brand merek: Tesla

  • Petaka Buat Driver Online Meluas, Tandanya Muncul di Amerika

    Petaka Buat Driver Online Meluas, Tandanya Muncul di Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia — Ancaman terhadap pekerjaan para driver online makin nyata. Waymo, perusahaan robotaxi milik Alphabet, memperluas operasi mobil tanpa pengemudinya ke jalan tol di tiga kota besar Amerika Serikat, yakni San Francisco, Phoenix, dan Los Angeles.

    Waymo kini mengizinkan robotaxi membawa penumpang melalui rute freeway, jalur yang jauh lebih cepat dan menjadi tulang punggung transportasi harian warga AS. Ekspansi ini dilakukan ketika perusahaan melihat teknologi autonomous driving-nya cukup matang untuk beroperasi pada kecepatan tinggi.

    Co-CEO Waymo Dmitri Dolgov menegaskan bahwa navigasi di freeway adalah tantangan berat bagi sistem otonom karena membutuhkan presisi ekstrem tanpa campur tangan manusia.

    “Berkendara di freeway adalah hal yang sangat mudah dipelajari, tetapi sangat sulit dikuasai ketika kita berbicara tentang otonomi penuh tanpa pengemudi cadangan manusia, dan dalam skala besar,” kata Dolgov, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (16/11/2025).

    Ekspansi ini bukan keputusan instan. Waymo telah menguji kendaraan di freeway selama lebih dari 10 tahun, termasuk uji simulasi skenario ekstrem seperti motor yang menyalip di antara jalur, mobil terguling, hingga manuver masuk-keluar freeway. Selama setahun terakhir, Alphabet bahkan menguji rute freeway ini bersama pegawai internal.

    Untuk dapat beroperasi di freeway, Waymo juga harus menjalani protokol tambahan dan bekerja sama dengan otoritas keselamatan di California dan Arizona.

    Sejauh ini perluasan layanan Waymo semakin agresif. Selain empat kota yang sudah beroperasi penuh, perusahaan menargetkan ekspansi ke Miami, San Diego, dan Washington D.C. pada 2026. Uji coba juga sedang berlangsung di New York, Tokyo, dan London.

    Waymo juga memperluas layanan di Bay Area hingga ke San Jose, termasuk layanan ke Bandara Internasional San Jose Mineta, bandara kedua yang dilayani robotaxi setelah Sky Harbor Phoenix.

    Kondisi ini menempatkan pesaing seperti Tesla di bawah tekanan. Meski Tesla memasarkan layanan “Robotaxi”, perusahaan Elon Musk itu masih mengoperasikan layanan mobil dengan pengemudi manusia, bukan layanan robotaxi komersial seperti Waymo, karena keterbatasan teknis dan persyaratan perizinan di California.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Wall Street Melemah Tertekan Valuasi AI tetapi Nasdaq Menguat

    Wall Street Melemah Tertekan Valuasi AI tetapi Nasdaq Menguat

    Jakarta, Beritasatu.com – Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat (14/11/2025). Namun, Nasdaq Composite justru bangkit setelah investor kembali memburu saham teknologi yang sehari sebelumnya menekan pasar ke koreksi terdalam dalam lebih dari sebulan.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/11/2025), Nasdaq yang sarat emiten teknologi naik 0,13% ke 22.900,59, memutus tren penurunan tiga hari berturut-turut. Sementara S&P 500 melemah tipis 0,05% ke 6.734,11 dan Dow Jones Industrial Average turun 309,74 poin (0,65%) ke 47.147,48.

    Ketiga indeks sempat jatuh dalam pada awal sesi. Nasdaq dan S&P 500 masing-masing anjlok hingga 1,9% dan 1,4%, sedangkan Dow Jones sempat merosot hampir 600 poin sebelum memangkas sebagian pelemahan.

    Pemulihan mulai terlihat ketika investor masuk kembali ke saham teknologi, terutama emiten berbasis artificial intelligence (AI), seperti Nvidia dan Oracle. Saham Palantir serta Tesla, yang sehari sebelumnya melemah lebih dari 6%, juga ikut bangkit. Sektor teknologi melalui ETF XLK menguat 0,5% setelah sehari sebelumnya terkoreksi 2%.

