brand merek: Tesla

  • Usai Musk Bertemu Modi, Tesla Langsung Buka Lowongan di India

    Usai Musk Bertemu Modi, Tesla Langsung Buka Lowongan di India

    Jakarta

    Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, mengumumkan 13 lowongan pekerjaan di India pada Senin (17/02). Pengumuman posisi yang dibuka, mulai dari spesialis keterlibatan konsumen hingga manajer toko itu, diunggah di halaman LinkedIn perusahaan.

    Pengumuman ini muncul setelah kunjungan Perdana Menteri India, Narendra Modi, ke AS, di mana ia bertemu dengan CEO Tesla, Elon Musk, yang juga merupakan pegawai pemerintah khusus di bawah Presiden AS Donald Trump.

    Tidak ada rencana resmi yang diumumkan setelah pertemuan tersebut, tetapi Modi menulis di X bahwa ia membahas “ruang angkasa, mobilitas, teknologi, dan inovasi” dengan Musk.

    Sebagian besar lowongan pekerjaan yang diumumkan Tesla tersedia di pusat keuangan India, Mumbai, sementara lima posisi terbuka untuk kandidat di Mumbai atau ibu kota New Delhi.

    Tesla dan India

    Kehadiran Tesla di India sebelumnya masih dalam skala kecil, dan selama ini ada kekhawatiran terkait tingginya bea masuk. Namun, India baru-baru ini mengurangi pajak untuk mobil mewah dengan harga di atas $40.000 (Rp653 juta) dari 110% menjadi 70%, yang dilaporkan oleh surat kabar keuangan India The Economic Times sebagai alasan meningkatnya minat Tesla di negara tersebut.

    Penurunan pajak ini kemungkinan dipengaruhi oleh ancaman Trump untuk memberlakukan tarif balasan.

    India saat ini bukan pasar besar bagi kendaraan listrik, dengan hanya 100.000 unit terjual tahun lalu. Sebagai perbandingan, 11 juta kendaraan listrik terjual di Cina pada tahun yang sama.

    Namun, minat terhadap kendaraan listrik di India semakin meningkat.

    Tesla telah mempersiapkan infrastruktur penjualan di India sejak 2021. Namun, Musk sebelumnya mengatakan bahwa tarif tinggi menjadi penghambat bagi rencana Tesla di India. Harian bisnis lokal Business Standard melaporkan bahwa dalam panggilan pendapatan pada April 2024, Musk berencana untuk “menggunakan jalur produksi saat ini dengan lebih efisien.”

    Belum jelas apakah Tesla akan mendirikan pabrik manufaktur di India. Namun, Musk telah mencari peluang di India selama beberapa waktu. Tahun lalu, terdapat laporan bahwa Tesla sedang mencari lokasi untuk pabrik dan showroom di India.

    Musk juga berencana meluncurkan layanan internet satelitnya, Starlink, di India.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Para Petinggi OpenAI Hijrah Ikut Mira Murati Bikin Thinking Machines Lab

    Para Petinggi OpenAI Hijrah Ikut Mira Murati Bikin Thinking Machines Lab

    Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Chief Technology Officer (CTO) OpenAI, Mira Murati baru saja mengumumkan peluncuran perusahaan rintisannya yang bernama Thinking Machines Lab. Sam Altman mendapat lawan baru dengan beberapa orang di dalam startup AI teranyar itu berisikan mantan para petinggi OpenAI.

    Melansir dari Techcrunch, Rabu (19/2/2025) perusahaan ini berfokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang lebih dipahami secara luas, dapat disesuaikan, dan lebih mampu memenuhi berbagai kebutuhan unik penggunanya.

    Sebagai CEO, Murati mengarahkan Thinking Machines Lab dengan tujuan membangun alat dan sistem AI yang bekerja sama dengan manusia dan dapat beradaptasi dengan berbagai macam keahlian manusia. 

    Salah satu visi utama perusahaan ini adalah untuk menciptakan AI yang tidak hanya lebih kuat, tetapi juga lebih dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai spesifik individu.

    John Schulman, salah satu pendiri OpenAI, menjabat sebagai Kepala Ilmuwan perusahaan, sementara Barret Zoph, mantan Kepala Peneliti OpenAI, berperan sebagai Chief Technology Officer (CTO) di Thinking Machines Lab.

