brand merek: Unilever

  • Gaduh Skincare Overclaim, Gimana Sih Cari Tahu Kosmetik yang Aman?

    Gaduh Skincare Overclaim, Gimana Sih Cari Tahu Kosmetik yang Aman?

    Jakarta – R&D Beauty & Wellbeing Consumer Technical Insight Claim Lead Unilever Indonesia Dr Telisiah Utami Putri mengapresiasi langkah kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) yang sudah menindak lebih dari ratusan produk kosmetik tidak sesuai ketentuan, baik mengandung bahan berbahaya maupun overclaim.

    Menurutnya, pihak industri perlu ikut serta dalam memastikan keamanan produk, demi meningkatkan kepercayaan publik, utamanya pada industri-industri baru kosmetik yang memang sudah berizin BPOM RI. Selama ini, pihaknya juga ikut serta dalam mengedukasi produsen brand baru agar bertanggung jawab dengan produknya.

    “Sebagai pelaku industri kita harus memastikan klaim itu bertanggung jawab, jelas, transparan, juga jujur,” jelas dia dalam sesi bincang bersama detikcom Leaders Forum ‘Skincare Aman, Wajah Glowing Tanpa Drama’, Rabu (26/2/2025).

    Tidak hanya BPOM RI dan industri, menurut Telisiah peran konsumen tidak kalah penting dalam memastikan peredaran produk kosmetik aman, dengan tidak asal membeli karena tergiur klaim tertentu.

    “Konsumen juga punya andil cukup besar untuk mendapatkan produk kualitas yang baik, yaitu dengan membaca, memahami produknya. Ketika ada informasi yang dirasa membingungkan, kami meng-encourage konsumen, bahkan men-challenge, untuk menyampaikan informasi, bila dinilai produknya membutuhkan klarifikasi, atau melaporkan juga kepada regulator,” sambungnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Pusat, Dr dr Hanny Nilasari, SpDVE mengingatkan publik untuk juga memperhatikan konsentrasi tertentu pada sejumlah produk skincare, yang tidak boleh dipakai berbarengan. Menurutnya, tidak sedikit masyarakat yang masih mengabaikan gabungan pemakaian skincare tanpa melihat bahan aktif dalam produk.

    “Terutama anak muda, menggunakan satu hingga dua jenis skincare secara bersamaan. Perlu dicatat, tidak semua kosmetik itu baik, artinya kalau menggunakan banyak kosmetik tanpa tahu ingredients-nya, tentu akan berisiko pada kulit,” terang dr Hanny.

    Sejumlah reaksi akibat kesalahan penggunaan skincare bisa memicu inflamasi atau peradangan. Terlebih, bila memakai kosmetik dengan tambahan bahan kimia berbahaya, yang fatalnya bisa memicu kanker kulit.

    Bila merasa tidak yakin dengan kandungan skincare yang akan dipakai, dr Hanny menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dulu dengan profesional.

    “Konsultasi dengan dokter untuk melihat ingredients, dan nanti akan diarahkan sesuai kebutuhan, bagaimana kondisi kulit masing-masing, apa-apa saja yang sebenarnya diperlukan,” pungkas dia.

    (naf/up)

  • Pentingnya Baca Label Nutrisi dalam Kemasan Pangan Sebelum Dikonsumsi

    Pentingnya Baca Label Nutrisi dalam Kemasan Pangan Sebelum Dikonsumsi

    Jakarta – Kesadaran masyarakat terkait membaca label pangan relatif rendah, terbukti dari data Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) pada 2013. Hanya 7.9 persen masyarakat Indonesia yang membaca label nutrisi sebelum membeli produk.

    Karenanya, butuh sistem pelabelan yang mudah untuk dipahami. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI saat ini juga tengah mematangkan aturan yang mengadaptasi ‘Nutri Grade’ di Singapura, dengan memberi penandaan tertentu berdasarkan kandungan GGL dalam kemasan pangan.

    Kepala BPOM Taruna Ikrar yang hadir dalam acara detikcom Leaders Forum mengatakan, kehadiran label nutrisi sangat dibutuhkan oleh konsumen. Pasalnya, label nutrisi memberikan informasi agar konsumen mengetahui kandungan ada apa yang terdapat di setiap produk.

    “Kalau berbicara tentang label gizi. Di dalamnya terkandung selain kandungan gizi, komposisinya, dan juga yang paling jelas di situ takarannya. Hal itu sangat penting untuk kita pahami. Sehingga pada saat mengonsumsi, kita bisa mengatur sesuai dengan kebutuhan, tidak berlebihan tapi juga tidak kekurangan. Label dari suatu nutrisi itu sangat penting,” kata Taruna di acara detikcom Leaders Forum bertajuk ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’, Jumat (7/3/2025).

    Taruna menjelaskan BPOM terus berupaya untuk mendorong para pelaku industri agar mencantumkan label nutrisi sesuai dengan fakta yang terdapat di satu produk.