    Pada Kamis (13/11/2025), Wall Street mencatat pelemahan harian terdalam sejak 10 Oktober. Dow Jones merosot sekitar 800 poin, menghapus lonjakan sesi sebelumnya ketika sempat menyentuh 48.000. Nasdaq pun jatuh lebih dari 2% akibat aksi jual besar pada raksasa teknologi.

    “Kita sedang berada pada fase bolak-balik antara sentimen risk on dan risk off,” ujar Client Portfolio Manager Zacks Investment Management Brian Mulberry.

    Menurut Mulberry, investor saat ini sedang melakukan reposisi portofolio jelang akhir tahun di tengah tingginya konsentrasi pada saham-saham teknologi. Ia memperkirakan volatilitas 1%-2% masih akan terjadi hingga akhir 2025.

    Kekhawatiran pasar terhadap valuasi sektor teknologi kembali meningkat, terutama setelah kejatuhan saham Oracle. Investor menyoroti lonjakan valuasi AI, meningkatnya beban utang korporasi, serta kebutuhan belanja modal (capex) yang kian besar.

    “AI benar-benar sedang menguji batas kemampuan model perhitungan Wall Street,” ujar VP Portfolio Management Mercer Advisors David Krakauer.

    Krakauer menjelaskan ekspektasi pertumbuhan yang besar namun belum terukur membuat valuasi teknologi sangat sensitif terhadap perubahan kecil dalam proyeksi laba maupun suku bunga.

    Pada sisi lain, pasar juga mencermati prospek kebijakan moneter menjelang pertemuan The Fed pada Desember. Peluang pemangkasan suku bunga 25 bps kini turun menjadi di bawah 50%, dari 62,9% di awal pekan dan jauh dari 95,5% sebulan sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool.

    Penutupan pemerintahan AS selama lebih dari enam minggu yang menjadi yang terpanjang dalam sejarah berakhir pada Rabu malam. 

    Namun, berakhirnya shutdown tidak otomatis menghadirkan kepastian. Sejumlah data ekonomi penting yang seharusnya dirilis selama periode tersebut kemungkinan tidak akan pernah dipublikasikan, menurut juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt.

    Kondisi ini menambah ketidakpastian pasar yang sudah tertekan oleh volatilitas sektor teknologi dan prospek suku bunga.

  • Apa yang Halangi Elon Musk Jadi Triliuner Pertama di Dunia?

    Apa yang Halangi Elon Musk Jadi Triliuner Pertama di Dunia?

    Jakarta

    Bahkan kacamata hitam paling gelap pun tak sanggup menahan silaunya janji upah satu triliun dolar dari para pemegang saham Tesla, produsen kendaraan listrik AS, bagi miliarder Elon Musk. Meski demikian, iming-iming tersebut cuma akan terwujud jika ia berhasil mencapai target yang nyaris mustahil.

    Untuk mengaktifkan paket kompensasi itu, Musk harus mampu menjual satu juta unit robotaxi alias wahana angkut tanpa pengemudi manusia, dan memproduksi satu juta robot humanoid Optimus, yang digerakkan oleh kecerdasan buatan (AI).

    Jika semua itu terjadi, Tesla akan bernilai 8,5 triliun dolar – enam kali lipat dari nilai saat ini yang mencapai 1,43 triliun USD – dan Musk menjadi manusia pertama yang menyeberang batas triliuner. Sekalipun ia gagal mencapai target, Musk tidak akan kekurangan uang, tetapi pertanyaan sebenarnya adalah: Mampukah ia mewujudkannya?

    Penggemar Tesla menaruh kepercayaan pada Musk

    Alexandra Merz, pemegang saham Tesla yang dikenal sebagai TeslaBoomerMama, mendukung paket kompensasi, serta sangat yakin Elon Musk adalah “eksekutor terbaik di dunia.”

