Namun, pihak SPBU swasta termasuk BP belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini terjadi lantaran base fuel yang disediakan mengandung etanol yang mencapai 3,5%.

    Polemik tersebut akhirnya membuat Kementerian ESDM kembali mengumpulkan SPBU swasta dan PT Pertamina Patra Niaga pada Jumat (3/10/2025) sore. 

    Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan, pihaknya akan memfasilitasi pembahasan secara business to business (B2B) antara pelaku usaha swasta dengan Pertamina terkait keputusan transaksi jual-beli base fuel. 

    “Ya ini pilihan ya, maksudnya mau kosong sampai akhir tahun atau mau ada yang disepakati,” ujar Laode di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/10/2025). 

    Pihaknya tetap mendorong SPBU swasta membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini menyusul kelangkaan stok BBM di SPBU swasta, seperti Shell, BP, hingga Vivo yang terjadi sejak akhir Agustus 2025 lalu.

    Dia pun menanggapi terkait pihak SPBU swasta belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Padahal, Pertamina telah menyediakan 100.000 barel stok. Hal ini terjadi lantaran base fuel itu mengandung etanol yang mencapai 3,5%. 

    Menurut dia, penggunaan etanol diperbolehkan selama masih di bawah 20%. Laode bahkan menyebut, Shell di Amerika Serikat (AS) turut menggunakan etanol dalam racikan BBM mereka. 

    “Kalau di Amerika saja, Shell juga sudah pakai etanol. Di Amerika sendiri mereka bensinnya pakai etanol. Saya bisa kasih lihat bukti-bukti itu,” ucap Laode. 

    Laode mengungkapkan, nasib pasokan base fuel sebanyak 100.000 barel yang sudah disiapkan Pertamina untuk SPBU swasta akhirnya diserap oleh Pertamina sendiri. Sebab, SPBU swasta batal membeli base fuel tersebut. 

    “Kalau base fuel tetap terpakai ya. Makanya kan disampaikan bahwa kelangkaan itu tidak akan terjadi, Kenapa? Karena kan sebenarnya ada, cuma yang satunya kalau maunya yang tadi. Yang satunya yang sudah ada di Pertamina. Kalau Pertamina itu enggak akan kehabisan,” katanya.

    Kendati demikian, Kementerian ESDM memastikan badan usaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta, seperti Shell, BP, Vivo, dan lainnya dapat kembali mengimpor bahan bakar minyak (BBM) secara mandiri tahun depan sesuai alokasi yang diberikan pemerintah. 

    Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, imbauan untuk pembelian base fuel atau BBM murni dari Pertamina yang diarahkan pemerintah saat ini lantaran kuota impor BBM SPBU swasta tahun ini sudah habis. Sementara itu, Pertamina masih memiliki jatah impor BBM dari kuota yang diberikan pemerintah sejak awal. 

    “Untuk tahun depan ini sesuai dengan berapa alokasi yang diberikan kepada badan usaha, badan usaha bisa melakukan impor kembali sesuai dengan alokasi yang diberikan kepada mereka,” kata Yuliot kepada wartawan, Senin (30/9/2025) lalu. 

    Namun, dia menegaskan Kementerian ESDM akan melakukan evaluasi ulang untuk kuota impor BBM tahun depan, termasuk alokasinya untuk masing-masing badan usaha.

    “Badan usaha bisa melakukan impor kembali sesuai dengan alokasi yang diberikan kepada mereka, jadi ini tidak seterusnya. Nanti akan ada alokasi untuk masing-masing, jadi nanti mereka akan lakukan impor sendiri,” tuturnya. 

  • SPBU Swasta Batal Beli, Ini Kata Pakar Soal Kandungan Etanol di BBM

    SPBU Swasta Batal Beli, Ini Kata Pakar Soal Kandungan Etanol di BBM

    Jakarta

    SPBU swasta membatalkan pembelian base fuel dari Pertamina. Alasannya terkait kandungan etanol. Namun pakar menyebut etanol sudah hal lazim digunakan.

