brand merek: Tesla

  • Peraih Nobel Ini Ungkap Strategi BYD Singkirkan Tesla, Jadi No.1 Dunia

    Peraih Nobel Ini Ungkap Strategi BYD Singkirkan Tesla, Jadi No.1 Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Produsen mobil listrik asal China, BYD, mampu merajai pasar mobil EV dunia. Pada 2023 silam, penjualan mobil BYD sudah menembus 3,02 juta unit, jauh lebih tinggi dari produsen mobil setrum asal Amerika Serikat, Tesla yang hanya 1,8 juta unit.

    Strategi bisnis BYD hingga berhasil menggapai posisi puncak produsen mobil listrik itu pun diungkap oleh peraih penghargaan Nobel Bidang Ekonomi, Paul Romer dalam acara BRI Microfinance Outlook 2025 di International Convention Exhibition (ICE) BSD City, Kamis (30/1/2025).

    “BYD adalah produsen kendaraan listrik asal China yang kini menjadi yang terbesar di dunia. BYD memproduksi sekitar dua kali lebih banyak mobil per tahun dibandingkan Tesla, yang sebelumnya merupakan pemimpin pasar dalam hal penjualan di Amerika Serikat,” kata Romer.

    Romer mengatakan, strategi BYD untuk bisa menjual jutaan kendataan listrik itu disebabkan harganya yang murah, karena produksinya yang efisien. Metode produksi yang efisien itu serupa dengan strategi yang digunakan sejumlah galangan kapal di AS saat memproduksi Liberty Ship secara massal pada periode Perang Dunia ke-2.

    “Jika BYD memperoleh manfaat yang sama seperti yang dialami pembuat kapal Liberty Ship, maka biaya produksinya akan semakin murah. Bahkan, penurunan biaya produksi BYD akan terjadi lebih cepat dibandingkan Tesla karena volume produksinya yang sudah jauh lebih besar dan akan terus bertambah,” ujar Romer.

    Dengan strategi produksi kendaraan listrik secara massal atau dalam jumlah besar-besaran, BYD kata dia mampu menjual barangnya lebih murah dari pesaing, seperti Tesla. Akibatnya, perusahaan itu menurut Romer akan menguasai pasar EV dunia ke depannya.

    “Bahkan, bisa jadi BYD akan menyingkirkan Tesla dari bisnisnya. Mungkin ini hal yang baik, karena kita akan mendapatkan mobil listrik dengan harga yang jauh lebih murah. Namun, mungkin juga ini buruk, karena BYD bisa menjadi monopoli,” tegasnya.

    (arj/haa)

  • Mobil Murah Tesla Bakal Dirilis Dalam Waktu Dekat

    Mobil Murah Tesla Bakal Dirilis Dalam Waktu Dekat

    Jakarta

    Mobil listrik murah Tesla bakal meluncur dalam waktu dekat. Kabarnya mobil listrik itu akan dirilis pada semester pertama tahun 2025.

    Rencana Tesla untuk menghadirkan mobil listrik murah masih sesuai rencana. Diberitakan Reuters, perusahaan garapan Elon Musk itu akan menyajikan mobil listrik murah pada semester pertama tahun 2025 sekaligus menguji mobil otonom berbayar pada Juni.

    Nilai pasar Tesla belakangan melonjak setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS. Diketahui Trump memiliki hubungan dekat dengan CEO Tesla. Di lain sisi, pada tahun lalu Tesla mencatatkan penurunan penjualan. Ini seolah menjadi desakan untuk meluncurkan model dengan harga lebih rendah sekaligus kendaraan otonom untuk mendukung finansial Musk di masa depan.

    Sayangnya, Musk belum membeberkan detail soal harga dari mobil murah Tesla itu, termasuk soal ukuran dan spesifikasi detail. Tesla memang terus berupaya untuk menghadirkan mobil dengan harga lebih murah. Selain itu, biaya rata-rata bahan baku dan tenaga kerja untuk membuat mobil telah mencapai tingkat terendah yang pernah ada.

    Dalam perhitungan Reuters, biaya pembuatan mobil Tesla turun menjadi USD 33.000 dolar dari USD 39.000 dua tahun sebelumnya.

    Sebagai informasi tambahan, gagasan mobil listrik Tesla dengan harga lebih terjangkau awalnya dikemukakan oleh Musk pada 2018 lalu. Kala itu, sang bos Tesla mengatakan, perusahaan dapat membuat mobil listrik murah itu dalam waktu tiga tahun. Pada Juni 2021, Musk menegaskan mobil listrik yang berdesain hatchback itu akan dirilis tahun 2023. Nyatanya hingga tahun 2025, mobil listrik murah itu belum juga terlihat.

