brand merek: Vivo

  • Stok Bensin di SPBU Vivo Banyak yang Kosong, Kapan Ada Lagi?

    Stok Bensin di SPBU Vivo Banyak yang Kosong, Kapan Ada Lagi?

    Jakarta

    Stok BBM di SPBU Vivo Jabodetabek banyak yang kosong. Kapan tersedia lagi?

    Bensin yang dijual SPBU Vivo mulai langka. Di kawasan Jabodetabek, banyak SPBU Vivo yang tak lagi memiliki stok Revvo92. Dilihat detikOto dalam laman khusus stok SPBU Vivo yang diupdate per 9 Oktober 2025 pukul 06.00 WIB, Revvo92 hanya tersisa di delapan SPBU dari total 17 SPBU di Jakarta.

    Begitupula di Bekasi, hanya dua dari total 10 SPBU Vivo yang masih menjual Revvo92. Di Tangerang juga hanya ada dua SPBU Vivo yang masih memiliki stok Revvo92. Beda halnya dengan di Bogor, dari total lima SPBU, hanya tersisa satu yang menjual BBM RON 92 Vivo itu. Sedangkan di Depok, dua SPBU yang menyediakan Revvo92 ada di Limo dan Sawangan. Berikut ini daftar SPBU Vivo yang masih punya stok bensin Revvo92.

    Daftar SPBU Vivo yang Jual Bensin RON 92

    Jakarta

    SPBU AntasariSPBU Bintaro S1SPBU Daan MogotSPBU Warung BuncitSPBU MT HaryonoSPBU Pasar MingguSPBU TendeanSPBU MeruyaSPBU Jambore

    Tangerang

    SPBU PamulangSPBU ModernlandSPBU Cipondoh

    Bekasi

    SPBU KrangganSPBU Cimuning

    Bogor

    SPBU PajajaranSPBU Sentul

    Depok

    Kapan Stok Bensin Vivo Ada Lagi?

    Meski begitu, di beberapa SPBU tertulis jam estimasi ketersediaan Revvo92. Di Jakarta, di SPBU Radar Auri dan SPBU Hankam, Revvo92 akan tersedia pada 9 Oktober pukul 14.00 WIB. Stok di SPBU Kemang juga akan tersedia pada hari ini pukul 20.00 WIB.

    Di Tangerang, SPBU Bintaro S7 dan SPBU BSD akan menyediakan Revvo92 pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan di SPBU Ciater, Revvo92 tersedia pada 10 Oktober 2025 pukul 14.00 WIB. Di SPBU Legok dan Imam Bonjol, Revvo 92 akan kembali tersedia pada hari ini di malam hari, tepatnya pada pukul 20.00 WIB.

    Di Bekasi juga rata-rata akan kedatangan stok Revvo92 pada hari ini. Ada juga beberapa SPBU yang kedatangan stok Revvo92 pada esok hari.

    Perlu dicatat, bensin yang tersedia di SPBU Vivo saat ini hanya tersisa Revvo92. Stok Revvo90 dan Revvo95 sudah ludes.

    “Produk Revvo90 dan Revvo95 saat ini sudah tidak tersedia di semua lokasi SPBU Vivo,” demikian penjelasan Vivo.

    Sebelumnya, pekan lalu saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Direktur Vivo Energy Indonesia Leonard Mamahit mengungkap sisa stok BBM hanya tersedia hingga akhir Oktober 2025. Bila nanti stoknya habis, SPBU Vivo tak ada lagi BBM yang bakal dijual.

    “Saat ini memang stok kami sudah habis, di bulan Oktober ini, jadi tidak ada lagi yang bisa kami jual untuk bahan bakarnya. Pada akhir bulan Oktober ini (stok tersisa),” ujar Leonard.

    (dry/din)

  • Sidang Gugatan Perdata Bahlil Imbas BBM Swasta Langka Ditunda Pekan Depan

    Sidang Gugatan Perdata Bahlil Imbas BBM Swasta Langka Ditunda Pekan Depan

    Bisnis.com, JAKARTA – Sidang perdana menggugat Menteri ESDM Bahlil Lahadalia batal berlangsung. Sebab pihak tergugat III PT Shell Indonesia tidak dan tergugat I-II belum menyiapkan legal standing.