    “BPOM itu sesuai dengan aturan BPOM Nomor 26 itu sangat tegas kandungan gizi dari semua produk yg ada di label harus realistis apa adanya dengan aturan seperti itu. Kita ingin memastikan makanan apapun yang masuk ke tubuh terjamin keamanannya. Bukan hanya bebas dari bahaya tapi juga kualitas dari kandungan tersebut,” jelasnya.

    Dia menambahkan untuk mencegah over klaim, BPOM bakal meminta para pelaku usaha untuk melampirkan kajian ilmiah sebelum meminta izin untuk mencantumkan label nutrisi. Kajian ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui detail nutrisi dan takaran dari setiap produk.

    “Tentu untuk mencegah (over klaim) itu tahap pertama kita lakukan, pada saat industri memasukkan produk untuk disahkan kemasannya dan labelnya tentu kita akan baca dengan baik. Ada tim dan referensi. Misalnya kandungan ini berfungsi untuk apa dan sebagainya. Para industri itu menampilkan scientific papers atau sebagainya,” tutupnya.

    Salah satu perusahaan yang bergerak di industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG), Unilever Indonesia mengajak agar setiap konsumen lebih bijak dalam melihat label nutrisi yang biasa hadir di kemasan makanan. Hal ini untuk memastikan konsumen terhindar dari makanan-makanan yang bisa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan.

    Ice Cream Asia Regulatory Affairs Lead Unilever Tutut Wijayanti mengatakan label nutrisi pada kemasan bisa membantu konsumen mengetahui bahan-bahan apa saja yang dikonsumsi. Hal itu juga bisa membantu konsumen menghitung kebutuhan nutrisi tubuh.

    “Kalau dari produk ice cream, penting bagi konsumen untuk melihat bagian energi. Selain itu juga bisa dilihat berapa kalori, gula, dan lemaknya. Paling penting bagi konsumen untuk memahami takaran saji (yang terdapat di label nutrisi),” kata Tutut.

    Dia menambahkan kehadiran label nutrisi juga bisa mendorong konsumen lebih bijak dalam memilih produk yang bakal dikonsumsi. Ini juga mendorong mereka untuk lebih memilih produk yang secara nutrisi sehat bagi tubuh.

    “Kita membantu konsumen untuk bisa lebih bijak memilih produk mana yang akan dikonsumsi dan lebih bijak memilih camilannya,” tuturnya.

    (akd/akd)

  • Jurus Industri Pastikan Produk Kosmetik Aman Digunakan Masyarakat

    Jurus Industri Pastikan Produk Kosmetik Aman Digunakan Masyarakat

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) melaporkan maraknya peredaran produk kosmetik berbahaya belakangan ini membuat media sosial cukup gaduh. BPOM pun menemukan peredaran kosmetik berbahaya serta ilegal meningkat 10 kali lipat dalam setahun terakhir.

    Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, apt Mohamad Kashuri, S.Si., M.Farm. mengingatkan masyarakat untuk tidak gegabah dalam mencoba kosmetik yang belum jelas keamanannya.

    “Sebelum membeli produk, kenali diri sendiri dulu, butuh nggak sih dengan skincare itu? Kalau nggak butuh, ya nggak usah, pastikan juga produk terdaftar di BPOM dan dibeli melalui official store. Agar apa? Agar konsumen bisa klaim bila mendapat kerugian yang diterima,” ucap Kashuri dalam sesi bincang detikcom Leaders Forum ‘Skincare Aman, Wajah Glowing Tanpa Drama’, Rabu (26/2/2025).

    Sementara itu, R&D Beauty & Wellbeing Consumer Technical Insight & Claim Lead Unilever Indonesia, Dr. Telisiah Utami Putri juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah tergiur iklan dengan klaim yang berlebihan. Sebagai perusahaan yang telah berada di Indonesia puluhan tahun dan telah memproduksi puluhan produk kosmetik, Unilever Indonesia hanya menggunakan bahan berkualitas yang aman dan telah melewati rangkaian pengujian secara menyeluruh.

    Dengan pengalaman panjang di industri FMCG, Unilever berupaya menjadi pelopor dalam teknologi dan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di setiap pasar, termasuk di Indonesia. Global Research Center Unilever memiliki lebih dari 5.000 ahli pada bidang teknologi yang melakukan penelitian untuk terus mengembangkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari penelitian yang telah dilakukan, Unilever juga aktif melakukan publikasi jurnal ilmiah di forum internasional. Unilever terus mengembangkan teknologi dan inovasi berbasis riset mendalam.

    Klaim produk juga menjadi perhatian utama Unilever. Setiap klaim yang disampaikan kepada konsumen, baik di kemasan maupun media komunikasi, harus didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Sebelum diluncurkan, produk akan melewati serangkaian pengujian menyeluruh oleh tim R&D dan berbagai uji kualitas, termasuk pengujian bahan baku, proses produksi, serta keamanan produk akhir.

