brand merek: Toyota

  • KPU Magetan Kembalikan 6 Mobil Operasional ke Pusat, Ini Penyebabnya

    KPU Magetan Kembalikan 6 Mobil Operasional ke Pusat, Ini Penyebabnya

    Magetan (beritajatim.com) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Magetan telah mengembalikan enam unit mobil operasional ke pusat melalui KPU Provinsi pada 10–11 Februari 2025 lalu. Sekretaris KPU Magetan, Ervan Rifai, membenarkan hal tersebut dan menjelaskan bahwa mobil yang dikembalikan mencakup kendaraan yang biasa digunakan oleh lima komisioner serta satu sekretaris.

    “Sudah kami kembalikan mobil operasional sebanyak 6 unit, meliputi mobil operasional yang biasa digunakan 5 komisioner dan 1 sekretaris,” ujarnya, Jumat (14/02/2025).

    Menurut Ervan, pengembalian kendaraan ini dilakukan karena masa kontrak sewa mobil telah habis. Selain itu, kebijakan ini juga mengikuti Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang mengharuskan efisiensi anggaran di berbagai instansi pemerintahan. “Sebagai lembaga kami menyesuaikan terkait kebijakan itu,” tambahnya.

    Meskipun enam unit mobil operasional telah dikembalikan, KPU Magetan masih memiliki dua kendaraan berpelat merah, yaitu Mitsubishi Xpander dan Toyota Innova. Kedua mobil ini dapat digunakan untuk keperluan operasional KPU Magetan dalam menjalankan tugas-tugasnya.

    “Di kantor masih ada 2 unit mobil yakni Mitsubishi Xpander dan Toyota Innova berplat merah. Kendaraan itu bisa digunakan untuk operasional bertugas KPU Magetan,” pungkas Ervan. [fiq/aje]

  • Insentif Sudah Diberikan, Toyota Veloz Hybrid Bakal Jadi Kenyataan?

    Insentif Sudah Diberikan, Toyota Veloz Hybrid Bakal Jadi Kenyataan?

    Jakarta

    Pemerintah resmi memberikan insentif atau subsidi untuk mobil hybrid. Dengan insentif tersebut, harga mobil hybrid bakal semakin murah, terpangkas kisaran Rp 10 jutaan hingga Rp 13 jutaan. Di sisi lain, insentif tersebut juga akan memacu pabrikan sebesar Toyota untuk memproduksi model-model hybrid lainnya. Apakah artinya Veloz Hybrid bakal segera menjadi kenyataan?

    Sebagai informasi, aturan terkait insentif mobil hybrid tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Roda Empat Tertentu dan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Bus Tertentu serta Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Roda Empat Emisi Karbon Rendah Listrik Tertentu yang Ditanggung Pemerintah Tahun Anggaran 2025.

    Dalam aturan itu dijelaskan tiga jenis mobil hybrid yang mendapatkan insentif ini, terdiri dari mobil full hybrid, mild hybrid, dan plug-in hybrid. Adapun PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) yang ditanggung pemerintah untuk mobil hybrid adalah sebesar 3%. PPnBM yang ditanggung pemerintah diberikan buat masa pajak Januari 2025 sampai dengan masa pajak Desember 2025.

    Peraturan Menteri Keuangan No. 12 Tahun 2025 berlaku sejak tanggal diundangkan. Dan peraturan itu diundangkan sejak 4 Februari 2025.

    Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy, menyambut positif adanya subsidi untuk mobil hybrid. Kata Anton, program tersebut bisa membuat penjualan mobil hybrid meningkat.