    “Saya meyakini dia akan mencapai tonggak sejarah. Dia telah menunjukkan kepada kita sebelumnya apa yang mungkin,” ujarnya kepada Bloomberg baru-baru ini.

    Lebih dari tiga perempat pemegang saham Tesla menyetujui kesepakatan gaji Musk pada Kamis lalu (6/11) setelah sengketa hukum selama tujuh tahun dan penolakan dari beberapa investor, termasuk CalPERS, dana pensiun publik terbesar di Amerika Serikat.

    CalPERS mengkhawatirkan bertambahnya kekuasaan Musk atas Tesla. Berdasarkan kesepakatan saham tersebut, Musk bisa mengamankan hingga 25% hak suara pemegang saham, dari hanya 13% saat ini. Kritikus berpendapat, jika Musk punya seperempat saham Tesla, ia memegang kendali yang sangat besar, bisa membungkam perbedaan pendapat, dan menjalankan perusahaan dengan pengawasan minimal.

    Musk bisa memiliki terlalu banyak kekuasaan

    “Kesepakatan ini lebih dari sekadar skandal, ini adalah penipuan,” kata Minow kepada DW, soal bagaimana Musk memindahkan Tesla dari negara bagian Delaware yang ramah bisnis ke Texas dengan biaya besar setelah paket gaji sebelumnya senilai 56 miliar USD dua kali dibatalkan oleh pengadilan Delaware.

    “Kemudian, dengan biaya besar pula, dia membayar pelobi, pengacara, dan legislator untuk mengesahkan undang-undang baru yang secara signifikan membatasi kemampuan pemegang saham untuk menentang rencana gaji,” yang menurutnya memberikan wewenang kepada dewan direksi untuk memberikan kompensasi Musk “sesuai kehendak mereka, bahkan jika tujuan-tujuan tersebut tidak tercapai.”

    Ketidaksetaraan ekstrem yang mengkhawatirkan

    Joanna Bryson, profesor etika dan teknologi di Hertie School of Governance Berlin, berpendapat bahwa kesepakatan gaji Musk merupakan simbol masalah yang lebih luas dalam tata kelola di AS, bagaimana pertumbuhan dan kekuatan Big Tech menciptakan ketidaksetaraan yang ekstrem, yang menurutnya “tidak berkelanjutan.”

    “Ada masalah keamanan besar ketika seorang individu memiliki kekuasaan lebih besar daripada negara,” katanya kepada DW.

    Bryson memberikan contoh buruknya ketidaksetaraan dunia saat ini seperti ketika Perang Dunia I dan gelembung pasar saham AS sebelum 1929.

    “Segala sesuatu yang memberikan jumlah uang yang tidak proporsional kepada satu orang menciptakan entropi, atau pergeseran dari keteraturan menuju kekacauan.”

    Masalah yang lebih besar lagi adalah risiko ketergantungan pada satu sosok kunci. Dalam kasus Musk, akan berdampak buruk bagi Tesla jika ia tidak bisa menjalankan perannya karena mundur, sakit, kehilangan fokus, atau meninggal dunia.

    Kesuksesan Tesla sangat bergantung pada kepemimpinan, visi, dan eksekusi Musk. Perusahaan dapat menjadi rentan jika ia terganggu oleh usaha lainnya, seperti SpaceX atau xAI.

    Terlalu banyak distraksi

    Musk sudah dikritik karena melupakan tugas utamanya awal tahun ini saat ia bergabung dengan pemerintahan Trump sebagai kepala DOGE (Departemen Efisiensi Pemerintahan, bukan meme koin).

    Masa jabatannya yang singkat di DOGE memicu reaksi balik yang merembet ke operasi Tesla, dengan protes di luar pabrik, seruan boikot, dan bahkan insiden sabotase yang mengganggu produksi dan merusak kepercayaan investor.

    Musk mundur dari DOGE setelah 130 hari, dan pada Juli meluncurkan gerakan politik barunya, Partai Amerika, bertujuan menantang sistem dua partai dan mengubah arah perdebatan nasional.

    Bagi sebagian investor, risiko Musk akan terdistraksi bukan sekadar kemungkinan, tapi sedang terjadi secara nyata.