    Unilever Indonesia mengapresiasi upaya BPOM dalam mengatur dan memastikan keamanan produk kosmetik di Indonesia. Namun, kesadaran produsen terhadap tanggung jawabnya juga harus ditingkatkan. Klaim yang tidak sesuai dapat merugikan konsumen dan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri kecantikan.

    Di sisi lain, konsumen juga perlu berperan aktif dalam mengawasi dan memastikan produk yang mereka gunakan aman dengan lebih teliti membaca keterangan dan memahami klaim yang disampaikan oleh produsen.

    Sebelum dipasarkan, semua teknologi yang digunakan pada produk Unilever dikembangkan dengan dukungan dari enam global research center yang tersebar di Asia sampai Eropa. Seperti contohnya Niasorcinol generasi terbaru dari Niacinamide yang merupakan salah satu teknologi paten untuk manfaat mencerahkan kulit terbaru yang diluncurkan oleh Unilever di Indonesia. Niasorcinol juga merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh para ahli Unilever di global research center.

    Sebagai informasi, salah satu manfaat dari niasorcinol adalah menghambat enzim tyrosinase yang berperan dalam produksi melanin di kulit. Melanin sendiri adalah pigmen alami yang menentukan warna kulit. Namun, jika produksi melanin berlebihan, dapat menyebabkan hiperpigmentasi atau noda hitam.

    “Tahun 2023 kami meluncurkan Niasorcinol melalui produk POND’S Bright Miracle yang merupakan generasi terbaru dari Niacinamide lewat penelitian kami lebih dari 20 tahun. Teknologi ini sudah dibuktikan manfaatnya dengan serangkaian uji klinis, uji manfaat yang begitu panjang, sehingga kami yakin untuk meluncurkan produk ini di Indonesia karena tepat guna teknologinya, sesuai dengan kebutuhan konsumen, sudah pasti keamanannya untuk konsumen, telah memenuhi dan sesuai dengan peraturan BPOM di Indonesia,” ungkap Telisiah.

    (anl/ega)

  • Kosmetik Ilegal Kian Marak, Ini Jurus Unilever Pastikan Keamanan Konsumen

    Kosmetik Ilegal Kian Marak, Ini Jurus Unilever Pastikan Keamanan Konsumen

    Jakarta – Peredaran kosmetik dan skincare ilegal atau palsu kian marak terjadi di masyarakat. Hal ini tentu menjadi masalah serius yang mengancam kesehatan konsumen.

    Pasalnya, banyak produk kosmetik yang tidak terdaftar, mengandung bahan berbahaya, atau bahkan diproduksi dengan kondisi yang tidak memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

    Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional Suplemen Kesehatan Kosmetik BPOM RI Mohamad Kashuri mengatakan hingga kini masih ada pelanggaran yang dilakukan para industri kosmetik.

    “Hasil pengawasan terakhir kami di beberapa minggu yang lalu, ada sekitar 48 persen dari 709 sarana yang kita periksa adanya pelanggaran,” ujar Kashuri detikcom Leaders Forum ‘Skincare Aman, Wajah Glowing Tanpa Drama’ beberapa waktu lalu.

    “Ini menjadi tantangan bagi kami untuk meningkatkan edukasi ke para pelaku usaha maupun konsumen karena industri kosmetik tidak hanya (dibangun) orang yang memiliki literasi yang memadai. (Namun), orang yang tidak tahu sama sekali juga berbisnis di bidang kosmetik,” lanjutnya.

    Melihat kondisi ini, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) dr. Hanny Nilasari mengatakan peredaran kosmetik ilegal dapat diberantas dengan mengawal kebijakan regulator.

    “Industri kosmetik sebetulnya bisnis yang harus kita dukung bersama-sama. Dan sebenarnya menjadi tugas kita bersama untuk menjaga regulator, dalam hal ini BPOM, terkait bagaimana menjadi industri kosmetik yang baik melalui standar yang dibakukan oleh regulator,” paparnya.

    Upaya Industri Berantas Peredaran Kosmetik Ilegal

    Sebagai salah satu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FCMG) terbesar di dunia, Unilever juga memberi perhatian terhadap peredaran kosmetik dan skincare ilegal yang tengah marak.

    R&D Beauty & Wellbeing Consumer Technical Insight & Claim Lead Unilever Indonesia Dr. Telisiah Utami Putri mengatakan terdapat dua hal yang bisa dilakukan untuk memberantas kosmetik ilegal.

    Pertama, produsen bertanggung jawab pada setiap produk yang diproduksi dan diedarkan di pasar untuk konsumen.

    “Kami berprinsip hanya akan meluncurkan produk yang berkualitas tapi juga sudah pasti memenuhi kriteria tentang keamanan dan keselamatan dan juga affordable untuk konsumen. Artinya berkualitas tapi juga terjangkau,” kata Telisiah.