    Tergugat I adalah pihak Menteri ESDM dan tergugat II adalah PT Pertamina. Atas hal tersebut, sidang dengan nomor perkara 648/Pdt.G/2025/PN batal dilaksanakan pada Rabu (8/10/2025).

    Hakim Ketua Sidang, Ni Kadek Susantiani mengatakan pihaknya telah menyurati PT Shell Indonesia untuk menghadiri sidang, tapi sampai pukul 12.00 PT Shell Indonesia tidak kunjung hadir sehingga sidang di skors hingga Rabu (15/10/2025). Terlebih tergugat I dan II belum melengkapi berkas.

    “Jadi untuk kelengkapan persidangan akan kita lakukan lagi di Rabu depan untuk pihak tergugat untuk hadir kembali saya berharap sudah lengkap minggu depan,” kata Susantiani di PN Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2025).

    Pihak dari tergugat I dan II menyampaikan masih menunggu keputusan direksi dan komunikasi secara internal terkait penerbitan legal standing.

    Pihak tergugat II sempat meminta agar tenggat waktu penyerahan legal standing dilakukan selama dua minggu. Namun, Susantiani menolak permohonan itu dan menetapkan legal standing diberikan Rabu pekan depan.

    Kepada awak media, kuasa hukum Tati Suryati, Boyamin Saiman selaku pihak penggugat menyayangkan atas tindakan pihak tergugat. Boyamin menilai mereka tidak serius menanggapi gugatan yang dilayangkan.

    Padahal menurutnya gugatan ini dilakukan demi kepentingan masyarakat yang sulit mendapatkan BBM dari SPBU Swasta.

    “Karena ini sebenarnya gugatan ini mewakili kepentingan masyarakat yang menginginkan bisa membeli bahan bakar minyak murni yang ada di SPBU swasta. Baik yang mobil maupun bahkan roda dua teman-teman ojol juga sudah mengkonsumsinya,” ucapnya usai sidang.

    Dia mengatakan upaya hukum juga memaksa pemerintah bergerak cepat memperbaiki masalah yang berlangsung agar SPBU swasta mendapatkan stok BBM.

    Boyamin menyebut berencana mengubah petitum terkait kerugian materiil kliennya. Namun isi gugatan masih sama yakni meminta pemerintah mempermudah distribusi BBM kepada SPBU swasta.

    “Petitumnya mungkin malah kita perbarui karena sebenarnya [kerugian] bukan Rp1,1 bahkan ada diangka lebih dari itu. Kira-kira diangka Rp3,5 juta gitu dari proses pembelian selama 3 minggu terakhir,” tuturnya.

    Di sisi lain, Tati Suryati mengungkapkan bahwa dirinya telah lama menggunakan BBM milik swasta seperti Vivo, BP, dan Shell. Dia mengatakan enggan menggunakan BBM Pertamina karena meragukan kualitasnya. Dia mengaku saat mencoba bensin dari Pertamina, kendaraannya jadi kurang bertenaga dan lebih boros.

    “Saya sih sudah coba waktu itu. Perbandingannya berbeda ketika dari 0 gitu dari minim banget. Isinya tuh habisnya lebih cepat ya. Versi saya itu ya.Tapi gak tau yang lain. Itu pengalaman saya lebih cepat dan agak tenaganya agak kurang,” kata Tati.

  • Pakar Energi Sebut Etanol 3,5% di Base Fuel Pertamina Tak Kurangi Kualitas BBM

    Pakar Energi Sebut Etanol 3,5% di Base Fuel Pertamina Tak Kurangi Kualitas BBM

    Jakarta

    Kekhawatiran SPBU swasta untuk membeli BBM dasar atau base fuel karena kandungan etanol ditepis para pakar energi. Kadar etanol base fuel Pertamina sebesar 3,5% justru dinilai aman dan sesuai standar internasional, bahkan membawa manfaat bagi lingkungan.

    Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yus Widjajanto mengatakan kandungan energi etanol memang lebih rendah dibandingkan dengan bensin, yakni rentang 26,8-29,7 megajoule per kilogram (MJ/kg), sedangkan bensin sekitar 40 MJ/kg. Kendati demikian hal tersebut tidak berpengaruh apapun terhadap mesin dan performa kendaraan.

    “Jadi kalau kandungan etanolnya hanya 3,5%, energi yang turun hanya sekitar 1%. Artinya daya mesin hanya berkurang sekitar 1%, dan itu tidak akan terasa. Di konsumsi bahan bakar tidak akan lebih boros, di tarikan (performa) kendaraan tetap enak aja, nggak akan terasa karena secara internasional, penurunan daya baru terasa kalau sudah mencapai 2% akan dirasakan oleh pengendara,” papar Tri dalam keterangannya, Selasa (7/10/2025).

    “Jadi kalau cuma 1 persen, tidak akan berpengaruh ke konsumsi bahan bakar maupun tarikan (performa) kendaraan,” lanjutnya menyimpulkan.

    Tri menjelaskan, etanol diketahui memiliki nilai research octane number (RON) tinggi, yakni sekitar 110-120. Alhasil, dengan penambahan etanol sebesar 3,5% ke dalam bensin, RON justru dapat meningkat sebesar 3,85-4,2 poin.

    Kandungan etanol ini dinilai Tri berada jauh di bawah ambang batas yang umum digunakan banyak negara. Di Amerika Serikat, misalnya, kadar etanol dalam bensin bisa mencapai 10%, sedangkan di Brazil bahkan mencapai 85%.

    “Bahkan Shell di Amerika pun menjual bensin yang dicampur etanol 10%, dan di sana baik-baik saja, tidak ada masalah dengan mesin kendaraan. Bahkan di Brazil kadar etanolnya sampai 85%, Australia juga sudah pakai,” jelas Tri.

    Dia menilai penolakan sejumlah operator SPBU swasta seperti Shell, BP-AKR dan Vivo terhadap base fuel Pertamina terlalu berlebihan. “Saya melihat ini lebih ke isu yang digunakan untuk menekan pemerintah agar mengeluarkan lagi kuota impor mereka,” ujarnya.

    Senada dengan Tri, Dosen Jurusan Rekayasa Minyak dan Gas Institut Teknologi Sumatera (ITERA) Muhammad Rifqi Dwi Septian mengatakan penggunaan etanol dalam bahan bakar justru membawa dampak positif bagi kualitas udara.

    “Etanol memiliki kandungan oksigen yang tinggi, sehingga pembakarannya lebih sempurna. Itu membuat kadar karbon monoksida dan hidrokarbon tidak terbakar bisa berkurang, artinya lebih ramah lingkungan,” kata Rifqi menambahkan.

    Dia menambahkan, etanol juga dapat meningkatkan angka oktan atau Research Octane Number (RON) bahan bakar menjadi lebih tinggi, di kisaran 108-113.

    “Semakin tinggi oktan, semakin efisien proses pembakaran di mesin. Ini justru bagus untuk performa kendaraan,” ujar Rifqi.

    Rifqi menilai kekhawatiran soal etanol yang disebut bisa menyebabkan karat atau kerusakan pada mesin cenderung berlebihan. Baginya, etanol adalah senyawa kimia yang juga dikenal dengan sebutan etil alkohol atau alkohol yang diperoleh dari hasil fermentasi bahan nabati seperti tebu, jagung, atau singkong, yang kemudian dicampurkan ke dalam BBM sebagai aditif.

    Di Indonesia, penambahan etanol pada BBM dilakukan dalam rangka mendukung program energi terbarukan dan ramah lingkungan yang dicanangkan pemerintah.

    Etanol digunakan untuk meningkatkan angka oktan (RON) pada BBM, sehingga kualitas pembakaran di mesin kendaraan menjadi lebih baik dan emisi gas buang bisa ditekan. Amerika Serikat dan Brazil jadi contoh negara yang sukses menerapkan etanol sebagai bagian pada komponen yang wajib ada di dalam campuran bahan bakar mesin mereka.