    “Tentu saja kita berterima kasih dengan pemerintah support dari insentif 3% ini sangat positif dan sangat tunggu-tunggu oleh masyarakat. Peraturan pemerintah, baru keluar beberapa hari yang lalu, jadi kalau kita hitung-hitung, ini akan memberikan benefit buat customer sekitar Rp 10 juta sampai Rp 13 juta. Jadi nilainya cukup tinggi, mudah-mudahan akan meningkatkan animo masyarakat untuk membeli mobil hybrid,” kata Anton di arena Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025, JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

    Anton menambahkan, program tersebut juga bisa memacu pabrikan seperti Toyota untuk memperkenalkan model-model hybrid lainnya di Indonesia. Anton tak menjelaskan secara detail calon mobil hybrid baru Toyota tersebut. Namun kata dia harganya bakal kompetitif.

    “Pastinya ini memberikan motivasi kepada kita, kepada produsen, untuk menciptakan atau memproduksi produk-produk baru hybrid ke depan, yang harganya nanti bisa lebih kompetitif. Mudah-mudahan ini bisa membuka komposisi hybrid yang lebih meningkat,” sambung Anton.

    “Saya rasa ini hanya tinggal menunggu peluncuran produk-produk (hybrid) baru ke depannya yang lebih akomodatif dan lebih mengisi segmen-segmen yang lain. Kita bakal usahakan secepatnya, tapi kita sedang diskusi dengan prinsipal karena banyak hal yang harus kita lakukan. Saya nggak bisa komen model (hybrid) yang mana, karena belum launching, tapi sabar aja,” terang Anton.

    Sebelumnya sinyal kehadiran mobil hybrid dengan harga kompetitif Toyota menguat dengan munculnya kode mesin W102RE-LBVFJ di Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 8 tahun 2024 Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor, dan Pajak Alat Berat tahun 2024.

    Mobil itu diduga kuat Veloz hybrid. Dalam Permendagri itu, tercatat ada dua model yang diduga Veloz hybrid, W102RE-LBVFJ 1.5 Q HV CVT dan W102RE-LBVFJ 1.5 Q HV CVT TSS. W102RE-LBVFJ 1.5 Q HV CVT tercatat memiliki nilai jual Rp 264 juta sedangkan W102RE-LBVFJ 1.5 Q HV CVT TSS nilai jualnya Rp 284 juta.

    (lua/rgr)

  • Diaz Faisal Malik Hendropriyono, B.Sc., M.P.A., M.B.A., M.A., Ph.D. – Halaman all

    Diaz Faisal Malik Hendropriyono, B.Sc., M.P.A., M.B.A., M.A., Ph.D. – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Diaz Faisal Malik Hendropriyono, B.Sc., M.P.A., M.B.A., M.A., Ph.D. seorang politisi yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Lingkungan Hidup periode 2024 hingga 2029.

    Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia periode 2018 hingga 2021.

    Selain itu, Diaz Hendropriyono juga pernah mengemban tugas sebagai Anggota Dewan Analis Strategis di Badan Intelijen Negara.

    Berikut profil Diaz Faisal Malik Hendropriyono.

    Kehidupan Pribadi 

    Dilansir Wikipedia, Diaz Faisal Malik Hendropriyono lahir di Jakarta pada 25 September 1978.

    Saat ini, ia telah berusia 46 tahun.

    Diaz merupakan anak ketiga dari pasangan A.M. Hendropriyono dan Tati Hendropriyono.

    Ia juga telah memiliki istri yang bernama Linda Ratna Nirmala dan telah dikaruniai tiga anak.

    Pendidikan

    Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Diaz Faisal Malik Hendropriyono melanjutkan studi ke Norwich Military University, Amerika Serikat. 

    Gelar Bachelor of Science (B.Sc.) in Management diraihnya dengan predikat cum laude hanya dalam waktu dua tahun, tepatnya pada tahun 1999.

    Selepas pendidikan sarjana, Diaz menempuh studi pascasarjana hingga tiga kali di Amerika Serikat.

    Pertama-tama Diaz mengambil program Master of Public Administration di Virginia Tech University dan lulus dengan memperoleh predikat Graduated with Distinction pada tahun 2010.

    Pendidikan pascasarjana berikutnya ia ambil di Hawaii, yakni program Master of Business Administration dan Master of Arts in Global Leadership dari Hawaii Pacific University. 