    Sebagai perusahaan global, Telisiah mengatakan Unilever didukung oleh enam global research center yang yang tersebar di benua Asia, Eropa, dan Amerika.

    “Kemudian, kami didukung lebih dari 5.000 ahli pada bidang pengembangan teknologi, terdapat lebih 500 Phd. Dan penelitian yang dilakukan kami share. Kami juga melakukan publikasi jurnal ilmiah di banyak forum internasional terkait skin and hair,” paparnya.

    Telisiah menambahkan, pihaknya juga selalu memastikan teknologi yang digunakan memenuhi persyaratan regulasi dan kebijakan, dalam hal ini BPOM.

    Selain itu, Unilever juga memberikan informasi yang benar tentang produk dan menginformasikan klaim produk yang jujur dan bertanggung jawab.

    “Kami memberikan informasi tentang produk apapun itu, baik info pada label produk maupun melalui konten komunikasi karena itu menjadi salah satu sumber informasi konsumen,” ungkapnya.

    Selain produsen, lanjut dr. Telisiah, konsumen juga memiliki peran penting untuk memberantas peredaran kosmetik ilegal. Salah satunya dengan membaca setiap informasi yang tertera pada produk. Hal ini termasuk membaca dan memahami informasi ataupun klaim pada kemasan produk ataupun pada media komunikasi termasuk social media.

    “Sebagai pelaku industri kita harus memastikan klaim itu bertanggung jawab dan jujur, tapi kami juga melihat peran konsumen punya andil besar untuk mendapatkan produk berkualitas dan aman,” ungkapnya.

    “Mulailah dengan mencari tahu, membaca dan memahami. Misalnya ada informasi yang dirasa membingungkan, kami juga mengajak konsumen untuk me-challenge produsen yang klaim produknya dirasa butuh penjelasan lebih untuk memastikan kebenarannya,” pungkasnya.

    (anl/ega)

  • Bijak Memilih Cemilan, Nggak Harus Gemuk Cuma karena Suka Es Krim

    Bijak Memilih Cemilan, Nggak Harus Gemuk Cuma karena Suka Es Krim

    Jakarta

    Di balik segarnya es krim, kandungan gula dan lemak kerap kali bikin overthinking. Bagaimana caranya biar tetap bisa menikmati es krim, tanpa khawatir jadi gemuk?

    Ice Cream Asia Regulatory Affairs Lead Unilever, Tutut Wijayanti, menjelaskan bahwa sebenarnya gula dan lemak dalam es krim memiliki fungsi khusus. Kedua bahan tersebut berperan penting dalam pembentukan struktur es krim.

    “Kalau lihat es krim bentuknya itu creamy, dingin, terus manis, itu karena ada peran dari gula, lemak, protein kemudian kami tarus penstabil dan lain-lain, termasuk juga overrun untuk membuat bentuknya seperti itu,” kata Tutut pada acara detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’ di Jakarta Selatan, Jumat (28/2/2025).

    “Jadi kalau tidak ada gula, lemak mungkin tidak menjadi es krim yang bisa kita lihat sekarang,” sambungnya.

    Tutut menambahkan bahwa industri menyadari bahwa risiko gula dan lemak dalam produk pangan bisa menimbulkan masalah pada konsumen jika dikonsumsi berlebihan. Tentunya menjadi kekhawatiran tersendiri, karena es krim memiliki pangsa pasar utama yakni anak-anak.

    “Kami juga terus berinovasi bagaimana mengukur dan mengurangi (gula dan lemak). BPOM juga punya logo ‘pilihan lebih sehat’, kalau kami bisa punya logo itu maka akan menjadi tambahan value buat kami,” katanya.

    “Makannya kami akan terus berinovasi, meskipun secara teknis itu (gula dan lemak) harus tetap ada. Tapi kami akan berupaya memberikan opsi yang sehat ke masyarakat,” lanjut dia.

    Yang terpenting, menurut Tutut, para orang tua yang ingin memberikan es krim ke anak-anaknya wajib memerhatikan komposisi produk camilan tersebut. Di antaranya terkait jumlah kandungan kalori dan energi di dalam setiap takaran saji.

    “Terpenting juga takaran saji, ini yang biasanya konsumen agak miss yah,” kata Tutut.

    Angka-angka yang ada pada tabel nutrisi tersebut, lanjut Tutut merupakan hitungan per takaran saji. Hal ini membuat konsumen bisa menghitung, jika dirinya memakan satu es krim penuh, maka total gula, lemak, hingga kalori yang dikonsumsi bisa ditakar dengan cermat.

    Tabel nutrisi ini juga bisa membuat masyarakat lebih bijak dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Menurut Tutut, jika dari pagi seseorang sudah banyak mengonsumsi makanan manis, mungkin dengan bantuan tabel nutrisi di produk bisa menyetop mereka untuk menambah asupan gula melalui es krim.