    (hal/kil)

  • Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina, Masih Tunggu Restu Pusat

    Shell Belum Putuskan Beli BBM Pertamina, Masih Tunggu Restu Pusat

    Jakarta

    Shell Indonesia dan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia belum memutuskan pembelian base fuel atau bahan bakar minyak (BBM) murni dari Pertamina. Bahkan, sejauh ini, negosiasinya belum berlanjut.

    Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun mengungkap alasan Shell Indonesia belum memutuskan pembelian base fuel dari Pertamina. Menurutnya, mereka masih menunggu ‘restu’ dari kantor pusat soal pemenuhan compliance vendor.

    “Dan Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November karena masih memiliki stok BBM,” ujar Roberth MV kepada detikcom, dikutip Selasa (7/10).

    SPBU Shell masih kosong. Foto: Grandyos Zafna

    Meski demikian, Roberth mengklaim, SPBU swasta lain seperti VIVO dan APR-AKR telah setuju untuk melanjutkan pembahasan teknis terkait pembelian base fuel dari Pertamina. APR merupakan perusahaan patungan antara BP dan PT AKR Corporindo Tbk.

    Dia menegaskan, jika seluruh prosesnya lancar dan tanpa hambatan berarti, maka pengiriman kargo base fuel kemungkinan besar akan dilakukan mulai akhir bulan ini.

    “VIVO, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis dan tindak lanjut tahap selanjutnya,” kata dia.

    Pembahasan Lanjutan

    Disitat dari detikFinance, Roberth menjelaskan pembahasan lanjutan tersebut berupa adanya dokumen pernyataan kepatuhan terhadap prinsip tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance, termasuk pernyataan anti monopoli, anti pencucian uang, dan anti suap.

    Setelah itu, VIVO dan BP menyampaikan kebutuhan komoditi yang dibutuhkan dan melakukan pembahasan kesepakatan terkait spesifikasi produk, key terms, dan general terms and conditions.

    Di saat bersamaan, Pertamina akan menyampaikan kembali spesifikasi produk yang dapat memenuhi requirement semua BU dan key term termasuk join surveyor untuk dikonfirmasi oleh BU swasta terkait.

    ⁠”Apabila BU Swasta setuju, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut. ⁠Selanjutnya pemenang pengadaan akan disampaikan kepada BU Swasta dalam lingkup penyedia kargo, best price dan volume kargo,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Samsung dan Xiaomi Makin Agresif, Pasar Vivo

    Samsung dan Xiaomi Makin Agresif, Pasar Vivo

    Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan produsen smartphone dalam memperkuat posisi mereka di pasar berjalan sangat ketat. Samsung dan Xiaomi berhasil meningkatkan pasar pasar berkat produk bawah dan menengah, sementara itu Vivo dan Oppo tergerus pada semester I/2025.

    Berdasarkan data Counterpoint Research, pangsa pasar pengiriman ponsel pintar (smartphone) di Indonesia pada kuartal II/2025 tercatat mengalami pergeseran dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu kuartal II/2024. 

    Laporan DataIndonesia, dikutip Selasa (7/10/2025), mengungkap secara total, pengiriman smartphone di Indonesia turun 7% secara tahunan (YoY), tertekan oleh lemahnya permintaan konsumen dan kondisi ekonomi yang dibayangi ketidakpastian.

    Jika dilihat berdasarkan merek, Xiaomi menempati posisi pertama dengan pangsa pasar pengiriman sebesar 21% pada kuartal II/2025. Angka ini meningkat dari 18% pada kuartal II/2024. 

    Jumlah pengirimannya naik sekitar 10% secara tahunan, didorong oleh ekspansi gerai offline, portofolio produk yang lebih beragam, serta peluncuran seri terbaru seperti Xiaomi 15 Series dan Pocophone F7.