    “Jika kepemilikan sahamnya saat ini saja belum cukup memotivasi Musk, maka kesepakatan gaji baru ini pun tidak akan mampu membuatnya fokus dan berhenti dari berbagai proyek sampingan serta komentar politik kontroversial, yang menurut studi Universitas Yale baru-baru ini telah membuat perusahaan dan para pemegang saham kehilangan sekitar satu juta penjualan,” kata Minow kepada DW.

    Dewan direksi Tesla mengatakan tujuan utama dari kesepakatan saham besar ini adalah untuk menjaga fokus Musk pada Tesla. Terlebih ia tidak dapat menjual saham barunya itu hingga sepuluh tahun setelah diterima.

    Keraguan tentang potensi robotika dalam jangka pendek

    Bahkan jika dia tetap fokus sepenuhnya, para kritikus berargumen bahwa targetnya sendiri mungkin tidak tercapai, terutama rencana memproduksi satu juta robot humanoid Optimus per tahun. Tesla sebenarnya telah memamerkan prototipe Optimus yang bisa melakukan tugas sederhana, banyak ahli percaya teknologinya masih dalam belum matang.

    Ahli robotik Australia, Rodney Brooks, menulis dalam esainya bahwa Optimus dan robot humanoid lainnya ditakdirkan untuk gagal karena kurangnya kelincahan atau fleksibilitas.

    “Rencana bahwa robot humanoid akan mampu menggantikan manusia dalam melakukan tugas-tugas manual dengan harga lebih murah dan sama baiknya akan terjadi dalam beberapa dekade ke depan adalah pemikiran fantasi,” tulis Brooks.

    Kritik lainnya memperingatkan bahwa menetapkan tonggak masa depan semacam itu mungkin merupakan cara untuk membenarkan kompensasi Musk yang fantastis sambil menjaga mesin hype tetap berjalan. Jika Optimus gagal diwujudkan secara massal, hal itu dapat merusak kredibilitas paket gaji secara keseluruhan.

    Perkiraan paling optimistis menyebutkan robot humanoid canggih baru akan siap dalam dua hingga lima tahun ke depan, membuat para penggemar Musk yakin bahwa hanya dia yang bisa mewujudkannya.

    “Sebagai pemegang saham, saya lebih memilih Elon yang memimpin pasukan robot itu daripada siapa pun,” kata Merz kepada Bloomberg. “Tunjukkan satu saja CEO lain yang bisa mencapai setengah dari apa yang sudah Elon lakukan.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Iryanda Mardanuz
    Editor:

    (ita/ita)

  • Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Salip Tesla di China

    Penjualan Mobil Listrik Xiaomi Salip Tesla di China

    Jakarta

    Penjualan mobil Xiaomi di China sukses melampaui Tesla. Model YU7 menjadi andalan Xiaomi untuk menyaingi Tesla Model Y. Tentunya ini bisa jadi alarm bagi Tesla di pasar otomotif terbesar di dunia itu. Sebab sebelumnya Tesla telah dikalahkan merek asal China juga, BYD.

    Mengutip Carnewschina, dalam laporan terbaru Asosiasi Mobil Penumpang China (CPCA) penjualan retail mobil listrik Xiaomi mencapai 48.654 unit pada Oktober 2025. Capaian itu menyalip penjualan Tesla di domestik untuk pertama kalinya.

    Tesla Model Y Foto: dok. Tesla

    Model andalan Xiaomi, YU7, menjadi bintang utama dengan 33.662 unit penjualan selama Oktober. Angka itu melampaui penjualan domestik Tesla Model Y, yang menurut data dari ECC Intelligence Bureau hanya mencatatkan sekitar 26.100 unit di Oktober.

    Meski baru memulai pengiriman sejak Juli 2024, performa penjualan Xiaomi YU7 memang luar biasa. Berdasar perhitungan CPCA, distribusi kumulatif YU7 kini telah melampaui 70.000 unit, menandai pencapaian penting bagi merek teknologi yang baru menjejak dunia otomotif itu.