    Meskipun keduanya ditempuh di waktu yang bersamaan, ia berhasil lulus dengan predikat Graduated with Honors pada kedua program tersebut pada tahun 2013.

    Selanjutnya, Diaz menyelesaikan program Doctor of Philosophy in Public Administration di Virginia Tech University.

    Karier

    Diaz Faisal Malik Hendropriyono mengawali karier sebagai analis di sebuah perusahaan konsultan politik (lobbying firm), yang dipimpin oleh mantan Senator Bennett L. Johnston, dan sebagai research associate di sebuah “think tank” RAND Corporation.

    Lalu ia pun mencoba peruntungan dengan menjadi sales di PT KIA Otomotif Indonesia.

    Ia menghabiskan waktu total satu tahun dari 1999 sampai 2000 untuk bekerja di perusahaan yang berbasis di Korea Selatan tersebut. 

    Selanjutnya, selama tahun 2000 hingga 2001, Diaz Hendropriyono dipercaya menjadi Direktur dari PT Ulam Sari Samudra, sebuah perusahaan yang fokus pada kegiatan distribusi makanan laut yang dibekukan (frozen seafood).

    Pria kelahiran Jakarta itu juga tercatat pernah menjadi Anggota Dewan Analis Strategis di Badan Intelijen Negara.

    Sejak Januari 2015, Diaz Hendropriyono ditunjuk sebagai Komisaris PT Telkomsel.

    Di samping itu, ia juga menjabat sebagai Anggota Dewan Komisaris Sicepat Ekspres Indonesia pada 2022 hingga 2024 dan Staf Khusus Presiden Indonesia pada Mei 2016 hingga 2024.

    Puncak kariernya didapat saat ia ditunjuk langsung oleh Presiden Prabowo Subianto untuk menjabat Wakil Menteri Lingkungan Hidup periode 2024 hingga 2029.

    Harta Kekayaan

    Mengutip e-LHKPN KPK, Diaz Faisal Malik Hendropriyono diketahui memiliki kekayaan mencapai Rp 169.542.946.635.

    Laporan harta kekayaan Diaz Hendropriyono terakhir kali diterbitkan pada 31 Desember 2019. 

    Adapun rincian kekayaan Diaz Hendropriyono yakni sebagai berikut:

    A. TANAH DAN BANGUNAN Rp 68.252.786.586                                    

    1. Tanah dan Bangunan Seluas 435 m2/972 m2 di KAB / KOTA KOTA JAKARTA SELATAN, WARISAN Rp 39.150.000.000                             

    2. Tanah dan Bangunan Seluas 140 m2/190 m2 di NEGARA —, WARISAN Rp 8.443.618.686

    3. Tanah dan Bangunan Seluas 1416 m2/810 m2 di NEGARA —, WARISAN Rp 20.659.167.900.

    B. ALAT TRANSPORTASI DAN MESIN Rp 750.000.000                        

    1. MOBIL, TOYOTA ALPHARD Tahun 2015, HASIL SENDIRI Rp 750.000.000.

    C. HARTA BERGERAK LAINNYA Rp 0                           

    D. SURAT BERHARGA Rp 66.933.230.613                                   

    E. KAS DAN SETARA KAS Rp 33.606.929.436                             

    F. HARTA LAINNYA Rp 0                          

    Sub Total Rp 169.542.946.635.

    Diaz Hendropriyono tercatat tidak memiliki hutang, sehingga total kekayaan yang dimiliki saat ini mencapai Rp 169.542.946.635.

     

    (Tribunnews.com/David Adi)

  • Setelah Biodiesel, Kini Menanti Kewajiban Bensin Campur Tebu Cs

    Setelah Biodiesel, Kini Menanti Kewajiban Bensin Campur Tebu Cs

    Jakarta

    Pemerintah Indonesia belum memiliki kewajiban (mandatory) penggunaan bioetanol. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyebut pihaknya sedang mengusulkan supaya terbit mandatory bioetanol.