    Samsung naik ke posisi kedua dengan pangsa pasar pengiriman sebesar 20% pada kuartal II/2025. Jumlah itu lebih besar dari 16% pada kuartal II/2024. Pertumbuhan jumlah pengiriman Samsung tercatat sebesar 20% secara tahunan, dan merupakan kenaikan tertinggi di antara lima merek lainnya.

    Peningkatan ini ditopang oleh lini Galaxy A Series berbasis 5G, strategi pemasaran agresif, program cicilan, serta trade-in yang semakin populer.

    Pasar smartphone Indonesia semester I/2025

    Oppo menempati posisi ketiga dengan pangsa pasar pengiriman sebesar 16% pada kuartal II/2025. Persentasenya turun dibandingkan kuartal II/2024 yang sebesar 18%. Adapun jumlah pengirimannya mengalami penurunan sebesar 14% secara tahunan.

    Selanjutnya, Vivo mencatatkan pangsa pasar pengiriman sebesar 13% pada kuartal II/2025, turun tajam dari 18% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pengiriman smartphone Vivo juga merosot 29% YoY, menjadikannya merek dengan penurunan terbesar di antara lima merek lainnya.

    Sementara itu, Infinix bertahan dengan pangsa pasar pengiriman sebesar 10% pada kuartal II/2025, tidak berubah dari kuartal II/2024. Namun secara tahunan, jumlah pengiriman smartphone Infinix di Indonesia tetap menurun 5%.

    Adapun kategori merek smartphone lainnya mencatatkan pangsa pasar pengiriman sebesar 18% pada kuartal II/2025, lebih rendah dibandingkan kuartal II/2024 yang sebesar 20%. Jumlah pengiriman smartphone juga mengalami penurunan secara tahunan sebesar 19%.

  • Ekonom: Krisis BBM di Shell, BP, Vivo Rugikan Konsumen dan Ekonomi Lokal

    Ekonom: Krisis BBM di Shell, BP, Vivo Rugikan Konsumen dan Ekonomi Lokal

    Bisnis.com, JAKARTA — Stok BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, dan Vivo masih kosong imbas pasokan habis. Pengamat menilai hal ini turut merugikan konsumen.

    Ekonom Senior di Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Ishak Razak mengatakan, kelangkaan BBM di SPBU swasta itu membuat konsumen hanya bisa membeli bensin dari Pertamina. Terlebih, para pelanggan kehilangan opsi layanan yang kompetitif.

    “Jelas merugikan konsumen di mana para pelanggan yang telah percaya kepada SPBU swasta tersebut harus menghadapi antrean panjang, biaya tambahan, hilangnya opsi layanan yang kompetitif selain Pertamina,” ucap Ishak kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

    Dia menjelaskan, dari perspektif ekonomi, ketidakpastian pasokan dan regulasi dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) SPBU swasta dan ekosistem bisnis yang telah terbentuk. Di sisi lain, hal ini juga dapat menurunkan kepercayaan terhadap investasi bisnis di Indonesia.

    “Jika tidak segera diatasi, situasi ini memperburuk ekonomi lokal dan daya tarik investasi energi,” imbuh Ishak.

    Lebih lanjut, Ishak menyebut bahwa kehadiran SPBU swasta ini cukup strategis bagi Pertamina. Sebab, mereka merupakan kompetitor penting untuk mendorong Pertamina meningkatkan kinerja dan kualitas produk.

    “Apalagi, Pertamina selama ini sering dicap negatif karena isu distribusi, pelayanan, dan ketidakstabilan pasokan khususnya di daerah,” katanya.

    Sebelumnya, kelangkaan stok BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, hingga Vivo masih menjadi polemik. Bahkan, stok bensin di SPBU Shell habis total. Sementara itu, stok BBM di SPBU BP dan Vivo diproyeksi habis total pada Oktober ini.

    Adapun, terkait kelangkaan stok BBM di SPBU swasta ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM memberi solusi dengan meminta mereka membeli BBM base fuel dari Pertamina. Pasalnya, Pertamina masih memiliki kuota impor BBM yang belum terpakai.

    Apalagi, SPBU swasta sudah tak diberikan tambahan impor lantaran pemerintah telah memberikan tambahan kuota 2025 kepada SPBU swasta sebesar 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan begitu, kuota impor BBM SPBU swasta pada tahun ini mencapai 110%.