    Dalam sebuah posting blog yang dibagikan kepada TechCrunch, Thinking Machines Lab menjelaskan meskipun kemampuan AI telah berkembang pesat, masih ada kesenjangan utama dalam pemahaman publik mengenai cara kerja sistem AI. 

    Murati dan timnya berencana untuk fokus pada pengembangan sistem AI multimodal yang memungkinkan interaksi lebih baik antara manusia dan AI, serta dapat digunakan di berbagai bidang aplikasi, dari sains hingga pemrograman.

    Keamanan AI menjadi salah satu fokus utama perusahaan. Thinking Machines Lab berkomitmen untuk mencegah penyalahgunaan model AI yang mereka kembangkan dan berbagi praktik terbaik dalam menciptakan sistem AI yang aman dengan industri. 

    Pada saat yang sama, Thinking Machines Lab juga berencana untuk membuka pintu bagi penemuan ilmiah baru dan terobosan teknik melalui kemampuan AI canggih yang mereka bangun. 

    “Terobosan terpenting sering kali datang dari pemikiran ulang tujuan kami, bukan hanya mengoptimalkan metrik yang ada,” tulis perusahaan tersebut.

    Mira Murati sebelumnya menghabiskan enam tahun di OpenAI, dan sempat menjabat sebagai CEO sementara setelah pemecatan mendadak Sam Altman. 

    Sebelum bergabung dengan OpenAI, Murati pernah bekerja di Tesla dan Leap Motion, dua perusahaan terkemuka dalam teknologi AI dan perangkat keras.

    Thinking Machines Lab kini tengah merekrut ilmuwan dan insinyur pembelajaran mesin terkemuka, dengan 29 karyawan dari perusahaan-perusahaan top seperti OpenAI, Google DeepMind, dan Character AI.

    Meski belum mengonfirmasi rincian mengenai pendanaan, kabar beredar bahwa Murati tengah dalam pembicaraan untuk mengumpulkan lebih dari US$100 juta dari investor modal ventura. Perusahaan ini siap bersaing di dunia startup AI yang kini semakin berkembang pesat.

  • Tidak Ada yang Memilih Elon Musk!

    Tidak Ada yang Memilih Elon Musk!

    Jakarta

    Hubungan erat antara Elon Musk dan pemerintahan AS membuat segelintir orang murka. Mereka mengatakan tidak pernah memilih sang miliarder, yang belakangan makin menguatkan posisinya di era Presiden Donald Trump.

    Sekitar 30 orang berkumpul di luar showroom Tesla, Manhattan, melakukan protes. Unjuk rasa ini diorganisir oleh grup Rise and Resist pada 9 Februari silam. Musk diketahui telah menjadi ketua Department of Government Efficiency (DOGE), yang telah menarik kontroversi atas perombakan birokrasi dan anggaran pemerintah federal — termasuk USAID.

    Musk secara teknis adalah penasihat Donald Trump. Beberapa yakin bahwa intervensi Musk di pemerintahan akan mengacaukan banyak hal.

    “Ini adalah kudeta administratif,” kata Jamie Bauer, salah satu penyelenggara protes, selama protes.

    “Kami kesal dengan Musk yang mengambil alih pemerintahan. Tempat apa yang lebih baik daripada pergi ke showroom-nya?” lanjutnya.

    Demonstran lain, Ryan Toale, seorang pensiunan yang tinggal di dekat Union Square juga menyebut tindakan Musk sebagai kudeta.

    “Ini tentang kemarahan terhadap seseorang yang tidak dipilih tetapi memegang begitu banyak kekuasaan. Dia menghancurkan sesuatu yang dibangun selama 250 tahun. Ada masalah tetapi ada cara lain untuk memperbaikinya, bukan dengan kudeta,” serunya.

    Protes itu bermulai pada pukul 13.00 waktu setempat. Banyak yang membawa papan unjuk rasa termasuk tulisan ‘Tidak Ada Diktator di AS’. Ada juga ajakan untuk memboikot Tesla.

    “Kami ingin Tesla diboikot. Ada kendaraan listrik lain yang lebih aman,” ujar mereka.

    Beberapa pejalan kaki melirik para pengunjuk rasa atau memperhatikan mereka saat mereka lewat. Beberapa terlihat merekamnya dengan ponsel. Seorang wanita yang sedang mengemudi membunyikan klakson untuk memberi dukungan.