    Industri pangan membahas label nutrisi bersama BPOM RI dan Kemenkes RI di detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’ Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

    Senada, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, mengatakan bahwa pihaknya akan terus mengedukasi masyarakat agar dengan bijak membaca tabel nutrisi di produk pangan.

    “Ini penting sekali tabel nutrisi. Misalnya soal kedaluwarsa, itu kan (kalau dikonsumsi) bisa memicu penyakit-penyakit seperti kanker, karena sifatnya karsinogen,” kata dr Nadia.

    “Terus penting untuk tahu apa-apa saja yang kita makan. Misalnya berapa kadar gula, karena kita tahu gula bisa bikin sakit diabetes, kebanyakan garam bisa hipertensi, kebanyakan lemak nantinya bisa kena serangan jantung, stroke,” lanjut dia.

    Itu sebabnya, label nutrisi jadi sangat penting untuk diperhatikan. Dicontohkan oleh dr Nadia, sejumlah negara bahkan sudah mencantumkan kandungan nutrisi pada manakan siap saji, termasuk jumlah kandungan kalorinya.

    “Kalau seperti itu kan kita jadi bisa mikir. Oh saya mau makan burger, misalnya 2.000 kalori, ini makanan saya seharian, berarti harus lari 5 km. Jadi mau makan 2.000 (kalori) atau lari 5 km nih? Pilihannya diserahkan (ke konsumen),” tutupnya.

    Kepala BPOM RI, Kemenkes RI, dan para industri membahas bersama pentingnya kebijakan label pangan. Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

    (dpy/up)

  • Suka Es Krim Tapi Takut Gemuk? Ngobrol Yuk, Bareng Pakar di Sini

    Suka Es Krim Tapi Takut Gemuk? Ngobrol Yuk, Bareng Pakar di Sini

    Jakarta – Sebagaimana penyakit tidak menular yang lain, diabetes di Indonesia mengalami peningkatan. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi diabetes berdasarkan diagnosis dokter mengalami peningkatan dari 1,5 persen di tahun 2018 menjadi 1,7 persen di tahun 2023 pada semua kelompok usia.

    Pada kelompok usia 15 tahun ke bawah, prevalensi diabetes tercatat sebanyak 2,2 persen di 2023, naik dari 2 persen di 2018.

    SKI juga mengungkap sejumlah faktor risiko penyakit tidak menular. Selain faktor risiko yang tidak bisa diubah seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga, ada juga faktor risiko yang bisa diubah. Salah satunya pola makan, terutama konsumsi buah dan sayur yang rendah.

    Masih terkait pola makan, es krim kerap dituding sebagai salah satu produk pangan yang menjadi biang kerok obesitas. Tak heran, kandungan es krim tidak jauh dari gula dan lemak, yang memang dapat meningkatkan risiko kegemukan.

    Di sisi lain, es krim merupakan makanan yang disukai banyak masyarakat. Baik disantap saat cuaca sedang panas atau dinikmati ketika sedang bersantai.

    Lalu, apakah ada ‘jalan tengah’ untuk kondisi ini, sehingga es krim tetap bisa dinikmati berdampak buruk bagi kesehatan? detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’ akan menghadirkan Ice Cream Asia Regulatory Affairs Lead Unilever Indonesia, Tutut Wijayanti, yang akan menjelaskan bagaimana memahami informasi yang tercantum dalam label nutrisi kemasan produk pangan manis kesukaan masyarakat tersebut.

    Hadir pula dalam diskusi ini Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), Taruna Ikrar, yang akan mengupas tuntas regulasi yang berlaku terkait label nutrisi dalam kemasan pangan olahan. Terkait situasi penyakit tidak menular, dari Kementerian Kesehatan juga akan hadir Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dr Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, yang akan memberikan gambaran tentang pentingnya edukasi bagi konsumen.

    Selengkapnya, saksikan tayangan streaming detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’ pada Jumat, 28 Februari 2025, pukul 13.00 WIB hanya di detikcom.

    (dpy/up)

  • Kosmetik Ilegal Kian Marak, Ini Jurus Unilever Pastikan Keamanan Konsumen

    Hati-hati, Tergiur Iklan Putih Instan Bisa Berujung Peradangan hingga Kanker Kulit

    Jakarta

    Media sosial belakangan gaduh dengan temuan skincare abal-abal. Hal ini sejalan dengan laporan siber Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) periode Februari yang menemukan peredaran kosmetik berbahaya serta ilegal meningkat 10 kali lipat dalam satu tahun terakhir.

    Menurut Deputi 2 Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, apt Mohamad Kashuri, S.Si, M.Farm, masih ada produsen yang mengeluarkan produk kosmetik tanpa pemahaman dan literasi yang mumpuni. Walhasil, kandungan yang terdapat pada kosmetik melampaui batas aman, atau bahkan terlarang.