    Di sisi lain, pihak SPBU swasta termasuk BP belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini terjadi lantaran base fuel itu mengandung etanol yang mencapai 3,5%.

  • Stok BBM SPBU Swasta Langka, YLKI Minta Pemerintah Pastikan Hak Konsumen Terpenuhi

    Stok BBM SPBU Swasta Langka, YLKI Minta Pemerintah Pastikan Hak Konsumen Terpenuhi

    Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan bahwa konsumen berhak untuk mendapat BBM dengan kualitas dan kuantitas sesuai standar.

    Hal ini merespons polemik kelangkaan BBM di SPBU swasta seperti Shell, BP, hingga Vivo. Bahkan, stok bensin di SPBU Shell habis total. Sementara itu, stok BBM di SPBU BP dan Vivo diproyeksi habis total pada Oktober ini.

    Sekretaris Eksekutif YLKI Rio Priambodo mengatakan, pada dasarnya, konsumen tidak mau tahu mengenai proses bisnis di belakangnya. Dia menekankan hal terpenting bagi konsumen adalah ketersediaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu, pemerintah sebagai regulator maupun penengah harus memegang prinsip tersebut.

    “Kami sebagai konsumen juga berhak BBM yang standar baik secara kualitas maupun kuantitas. Lagi-lagi, pemerintah yang harus memastikan itu agar semua BBM yang dibeli konsumen memenuhi standar,” ucap Rio kepada Bisnis, Senin (6/10/2025).

    Dia mengatakan, tahun ini harus menjadi pelajaran betul bagi pemerintah bahwa ada dua persoalan. Pertama, soal gonjang-ganjing kualitas BBM Pertamax. Kedua, kekosongan stok BBM di SPBU swasta. 

    YLKI pun meminta pemerintah membenahi tata kelola BBM dari hulu hingga hilir agar hak konsumen tidak dikorbankan dan kepercayaan konsumen tergerus.

    Rio juga menuturkan, persoalan BBM berada di ranah legal policy dan wisdom policy. Karena itu, habisnya stok BBM SPBU swasta karena kuota impor yang telah terpakai merupakan komitmen legal policy pemerintah dengan SPBU swasta. 

    “Tapi mengisi kekosongan SPBU swasta menjadi wisdom policy pemerintah karena memperhatikan aspek ekonomi dan ketenagakerjaan,” imbuh Rio.

    Untuk mengatasi ini, YLKI mendorong pendekatan wisdom policy pemerintah. Pendekatan wisdom policy diharapkan menjadi win-win solution bagi pemerintah dan swasta demi keberlanjutan konsumen.

    Rio menambahkan bahwa habisnya stok BBM pemerintah padahal belum akhir tahun menandakan pemerintah lost control mengenai penjualan BBM oleh swasta. 

    “Ke depan pemerintah harus kontrol stok SPBU swasta secara periodik dan memberikan alarm jika stok sudah menipis,” ucapnya.

    Adapun, terkait kelangkaan stok BBM di SPBU swasta ini, pemerintah melalui Kementerian ESDM memberi solusi dengan meminta mereka membeli BBM base fuel dari Pertamina. Pasalnya, Pertamina masih memiliki kuota impor BBM yang belum terpakai.

    Apalagi, SPBU swasta sudah tak diberikan tambahan impor lantaran pemerintah telah memberikan tambahan kuota 2025 kepada SPBU swasta sebesar 10% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Dengan begitu, kuota impor BBM SPBU swasta pada tahun ini mencapai 110%.

    Di sisi lain, pihak SPBU swasta termasuk BP belum sepakat membeli base fuel dari Pertamina. Hal ini terjadi lantaran base fuel itu mengandung etanol yang mencapai 3,5%.