    Usulan mandatory bioetanol itu diungkapkan Eniya dalam “Carbon Neutrality (CN) Mobility Event” yang berlangsung sejak 12-15 Februari 2025 di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta. Pemerintah tengah membidik “green gasoline” dari bioediesel untuk solar dan bioetanol untuk bensin.

    “Etanol juga kita kembangkan, kami sangat apresiasi, Pertamina dan Toyota sudah membuat peluncuran waktu itu dengan bioetanol. Tapi ini belum kita mandatory-kan,” kata Eniya, Jumat (14/2/2025).

    “Jadi mudah-mudahan peraturan menteri yang sedang dibahas, sedang dimasukkan (mandatory bioetanol). Tapi ini baru usulan, belum ditetapkan oleh Pak Menteri,” tambahnya lagi.

    Bukan rahasia umum lagi, bioetanol yang dihasilkan dari sumber daya biomassa seperti molases tebu, sorgum, jagung, ataupun singkong menawarkan potensi besar untuk mengurangi emisi karbon sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional.

    Namun kebijakan pencampuran bioetanol seperti masih setengah hati. Regulasi sudah ada, faktanya belum benar-benar dilaksanakan.

    Sesuai Peraturan Menteri ESDM No 20/2014, BBM bersubsidi wajib dicampur dengan minimal 1% bioetanol mulai Januari 2015. Lalu pencampuran BBM non-subsidi yang harus dicampur dengan minimal 2% bioetanol mulai Januari 2015.

    Secara bertahap, sesuai Peraturan Menteri ESDM tersebut, pemanfaatan akan ditingkatkan menjadi 5% pada 2020 untuk BBM bersubsidi dan 10% untuk BBM non-subsidi.

    Namun faktanya penggunaan bioetanol di Indonesia masih sangat terbatas, terutama hanya sebagai campuran E5 untuk bensin Pertamax Green di Jakarta dan Surabaya.

    Eniya mengatakan usulan mandatory bioetanol ini akan diatur mulai dari skema hingga peluang insentif bagi produsen.

    “Nanti akan dibuat bagaimana skemanya, tata kelolanya, apakah ada insentifnya. Bagaimana masalah cukai,” ungkapnya lagi.

    (riar/rgr)

  • Ada di Indonesia Sejak 1971, Intip Jurus Toyota Tekan Emisi Karbon – Page 3

    Ada di Indonesia Sejak 1971, Intip Jurus Toyota Tekan Emisi Karbon – Page 3

    Apit menyebut, kebijakan bukan hanya restriktif (menekan), seperti jika kebijakan pembatasan emisi secara langsung, dimana konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan dana.

    “Keluar duit buat apa? Untuk verifikasi, untuk implementasi teknologi datacarbon. Kami nggak cuma mengeluarkan kebijakan yang sifatnya restriktif, kami juga mengeluarkan kebijakan yang sifatnya fasilitatif. Nanti untuk verifikasi, untuk implementasi teknologi datacarbon, uangnya kita cariin pakai green loan. Yang menarik konsep green loan itu harus dibalikin, namanya juga minjem gitu ya,” kata Apit.

    Misalnya, perusahaan industri nanti misalnya ingin pasang solar panel untuk fasilitas produksi. Biaya implementasi teknologi datacarbon dapat dibayai oleh green loan.

    Pemerintah memiliki filosofi cost recovery through cost efficiency, yang artinya pemulihan biaya melalui efisiensi biaya, artinya mengembalikan uangnya dari cost efficiency yang terjadi dari penggunaan green energy.