    Adapun salah satu cara Tesla supaya dapat menekan harga jual mobil ini adalah dengan menggunakan desain sel baterai 4680 tables, yang diungkapkan Tesla pada acara Battery Day pada September 2020 lalu.

    Pada saat itu, Tesla mengatakan desain sel baterai ini akan mampu menawarkan kepadatan energi lima kali lipat dan daya enam kali lipat untuk menghasilkan rentang baterai 16% lebih besar.

    (dry/rgr)

  • Amerika Serikat dan Eropa Pilih Jalan Berbeda Soal AI – Halaman all

    Amerika Serikat dan Eropa Pilih Jalan Berbeda Soal AI – Halaman all

    Meningkatnya kecerdasan buatan, atau AI, secara pesat memungkinkan komputer untuk menjalankan tugas-tugas yang dulunya bergantung pada kecerdasan manusia. AI sekarang membuka peluang besar, mulai dari pengobatan yang dipersonalisasi hingga mengatasi tantangan global, seperti perubahan iklim.

    Namun, hal itu juga menimbulkan berbagai risiko yang signifikan, mulai dari hilangnya pekerjaan, teknologi yang bias, hingga potensi penyalahgunaan di bidang-bidang seperti pengawasan.

    Sementara Uni Eropa (UE) meluncurkan setumpuk aturan AI yang komprehensif untuk memastikan keamanan dan akuntabilitas pengguna, AS di bawah Presiden Donald Trump bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu melonggarkan pembatasan dan memberi keleluasaan kepada industri teknologi untuk membuat aturannya sendiri.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    “Di AS, kami melihat adanya pergeseran yang jelas dari penekanan pada keselamatan pengguna,” kata Lisa Soder, peneliti senior di Interface, lembaga pemikir teknologi informasi yang bermarkas di Berlin, Jerman. Ia mengatakan kepada DW bahwa Trump mengubah kebijakan regulasi AI dan lebih mementingkan pentingan bisnis industri.

    Trump mengundang para miliarder teknologi untuk menghadiri pelantikannya sebagai presiden, termasuk CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk, CEO OpenAI Sam Altman, dan CEO Meta Mark Zuckerberg, yang duduk di baris kedua tepat di belakang keluarga Trump.

    Pada hari yang sama, Trump membatalkan perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh pendahulunya, Joe Biden, yang mengatur perlindungan dan keamanan data AI. Ia juga menandatangani perintah eksekutif untuk mengembangkan “Rencana Aksi AI” dalam waktu 180 hari. Rencana tersebut bertujuan “untuk mempertahankan dan meningkatkan dominasi Amerika dalam bidang AI.”

    Meskipun rincian kebijakan ini masih belum jelas, langkah ini secara luas diharapkan akan memberikan kebebasan signifikan kepada raksasa teknologi untuk mengembangkan teknologi AI baru. Kebijakan tersebut juga kemungkinan akan mengurangi persyaratan bagi perusahaan untuk mengurangi risiko saat mereka mengembangkan aplikasi.

    Akankah UE akan pertahakankan prinsip ‘utamakan keselamatan’?

    Undang-Undang Kecerdasan Buatan UE diputuskan pertengahan tahun lalu. Sasarannya adalah untuk melindungi warga negara UE dari potensi bahaya AI, tanpa menghambat inovasi. Untuk mencapai keseimbangan ini, Undang-Undang AI memberlakukan serangkaian aturan dan persyaratan pada sistem AI, dari minimal hingga tinggi, tergantung pada risiko yang ditimbulkannya terhadap hak-hak dasar pengguna.

    Tetapi para kritikus mengatakan, hal ini akan merugikan perusahaan-perusahaan Eropa dibandingkan pesaing mereka di luar negeri. Pada saat yang sama, ketika otoritas di Brussels dan negara-negara anggota mendirikan kantor dan tim staf untuk menegakkan aturan, perdebatan pun terjadi mengenai bagaimana regulator akan menafsirkan undang-undang baru tersebut.

    “Di Uni Eropa, kami juga melihat adanya pergeseran sentimen dan banyak ketidakpastian mengenai apa yang benar-benar bisa dilakukan dan seberapa ambisius Uni Eropa dengan peraturannya – misalnya, informasi seperti apa yang bisa mereka minta dari perusahaan,” kata Lisa Soder.