  • Pertamina Beri Sinyal Vivo dan BP Sepakat Beli BBM

    Pertamina Beri Sinyal Vivo dan BP Sepakat Beli BBM

    Jakarta

    PT Pertamina Patra Niaga menyampaikan SPBU Vivo, APR, dan AKR sepakat melanjutkan pembahasan teknis terkait pembelian base fuel atau Bahan Bakar Minyak (BBM) murni. APR merupakan perusahaan joint venture atau patungan antara BP dan PT AKR Corporindo Tbk.

    Jika semuanya berjalan lancar, rencananya pengiriman kargo base fuel tersebut akan dilakukan pada akhir Oktober 2025. Kesepakatan tersebut didapatkan usai pertemuan antara Badan Usaha (BU) swasta penyalur BBM dengan Pertamina yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) pada Jumat (3/10).

    “VIVO, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis dan tindak lanjut tahap selanjutnya,” kata Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun kepada detikcom, Senin (6/10/2025).

    Roberth menjelaskan pembahasan lanjutan tersebut berupa adanya dokumen pernyataan kepatuhan terhadap prinsip tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance, termasuk pernyataan anti monopoli, anti pencucian uang, dan anti suap.

    Kemudian, Vivo dan BP menyampaikan kebutuhan komoditi yang dibutuhkan dan membahas kesepakatan kesepakatan terkait spesifikasi produk, key terms, dan general terms and conditions.

    Sementara itu, Pertamina akan menyampaikan kembali spesifikasi produk yang dapat memenuhi requirement semua BU dan key term termasuk join surveyor untuk dikonfirmasi oleh BU swasta terkait.

    ⁠”Apabila BU Swasta setuju, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut. ⁠Selanjutnya pemenang pengadaan akan disampaikan kepada BU Swasta dalam lingkup penyedia kargo, best price dan volume kargo,” katanya.

    Tahap selanjutnya, pembahasan aspek komersial atau business to business dan proses joint inspection dalam pengirimannya. Ia menyebutkan jika berjalan lancar, pengiriman kargo yang sudah disepakati akan berlangsung di minggu ketiga Oktober.

    “Perlu ditekankan dan disepakati bahwa proses ini berjalan dengan kesepakatan dari 3 BU Swasta tersebut. Karena pengiriman kargo dalam satu pengadaan yang sama tidak terpisah pisah. Kembali Pertamina menyampaikan bahwa dengan semangat kolaborasi berdasarkan niat baik untuk memberikan pelayanan pada masyarakat ini untuk di sikapi dengan bijak dan positif, sesuai arahan dari Pemerintah,” katanya.

    Sementara itu, Roberth mengatakan untuk SPBU swasta seperti Exxon dan Shell belum dapat melanjutkan pembicaraan lebih lanjut. Hal ini karena Shell masih perlu berkoordinasi dengan kantor pusatnya spesifik pemenuhan compliance vendor.

    “Dan Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November karena masih memiliki stok BBM,” katanya.

    Lihat juga Video VIVO dan BP Batal Beli BBM dari Pertamina

    (ara/ara)

  • Pertamina sebut Vivo dan bp sepakat tindaklanjuti kerja sama impor BBM

    Pertamina sebut Vivo dan bp sepakat tindaklanjuti kerja sama impor BBM

    Jakarta (ANTARA) – Pertamina Patra Niaga mengatakan PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan PT Aneka Petroindo Raya (APR)-AKR Corporindo Tbk (pengelola SPBU bp) sepakat menindaklanjuti kerja sama impor bahan bakar minyak (BBM) ke pembicaraan yang lebih teknis.

    “Vivo, APR, dan AKR sudah sepakat untuk menindaklanjuti pembicaraan lebih teknis,” ujar Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun kepada ANTARA dari Jakarta, Senin.

    Roberth mengatakan tahap selanjutnya dari pembahasan kerja sama impor BBM adalah kesepakatan ihwal dokumen pernyataan dalam rangka menjaga Good Corporate Governance (GCG) dan regulasi, seperti pernyataan antimonopoli, pencucian uang, penyuapan dan lain-lain.

    Selain itu, badan usaha pengelola SPBU swasta nantinya akan menyampaikan kebutuhan komoditi yang dibutuhkan, membahas kesepakatan terkait spesifikasi produk, key terms, serta syarat dan ketentuan umum.