    “Kalau pasang solar panel, biaya energi produksinya turun. Misalnya efisiennya 30 persen, tadinya belanja energi Rp 100 miliar setahun, karena pasang solar panel jadi Rp 70 miliar. Sisa Rp 30 miliarnya itu yang dipakai untuk balikin uangnya. Artinya dari sisi perusahaan tidak nambah uang, tetap aja belanjanya Rp 100 miliar, tapi mungkin sampai 5 tahun ke depan maksimal gitu. Setelah itu baru menikmati cost efficiency-nya,” jelas Apit.

  • Penurunan Penjualan Mobil Bukan Akibat Daya Beli Masyarakat Melemah

    Penurunan Penjualan Mobil Bukan Akibat Daya Beli Masyarakat Melemah

    Jakarta, Beritasatu.com – Ekonom dan ahli moneter Cyrillus Harinowo mengatakan, penurunan angka penjualan mobil di Indonesia tidak berkaitan langsung dengan melemahnya daya beli masyarakat. Menurutnya, faktor utama yang memengaruhi tren ini adalah adanya keraguan konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli kendaraan.

    Cyrillus menjelaskan, setelah melakukan analisis terhadap sektor lain, seperti ritel, elektronik, dan properti, yang terus mengalami pertumbuhan, maka ia menyimpulkan bahwa daya beli masyarakat masih kuat.

    “Anggapan bahwa penurunan penjualan mobil terjadi akibat melemahnya daya beli mungkin kurang tepat. Saya lebih melihat bahwa faktor utama yang berperan adalah ketidakpastian dan keraguan konsumen dalam mengambil keputusan,” ujarnya.

    Cyrillus menambahkan, saat ini masyarakat cenderung menerapkan sikap wait and see terhadap perkembangan teknologi kendaraan, khususnya dengan semakin gencarnya dorongan pemerintah untuk beralih ke kendaraan listrik. 
    Kampanye elektrifikasi transportasi ini sejalan dengan upaya global dalam mengurangi emisi, sesuai dengan komitmen dalam Perjanjian Paris.

    Meski demikian, ia menilai bahwa Indonesia memiliki berbagai alternatif kendaraan ramah lingkungan selain mobil listrik yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen di tengah penurunan penjualan mobil.

    “Jika kita berbicara soal kendaraan yang lebih ramah lingkungan, mobil listrik memang unggul karena tidak menghasilkan emisi. Namun, kita juga memiliki opsi lain seperti mobil LCGC, kendaraan berbahan bakar etanol (flexy), hybrid, hingga hidrogen,” paparnya.

    Sejalan dengan pandangan tersebut, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto mengungkapkan, perusahaannya mengadopsi pendekatan multi-pathway untuk memberikan lebih banyak pilihan kepada konsumen.

    “Strategi multi-pathway ini sangat penting agar masyarakat memiliki keleluasaan dalam memilih kendaraan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kami menawarkan berbagai opsi mulai dari kendaraan listrik, hybrid, hingga berbasis hidrogen, sehingga konsumen dapat memilih sesuai dengan preferensi masing-masing,” jelas Nandy.

    Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani menegaskan, pemerintah mendukung penuh inisiatif industri otomotif dalam mengembangkan ekosistem kendaraan berbasis energi bersih di Indonesia.

    Menurutnya, sektor transportasi memiliki potensi besar untuk memanfaatkan berbagai sumber energi ramah lingkungan.

    “Kita tidak hanya bergantung pada bahan bakar fosil, tetapi juga beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Ada transisi dari bahan bakar fosil rendah karbon, kombinasi dengan baterai, hybrid, etanol, biodiesel, hingga hidrogen di masa depan,” ujar Eniya.

    Dengan strategi ini, diharapkan penurunan penjualan mobil bisa teratasi dan ekosistem industri otomotif di Indonesia dapat berkembang secara optimal sekaligus mendukung agenda keberlanjutan energi nasional.

  • Ternyata Ini Penyebab Penjualan Mobil Seret! Bukan Soal Daya Beli, Tapi…

    Ternyata Ini Penyebab Penjualan Mobil Seret! Bukan Soal Daya Beli, Tapi…

    Jakarta: Pernah dengar isu kalau penjualan mobil turun gara-gara daya beli masyarakat yang melemah? Eits, tunggu dulu! Ternyata, bukan itu penyebab utamanya.
     