    Perlombaan global untuk AI

    Para ahli memperkirakan masa kepresidenan Trump akan memberikan dampak besar pada kompetisi AI global: persaingan internasional antara negara-negara dan perusahaan untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi AI mutakhir akan memberi mereka keuntungan ekonomi, militer, dan strategis.

    Sejauh ini, Amerika Serikat telah menjadi pelopor AI, mendominasi penelitian dan investasi AI dengan perusahaan-perusahaan raksasa teknologi seperti Google, Meta, Apple, dan OpenAI. Tetapi perusahaan-perusahaanCina juga telah membuat kemajuan pesat dan menduduki peringkat kedua dalam pengembangan AI.

    Dalam beberapa tahun terakhir, upaya untuk mengembangkan aturan dan pembatasan yang mengikat secara internasional untuk teknologi AI sebagian besar tidak berhasil. Bahkan komitmen sukarela terhadap pengembangan dan penggunaan AI yang aman yang telah dibuat oleh banyak perusahaan teknologi besar di masa lalu kini tampak mengambang, kata Lisa Soder.

    Banyak CEO teknologi akan bertemu dengan para pemimpin dunia di KTT Kecerdasan Buatan di Paris pada 10 dan 11 Februari. Menarik untuk melihat seberapa jauh mereka berpegang pada beberapa prinsip, kata Lisa Soder.

    “Di masa lalu, perusahaan-perusahaan telah berjanji melakukan banyak hal untuk keselamatan dan kredibilitas,” katanya. “Sekarang situasi geopolitik sudah berubah, pertemuan puncak ini akan menjadi ujian penting untuk melihat apakah mereka akan terus melakukan hal itu.”

  • Wall Street Bangkit, Nasdaq Melejit 2 Persen Didukung Nvidia

    Wall Street Bangkit, Nasdaq Melejit 2 Persen Didukung Nvidia

    Jakarta, Beritasatu.com – Bursa perdagangan utama Amerika Serikat (AS) Wall Street kembali menguat pada Selasa (28/1/2025), setelah mengalami aksi jual besar sehari sebelumnya akibat kemunculan startup kecerdasan buatan (AI) asal China, DeepSeek. Nasdaq bahkan mencatat lonjakan hingga 2% berkat kenaikan saham Nvidia.

    Melansir CNBC International, Rabu (29/1/2025), Nasdaq Composite naik 2,03% ke level 19.733,59 setelah sebelumnya turun 3,1%. Sementara itu, S&P 500 menguat 0,92% menjadi 6.067,70, dengan sektor teknologi mencatat kenaikan tertinggi.

    ETF teknologi, Technology Select Sector SPDR Fund, juga melonjak lebih dari 2% setelah sebelumnya anjlok 4,9% pada Senin (27/1/2025). Indeks Dow Jones Industrial Average turut mengalami kenaikan 136,77 poin (0,31%) ke posisi 44.850,35.

    Saat Wall Street menguat, Nvidia menjadi pusat perhatian karena Saham perusahaan ini melonjak hampir 9% setelah sempat melemah di awal sesi. Sehari sebelumnya, Nvidia kehilangan 17% nilai sahamnya, setara dengan hampir US$ 600 miliar kapitalisasi pasar dengan penurunan satu hari terbesar dalam sejarah perusahaan AS.

    Saham teknologi lainnya, seperti Broadcom dan Oracle, juga berhasil pulih dengan kenaikan masing-masing 2,6% dan 3,6%, setelah mengalami koreksi signifikan pada hari sebelumnya.

    Gejolak di sektor teknologi dipicu oleh DeepSeek, startup AI asal China yang menjadi viral di media sosial. Startup ini baru saja meluncurkan model bahasa besar (large language model) open-source dengan biaya pengembangan kurang dari US$ 6 juta, jauh lebih efisien dibandingkan investasi besar yang dikeluarkan perusahaan teknologi raksasa dalam riset AI.

    Bahkan, DeepSeek berhasil mengungguli OpenAI dengan menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store AS pada Senin (27/1/2025). Perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran investor terhadap kelangsungan investasi besar di sektor AI, khususnya yang berkaitan dengan saham perusahaan chip seperti Nvidia.