    Pusat Kajian Ketahanan Energi Untuk Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia (Puskep UI) menyatakan kandungan etanol untuk bahan bakar minyak (BBM) sudah lazim dilakukan di luar negeri, bahkan mencapai 5 persen, 8 persen, dan 10 persen, selain itu keberadaannya positif untuk lingkungan, karena bisa mengurangi emisi karbon.

    “Itu sudah lazim dipakai dan berpengaruh sangat baik untuk lingkungan, mereduksi emisi karbon, di Eropa mereka biasa gunakan 5-8 persen. Di Amerika dan Australia begitu juga. Karena ada beberapa tujuan lain, tidak semata-mata kepentingan bisnis, namun agar mengurangi minyak dari fosil,” kata Direktur Eksekutif Puskep UI Ali Ahmudi, di Jakarta, dikutip dari Antara.

    Menurut Ali, perusahaan-perusahaan energi di berbagai negara juga pasti ingin terlibat dalam proses transisi energi untuk mereduksi emisi dan global warming. Salah satunya, adalah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

    “Jadi ini sudah global, bukan lagi lokal dan regional. Dan itu dilakukan oleh Shell, Total, BP di luar negeri. Hampir semuanya,” katanya pula.

    Ali mempertanyakan, alasan penolakan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta di tanah air terhadap BBM impor Pertamina dengan alasan mengandung etanol 3,5 persen, padahal angka tersebut jauh di bawah kandungan etanol di luar negeri dan tentu saja aman untuk mesin kendaraan bermotor. Apalagi mesin-mesin terbaru, yang memang dirancang lebih ramah lingkungan.

    “Apalagi kendaraan 2010-an ke sini sudah relatif ramah lingkungan, teknologinya rata-rata sudah adaptif. Sudah dipersiapkan untuk itu. Justru di berbagai negara, jauh di atas 3,5 persen. Makanya kalau sebesar itu (kandungan etanol 3,5 persen) tidak masalah,” ujar dia lagi.

    Diberitakan detikcom sebelumnya, BP dan Vivo batal membeli BBM base fuel dari Pertamina. Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkap bahwa dua SPBU swasta itu enggan membeli dari Pertamina lantaran ada kandungan etanol dalam base fuel yang diimpor.

    “Isu yang disampaikan rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten, kontennya itu ada kandungan etanol dimana secara regulasi itu diperkenankan etanol dalam jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen, nah sedangkan ada etanol 3,5 persen nah ini yang membuat kondisi temen-temen SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena konten etanol tersebut,” jelas Achmad.

    BP mengamini hal tersebut. Menurutnya, kargo BBM yang sudah berlabuh di Tanjung Priok itu tak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan perusahaan. Alasannya karena ada kandungan etanol pada base fuel tersebut.

    “Kalau yang sudah sampai di Priok memang sampai saat ini kami belum menerima, salah satu concernnya karena etanol, memang diformulasi kami sampai saat ini belum mengandung etanol,” jelas Presiden Direktur BP-AKR, Vanda Laura.

    (riar/riar)

  • Kata Pertamina Soal Etanol pada Base Fuel BBM

    Kata Pertamina Soal Etanol pada Base Fuel BBM

    Jakarta

    Pertamina Patra Niaga merespons soal kandungan etanol pada base fuel bahan bakar minyak yang tidak jadi dibeli SPBU Swasta.

    Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun mengatakan, kandungan etanol dalam produk BBM merupakan praktik yang lazim atau biasa dikalangan perusahaan migas dan berlaku secara international.

    “Penggunaan BBM dengan campuran etanol hingga 10% telah menjadi best practice di banyak negara seperti di Amerika, Brasil, bahkan negara tetangga seperti Thailand, sebagai bagian dari upaya mendorong energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (2/10/2025) kemarin, dikutip detikFinance.