    Justru, banyak orang sekarang ragu buat beli mobil baru karena bingung memilih kendaraan yang tepat di tengah maraknya inovasi teknologi otomotif.
    Konsumen masih wait and see
    Melansir Antara, Sabtu, 15 Februari 2025, menurut Ahli Moneter Cyrillus Harinowo, penurunan penjualan mobil lebih disebabkan oleh kebingungan konsumen, bukan karena mereka tidak memiliki uang.
     
    Kalau daya beli masyarakat memang melemah, seharusnya sektor lain seperti ritel, elektronik, dan properti juga ikut turun. Tapi faktanya, sektor-sektor tersebut justru terus tumbuh.
     
    “Isu mengenai daya beli yang mempengaruhi penjualan mobil, saya kira mungkin tidak terlalu valid. Saya merasa bahwa penurunan penjualan mobil itu lebih di-drive oleh keraguan orang-orang,” ujar Cyrillus.
     

     
    Salah satu alasan utama adalah masyarakat masih menunggu perkembangan teknologi otomotif, terutama dengan gencarnya kampanye kendaraan listrik oleh pemerintah.
    Konsumen jadi dilema, apakah tetap memilih mobil konvensional, hybrid, atau langsung beralih ke kendaraan listrik.
    Mobil listrik bukan satu-satunya pilihan
    Saat ini, pemerintah memang mendorong penggunaan mobil listrik sebagai solusi utama menekan emisi. Tapi faktanya, masih ada banyak opsi kendaraan ramah lingkungan yang bisa dipertimbangkan, seperti Low Cost Green Car (LCGC), mobil berbahan bakar etanol, hybrid, hingga mobil berbasis hidrogen.

    Produsen otomotif siapkan banyak pilihan
    Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandy Julyanto, juga menyadari kebingungan yang dialami calon pembeli mobil.
     
    Untuk itu, Toyota menerapkan pendekatan “multi-pathway”, yaitu memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
     
    “Dalam pendekatan multi-pathway sangat penting, di mana kami memberikan berbagai opsi kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dari kendaraan elektrik, hybrid, hingga kendaraan berbasis hidrogen. Sehingga orang bisa memilih yang sesuai referensi masing-masing,” kata Nandy.
     
    Gimana menurut kamu? Apakah kamu juga masih ragu beli mobil baru?
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Merek Mobil Paling Gak Laku di RI, Cuma Terjual 1 Unit di 2024

    Merek Mobil Paling Gak Laku di RI, Cuma Terjual 1 Unit di 2024

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa merek mobil sepanjang 2024 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam industri otomotif di Indonesia.

    Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), merek Tata bahkan hanya terjual 1 unit, yakni pada Maret 2024.

    Perbandingan ini sangat mencolok jika dibandingkan dengan merek terpopuler seperti Toyota dan Daihatsu, yang masing-masing berhasil menjual ratusan ribu unit. Toyota mencatat penjualan sebanyak 288.982 unit dari pabrikan ke diler (wholesales), sementara Daihatsu menjual 163.032 unit.

    Mobil yang tidak laku lagi di Indonesia yakni Audi yang hanya terjual 25 unit, rata-rata hanya terjual 1-4 unit per bulan. Bahkan tercatat ada 5 bulan di 2024 yang hanya menjual 1 unit.

    Sementara itu Peugeot juga hanya menjual 27 unit yang terjual pada empat bulan awal 2024. Seperti diketahui brand asal Prancis ini sudah hengkang dari RI pada pertengahan tahun. Selanjutnya ada Volkswagen yang menjual 85 unit di 2024, disusul Seres yang menjual 89 unit.