    Meskipun Nvidia menunjukkan pemulihan, para analis menilai pasar masih diliputi ketidakpastian. “Saya belum yakin bahwa kita benar-benar keluar dari risiko. Pasar masih berusaha mencerna situasi ini,” ujar Senior Portfolio Manager di Globalt Investments Thomas Martin.

    Ia menambahkan, meskipun kebutuhan daya komputasi untuk pemrosesan data dan pusat data tetap tinggi, kepercayaan investor telah terguncang.

    Kini, perhatian pasar beralih ke laporan keuangan beberapa perusahaan teknologi besar yang dijuluki Magnificent Seven, termasuk Meta Platforms, Microsoft, Tesla, dan Apple, yang dijadwalkan merilis laporan kinerja mereka pekan ini.

    Selain itu, keputusan suku bunga terbaru dari The Fed yang akan diumumkan pada Rabu menjadi sorotan utama yang bisa memengaruhi Wall Street. Para analis memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga saat ini, tetapi investor akan mencermati pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini.

  • PM Prancis Bayrou Sebut Elon Musk Ancaman Bagi Demokrasi

    PM Prancis Bayrou Sebut Elon Musk Ancaman Bagi Demokrasi

    Jakarta

    Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou mengatakan Elon Musk selaku miliarder pemilik jaringan media sosial X dan sekutu dekat Presiden AS Donald Trump, menimbulkan ancaman bagi demokrasi. Menurutnya mestinya uang tidak memberikan hak untuk mengatur nurani.

    “Elon Musk menciptakan ancaman bagi demokrasi,” kata Bayrou dalam sebuah wawancara TV lokal, dilansir Reuters, Selasa (28/1/2025).

    “Uang seharusnya tidak memberikan hak untuk mengatur hati nurani,” sambungnya.

    Pernyataan Bayrou mengenai Elon Musk muncul pada minggu lalu usai ia memperingatkan bahwa Prancis dan Eropa secara keseluruhan harus menentang Trump dan kebijakannya, atau berisiko “didominasi … dihancurkan … dipinggirkan,” tutur Bayrou.

    Diketahui Musk sebagai CEO Tesla dan orang terkaya di dunia, telah menunjukkan keinginan untuk mempertimbangkan isu-isu politik asing. Ia telah mendukung partai anti-imigrasi Jerman menjelang pemilihan umum yang dijadwalkan pada bulan Februari, dan telah berulang kali mengomentari politik Inggris, menuntut Perdana Menteri Keir Starmer mengundurkan diri.

    Lihat juga Video: Macron Tunjuk Francois Bayrou Sebagai PM Baru Prancis

    (yld/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Donald Trump Ungkap Bos Teknologi yang Dibenci Elon Musk

    Donald Trump Ungkap Bos Teknologi yang Dibenci Elon Musk

    Washington

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan proyek infrastruktur kecerdasan buatan (AI) senilai USD 500 miliar di Amerika Serikat. Disebut The Stargate Project, usaha patungan ini merupakan kerja sama antara OpenAI, Oracle, Softbank dan MGX, cabang investasi teknologi pemerintah Uni Emirat Arab.

    Namun demikian, proyek itu ditanggapi skeptis oleh Elon Musk yang belakangan dekat dengan Trump. Menanggapi celotehan Musk di X bahwa proyek itu tak punya cukup dana, Trump menilai bahwa kritik Musk adalah karena dia membenci salah satu orang yang terlibat dalam proyek ini.

    “Dia membenci salah satu orang. Saya bicara pada Elon, tapi saya memang bicara pada semua orang. Orang yang terlibat dalam deal ini adalah orang-orang yang sangat pintar tapi Elon, dia membenci salah satu orang itu. Tapi saya juga punya kebencian tertentu pada orang,” sebut Trump yang dikutip detikINET dari CNN.

    Dapat dipastikan bahwa orang yang dibenci Elon Musk itu adalah Sam Altman, CEO OpenAI. Elon Musk yang ikut mendirikan OpenAI memang kerap menyerang Altman. Musk yang juga mempunyai perusahaan AI sendiri, menilai OpenAI saat ini terlalu mementingkan profit.

    “Mereka sebenarnya tidak punya uang. SoftBank telah mengamankan dana kurang dari USD 10 miliar saja. Saya dapat informasi itu dengan pasti,” tulis nakhoda SpaceX dan Tesla itu di X.