    Skincare etiket biru tidak memenuhi ketentuan juga masih marak diedarkan secara massal bahkan terbanyak di lapak online. Meski dampaknya tidak langsung terlihat, dalam jangka panjang bisa memicu okronosis, yakni kelainan kulit yang ditandai dengan pigmentasi biru kehitaman atau keabu-abuan.

    Kashuri mengingatkan masyarakat untuk tidak ‘latah’ mencoba kosmetik yang belum terjamin keamanannya dan didapatkan bukan melalui toko resmi.

    “Sebelum membeli produk, kenali diri sendiri dulu, butuh nggak sih dengan skincare itu? Kalau nggak butuh, ya nggak usah, pastikan juga produk terdaftar di BPOM dan dibeli melalui official store. Agar apa? Agar konsumen bisa klaim bila mendapat kerugian yang diterima,” tuturnya dalam sesi bincang detikcom Leaders Forum Skincare Aman, Wajah Glowing Tanpa Drama, Rabu (26/2/2025).

    “Kemudian yang berikutnya tidak terjebak dengan iklan yang berlebihan sebagai contoh, terjadi sesuatu yang dirasakan mengganggu, setelah penggunaan skincare, kalau dirasa ada keluhan, bisa ke BPOM RI, Halo BPOM 1500 533,” lanjut dia.

    Senada, Dr Telisiah Utami Putri R&D Beauty & Wellbeing Consumer Tchincal Insight Claim Lead Unilever Indonesia juga meminta masyarakat tidak mudah tergiur iklan mencerahkan kulit secara instan. Sebagai industri yang sudah memproduksi lebih dari puluhan produk kosmetik, Unilever kerap menggunakan bahan aktif yang sudah teruji klinis.

    Sebelum dipasarkan, bahan yang terdapat dalam produk dikaji melalui enam global research yang tersebar di Asia hingga Eropa. Misalnya, kandungan niasorcinol, generasi baru dari kandungan niacinamide yang selama ini menjadi incaran banyak orang untuk meningkatkan dan meratakan warna kulit.

    Sebagai catatan, niasorcinol bertujuan untuk menghambat enzim tyrosinase, yang bertugas dalam produksi melanin dalam kulit. Melanin merupakan pigmen alami pada kulit manusia yang memberikan warna kulit. Mengingat, overproduksi melanin bisa menyebabkan hiperpigmentasi dan noda hitam.

    “Kita mengembangkan niasorcinol berdasarkan manfaat yang paling banyak diminati dan menjadi tren orang Indonesia. Niasorcinol menjadi generasi terbaru dari naicinamide. Kita sudah mengkaji melalui riset atau penelitian selama 20 tahun, dari serangkaian uji klinis dan kajian manfaat yang begitu panjang, sehingga kami yakin meluncurkan produk ini di Indonesia tepat guna, dari keamanannya, dan segala aturan yang telah kami penuhi berdasarkan peratuan BPOM RI di Indonesia,” tuturnya.

    Pihaknya memiliki sekitar 5 ribu ahli dalam pengembangan teknologi. “Kami juga melakukan publikasi jurnal-jurnal ilmiah di forum internasional,” tuturnya dalam sesi bincang bersama detikcom Leaders Forum, Kamis (26/2/2025).

    Perdoski, BPOM RI, dan Industri Kosmetik membahas ketentuan kosmetik aman di tengah menjamurnya skincare abal-abal. Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Pusat, Dr dr Hanny Nilasari, SpDVE, juga meminta pihak industri ikut andil dalam menjaga kualitas produk yang dipasarkan ke masyarakat, di tengah menjamurnya skincare baru.

    Ia menyoroti tidak sedikit produk yang belum jelas mencantumkan ingredients atau kandungan bahan aktif dengan cara penggunaannya. Mengingat, kondisi kulit masing-masing orang bisa memicu reaksi yang berbeda.

    “Industri kecantikan harus ikut memberikan edukasi. Tidak semua kosmetik itu memberikan respons yang sama, artinya kalau kita menggunakan kosmetik yang kita tidak tahu apa-apa saja ingredients-nya, dan digunakan secara berlebihan, apalagi ditambah dengan bahan obat,” beber dr Hanny.

    “Itu yang jadi concern, karena bisa memicu kemerahan, iritasi, peradangan, atau bahkan kanker kulit, karenanya kita perlu edukasi dan literasi, harus kita lakukan bersama dengan dibantu regulator,” pungkasnya.

    (naf/up)

  • CEO Unilever Hein Schumacher Mengundurkan Diri, Ada Apa? – Page 3

    CEO Unilever Hein Schumacher Mengundurkan Diri, Ada Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta CEO Unilever Hein Schumacher mengundurkan diri setelah kurang dari dua tahun menjabat.

    Melansir CNBC International, Rabu (26/2/2025) Unilever dalam keterangannya mengatakan bahwa posisi Schumacher akan digantikan oleh CFO perusahaan, Fernando Fernandez.