    Secara keseluruhan, sepanjang 2024, wholesales hanya 865.723 unit, jauh lebih kecil dibanding 2023 yang tembus 1.005.802 unit. Artinya ada penurunan sebesar 140.079 unit atau 13,9%.

    Sedangkan penjualan dari diler ke konsumen (retail sales) juga anjlok dua digit yakni 10,9% atau 108.379 unit dari 998.059 unit di 2023 menjadi 889.680 unit.

    (luc/luc)

  • Kembaran Alphard versi Mini Bakal Dirakit di Tangerang Biar Bisa Lebih Murah

    Kembaran Alphard versi Mini Bakal Dirakit di Tangerang Biar Bisa Lebih Murah

    Jakarta

    Kembaran Toyota Alphard versi mini rencananya bakal dirakit dalam negeri. Dengan begitu diharapkan harganya bisa lebih terjangkau.

    Biasa menjual motor di kelas premium, PT Utomo International atau Utomocorp kini merambah pasar mobil listrik dalam negeri. Utomocorp memboyong mobil listrik mungil yang punya fascia mirip Toyota Alphard yakni Honri Boma EV. Langkah itu ditempuh dengan mempertimbangkan perilaku konsumen mobil listrik dalam negeri serta kondisi lalu lintas. Untuk pertama kalinya, Honri Boma EV unjuk gigi di hadapan masyarakat Tanah Air pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025.

    Bagi Utomocorp, masyarakat Indonesia membutuhkan mobil listrik dengan desain mewah namun ukurannya kompak. Mobil itu juga bisa mengangkut keluarga dan lincah di jalan. Atas dasar itu, Utomocorp menyajikan Honri Boma EV. Di kancah pasar mobil listrik mini, Honri bukan pemain baru. Merek ini sudah berkecimpung di industri tersebut sejak tahun 2014.

    Rencananya, Honri Boma EV ini juga akan dirakit di Indonesia. Utomocorp diketahui memiliki pabrik perakitan di kawasan Tangerang. Di fasilitas pabrik tersebut jugalah Honri Boma EV bakal dirakit. Diharapkan dengan adanya perakitan lokal, harga Honri Boma EV jadi lebih terjangkau.

    “Saat ini kami tengah menyiapkan fasilitas pabrik yang rencananya akan segera rampung pada tahun ini sehingga proses produksi bisa kami lakukan disana” tambahnya. Untuk pemasarannya, Utomocorp akan membangun jaringan dealer di beberapa kota besar terutama di Pulau Jawa dengan target pembangunan 5-10 dealer,” ungkap CEO Utomocorp Denny Utomo dalam siaran persnya.

    Buat kamu yang tengah mempertimbangkan mobil listrik dengan ukuran kompak namun harga ramah kantong, Honri Boma EV bisa jadi opsinya. Secara dimensi, Honri Boma EV memiliki panjang 3.517 mm, lebar 1.495 mm, tinggi 1.660 mm, dan jarak sumbu roda 2.495 mm. Sebagai pembanding dengan ‘kembarannya’ ukurannya memang lebih kompak. Toyota Alphard punya dimensi panjang 5.010 mm, lebar 1.850 mm, tinggi 1.945 mm, dan jarak sumbu roda 3.00 mm.

    Honri Boma diklaim punya interior yang lega. Di bagian dalam, terdapat fitur smart dual screen, tombol putar yang besar, kursi nyaman, serta handle di kursi penumpang. Head unitnya menggunakan layar sentuh berukuran 10,25 inch. Bagasinya punya kapasitas hingga 2.000 liter dan juga ada 16 titip penyimpanan.

    Bodinya diklaim kuat, dengan mengusung empat lapis baja untuk kolom A dan B. Soal performa, Honri Boma EV dibekali motor listrik 38 kW (setara 40 hp) dengan torsi 84 Nm. Sementara baterai tipe Ternary Lithium berkapasitas 11,9 kWh dengan jarak tempuh 130 km dalam satu kali pengecasan. Kecepatan puncaknya mencapai 100 km/jam.