    Altman membantah Musk bahwa mereka tak punya cukup dana. “Salah, seperti yang kamu juga tahu. Ingin datang mengunjungi lokasi pertama yang sudah dibangun? Ini bagus untuk negara. Aku menyadari apa yang bagus untuk negara tak selalu optimal untuk perusahaanmu, tapi dalam peran barumu, kuharap kamu lebih mengutamakan AS,” tulisnya.

    Menanggapi pernyataan Musk bahwa proyek itu kurang dana, Trump pun berkomentar. “Saya tidak tahu, tapi mereka membawa uang mereka, pemerintah tidak membawa apapun, mereka yang melakukannya. Mereka adalah orang yang sangat kaya, jadi saya harap mereka punya (uang),” cetus Trump.

    (fyk/fay)

  • Trump Umumkan Proyek AI USD 500 Miliar, Elon Musk Tak Senang

    Trump Umumkan Proyek AI USD 500 Miliar, Elon Musk Tak Senang

    Washington

    Perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI, bekerja sama dengan raksasa teknologi AS lain, raksasa investasi Jepang, dan dana dari Uni Emirat Arab, membangun infrastruktur kecerdasan buatan (AI) senilai USD 500 miliar di Amerika Serikat.

    Perusahaan baru tersebut, disebut The Stargate Project, diumumkan di Gedung Putih oleh Presiden Donald Trump yang menyebutnya sebagai proyek infrastruktur AI terbesar sepanjang sejarah dan akan membantu menjaga masa depan teknologi di AS.

    Usaha patungan ini merupakan kerja sama antara OpenAI, Oracle, Softbank dan MGX, cabang investasi teknologi pemerintah Uni Emirat Arab. Perusahaan tersebut mengatakan usaha patungan baru tersebut, yang telah berjalan sebelum Trump menjabat, punya pendanaan USD 100 miliar tersedia saat ini. Sisanya akan tersedia selama empat tahun, yang diperkirakan menciptakan 100.000 lapangan pekerjaan.

    Namun demikian, dikutip detikINET dari CNN, Elon Musk yang belakangan dekat dengan Donald Trump tampaknya tidak senang dengan proyek tersebut. Ia mengklaim mereka sebenarnya tidak punya cukup dana.

    “Mereka sebenarnya tidak punya uang. SoftBank telah mengamankan dana kurang dari USD 10 miliar saja. Saya mendapat informasi itu dari sumber yang dapat dipercaya,” tulis nakhoda SpaceX dan Tesla itu di X.

    Diduga kuat bahwa Elon Musk tidak suka dengan proyek itu karena keterlibatan Sam Altman, CEO OpenAI. Mereka belakangan memang kerap berseteru, di mana Musk selaku salah satu pendiri OpenAI menilai perusahaan itu sekarang sepenuhnya berorientasi pada profit, melenceng dari tujuan awal.

    Altman pun membantah pernyataan Musk bahwa mereka tak punya cukup dana. “Salah, seperti yang kamu juga tahu. Ingin datang mengunjungi lokasi pertama yang sudah dibangun? Ini bagus untuk negara. Aku menyadari apa yang bagus untuk negara tak selalu optimal untuk perusahaanmu, tapi dalam peran barumu, kuharap kamu lebih mengutamakan AS,” tulisnya.

    Musk mengambil peran di pemerintahan baru Trump sebagai bos departemen efisiensi. Namun, ia juga berselisih dengan Altman sejak meninggalkan dewan direksi OpenAI pada tahun 2018 dan meluncurkan perusahaan rintisan AI miliknya sendiri.

    Saat ini, data center pertama Stargate sedang dibangun di Texas. Menurut pendiri Oracle, Larry Ellison, akan lebih banyak lagi yang akan dibangun di lokasi AS lainnya.

    “Saya pikir ini akan jadi proyek terpenting di era ini,” kata Altman saat pengumuman bersama Trump. “Kita takkan mampu melakukan ini tanpa Anda, Mr Presiden,” tambahnya, meskipun proyek tersebut sudah berjalan sebelum Trump memenangkan Pilpres.

    (fyk/rns)

  • Trump Selamatkan TikTok, Orang China Ngamuk Bilang Begini

    Trump Selamatkan TikTok, Orang China Ngamuk Bilang Begini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Warga China agaknya kurang senang dengan rencana Presiden Donald Trump yang ingin mengambil 50% saham TikTok usai menyelamatkan aplikasi tersebut dari pemblokiran di Amerika Serikat (AS).

    Kementerian Luar Negeri China mengatakan operasi dan akuisisi harus ditentukan sendiri oleh perusahaan dan sejalan dengan hukum China.