    Sampai akhirnya, demo itu membawa hampir semua dari mereka masuk dan berbaris mengelilingi ruangan. Mereka mengangkat papan masing-masing dan meneriakkan slogan-slogan mereka. Para karyawan tetap berada di belakang. Terlihat dua orang menelepon sambil mengawasi para pengunjuk rasa dengan saksama.

    Tidak ada kerusakan yang terjadi pada mobil-mobil yang dipajang, meskipun beberapa meninggalkan plakat di kap mesin atau bagasi sebelum berbaris keluar.

    Beberapa menit kemudian, enam petugas polisi muncul dan mulai mengelilingi kelompok pengunjuk rasa. Para karyawan ruang pamer terlihat memeriksa mobil-mobil sebelum mengunci pintu dan mengambil semua plakat yang tertinggal. Tidak ada yang ditangkap atau ditegur.

    Aksi protes itu berakhir pada pukul 2 siang. Bauer mengindikasikan bahwa akan ada aksi protes lain dalam waktu dekat, dan pengunjuk rasa lainnya tampak bersemangat untuk terus berunjuk rasa menentang Musk. Demikian melansir Amny.

    (ask/ask)

  • Profesi Ini Rawan PHK Massal, Penggantinya Makin Banyak

    Profesi Ini Rawan PHK Massal, Penggantinya Makin Banyak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam kurun waktu 2023-2027, diprediksi 83 juta lapangan pekerjaan akan hilang. Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) berjudul ‘Future of Work 2023’ mengungkap beberapa profesi yang rawan punah.

    Beberapa di antaranya adalah teller bank, petugas pos, kasir dan loket, data entry, stock-keeping, staf akuntansi dan payroll, sales door-to-door, hingga staf statistik dan asuransi.

    Pemicunya adalah perkembangan teknologi canggih yang membuat beberapa pekerjaan sudah tak relevan dan bisa digantikan. Teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu yang disorot sebagai pemicu.

    Apalagi, pengembangan AI juga mengarah ke robot humanoid yang digenjot beberapa raksasa teknologi seperti Nvidia, Tesla, dan terbaru Meta.

    Meta Platforms mendirikan divisi baru di dalam Reality Labs untuk mengembangkan robot humanoid berbasis AI. Robot ini bisa membantu tugas fisik, menurut memo internal perusahaan yang dilaporkan Reuters.

    Dalam memo tersebut, Chief Technology Officer (CTO) Meta Andrew Bosworth mengatakan tim divisi robot akan fokus pada riset dan pengembangan terkait robot humanoid konsumen dengan tujuan mengoptimalkan kapabilitas platform Llama.

    Llama merupakan model fondasi AI milik Meta yang menjadi tulang punggung produk-produk AI generatif sang raksasa media sosial.

    Pengumuman baru ini menunjukkan langkah besar Meta untuk mengembangkan teknologi AI lebih jauh lagi. Tentu, hal ini dibarengi dengan ongkos yang tidak sedikit. Sebagai informasi, Unit AI Meta pada kuartal keempat tahun lalu merugi US$5 miliar.

    Beberapa raksasa teknologi memang tak ragu menggelontorkan miliaran dolar AS untuk pengembangan perangkat AI yang ditujukan membantu tugas manufaktur, logistik, dan rumah tangga.

    Ilmuwan komputer Fei-Fei Li pada tahun lalu meluncurkan startup spatial intelligence bernama World Labs. Sementara CEO Tesla Elon Musk mengatakan robot humanoid ‘Optimus’ bisa digunakan untuk mengerjakan tugas sehari-hari dan akan dijual ke konsumen akhir.

    Pekan lalu, Apptronik mengamankan pendanaan US$350 juta yang dibekingi beberapa investor termasuk Alphabet, untuk meningkatkan skala produksi robot humanoid yang dirancang bekerja di fasilitas manufaktur dan gudang.

    Meta berencana mengembangkan robot humanoid yang menargetkan rumah tangga. Perusahaan lebih fokus mengembangkan AI, sensor, dan software yang menjadi fondasi produksi robot untuk dijual ke perusahaan-perusahaan lain, menurut laporan Bloomberg.

    Meta dikatakan sudah berdiskusi dengan beberapa perusahaan robotik seperti Unitree Robotics dan Figure AI. Laporan itu menyebut Meta dalam waktu dekat belum berencana meluncurkan robot dengan merek sendiri.