    Schumacher, akan mengundurkan diri sebagai CEO dan direktur dewan Unilever pada bulan Maret 2025 dan resmi melepas tugasnya pada 31 Mei mendatang.

    Sementara itu, jabatan baru Fernandez akan berlaku mulai 1 Maret mendatang.

    Pengunduran diri Schumacher terjadi berdasarkan kesepakatan bersama, ungkap Unilever.

    Tidak Ada Perubahan Prospek Kinerja

    Perusahaan juga memastikan tidak ada perubahan pada prospek kinerja Unilever untuk tahun 2025 atau panduan jangka menengah Unilever setelah pengumuman pengunduran diri Schumacher.

    “Atas nama Dewan Direksi, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Hein karena telah mengatur ulang strategi Unilever, atas fokus dan disiplin yang telah ia bawa ke perusahaan, dan atas kemajuan keuangan yang solid yang dicapai selama tahun 2024,” kata Ketua Unilever Ian Meakins dalam sebuah pernyataan.

    “Meskipun Dewan Direksi senang dengan kinerja Unilever pada tahun 2024, masih banyak yang harus dilakukan untuk memberikan hasil terbaik di kelasnya.Setelah bekerja sama dengan Fernando selama 14 bulan terakhir, Dewan Direksi sangat yakin akan kemampuannya untuk memimpin tim manajemen berkinerja tinggi, mewujudkan manfaat GAP (Rencana Aksi Pertumbuhan) dengan segera, dan memberikan nilai pemegang saham yang dituntut oleh potensi perusahaan,” lanjut Meakins.

    Srinivas Phatak, wakil CFO dan pengendali grup Unilever saat ini, akan mengambil alih sebagai CFO sementara.

    Pencarian internal dan eksternal sekarang sedang dimulai untuk mengisi peran tersebut secara permanen.

     

  • Unilever Global Copot CEO Hein Schumacher

    Unilever Global Copot CEO Hein Schumacher

    Bisnis.com, JAKARTA – Unilever Global mengejutkan pasar dengan mencopot CEO Hein Schumacher dan menunjuk chief financial officer Fernando Fernandez sebagai penggantinya.

    Melansir Reuters, Selasa (25/2/2025), keputusan pergantian pucuk pimpinan ini diambil dalam rapat dewan yang digelar Senin. Menurut sumber yang mengetahui perundingan tersebut, dewan menilai Fernandez, yang memiliki pengalaman lebih dari tiga dekade di Unilever, sebagai sosok terbaik untuk mengeksekusi strategi perusahaan.

    Langkah drastis ini langsung berdampak pada harga saham Unilever, yang anjlok hingga 3,4%. Padahal, sejak Schumacher menjabat, nilai saham telah melonjak lebih dari 9%.

    Meski tidak memberikan alasan spesifik, langkah ini muncul di tengah tekanan investor yang menginginkan perubahan signifikan setelah laporan keuangan tahunan Unilever tidak memenuhi ekspektasi.

    Selama beberapa tahun terakhir, industri barang konsumsi bergulat dengan tekanan besar, mulai dari gangguan rantai pasokan akibat pandemi, lonjakan harga bahan baku, hingga krisis energi yang dipicu invasi Rusia ke Ukraina.

    Margin keuntungan semakin terhimpit, sementara konsumen beralih ke alternatif lebih murah, sehingga menekan volume penjualan.

    Kasus ini mengingatkan pada pencopotan CEO Nestlé Mark Schneider tahun lalu setelah pertumbuhan penjualan perusahaan melambat dalam beberapa kuartal berturut-turut.

    Schumacher sendiri sempat mendapat dukungan dari investor aktivis Nelson Peltz, yang membeli saham Unilever pada 2022 dan kini duduk di dewan direksi. Namun, dana investasi Peltz, Trian Fund, menolak memberikan komentar terkait keputusan ini.

    Analis RBC Capital James Edwardes Jones mengaku terkejut dengan berita pencopotan Schumacher, karena dia dikenal sebagai pemimpin yang sangat dihormati dan kinerjanya selama 18 bulan terakhir cukup impresif.

    Schumacher sebelumnya dianggap sebagai pilihan tepat karena latar belakangnya sebagai pemimpin eksternal. Namun, muncul dugaan bahwa gaya kepemimpinannya tidak selaras dengan budaya internal perusahaan.

    “Kami merasa Unilever butuh sosok dari luar, tetapi tampaknya tidak semua pihak di perusahaan sepakat dengan pandangan ini,” ungkap Jones seperti dilansir Reuters.

    Selama masa jabatannya, Schumacher telah melakukan restrukturisasi strategis untuk membalikkan kinerja Unilever yang lesu. Salah satu langkah besarnya adalah pemisahan divisi es krim serta pemangkasan ribuan tenaga kerja demi efisiensi.

    Namun, Chairman Unilever Ian Meakins menegaskan bahwa Fernandez dipilih karena pendekatan kepemimpinannya yang tegas dan fokus pada hasil.