    “AS harus mendengarkan suara dan menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan dari semua negara,”kata juru bicara Guo Jiakun, dikutip dari CNN International, Kamis (23/1/2025).

    Beberapa jam setelah pelantikannya pada Senin (20/1) pekan ini, Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda selama 75 hari pemberlakuan undang-undang kontroversial, yang mengharuskan TikTok dilarang di AS, kecuali jika mereka menjual kepada pembeli dari Amerika atau salah satu sekutunya.

    Trump dalam beberapa hari terakhir menyatakan bahwa ia terbuka terhadap perusahaan AS yang membeli setengah saham TikTok dan menjalankannya sebagai perusahaan patungan 50-50 dengan pemiliknya saat ini yang berasal dari China, ByteDance.

    Usaha patungan yang melibatkan perusahaan AS dengan 50 persen saham di TikTok akan melunakkan aturan hukum, yang mengharuskan TikTok diblokir di AS kecuali jika ByteDance menjual kepada pembeli dari Amerika atau salah satu sekutunya. Meskipun masih belum jelas apakah parlemen AS atau TikTok akan menerimanya.

    Reaksi keras di China

    Di media sosial China, saran Trump untuk menguasai 50% saham TikTok itu banyak dihujat.

    Puluhan juta pengguna di platform media sosial Weibo melancarkan aksi protes dengan melabeli aksi Trump sebagai “perampokan” yang dilakukan oleh pemerintah AS.

    “Apple dan Tesla juga harus menyerahkan 50% saham mereka kepada perusahaan-perusahaan China,” kata salah satu komentar dengan ribuan like.

    “Kami membutuhkan 50% kendali atas Nvidia!” kata netizen lain, mengacu pada pembuat chip AS.

    “China tidak akan membiarkan ByteDance berlutut,” komentar lainnya, mengacu pada perusahaan induk TikTok.

    “Perampokan tidak berubah sifatnya hanya karena berubah dari 100% menjadi 50%,” tambah komentar itu.

    (fab/fab)

  • Tiongkok Klaim Trump Terlalu Intervensi ByteDance usai Minta 50 Persen Saham Diserahkan ke AS – Halaman all

    Tiongkok Klaim Trump Terlalu Intervensi ByteDance usai Minta 50 Persen Saham Diserahkan ke AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menunda larangan terhadap TikTok memberikan kabar baik bagi lebih dari 170 juta pengguna aplikasi ini di Amerika Serikat.

    Akan tetapi, langkah Trump justru mendapatkan respons yang kurang positif dari Tiongkok, tempat di mana perusahaan induk TikTok, ByteDance, berlokasi.

    Trump mengusulkan agar TikTok tidak ditutup di AS, ByteDance harus menyerahkan 50 persen sahamnya kepada perusahaan AS.

    Selain itu, Trump menekankan bahwa tarif pada barang-barang Tiongkok di AS mungkin akan bergantung pada persetujuan Beijing terhadap kesepakatan potensial terkait TikTok.

    Kementerian Luar Negeri Tiongkok segera merespons hal ini.

    Beijing menegaskan bahwa “operasi dan akuisisi perusahaan” harus diputuskan oleh perusahaan tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku di Tiongkok.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, menyatakan pada Selasa (21/1/2025) AS seharusnya menciptakan “lingkungan bisnis yang terbuka, adil, jujur, dan tidak diskriminatif” bagi perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia.

    Perintah Eksekutif Trump

    Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda pelaksanaan larangan hukum terhadap TikTok selama 75 hari.

    Perintah Eksekutif Trump ditanda tangani beberapa jam setelah pelantikannya pada Senin (20/1/2025).

    Langkah ini memberikan TikTok kesempatan untuk kembali online setelah sempat terhenti lebih dari 12 jam pada akhir pekan sebelumnya.

    Trump membuka peluang bagi perusahaan AS membeli 50 persen saham TikTok dan menjalankannya sebagai usaha patungan dengan ByteDance.

    Meskipun hal ini bisa meredakan ketegangan terkait masalah keamanan nasional, belum jelas apakah anggota parlemen AS atau TikTok akan menerima pengaturan ini.

    Dalam sebuah pernyataan di Ruang Oval, Trump menyebutkan bahwa jika kesepakatan dengan TikTok tidak tercapai, tarif hingga 100 persen bisa dikenakan pada barang-barang Tiongkok.

    “Kami akan mengenakan tarif pada Tiongkok jika mereka tidak menyetujui kesepakatan ini,” katanya.