    (fab/fab)

  • Diancam, Pembuat ChatGPT Tetap Tolak Ribuan Triliun dari Elon Musk

    Diancam, Pembuat ChatGPT Tetap Tolak Ribuan Triliun dari Elon Musk

    Jakarta

    Sekalipun sudah diancam, pembuat ChatGPT OpenAI tetap menolak tawaran akuisisi dari konsorsium yang dipimpin Elon Musk, yang nilainya mencapai USD 97,4 miliar atau sekitar Rp 1.592 triliun tersebut.

    Menurut dewan direksi OpenAI, startup tersebut tidak akan dijual dan tawaran lain ke depannya akan menjadi tidak jujur, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (17/2/2025).

    Ini adalah respon OpenAI terhadap “ancaman” Elon Musk yang menyebut akan memaksa untuk mengakuisisi OpenAI jika mereka tidak menyetop perubahan OpenAI menjadi perusahaan “for profit” atau perusahaan yang mencari keuntungan, dari yang sebelumnya merupakan perusahaan non profit.

    “OpenAI tidak akan dijual, dan dewan direksi sudah sepakat untuk menolak percobaan Musk terbaru untuk mendisrupsi kompetitornya. Jika ke depannya akan ada potensi reorganisasi di OpenAI maka tujuannya adalah memperkuat misi nonprofit kami dan memastikan AGI (artificial general intelligence) akan menguntungkan untuk manusia,” kata Chairman OpenAI Bret Taylor di X.

    Pernyataan Taylor ini kemudian dikomentari oleh Marc Toberoff, pengacara Musk. Menurutnya OpenAI akan mengontrol penuh perusahaan pencari keuntungan OpenAI, dan langkah tersebut hanya akan memperkaya beberapa dewan direksinya, bukan untuk kemanusiaan.

    OpenAI pada Desember lalu mengungkap rencananya untuk merombak struktur perusahaan, dan menyebut akan membuat perusahaan yang menguntungkan publik tersebut lebih mudah menggalang dana, serta menghilangkan pembatasan yang ada pada startup non profit.

    Langkah inilah, yang menurut Musk, akan berbahaya untuk publik. Untuk itulah ia berencana membeli OpenAI bersama konsorsium yang ia pimpin.

    “Jika Dewan Direksi OpenAI mau mempertahankan misinya untuk beramal (menjadi perusahaan non profit) dan menegosiasikan pencabutan tanda ‘dijual’ dari asetnya dengan menyetop konversi, Musk akan menarik tawarannya,” kata pengacara Musk Mark Toberoff saat mendaftarkan rencananya itu di pengadilan California, Amerika Serikat.

    Sebelumnya tawaran Musk itu sudah dimentahkan oleh CEO OpenAI Sam Altman. Alih-alih, Altman malah menawar untuk membeli X/Twitter.

    “Tidak terima kasih, tapi kami akan membeli Twitter senilai $9,74 miliar jika Anda mau,” kata Altman dalam postingannya di X.

    Tawaran USD 97 miliar yang diajukan Musk jauh lebih rendah dibandingkan valuasi OpenAI sebesar USD 157 miliar setelah putaran pendanaan terakhirnya pada Oktober 2024. Upaya Musk mengambil alih OpenAI didukung oleh xAI, serta beberapa pemodal seperti Baron Capital Group dan Valor Management.

    Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada tahun 2015 sebagai perusahaan nirlaba. Namun hubungan Musk dengan Altman mulai memburuk setelah bos Tesla dan SpaceX itu meninggalkan direksi OpenAI pada tahun 2018.

    (asj/asj)

  • OpenAI Tolak Mentah-Mentah Tawaran Akuisisi Elon Musk Senilai Rp 1.594 Trilun – Page 3

    OpenAI Tolak Mentah-Mentah Tawaran Akuisisi Elon Musk Senilai Rp 1.594 Trilun – Page 3

    Elon Musk bersama konsorsium investor dikabarkan siap menggelontorkan uang sebesar USD 97,4 miliar atau Rp 1,594 triliun untuk membeli OpenAI.

    Niat Elon Musk beli OpenAI ini dikonfirmasi langsung oleh pengacaranya, Marc Toberoff.

    “Sudah waktunya bagi OpenAI untuk kembali ke kekuatan open-source berfokus pada keselamatan seperti dulu,” kata Elon Musk dalam pernyataan ke The Wall Street Journal, Selasa (11/2/2025).