    Secara keseluruhan, pasar kendaraan penumpang di China mencatat 2,24 juta unit penjualan di bulan Oktober dengan sebagian besar merek mengalami fluktuasi karena faktor musiman. Dalam kategori kendaraan energi baru (NEV), BYD masih memimpin dengan angka 436.856 unit dan Xiaomi menjual 48.654 unit kendaraan.

    Para analis menilai kebangkitan Xiaomi di pasar mobil listrik tidak lepas dari integrasi sistem elektronik dan perangkat lunak khas ekosistem Xiaomi. Ini membikin pengalaman berkendara terasa seperti menggunakan ‘smartphone raksasa di atas roda’.

    Pendekatan itu terbukti menarik minat konsumen muda di China, yang kini semakin condong ke mobil listrik cerdas dan terhubung. Dengan momentum ini, Xiaomi bukan lagi sekadar pemain baru, tapi sudah menjadi penantang serius bagi Tesla di pasar mobil listrik terbesar di dunia.

    (lua/din)

  • Tesla Ditinggal Para Petinggi, Perusahaan Makin Hancur Lebur

    Tesla Ditinggal Para Petinggi, Perusahaan Makin Hancur Lebur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla telah mengalami banyak guncangan sepanjang tahun ini. Mulai dari penjualan yang anjlok akibat kompetisi dan sikap politik CEO Elon Musk yang berdampak buruk pada reputasi perusahaan, hingga drama paket kompensasi yang sempat memicu ‘perpecahan’ antara investor dan dewan direksi.

    Saham Tesla sepanjang tahun ini mengalami penurunan 0,75%, dan sempat mencapai level terendah pada April 2025 lalu senilai US$221,86 per lembar.

    Tak berhenti sampai di situ, Tesla juga menghadapi krisis baru. Ada 2 eksekutif Tesla yang mengepalai inisiatif produk utamanya secara terpisah mengumumkan hengkang dari perusahaan pada awal pekan ini.

    Pertama, Siddhant Awasthi yang merupakan kepala program Cybertruck Tesla. Ia mengumumkan pengunduran diri dari raksasa milik Musk melalui LinkedIn pada Senin (10/11) pagi waktu setempat.

    Cerita Awasthi cukup inspiratif. Ia bergabung dengan Tesla 8 tahun lalu dan memulai karier dari posisi bawah, hingga akhirnya mampu merangkak naik ke jejeran eksekutif.

    “Saya baru saja membuat salah satu keputusan tersulit dalam hidup saya, yaitu meninggalkan Tesla setelah perjalanan yang luar biasa,” tulis mantan kepala Cybertruck itu di LinkedIn.

    “Delapan tahun yang lalu, ketika saya mulai magang, saya tidak pernah membayangkan suatu hari nanti akan memiliki kesempatan untuk memimpin program Cybertruck dan mewujudkannya,” kata Awasthi, dikutip dari Mashable India, Selasa (11/11/2025).

    Tak jelas apa alasan Awasthi memilih mengundurkan diri. Melalui unggahan di LinkedIn, sepertinya Awasthi mundur baik-baik.

    Namun, Cybertruck jelas belum memenuhi harapan Tesla. Sebagaimana dicatat The Verge, pemberitahuan penarikan Cybertruck baru-baru ini dari Badan Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional AS menunjukkan bahwa hanya 63.619 Cybertruck yang telah terjual sejak peluncurannya pada tahun 2023.

    Musk pernah bertaruh bahwa masa depan Tesla bergantung pada penjualan 250.000 unit Cybertruck per tahun. Tesla sama sekali tidak mencapai target tersebut. Bahkan, minat terhadap Cybertruck telah menurun sejak perusahaan mengklaim telah menerima 250.000 deposit pra-pemesanan pada tahun 2019.

    Setelah Awasthi, pengumuman pengunduran diri juga datang dari Emmanuel Lamacchia, kepala program Model Y Tesla. Sama seperti Awasthi, Lamacchia juga sudah bergabung di Tesla selama 8 tahun terakhir.

    “Setelah 8 tahun yang luar biasa, saya akan meninggalkan Tesla,” tulis Lamacchia di LinkedIn.