    Reaksi Keras dari Tiongkok

    Usulan Trump tentang pengalihan 50 persen saham TikTok mendapat reaksi keras di Tiongkok.

    Di platform Weibo, banyak pengguna yang mengecam langkah ini sebagai bentuk “perampokan”.

    Salah satu komentar populer bahkan menyarankan, “Apple dan Tesla juga harus menyerahkan 50 persen saham mereka kepada perusahaan Tiongkok.”

    Beberapa pengguna juga mengkritik konsep kesepakatan ini.

    Sejumlah reaksi merujuk pada perusahaan-perusahaan teknologi besar lainnya seperti Nvidia, dan menilai pengaturan tersebut tidak adil.

    “China tidak akan membiarkan ByteDance bertekuk lutut,” tulis satu komentar.

    Komentar itu tampaknya menegaskan bahwa meskipun TikTok mengalihkan sebagian sahamnya, hal ini tetap dianggap merugikan pihak Tiongkok.

    TikTok, yang tidak beroperasi di Tiongkok, memiliki aplikasi saudara bernama Douyin yang sangat populer di negara tersebut.

    Media nasional Tiongkok, seperti Global Times, mengkritik campur tangan politik AS terhadap TikTok.

    Mereka menyatakan bahwa tindakan ini lebih merugikan masyarakat Amerika daripada Tiongkok.

    Mereka berpendapat bahwa banyak orang di AS yang bergantung pada TikTok untuk mencari nafkah.

    Pertemuan Xi Jinping dan Trump: Perdagangan dan TikTok

    Meski masa depan TikTok masih penuh ketidakpastian, baik AS maupun Tiongkok menunjukkan niat untuk berdialog.

    Dalam panggilan telepon dengan Trump pada Jumat (17/1/2025), Presiden Tiongkok Xi Jinping menekankan pentingnya “titik awal baru” dalam hubungan AS-Tiongkok.

    Xi bahkan mengutus Wakil Presiden Han Zheng untuk hadir di pelantikan Trump, menunjukkan tingkat diplomasi tinggi dari Beijing.

    Tantangan Hukum dari Tiongkok

    Beijing sebelumnya menyatakan bahwa mereka memiliki hak hukum untuk memblokir setiap transaksi yang melibatkan TikTok, mengingat penjualan atau divestasi ini dapat melibatkan “ekspor teknologi”, yang mengacu pada algoritma yang menjadi kunci sukses TikTok.

    Sementara itu, CEO Tesla, Elon Musk, yang merupakan sekutu Trump, turut memberikan komentar mengenai masa depan TikTok.

    Musk, yang menentang pelarangan TikTok, menyarankan agar kebijakan tersebut perlu diubah untuk menghindari ketidakseimbangan antara platform AS dan Tiongkok.

    Musk juga mengisyaratkan kemungkinan penjualan sebagian aplikasi TikTok kepada perusahaan seperti X milik Musk, yang tidak tersedia di Tiongkok karena pembatasan ketat dari pemerintah Beijing.

    “Saya telah lama menentang pelarangan TikTok, karena bertentangan dengan kebebasan berbicara,” tulis Musk.

    “Namun, ketidakseimbangan antara TikTok di AS dan X di Tiongkok perlu diubah.”

    Dengan situasi yang terus berkembang ini, masa depan TikTok dan hubungan antara AS dan Tiongkok masih penuh ketidakpastian.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Tesla Jadi Mobil Murahan, Pemilik Avanza Lebih Mahal

    Tesla Jadi Mobil Murahan, Pemilik Avanza Lebih Mahal

    Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai merek (brand value) Tesla merosot 26% di 2024, menandai penurunan dua tahun berturut-turut. Ada beberapa faktor penyebabnya, termasuk model-model yang sudah lawas dan sikap ‘antagonis’ CEO Elon musk, menurut firma riset dan konsultan Brand Finance.

    Saat ini, brand value Tesla diestimasikan ‘hanya’ berkisar US$43 miliar (Rp696 triliun) atau turun dari US$58,3 miliar (Rp946 triliun) pada awal 2024 dan US$66,2 miliar di awal 2023, menurut laporan Brand Finance.

    Toyota yang merupakan produsen ‘mobil sejuta umat’ Avanza memiliki brand value tertinggi di sektor otomotif senilai US$64,6 miliar (Rp1.049 triliun). Selanjutnya Mercedes berada di posisi kedua dengan brand value US$53 miliar (Rp860 triliun).