    Namun, CEO OpenAI Sam Altman tampaknya tidak tertarik dengan tawaran dari bos Tesla, X, dan SpaceX tersebut.

    Lewat akun X Twitter-nya, Sam Altman menyidir tentang rencana Elon Musk dan konsorsium investor untuk membeli pembuat ChatGPT tersebut.

    “Tidak, terima kasih, tapi kami akan membeli Twitter seharga USD 9,74 miliar jika Anda mau,” cuit Sam Altman di X.

    Rivalitas Lama Elon Musk dan Sam Altman

    Elon Musk dan Sam Altman awalnya sama-sama mendirikan OpenAI, dengan visi menjadikan kecerdasan buatan lebih transparan dan terbuka bagi publik.

    Akan tetapi, Musk memutuskan untuk hengkang dari perusahaan tersebut pada 2018 setelah terjadi perbedaan visi mengenai arah pengembangan AI.

    Sejak itu, kedua pimpinan raksasa teknologi ini sering terlibat perselisihan. Musk sendiri sempat mengkritik pembuat ChatGPT ini karena semakin komersil dan jauh dari prinsip awal perusahaan didirikan.

    Di sisi lain, Altman berpendapat, model bisnis mereka saat ini diperlukan agar perusahaan AI bisa terus berkembang.

    Jika Elon Musk berhasil mengakuisisi OpenAI, kemungkinan besar ia akan mengubah kebijakan perusahaan, terutama dengan pendekatan open-source selama ini ia perjuangkan.

  • Ini Ancaman Elon Musk untuk Pembuat ChatGPT

    Ini Ancaman Elon Musk untuk Pembuat ChatGPT

    Jakarta

    Elon Musk tampaknya tak main-main dalam rencananya untuk mengakuisisi OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT.

    Tawaran senilai USD 97,4 miliar atau sekitar Rp 1.592 triliun itu memang langsung ditolak mentah-mentah oleh CEO OpenAI Sam Altman. Namun kemudian Musk menyebut baru akan menyetop rencana akuisisinya itu jika OpenAI kembali menjadi perusahaan non profit.

    “Jika Dewan Direksi OpenAI mau mempertahankan misinya untuk beramal (menjadi perusahaan non profit) dan menegosiasikan pencabutan tanda ‘dijual’ dari asetnya dengan menyetop konversi, Musk akan menarik tawarannya,” kata pengacara Musk Mark Toberoff saat mendaftarkan rencananya itu di pengadilan California, Amerika Serikat.

    Seperti diketahui, Musk dan sejumlah investor mengajukan penawaran ke dewan direksi OpenAI untuk mengambil alih divisi non profit perusahaan AI tersebut, demikian dikutip detikINET dari The Guardian, Jumat (14/2/2025).

    OpenAI sejatinya dipimpin oleh dewan direksi non profit yang terikat pada tujuan awal mereka, yaitu membuat AI yang menguntungkan publik. Namun kini OpenAI menjadi perusahaan yang bisnisnya bertumbuh dengan cepat, dan pada 2024 lalu mengungkap rencananya untuk mengubah struktur perusahaannya secara formal.

    Hal ini membuat Musk dan startup AI-nya yang bernama xAI, bersama konsorsium investor mau mengakuisisi saham pengendali milik divisi non profit OpenAI, yang mengontrol anak perusahaannya yang mau diubah menjadi perusahaan pencari keuntungan.

    Rencana akuisisi ini menjadi babak baru dari perselisihan antara Musk dan Altman. Sebelumnya Musk pernah menggugat Altman karena rencana perubahan OpenAI menjadi perusahaan pencari keuntungan.

    Tawaran USD 97 miliar yang diajukan Musk jauh lebih rendah dibandingkan valuasi OpenAI sebesar USD 157 miliar setelah putaran pendanaan terakhirnya pada Oktober 2024. Upaya Musk mengambil alih OpenAI didukung oleh xAI, serta beberapa pemodal seperti Baron Capital Group dan Valor Management.

    Musk dan Altman mendirikan OpenAI pada tahun 2015 sebagai perusahaan nirlaba. Namun hubungan Musk dengan Altman mulai memburuk setelah bos Tesla dan SpaceX itu meninggalkan direksi OpenAI pada tahun 2018.