    (dry/din)

  • Melihat Deretan Mobil Rendah Emisi: Innova Listrik hingga Mirai ‘Telanjang’

    Melihat Deretan Mobil Rendah Emisi: Innova Listrik hingga Mirai ‘Telanjang’

    Jakarta

    Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengadakan pameran Carbon Neutrality Mobility di Gambir Expo, Jakarta. Beragam jenis kendaraan dipamerkan, mulai dari hybrid, flexi engine, plug in hybrid electric vehicles, battery electric vehicles dan fuel cell electric vehicles.

    Masuk ke dalam ruang pameran, langsung disambut Toyota Mirai. Body-nya sudah dipotong menjadi dua alias cut away sehingga pengunjung bisa mengetahui jeroan dari mobil yang knalpotnya bisa mengeluarkan air.

    Produk lain yang dibawa oleh Toyota adalah Innova yang sudah dikonversi menjadi mobil listrik battery electric vehicles (BEV). Toyota juga menampilkan spek dari mobil tersebut, Innova BEV konsep itu memakai baterai 59,35 kWh yang bisa memuntahkan tenaga 134 kW dan torsi 700 Nm.

    Toyota Carbon Neutrality Mobility, Innova BEV Foto: Ridwan Arifin

    Agak masuk ke dalam, ditampilkan juga Toyota Coms bertenaga Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV). Mobil ini masih sebatas konsep, dilengkapi dengan tangki hidrogen di bagian belakang.

    Selain itu, Toyota juga membawa komponen seperti baterai dengan voltase tinggi. Komponen ini bisa dilihat secara utuh.

    Toyota Carbon Neutrality Mobility, Mirai generasi pertama Foto: Ridwan Arifin

    Di sini juga dijelaskan terkait ekosistem Hijau yang memiliki penjelasan sesuai potensi energi yang cocok untuk kendaraan elektrifikasi.

    Dalam ruang pamer tersebut, Toyota mempertunjukkan berbagai Green Mobility Solution melalui tiga pilar: Mobility Solutions, Energy Solutions, dan Data Solutions. Solusi mobilitas berkelanjutan pilihannya beragam mulai dari teknologi flexy fuel, hingga pilihan kendaraan elektrifikasi, seperti Hybrid EV, Battery EV, hingga Fuel Cell EV. Ini menegaskan komitmen Toyota dalam menciptakan green ecosystem yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia.

    Toyota Carbon Neutrality Mobility, Innova Zenix Flexy Engine Foto: Ridwan Arifin

    Pada area luar, Toyota menampilkan Innova Zenix Hybrid Electric Vehicles (HEV) yang dipadukan dengan teknologi flexy fuel bioethanol.

    Selain menyajikan ruang pamer produk elektrifikasi, Toyota juga menggelar diskusi terkait penggunaan energi di masa depan bersama Kementerian ESDM.

    “Di Kemayoran (acara Toyota Carbon Neutral) ini melihat berbagai potensi di depan, potensi yang kita harapkan tambah upaya untuk penurunan emisi. Jadi apa yang saat ini kita lakukan, dan kita upayakan tiap hari bergerak dengan menggunakan transportasi,” ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Eniya Listiani Dewi.

    Bicara soal hidrogen, sumbernya tergantung proses pembuatannya. Sebenarnya hidrogen tidak memiliki warna, tetapi untuk membedakannya, hidrogen diberi warna abu-abu, biru dan hijau. Saat ini sebagian besar hidrogen adalah abu-abu.

    Hidrogen ini bersumber dari bahan bakar fosil seperti gas bumi atau batu bara. Tentu saja masih ada jejak emisi karbon. Selanjutnya hidrogen biru bisa bersumber dari biomass, dan terakhir adalah hidrogen yang benar-benar bersih, yakni hidrogen hijau yang berasal dari air, sebagai hasil reaksi antara hidrogen dan oksigen.

    (riar/dry)