    Terkait kolaborasi dengan badan usaha swasta, Pertamina Patra Niaga juga menekankan pentingnya ruang negosiasi yang saling menghormati prosedur internal masing-masing pihak.

    “Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat sistem layanan energi nasional secara menyeluruh demi masyarakat,” katanya.

    Selanjutnya Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan pasokan base fuel atau Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diimpor oleh Pertamina hingga Rabu (1/10/2025) belum dibeli oleh Badan Usaha (BU) swasta penyalur BBM. Baik dari Shell, APR (join venture BP-AKR) maupun dari Vivo.

    SPBU Shell Arteri Pondok Indah Foto: detikcom/Heri Purnomo

    Achmad menyampaikan bahwa alasan kedua SPBU swasta tersebut membatalkan pembelian BBM karena base fuel Pertamina diketahui mengandung etanol sebesar 3,5%. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria mereka.

    Padahal, kata Achmad, berdasarkan regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20%.

    “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, dimana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5%,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025) kemarin.

    (lth/lth)

  • Kementerian ESDM memanggil SPBU swasta soal BBM impor belum dibeli

    Kementerian ESDM memanggil SPBU swasta soal BBM impor belum dibeli

    Ini kesepakatan tersebut saya akan dapatkan secara lengkap pada saat rapat nanti sore pukul 15.30 WIB.

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memanggil pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta guna membahas terkait belum dilakukannya pembelian base fuel dari bahan bakar minyak (BBM) impor yang disediakan oleh Pertamina.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengatakan pertemuan itu akan dilakukan hari Jumat ini di Kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM sekitar pukul 15.30 WIB.

    “Di Kantor Migas, jadi mungkin kita tunggu saja nanti sore ya. Info yang lebih pasti lagi mengenai kesepakatan yang ada,” kata Laode ditemui di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Jumat siang.

    Di menyampaikan pihaknya akan bertemu dengan para pengusaha SPBU dalam rangka negosiasi menuju kesepakatan antarbadan usaha.

    “Ini kesepakatan tersebut saya akan dapatkan secara lengkap pada saat rapat nanti sore pukul 15.30 WIB,” ujarnya.

    Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan SPBU swasta Shell, Vivo, British Petroleum (BP), dan Exxon Mobil menyetujui untuk membeli stok BBM tambahan dengan skema impor melalui Pertamina.

    Langkah tersebut untuk mengatasi kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta, seperti Shell dan BP, yang telah terjadi sejak Agustus 2025.

    Menurut Bahlil, dari kesepakatan tersebut, SPBU swasta mengajukan beberapa syarat dalam skema impor tambahan BBM lewat kolaborasi dengan Pertamina, yaitu BBM yang dibeli merupakan BBM murni (base fuel) yang nantinya akan dilakukan pencampuran di tangki SPBU masing-masing.

    Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada SPBU swasta yang membeli base fuel dari Pertamina.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kepastian Shell, Vivo dan BP AKR Beli BBM Pertamina Diputuskan Sore Ini – Page 3

    Kepastian Shell, Vivo dan BP AKR Beli BBM Pertamina Diputuskan Sore Ini – Page 3

    Ia menyatakan bahwa sebelumnya PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) telah sepakat untuk menyerap 40 ribu barel dari total 100 ribu barel BBM yang diimpor oleh Pertamina.

    Akan tetapi, kesepakatan itu tidak dapat dilanjutkan. “Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi,” ujar Achmad Muchtasyar dikutip dari Antara, Kamis (2/10/2025).

    Menurut Achmad, keputusan mundurnya SPBU swasta ini disebabkan oleh temuan kandungan etanol yang mencapai sekitar 3,5 persen dalam hasil uji laboratorium terhadap base fuel impor tersebut. Hal ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melanjutkan pembelian.

    Badan Usaha Swasta Keberatan

    Penemuan adanya kandungan etanol sebesar 3,5 persen dalam bahan bakar impor Pertamina menjadi momen penting dalam proses negosiasi bisnis ke bisnis (B2B) ini.