    Altman saat ini sedang berusaha mengubah struktur OpenAI dari perusahaan nirlaba (non-profit) menjadi for-profit. Langkah ini diprotes, sampai digugat oleh Musk karena dianggap meninggalkan misi pendiriannya untuk mengembangkan AI demi kepentingan umat manusia.

    (asj/asj)

  • Tanda-Tanda Kehancuran Tesla Mulai Terlihat, China Biang Keroknya

    Tanda-Tanda Kehancuran Tesla Mulai Terlihat, China Biang Keroknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Negeri Tirai Bambu alias China terus melakukan pengembangan baru di sektor teknologi. Saat ini, perusahaan otomotif asal China yakni BYD mengumumkan rencana untuk mengembangkan teknologi kendaraan otonom dengan DeepSeek.

    Di lain sisi, saham perusahaan otomotif asal Amerika Serikat (AS) yakni Tesla terpantau menurun hingga 6% pada awal pekan ini.

    Harga saham Tesla telah merosot selama lima hari berturut-turut, turun hampir 17% dalam rentang waktu tersebut menjadi US$ 328,50 (Rp 6,2 jutaan), dan menghapus lebih dari US$ 200 miliar (Rp 3,2 triliun) kapitalisasi pasarnya, demikian dilansir dari CNBC Internasional, dikutip Minggu (16/2/2025).

    Adapun, DeepSeek yakni perusahaan AI yang sedang naik daun itu akan menawarkan sistem seperti Autopilot di hampir semua mobil baru BYD.

    Foto: via REUTERS/Tesla
    CEO Tesla dan pemilik X, Elon Musk, menaiki robotaxi Tesla pada acara peluncuran di Los Angeles, California, AS, 10 Oktober 2024. (Tesla/HO Via Reuters)

    Hal itu menambah kekhawatiran bahwa perusahaan milik Elon Musk bakal kian tertinggal di belakang pesaingnya.

    Selain itu juga muncul kecemasan di kalangan investor usai laporan yang menyebut Musk memimpin kelompok investor yang ingin mencaplok OpenAI.

    BYD, yang telah muncul sebagai saingan terberat Tesla di panggung mobil listrik dunia, mengatakan bahwa setidaknya 21 kendaraan model baru mereka akan dilengkapi dengan sistem mengemudi otomatis yang mencakup fitur untuk parkir otomatis dan navigasi di jalan raya.

    Tesla sendiri belum menawarkan robotaxi dan mobil listriknya saat ini membutuhkan pengemudi manusia untuk tetap berada di belakang kemudi untuk bisa menyetir atau mengerem kapan saja.

    Pada panggilan pendapatan Tesla bulan lalu, Musk mengatakan bahwa perusahaan ini bertujuan untuk meluncurkan “Sistem Pengemudi Mandiri Penuh Tanpa Pengawasan,” dan layanan berbagi tumpangan tanpa pengemudi di Austin, Texas, pada Juni 2025 mendatang.

    Sementara Waymo milik Alphabet telah mengoperasikan layanan robotaxi di Austin dan juga di beberapa bagian Phoenix, San Francisco.

    “Dalam pandangan kami, persaingan antara Waymo, Tesla, dan sejumlah pemain China merupakan pendorong utama dalam perjalanan menuju komersialisasi robotaksi,” tulis analis Morgan Stanley dalam sebuah catatan kepada klien setelah pengumuman BYD.

    (wur)

  • Bukan Toyota atau Honda, Ini Dia Raja Jalanan Mobil Dunia

    Bukan Toyota atau Honda, Ini Dia Raja Jalanan Mobil Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selera pasar mobil dunia nyatanya berbeda dengan pasar mobil Indonesia. Perusahaan konsultan otomotif Focus2Move merilis data penjualan mobil pada 2024 lalu. Dalam laporannya, ternyata Tesla Y menjadi mobil terlaris di dunia sepanjang 2024 lalu.

    Sedangkan, masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai mobil di segmen multi purpose vehicle (MPV).

    Mobil terlaris di Indonesia dalam dua tahun terakhir dipegang oleh Toyota Innova, setahun sebelumnya pada tahun 2022 muncul city car Honda Brio yang menjadi mobil terlaris. Sedangkan di 2021 mobil sejuta umat Toyota Avanza yang penjualannya paling tinggi. Selama belasan tahun, Toyota Avanza selalu menjadi mobil terlaris di RI.