    “Perjalanan yang luar biasa, dari memimpin NPI untuk varian Model 3 dan Model, Y hingga menjadi Manajer Program Kendaraan untuk Model Y, mobil terlaris di dunia!,” ia menuliskan.

    Lamacchia yang menjabat sebagai kepala Model Y selama 4 tahun terakhir, memang memimpin tim di balik kendaraan Tesla yang paling sukses. Jadi, sekali lagi, tampaknya tidak ada satu pun dari kepergian ini yang didasarkan pada kinerja.

    Yang mengkhawatirkan, Tesla kehilangan dua pemimpin berbakat di pengujung tahun yang penuh gejolak bagi perusahaan . Ditambah lagi dengan angka penjualan Tesla dan berita terbaru bahwa Tesla kini berencana meluncurkan layanan penyewaan mobil untuk kendaraan Tesla, tampaknya Tesla juga akan menghadapi tahun 2026 yang penuh gejolak. Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Segini Kekayaan Elon Musk Saat Paket Gaji Rp 16.000 T Disetujui

    Segini Kekayaan Elon Musk Saat Paket Gaji Rp 16.000 T Disetujui

    Jakarta

    Total kekayaan bersih Elon Musk justru melorot usai para pemegang saham Tesla menyetujui paket gaji US$ 1 triliun atau sekitar Rp 16.685 triliun (asumsi kurs Rp 16.685). Meski begitu, Elon Musk berada diurutan pertama orang terkaya di dunia versi Forbes.

    Mengutip data kekayaan di Forbes, Elon Musk memiliki total kekayaan bersih mencapai US$ 482,2 miliar atau sekitar Rp 8.045 triliun per 8 November 2025. Namun total kekayaan pria kelahiran Austin Texas ini justru melorot berdasarkan data Forbes pada Kamis (6/11), yakni sebesar US$ 491,4 miliar.

    Menurut Forbes, Elon Musk menjadi orang pertama yang diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 500 miliar. Sementara pada awal tahun ini, kekayaan bersihnya telah mencapai US$ 400 miliar seiring kenaikan saham Tesla sebesar 20% sepanjang tahun.

    Elon Musk saat ini masih menjadi orang terkaya nomor satu di dunia. Adapun setelah Elon Musk, orang terkaya kedua di dunia adalah Larry Ellison dengan total kekayaan bersih US$ 293,5 miliar. Sementara di urutan ketiga, diisi oleh Jeff Bezos dengan total kekayaan bersih sebesar US$ 254,5 miliar.

    Berdasarkan catatan detikcom sebelumnya, diketahui Elon Musk mendapatkan dukungan mayoritas pemegang saham Tesla untuk paket gaji terbesar dalam sejarah, nilainya tembus US$ 1 triliun. Hal tersebut diputuskan dalam rapat pemegang saham yang digelar Kamis (6/11/2025) kemarin.

    Proposal tersebut disetujui dengan dukungan lebih dari 75% pemegang saham. Hasil pemungutan suara ini dinilai sangat penting bagi masa depan Tesla dan valuasinya, yang bergantung pada visi Elon untuk membuat kendaraan yang dapat mengemudi sendiri, menciptakan jaringan robotaxi di seluruh AS, dan menjual robot humanoid.

    Selain produsen mobil listrik Tesla, Elon Musk juga mendirikan SpaceX pada tahun 2002. Perusahaan ini ditaksir bernilai US$ 400 miliar berdasarkan penawaran tender pribadi pada bulan Agustus 2025. Forbes memperkirakan Elon Musk memiliki 42% saham SpaceX.

    Kemudian pada 2022, Elon Musk membeli perusahaan media sosial Twitter dalam kesepakatan senilai US$ 44 miliar. Ia menggabungkan perusahaan tersebut dengan xAI pada bulan Maret, sehingga nilai perusahaan gabungan tersebut mencapai US$ 113 miliar.

    (acd/acd)

  • Tesla Siapkan Gaji Rp 16.700 Triliun Buat Elon Musk, Pantaskah?