    Achmad Muchtasyar menyampaikan bahwa kandungan etanol tersebut menjadi alasan utama bagi SPBU swasta, termasuk Vivo dan BP-AKR, untuk membatalkan rencana pembelian mereka.

    “Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut,” ungkapnya.

     

  • Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Beli BBM dari Pertamina Enggak Haram, Dulu Pernah

    Jakarta

    Shell menegaskan bukan hal haram untuk membeli BBM dari Pertamina. Pihaknya juga sudah pernah melakukannya, asalkan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

    Shell belum mencapai kesepakatan untuk membeli BBM dari Pertamina. Sejatinya, Shell tidak masalah bila harus beli BBM dari Pertamina. Membeli BBM yang diimpor lewat Pertamina itu bagi Shell bukanlah hal haram yang harus dihindari. Presiden Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian menjelaskan, pihaknya terbuka untuk membeli BBM dari Pertamina. Asalkan, spesifikasi BBM itu sesuai dengan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.

    “Kami memberikan contoh bahwa mendapatkan barang dari lokal atau Pertamina itu bukan hal yang haram buat Shell atau hal yang tabu. Kami pernah melakukannya, jadi kami percaya ini masih perlu didiskusikan tapi itu bukan yang akan kami tolak sepanjang tiga aspek itu terpenuhi,” ungkap Ingrid.

    Shell saat ini sudah kehabisan stok bensin. Seluruh SPBU-nya di Indonesia sudah tak ada lagi yang menjual Shell Super, Shell V-Power, hingga Shell V-Power Nitro+.

    Sebelumnya, diketahui pada 19 September 2025, sejumlah SPBU swasta termasuk Shell sudah melakukan pertemuan dengan Menteri ESDM. Dari pertemuan itu disebutkan bahwa Pertamina ditugaskan untuk menyuplai BBM ke SPBU swasta dalam bentuk base fuel (tanpa additive dan pewarna). Selain itu, ada joint surveyor yang disetujui bersama antara Pertamina dan SPBU swasta saat loading dan discharge cargo di terminal untuk mengecek kualitas dan kuantitas.

    Selanjutnya, harga akan disusun sedemikian rupa supaya fair, tidak ada pihak yang dirugikan dan openbook bagi swasta maupun masyarakat. Atas ketentuan itu, Shell hingga saat ini belum bernegosiasi dengan Pertamina menyoal pembelian BBM tersebut. Namun Ingrid menyatakan pihaknya masih sangat terbuka untuk berdiskusi dengan Pertamina.

    Berbeda dengan Shell, BP dan Vivo justru nyaris membeli BBM dari Pertamina. Keduanya sempat sepakat untuk menyerap BBM yang diimpor Pertamina, namun pada akhirnya batal. Ini lantaran pada BBM tersebut ditemukan adanya kandungan etanol 3,5 persen. Sementara BP dan Vivo menginginkan BBM murni yang belum ada campuran sama sekali.

    “Hampir beli tapi ada beberapa hal teknis seperti speknya yang belum disepakati sehingga akhirnya dibatalkan,” ujar Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit.

    Senada dengan Vivo, BP juga menyebut batal membeli BBM Pertamina karena ada kandungan etanolnya. Sementara BBM yang digunakan SPBU BP tak menggunakan campuran etanol sama sekali.

    “Dari sisi mutu jawaban dari kami gini, mari kita ke proses yang sudah disepakati di tanggal 19 eptember, jadi kami mengirimkan pesifikasi kemudian itu ditender pada saat sebelum berangkat dari Singapura kami punya kesempatan untuk meng-assign independent surveyor supaya sama juga dengan Pertamina sama-sama memutuskan mutunya sesuai,” ujar Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura.