    “Selanjutnya, Pertamina akan menyampaikan kembali spesifikasi produk yang dapat memenuhi ‘requirement’ semua BU dan ‘key term’, termasuk ‘joint surveyor’, untuk dikonfirmasi oleh BU (badan usaha,red.) swasta terkait,” ujar dia.

    Apabila badan usaha swasta setuju, lanjut Roberth, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut melalui sistem lelang. Pemenang pengadaan akan disampaikan kepada badan usaha swasta dalam lingkup penyedia kargo, harga terbaik, dan volume kargo.

    Setelah menuai kesepakatan badan usaha swasta ihwal pemenang pengadaan, maka akan dibicarakan terkait aspek komersial dan inspeksi bersama yang dilakukan.

    “Selanjutnya, tahap akhir adalah pengiriman kargo yang sudah disepakati sekitar pekan ketiga Oktober,” kata Roberth.

    Roberth menekankan bahwa proses tersebut berjalan dengan kesepakatan dari tiga badan usaha swasta tersebut, sebab pengiriman kargo dalam satu pengadaan yang sama dan tidak terpisah-pisah.

    Di sisi lain, Exxon dan Shell belum dapat melanjutkan pembicaraan karena Shell perlu berkoordinasi dengan kantor pusat, sedangkan Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November sebab masih memiliki stok yang memadai.

    “Semangat kolaborasi berdasarkan niat baik untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat ini untuk disikapi dengan bijak dan positif, sesuai arahan dari pemerintah,” katanya.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Harga BBM Pertamina, Shell, bp, dan Vivo naik pada Oktober

    Harga BBM Pertamina, Shell, bp, dan Vivo naik pada Oktober

    Jakarta (ANTARA) – Harga bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina, Shell, bp, dan Vivo terpantau naik pada Oktober 2025, apabila dibandingkan dengan September 2025.

    Dikutip dari laman resmi Pertamina di Jakarta, Senin, tercatat harga Pertamina Dex Series di wilayah tersebut mengalami perubahan. Harga BBM jenis Dexlite (CN 51) mengalami peningkatan menjadi Rp13.700 per liter dari Rp13.600 per liter.

    Rincian harga BBM SPBU Pertamina (Jakarta) adalah sebagai berikut:

    Pertalite: Rp10.000 per liter;

    Solar Subsidi: Rp6.800 per liter;
Pertamax: Rp12.200 per liter;
Pertamax Turbo: Rp13.100 per liter;
Pertamax Green: Rp13.000 per liter;
    Dexlite: Rp13.700 per liter; dan
Pertamina Dex: Rp14.000 per liter.

    Sementara itu, harga BBM di SPBU Shell juga turut mengalami peningkatan di tengah-tengah isu kelangkaan sejak pertengahan Agustus, dengan jenis Shell Super dipatok Rp12.890 per liter pada Oktober 2025.

    Adapun rincian harga BBM di SPBU Shell sebagaimana yang dikutip dari laman resmi SPBU Shell adalah sebagai berikut:

    Super: Rp12.890 per liter;
    V-Power: Rp13.420 per liter;

    V-Power Diesel: Rp14.270; serta
V-Power Nitro+: Rp13.590 per liter.

    Selanjutnya, harga BBM di SPBU bp juga mengalami peningkatan pada Oktober apabila dibandingkan dengan September. Berikut ini adalah rincian harga BBM di SPBU BP:

    BP Ultimate: Rp13.420 per liter;
BP 92: Rp12.890 per liter; dan
BP Ultimate Diesel: Rp14.270 per liter.

    Selaras dengan Shell dan bp, harga BBM di SPBU Vivo juga naik apabila dibandingkan dengan September 2025.

    Berikut ini adalah rincian harga BBM di SPBU Vivo:

    Revvo 90: Rp12.810 per liter;

    Revvo 92: Rp12.890 per liter;

    Revvo 95: Rp13.420 per liter; serta
Diesel Primus Plus: Rp14.270 per liter.

    Pewarta: Putu Indah Savitri
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.