    Tesla Siapkan Gaji Rp 16.700 Triliun Buat Elon Musk, Pantaskah?

    Jakarta

    Seorang pemimpin hebat tentu aset besar perusahaan, tapi adakah orang yang pantas dihargai USD 1 triliun atau di kisaran Rp 16.700 triliun? Itulah paket gaji yang telah disetujui pemegang saham Tesla untuk Musk, asalkan ia memenuhi target yang mereka tetapkan 10 tahun ke depan.

    Dikutip detikINET dari BBC, selama masa itu ia tidak akan menerima gaji, tapi diperkirakan akan mendedikasikan dirinya pada pekerjaan dengan semangat baru.

    Musk menuai kritik karena mendukung Presiden AS Donald Trump, menebas program pemerintah, dan ikut campur politik luar negeri dengan mendukung sayap kanan. Namun pengagumnya sama banyaknya, yang percaya pada visinya dan tak ragu ia dapat mencapainya. Tampaknya sebagian besar pemegang saham Tesla termasuk dalam kelompok ini.

    Analis keuangan Dan Ives tak heran para pemegang saham setuju. Jika Musk berhasil dan Ives yakin ia akan berhasil, ia akan menciptakan nilai bagi pemegang saham senilai triliunan dolar, sebuah imbalan setimpal. Ives melihat Musk sebagai Albert Einstein modern atau Thomas Edison.

    Tanpa paket gaji luar biasa besar itu, ada risiko dalam beberapa tahun Musk akan hengkang, membawa serta inisiatif kecerdasan buatan (AI) miliknya. “Tesla tanpa Musk ibarat piza tanpa keju,” katanya.

    “Ada perilaku nyentrik, ada pembenci, tapi banyak orang menyukainya. Dan itulah mengapa ia orang terkaya di dunia. Apakah itu membantu menjual mobil di Eropa? Tidak. Tapi apakah itu membantu Tesla memenangkan perlombaan AI? Ya,” cetusnya.

    Aktivitas politik Musk memicu reaksi negatif sebagian pelanggan, termasuk demonstrasi di showroom awal tahun ini. Namun Matt Britzman di Hargreaves Lansdown yang berinvestasi di Tesla, mengatakan dampaknya hanya setetes air di lautan dibanding pendapatan Tesla.

    Jauh dari membebani valuasi perusahaan, ia memperkirakan sekitar sepertiga dari nilai Tesla dapat diatribusikan pada apa yang ia sebut ‘premi Musk’, nilai yang tidak akan ada tanpanya.

    Persyaratannya tampak sangat berat, termasuk mengirimkan 20 juta kendaraan Tesla dan satu juta robot. Satu juta kendaraan Robotaxi self-driving juga harus sudah ada di jalan. Nilai pasar Tesla secara keseluruhan harus meningkat dari USD 1,4 triliun saat ini jadi USD 8,5 triliun.

    Ann Lipton, profesor hukum di University of Colorado menyebut target itu sangat tinggi. Namun, dewan direksi bisa memutuskan kapan beberapa target terpenuhi. “Jika ada kejadian tak terduga menghalanginya mencapai target, dewan direksi tetap dapat menganggapnya telah terpenuhi. Jadi, targetnya mungkin tak seberat kelihatannya,” sebutnya.

    Juga tidak ada persyaratan yang mencegah Musk untuk terus bicara tentang politik atau hal lain. “Bahkan setelah paket gaji diusulkan, ia tidak menarik diri dari komentar politiknya. Jadi menurut saya, paket gaji ini apa pun tujuannya, setinggi apa pun targetnya, takkan menghalanginya terlibat dalam masalah apa pun yang ia inginkan,” cetus Lipton.

    (fyk/fyk)

  • Paket Gaji Rp 16.600 T Disetujui, Elon Musk Bisa Beli Separuh Dunia

    Paket Gaji Rp 16.600 T Disetujui, Elon Musk Bisa Beli Separuh Dunia

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemegang saham Tesla Inc resmi menyetujui paket kompensasi senilai US$ 1 triliun atau sekitar Rp 16.600 triliun (kurs Rp 16.600 per dolar AS) untuk CEO Elon Musk. Hal itu menjadikannya paket gaji eksekutif terbesar dalam sejarah dunia korporasi.