    (dry/din)

  • Vivo V60 Lite Resmi Meluncur di Indonesia, Intip Harga dan Spesifikasinya – Page 3

    Vivo V60 Lite Resmi Meluncur di Indonesia, Intip Harga dan Spesifikasinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Vivo resmi memperkenalkan smartphone terbaru mereka, Vivo V60 Lite, di Indonesia, Hadir sebagai varian dengan harga lebih terjangkau dari V60, perusahaan tetap mempertahankan desain stylish, performa kencang, dan kamera AI di HP baru ini.

    Menargetkan anak muda aktif dan gemar membuat konten, Produk Manager Vivo Indonesia, Fendy Tanjaya, mengatakan V60 Lite ini dirancang sebagai HP Android serbaguna.

    “Melalui Vivo V60 Lite, kami ingin mencoba untuk mendukung generasi kreator baru agar dapat mengekspresikan diri mereka secara bebas,” ujar Fendy dalam keterangannya, Jumat (3/10/2025).

    Dia menambahkan, “entah itu bermain game hingga vlogging, Ponsel ini lebih dari sekadar smartphone, melainkan alat penunjang kreativitas.”

    HP Vivo V60 Lite memiliki desain tipis 7,59mm dan ringan, dengan tiga pilihan warna Vibing Blue, Vibing Pink, dan Vibing Black dirancang untuk gaya anak muda.

    Layarnya membawa rasio 94,2 persen dengan borderless screen imersif, dan HP Android ini sudah mengantongi sertifikasi 5-Star SGS Drop Resistance dan tahan air hujan 12 jam.

  • Harga Terbaru Vivo V60 Oktober 2025

    Harga Terbaru Vivo V60 Oktober 2025

    Smartphone ini tersedia dalam tiga pilihan warna Festive Purple yang terinspirasi dari energi festival, Spotlight Gray yang elegan, dan Dancing Blue yang penuh semangat. Festive Purple, khususnya, dirancang untuk pengguna yang ingin tampil standout di tengah keramaian, mencerminkan keceriaan dan kebebasan berekspresi.

    Smartphone ini dibekali 50MP ZEISS Super Telephoto Camera dengan kemampuan optical zoom 3x, optimal zoom hingga 10x, dan maksimal zoom hingga 100x. Kamera ini memungkinkan pengguna menangkap momen jarak jauh, seperti aksi panggung saat konser atau ekspresi musisi, dengan detail tajam dan jernih.

    Kamera utama Vivo V60 berukuran 50MP ZEISS OIS bersanding sensor ultrawide 8 MP. Tak hanya itu Vivo menyematkan kamera telephoto 50 MP yang bisa diandalkan untuk nonton konser

    Di bagian depan, terdapat 50MP ZEISS Group Selfie Camera dengan FOV 92 derajat yang mendukung perekaman video hingga 4K. Kombinasi ini menghasilkan foto dan video setara profesional, baik untuk potret, lanskap, maupun group selfie.

    Fitur ZEISS Multifocal Portrait dengan focal length 85mm dan 100mm memberikan variasi baru untuk potret dengan proporsi wajah natural dan efek bokeh artistik. Fitur eksklusif AI Four-Season Portrait memungkinkan pengguna mengubah nuansa musim dalam foto secara instan, menambah kreativitas fotografi.

    Selain itu, fitur seperti AI Aura Light Portrait 2.0, AI Erase 3.0, AI Magic Mode, dan AI Expander meningkatkan kualitas foto, terutama di kondisi minim cahaya.

    Vivo V60 menjadi smartphone pertama di Indonesia yang ditenagai Qualcomm Snapdragon 7 Gen 4 (4nm), chipset terbaru yang rilis Mei 2025. Dibandingkan pendahulunya, chipset ini menawarkan peningkatan performa CPU hingga 27%, efisiensi daya gaming 26% lebih baik, dan GPU 30% lebih cepat.

    Smartphone ini menjalankan Funtouch OS berbasis Android 16, dengan jaminan pembaruan sistem hingga 4 tahun, memastikan performa, keamanan, dan fitur terbaru lebih lama dibandingkan generasi sebelumnya yang hanya 6 tahun.