    “Masih banyak yang harus dilakukan untuk mencapai hasil terbaik di kelasnya,” ujarnya.

    Analis UBS Guillaume Delmas menilai Fernandez sebagai pilihan yang tepat untuk memimpin strategi pemulihan Unilever.

    “Dewan direksi tampaknya melihat eksekusi sebagai faktor kunci dalam fase strategi perusahaan saat ini, dan Fernandez adalah orang yang paling siap untuk tugas ini,” kata Delmas.

    Fernandez, yang telah berkarier di Unilever sejak 1988, memiliki rekam jejak panjang di berbagai posisi strategis, termasuk Presiden Unilever Amerika Latin, CEO Unilever Brasil, dan Presiden divisi Kecantikan & Kesehatan.

    Unilever menegaskan bahwa proyeksi bisnis untuk 2025 tetap tidak berubah, dan dewan direksi berkomitmen untuk mempercepat implementasi strategi pertumbuhan Schumacher.

    Schumacher akan resmi meninggalkan jabatannya pada Maret dan keluar dari Unilever pada 31 Mei. Perusahaan menyatakan bahwa kepergiannya dilakukan atas kesepakatan bersama.

    “Kami telah mencapai kemajuan nyata, dan saya bangga dengan apa yang telah kami raih dalam waktu singkat,” kata Schumacher dalam pernyataannya.

    Sebagai bagian dari kesepakatan, Schumacher akan tetap menerima gaji tetap sebesar 1,85 juta euro (sekitar Rp32,1 miliar) hingga masa tugasnya berakhir, serta pembayaran tambahan yang belum diungkapkan untuk sisa periode pemberitahuannya.

    Sementara itu, posisi CFO sementara akan diisi oleh Srinivas Phatak, yang saat ini menjabat sebagai wakil CFO dan pengendali keuangan grup, hingga Unilever menemukan pengganti permanen.

  • Bagaimana Industri Kosmetik Menjamin Keamanan Produk?

    Bagaimana Industri Kosmetik Menjamin Keamanan Produk?

    Jakarta – Industri kosmetik di Indonesia tengah menghadapi masalah yang serius terkait kandungan bahan berbahaya dan dapat membahayakan kesehatan konsumen. Belum lagi masih banyak konsumen yang tidak menyadari atau kurang memahami tentang bahan-bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam kosmetik.

    Dalam periode 10-18 Februari 2025 saja, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI) menemukan pelanggaran dan dugaan produksi kosmetik ilegal sebanyak 91 merek, mencakup 4.334 item dan 205.133 pieces kosmetik mengandung bahan dilarang, tanpa izin edar, maupun kedaluwarsa.

    Dari 709 sarana yang diperiksa, sebanyak 340 sarana atau 48 persen tidak memenuhi ketentuan. Pelanggaran paling banyak dilakukan oleh distributor sebanyak 40 persen, klinik kecantikan sebanyak 25,59 persen, reseller sebanuak 18,24 persen, Badan Usaha Pemilik Notifikasi Kosmetik/BUPN sebanuak 5 persen, industri sebanyak 4,71 persen, pemilik merek sebanyak 3,54 persen, dan importir sebanyak 2,94 persen.

    Selain itu, ditemukan juga modus baru peredaran kosmetik ilegal yakni dengan mencantumkan nomor izin edar fiktif yang tidak dikeluarkan BPOM untuk produk tersebut. Bahkan, ada juga kosmetik ‘etiket biru’ yang diberi nomor izin edar.

    “Ini bagian untuk mengelabui konsumen dan akan kita tindak serius,” kata Kepala BPOM RI Taruna Ikrar, dalam konferensi pers di Kantor BPOM RI, Jumat (21/2/2025).

    Terkait hal tersebut, detikcom Leaders Forum akan menghadirkan Dr Telisiah Utami Putri, R&D Beauty & Wellbeing Consumer Technical Insight & Claim Lead Unilever Indonesia, yang akan berbagi cerita tentang best practice yang dijalankan perusahannya untuk menjamin kualitas dan keamanan kosmetik.

    detikcom Leaders Forum juga akan menghadirkan Deputi 2 Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, apt Mohamad Kashuri, S.Si, M.Farm, yang akan menjelaskan mekanisme pengawasan BPOM terhadap produk kosmetik. Perkembangan tentang aturan ulasan produk kosmetik oleh pemengaruh atau influencer juga akan dibahas di forum ini.

    Menghadirkan pula Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Pusat, Dr dr Hanny Nilasari, SpDVE, yang akan membahas cara mudah mengenali kosmetik ilegal dan bahayanya jika dipakai dalam jangka panjang.

    Selengkapnya, simak tayangan streaming detik Leaders Forum ‘Skincare Aman, Wajah Glowing Tanpa Drama’, Rabu, 26 Februari 2025, pukul 13.00 WIB hanya di detikcom.

    (kna/up)