    Brand Finance yang berbasis di London melakukan survei konsumen yang komprehensif dan menganalisis keuangan ribuan perusahaan. Firma itu melihat pendapatan, perjanjian lisensi, margin, dan indikator lainnya, untuk memperkirakan nilai moneter dari sebuah merek.

    Sebagai bagian dari pemeringkatan perusahaan tahun ini, Brand Finance menganalisis jawaban dari sekitar 175.000 responden survei di seluruh dunia, termasuk sekitar 16.000 orang yang memiliki pandangan yang sama tentang Tesla.

    Hasilnya menunjukkan cara konsumen memandang Tesla sangat berbeda dengan penilaian Wall Street.

    Harga saham Tesla melonjak 63% tahun lalu, mencapai rekor tertinggi pada bulan Desember, setelah investor mengambil alih saham tersebut menyusul kemenangan pemilu Donald Trump pada bulan sebelumnya.

    Musk menyumbangkan US$277 juta (Rp4,4 triliun) untuk membantu mendorong Trump dan kandidat Partai Republik lainnya menuju kemenangan, dan siap untuk menggunakan pengaruhnya dalam pemerintahan demi keuntungan perusahaannya.

    Terkait dengan masyarakat luas, CEO Brand Finance David Haigh mengatakan bahwa retorika politik dan kepribadian publik Musk memiliki kelemahan.

    “Ada orang yang menganggap dia luar biasa, tapi banyak juga yang tidak,” kata Haigh.

    “Jika Anda membeli kendaraan listrik, kepribadian CEO kemungkinan besar akan memengaruhi keputusan untuk membeli salah satu mobil perusahaannya atau tidak. Namun, itu hanya salah satu dari banyak faktor,” ia menuturkan.

    Pada ukuran-ukuran utama seperti “pertimbangan”, “reputasi”, dan “rekomendasi”, skor Tesla menurun secara keseluruhan di pasar-pasar utama tempat Tesla mengoperasikan pabrik dan menjual mobilnya, yaitu AS, Eropa, dan Asia, menurut temuan Brand Finance.

    Skor “pertimbangan” memperlihatkan apakah masyarakat mau membeli produk dari sebuah brand. Skor “reputasi” menunjukkan setinggi apa responden memiliki pandangan terhadap sebuah brand secara rata-rata dengan skala 1-10. Sementara skor “rekomendasi” menunjukkan apakah seseorang akan memberikan pendapat positif terhadap suatu brand ke orang lain.

    Skor Tesla anjlok drastis di Eropa, dari 21% menjadi 16% secara rata-rata dari 2024 ke 2025. Kompetitor seperti Mercedez dan BYD mengalahkan Tesla, terutama untuk skor “pertimbangan” dan “rekomendasi” di luar pasar AS.

    Tesla mempertahankan skor loyalti sebesar 90% di AS. Artinya, konsumen yang memilki mobil Tesla kemungkinan besar akan mempertahankan unitnya hingga 12 bulan ke depan. Namun, skor “rekomendasi” Tesla di AS juga memburuk dari 8,2 dari 10 menjadi 4,3 dari 10.

    Haigh mengatakan penurunan skor brand value Tesla menjadi tanda petaka bagi perusahaan. Sebab, ada risiko Tesla tak bisa menjual banyak produk mobilnya seperti dulu, serta mematok harga setinggi dulu.

    Tanda-tanda petaka ini sudah mulai terlihat. Sepanjang 2024, penjualan Tesla merosot sekitar 1% menjadi 1,79 juta unit. Padahal, permintaan mobil listrik secara global naik signifikan. Di AS, pangsa pasar Tesla di industri mobil listrik menurun menjadi 49% dari 55% pada tahun sebelumnya, menurut Cox Automotive.

    Skor indeks kekuatan brand Tesla juga anjlok menurut laporan Brand Finance. Dari yang sebelumnya di atas 80 menjadi di bawah 65. Skor ini mengindikasikan sekuat apa posisi sebuah brand dibandingkan brand pesaing.

    “Kecuali Tesla dapat menghasilkan berbagai macam produk baru yang benar-benar menarik konsumen, dan kecuali mereka dapat mengurangi beberapa antagonisme yang disebabkan oleh pemimpin mereka, Tesla akan dianggap telah melewati puncaknya dan akan mulai terpuruk,” Haigh menjelaskan.

    (fab/fab)