    Sementara mobil listrik China BYD M6 menguasai pasar mobil listrik Indonesia dengan penjualan 6.124 unit. Padahal BYD baru melakukan penjualan di RI pada pertengahan tahun atau di Juni 2024. BYD pun menjadi mobil terlaris mengalahkan semua mobil listrik. Dan, langsung meroket sebagai pendatang baru di deret 15 merek mobil terlaris di Indonesia sepanjang tahun 2024.

    Mobil Terlaris di Dunia

    Dalam laporan perusahaan konsultan otomotif Focus2Move, Tesla Y terjual 1,09 juta unit. Dua mobil Toyota mencatatkan penjualan di atas 1 juta unit yakni Toyota Corolla sebanyak 1,08 juta unit serta Toyota RAV4 terjual 1,02 juta unit.

    “Dalam laporan unik ini, kami memberi peringkat mobil dan kendaraan komersial ringan terlaris di dunia, dengan menggabungkan data dari 162 negara yang kami lacak setiap bulan. Data yang dilaporkan diperbarui dengan angka pendaftaran terakhir yang tersedia yang bersumber dari otoritas resmi setempat, negara demi negara,” tulis dilansir dari situsnya.

    Foto: Infografis/Avanza & Xpander Minggir! Ini Mobil Terlaris Semester-1 2022/Aristya Rahadian
    Avanza & Xpander Minggir! Ini Mobil Terlaris Semester-1 2022

    Sedangkan mobil lainnya terjual di bawah 1 juta unit, misalnya Ford F-Series terjual 903.454 unit, Honda CR-V terjual 738.743 unit serta Chevrolet Silverado terjual 639.889 unit.

    Berikut daftar 10 mobil terlaris di dunia:

    Tesla Model Y: 1,09 juta unit
    Toyota Corolla: 1,08 juta unit
    Toyota RAV4: 1,02 juta unit
    Ford F-Series: 903.454 unit
    Honda CR-V: 738.743 unit
    Chevrolet Silverado: 639.889 unit
    Hyundai Tucson: 609.014 unit
    Toyota Camry: 580.297 unit
    BYD Song: 574.351 unit
    Volkswagen Tiguan: 543.351 unit

    (fys/wur)

  • Rilis Senin Besok, Elon Musk Klaim Grok 3 Buatan X Lebih Pintar dari Deepseek dan ChatGPT – Halaman all

    Rilis Senin Besok, Elon Musk Klaim Grok 3 Buatan X Lebih Pintar dari Deepseek dan ChatGPT – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Persaingan industri kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence (AI) pada awal tahun 2025 ini bisa dibilang kian memanas setelah Elon Musk mengumumkan bakal merilis Grok 3 pada Senin (17/2/2025).

    Seperti yang diketahui sebelumnya, panasnya persaingan industri kecerdasan buatan ini terjadi setelah munculnya produk AI buatan China pada awal tahun ini yakni Deepseek dan Qwen.

    Kedua produk AI asal negeri bambu tersebut diklaim jauh lebih pintar dan ekonomis dari Meta AI ataupun ChatGPT yang selama ini mendominasi.

    Akibat dirilisnya produk AI dari China tersebut, saham-saham teknologi asal negara barat yang erat kaitannya dengan pengembangan AI di ChatGPT atau Meta pun bertumbangan.

    Seolah tak mau kalah, para pengembang AI dari negeri barat pun melakukan “balasan” dengan merilis teknologi kecerdasan buatan yang diklaim memiliki kemampuan lebih pintar.

    Hal ini terjadi setelah perusahaan rintisan (startup) berbasis kecerdasan buatan milik Elon Musk, yakni xAI, berencana meluncurkan chatbot bernama Grok 3 pada Senin esok.

    Sosok bos perusahaan mobil listrik pintar Tesla tersebut bahkan mengklaim bahwa produk AI buatan xAI ini lebih cerdas daripada ChatGPT ataupun Deepseek.

    “Peluncuran Grok 3 dengan demonstrasi langsung akan dilakukan pada Senin malam pukul 20.00 waktu Pasifik. Ini adalah kecerdasan buatan terpintar di Bumi.” tulis Elon Musk dalam cuitannya pada Minggu (16/2/2025).