    Vivo V60 mengusung 6.500 mAh BlueVolt Battery, terbesar di kelasnya, dengan dukungan 90W FlashCharge untuk pengisian cepat. Fitur Bypass Charging hadir untuk pertama kalinya di V Series, menjaga suhu rendah saat pengisian dan memperpanjang umur baterai.

    Dengan sertifikasi IP68 dan IP69, Vivo V60 tahan terhadap debu, cipratan air, dan rendaman hingga 1,5 meter selama 120 menit, menjadikannya ideal untuk aktivitas luar ruangan, termasuk festival di tengah hujan.

    Vivo V60 dilengkapi layar AMOLED quad-curved 6,77 inci resolusi Full HD+ (1080 x 2392 piksel), refresh rate 120 Hz, dan kecerahan puncak hingga 5.000 nits. Layar ini mendukung HDR10+, peredupan PWM 2160 Hz, dan dilindungi Diamond Shield Glass untuk ketahanan ekstra. Rasio layar ke bodi mencapai 88,1%, memberikan pengalaman visual imersif untuk streaming, gaming, atau menikmati konten festival.

    Selain fitur kamera AI, Vivo V60 menghadirkan AI Block Spam Calls untuk mencegah panggilan mengganggu dan AI Captions yang mengubah ucapan menjadi teks secara real-time, mendukung terjemahan bahasa, dan merangkum poin penting dari rapat atau konten audio/video. Fitur ini memudahkan komunikasi dan meningkatkan produktivitas, terutama bagi pengguna yang sering mengikuti konferensi atau menonton konten multibahasa.

    Harga Vivo V60

    Vivo V60 dijual di Indonesia dengan harga di toko resmi Vivo dan berbagai toko online sebagai berikut untuk Oktober 2025:

    8 GB/256 GB: Rp 6.999.000
    12 GB/256 GB: Rp 7.499.000
    12 GB/512 GB: Rp 8.499.000

    Harga itu masih sama alias belum ada perubahan dari saat peluncuran.

    Simak Video “Video: Nyobain Kamera Vivo V60 yang Bakal Rilis 28 Agustus “
    [Gambas:Video 20detik]
    (fyk/fay)

  • SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Begini Reaksi Bahlil

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, buka suara usai SPBU swasta seperti BP-AKR dan VIVO batal membeli bahan bakar minyak (BBM) dari PT Pertamina (Persero). Menurut dia, negosiasinya masih berlanjut hingga sekarang.

    Bahlil menegaskan, SPBU swasta masih menjalin komunikasi secara B to B (business to business) dengan Pertamina untuk pembelian BBM murni. Sehingga, peluangnya belum benar-benar tertutup.

    “B to B-nya silakan. Kami hanya memberikan guidance. Selebihnya diatur (secara B to B),” kata Bahlil saat ditemui di Gedung BPH Migas, Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (3/10).

    Ilustrasi SPBU swasta Foto: detikcom/Aulia Damayanti

    Namun yang pasti, Bahlil menegaskan, stok BBM dalam negeri dalam kondisi aman dan cukup hingga tiga pekan ke depan.

    Khusus untuk ketersediaan BBM pada SPBU swasta, dia memastikan, pemerintah sudah menambahkan kuota impor BBM sebesar 10 persenlebih tinggi dibandingkan kuota impor tahun lalu.

    “Jadi tidak ada alasan dan tidak ada satu persepsi bahwa BBM kita, ketersediaan kita menipis. Nggak ada. Sudah penuh. Semuanya ada. Kuota impornya pun kita sudah berikan sesuai dengan apa yang disampaikan sebelumnya,” ungkapnya.

    Alasan SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina

    Diberitakan sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar menjelaskan, VIVO dan BP-AKR sebelumnya telah sepakat membeli BBM murni dari Pertamina. Hanya saja, selang beberapa waktu, mereka tiba-tiba membatalkan rencana tersebut.