    Sebelumnya, Elon Musk mengungkapkan rencana peluncuran chatbot Grok 3 dalam sebuah konferensi video yang digelar di World Government Summit di Dubai pada hari Kamis (13/2/2025).

    Ia menyatakan bahwa model AI ini akan melampaui kemampuan semua chatbot pesaing yang telah dirilis sebelumnya.

    Musk juga menegaskan bahwa model tersebut dilatih menggunakan data sintetis dan memiliki kemampuan untuk mengenali kesalahan yang dibuat dengan menganalisis data guna mencapai konsistensi logis.

    Keyakinan Musk terkait kemampuan Grok 3 ini pun menjadi perhatian banyak pihak mengingat sosoknya bisa dibilang sebagai pemain lama di dunia kecerdasan buatan.

    Hal ini terjadi mengingat Musk merupakan salah satu pendiri OpenAI bersama Sam Altman pada tahun 2015.

    Perusahaan AI yang kini dipimpin Altman tersebut saat ini dikenal menjadi sosok yang mendominasi industri kecerdasan buatan melalui Chat GPT sebelum mereka mulai diusik dengan kehadiran Deepseek yang hadir dengan biaya lebih murah dan kemampuan lebih pintar.

    Konflik Musk dan OpenAI kian Panas

    Kehadiran Grok 3 yang akan dirilis besok ini bisa dibilang bak menuangkan bensin di kobaran api mengingat Musk dan OpenAI yang dipimpin oleh Sam Altman tengah bersitegang.

    Hal ini terjadi setelah Musk mencoba untuk membeli perusahaan kecerdasan buatan yang berbasis di San Fransisco tersebut .

    Sebelumnya, pada Selasa (11/2/2025), Musk dirumorkan akan membeli OpenAI melalui sebuah konsorsium dengan dana sekitar $97,4 miliar atau setara Rp1.592 triliun 

    Menanggapi hal tersebut, Dewan Direksi OpenAI, akhirnya angkat bicara terkait isu alih kepemilikan yang dikabarkan akan dilakukan oleh Elon Musk.

    Dikutip dari Reuters, pada Rabu (12/2/2025), Dewan Direksi OpenAI menegaskan bahwa mereka belum menerima penawaran resmi dari pihak mana pun, termasuk dari konsorsium yang dipimpin oleh Elon Musk

    Pernyataan ini bertentangan dengan klaim pengacara Musk, Marc Toberoff, yang sehari sebelumnya menyatakan bahwa tawaran pembelian telah dikirimkan kepada penasihat hukum eksternal OpenAI di firma Wachtell, Lipton, Rosen & Katz melalui email pada Senin (10/2/2025).

     Menurut Toberoff, dokumen penawaran sepanjang empat halaman itu telah ditandatangani oleh Musk dan beberapa investor lainnya serta ditujukan kepada dewan direksi.

    “Apakah Sam Altman memilih untuk menyampaikan atau menahan informasi ini dari anggota dewan lainnya adalah di luar kendali kami,” ujar Toberoff, merujuk pada CEO OpenAI.

    ENGGAN JUAL OPENAI – CEO OpenAI Sam Altman dalam sebuah wawancara yang diunggah di channel YouTube Y Combinator pada 8 November 2024. Dewan direksi OpenAI pada hari Rabu ini (12/2/2025) menegaskan pihaknya belum menerima penawaran resmi dari mana pun termasuk konsorsium yang dipimpin Elon Musk.

    Menanggapi hal tersebut, Sam Altman selaku CEO OpenAI memberikan bantahan keras.

    Dalam wawancara dengan Reuters, Altman menegaskan, “OpenAI tidak dijual!”

    Ia juga menyebut bahwa tawaran dari konsorsium yang dipimpin Musk tidak perlu dianggap serius.

     “Ini adalah salah satu taktiknya untuk mencoba mengganggu kami,” kata Altman, merujuk pada Musk .

     Altman juga menilai langkah Musk sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.

    “Saya tidak punya kata apa pun untuk disampaikan. Menurut saya, ini (tawaran Musk) adalah hal yang konyol,” ujarnya dalam sela-sela KTT AI di Paris.

    Dalam pesan internal kepada karyawan pada Senin (10/2/2025), Altman menambahkan bahwa meskipun dewan direksi belum secara resmi meninjau penawaran tersebut, mereka berencana untuk menolaknya demi menjaga misi OpenAI.

     (Tribunnews.com/Bobby)