    Achmad mengungkap, alasan SPBU swasta membatalkan pembelian BBM karena base fuel Pertamina mengandung etanol 3,5%. Hal itu tidak sesuai dengan kriteria mereka. Padahal, menurut regulasi, kandungan etanol dalam BBM diperbolehkan hingga batas 20%.

    “Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini, adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, dimana secara regulasi itu diperkenankan, etanol itu sampai jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20% etanol, kalau tidak salah. Sedangkan ada etanol 3,5%,” katanya saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI.

    “Nah ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Dimana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” tambahnya.

    Achmad memastikan, selain VIVO dan BP-AKR, pihaknya juga sempat melakukan negosiasi dengan Shell. Namun negosiasi tersebut tidak berjalan lancar. Menurutnya, negosiasi tak berlanjut karena birokrasi internal perusahaan.

    “Tidak bisa melakukan, meneruskan negosiasi ini, dikarenakan bahwa ada birokrasi internal yang harus ditempuh,” kata dia.

    (sfn/sfn)

  • Pertamina tegaskan etanol pada BBM lumrah untuk tekan emisi

    Pertamina tegaskan etanol pada BBM lumrah untuk tekan emisi

    Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global

    Jakarta (ANTARA) – PT Pertamina Patra Niaga menegaskan bahwa penggunaan etanol dalam bahan bakar minyak (BBM) merupakan “best practice” yang telah diterapkan secara internasional untuk menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung transisi energi yang berkelanjutan.

    “Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global,” ucap Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Jumat.

    Implementasi etanol, kata dia, terbukti berhasil mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung peningkatan perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian.

    Roberth menjelaskan etanol berasal dari tumbuhan seperti tebu atau jagung, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni.

    Dengan mencampurkan etanol ke dalam BBM, lanjutnya, emisi gas buang kendaraan bisa berkurang sehingga kualitas udara lebih baik.

    Ia pun memaparkan bahwasanya penggunaan etanol dalam BBM terbukti menjadi standar di banyak negara, seperti Amerika Serikat.

    AS, melalui program Renewable Fuel Standard (RFS), telah mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin dengan kadar umum E10 (10 persen etanol) dan E85 untuk kendaraan fleksibel.

    Lebih lanjut, Brasil menjadi pelopor penggunaan etanol berbasis tebu, dengan implementasi skala nasional hingga mencapai campuran E27 (27 persen etanol) pada bensin, sehingga membuat Brasil dikenal sebagai salah satu negara dengan kendaraan berbahan bakar etanol terbesar di dunia, dan masyarakatnya sudah terbiasa mengisi BBM dengan etanol sejak puluhan tahun lalu.

    Kawasan Uni Eropa juga mengadopsi campuran etanol dalam BBM melalui kebijakan Renewable Energy Directive (RED II), dengan target bauran energi terbarukan di sektor transportasi.

    Campuran E10 kini telah menjadi standar di banyak negara Eropa seperti Prancis, Jerman dan Inggris, sebagai standar untuk mengurangi polusi udara.

    Asia pun mulai mengadopsi kebijakan serupa, dengan India mendorong program etanol blending hingga 20 persen (E20) pada 2030, sebagai bagian dari roadmap menuju transportasi rendah karbon serta mendukung petani tebu.

    “Pertamina Patra Niaga berkomitmen untuk terus mendukung kebijakan pemerintah dalam menurunkan emisi karbon sesuai target Net Zero Emission 2060,” ucapnya.

    Ia menambahkan kehadiran BBM dengan campuran etanol menjadi bukti nyata bahwa Indonesia siap mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

    Pernyataan tersebut terkait dengan PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) yang batal membeli base fuel bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina karena ada kandungan etanol sekitar 3,5 persen pada hasil uji lab base fuel yang diimpor oleh Pertamina.

    Padahal, sebelumnya Vivo sudah menyepakati untuk membeli base fuel dari Pertamina sebanyak 40 ribu barel (MB), dari 100 ribu barel yang sudah diimpor oleh perusahaan plat merah tersebut.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.