    Keputusan tersebut disetujui oleh 75% investor dalam rapat umum tahunan Tesla di Austin, Texas, Jumat (7/11/2025) waktu setempat.

    Berdasarkan ketentuan, Musk akan memperoleh hingga 12% saham Tesla jika perusahaan mencapai valuasi pasar US$ 8,5 triliun (Rp 141.100 triliun) serta sejumlah target produksi dan profitabilitas selama dekade berikutnya.

    Saat ini, valuasi Tesla mencapai US$ 1,45 triliun (Rp 24.070 triliun). Ketua dewan direksi Robyn Denholm mengatakan bahwa kompensasi fantastis ini bertujuan mempertahankan Musk agar terus memimpin ekspansi Tesla di bidang artificial intelligence (AI), robotika, dan kendaraan otonom.

    “Tanpa kepemimpinan Musk, Tesla bisa kehilangan waktu, bakat, dan visinya untuk proyek masa depan,” kata Denholm.

    Nilai Setara Separuh Dunia

    Melansir IBTimes, dengan nilai sebesar itu, kekayaan Musk berpotensi melampaui PDB negara Swiss (US$ 1,06 triliun atau Rp 17.600 triliun) dan bahkan setara 2,5% dari total ekonomi Amerika Serikat.

    Untuk perbandingan, dengan US$ 1 triliun, Musk bisa membeli seluruh mobil yang dijual di AS selama setahun, mengakuisisi Coca-Cola, Toyota, dan Unilever sekaligus, memiliki 2.000 kapal pesiar mewah atau 333 gedung pencakar langit JPMorgan Chase.

    Jika terealisasi, kekayaan Musk akan memberinya kemampuan untuk mengendalikan perusahaan di lebih dari separuh ekonomi dunia, mulai dari energi hingga teknologi, transportasi, dan barang konsumsi.

    “Secara ekonomi, ya Musk bisa membeli perusahaan yang beroperasi di sebagian besar pasar utama dunia,” tulis analis IBTimes.

    Meski dianggap sebagai langkah berani untuk mendorong inovasi, sejumlah investor besar, termasuk Norges Bank Investment Management, menilai paket ini berisiko secara tata kelola dan meningkatkan ketergantungan pada satu individu.

    Namun, bagi banyak pemegang saham, keputusan ini menunjukkan kepercayaan penuh terhadap visi Musk untuk menjadikan Tesla pemimpin global dalam transportasi otonom dan manufaktur berbasis AI.

    Dengan kompensasi senilai Rp 16.600 triliun ini, Elon Musk bukan hanya memperkuat statusnya sebagai orang terkaya di dunia, tetapi juga figur yang paling berpengaruh dalam perekonomian modern.

  • Tesla Setujui Paket Gaji Rp 14.600 T Elon Musk, Tapi….

    Tesla Setujui Paket Gaji Rp 14.600 T Elon Musk, Tapi….

    Video: Tesla Setujui Paket Gaji Rp 14.600 T Elon Musk, Tapi….

    Video: Elon Musk Berencana Bangun Pabrik Chip AI Tesla

    2,273 Views |

    Sabtu, 08 Nov 2025 15:49 WIB

    CEO Elon Musk, memperoleh kemenangan emas saat para pemegang saham menyetujui paket gaji sebesar $878 miliar (Rp 14.600 T) selama dekade mendatang, pada Kamis (6/11). Keputusan tersebut disetujui oleh lebih dari 75% pemegang saham.

    Namun, untuk mendapatkannya nilai saham Tesla harus naik secara bersamaan, pertama menjadi $2 triliun dari $1,5 triliun saat ini, dan seterusnya hingga menjadi $8,5 triliun. Target Musk dalam 10 tahun mendatang, yakni pengiriman 20 juta kendaraan, pengoperasian 1 juta robotaxi, menjual 1 juta robot humanoid (robot berbentuk manusia), hingga mencetak $400 miliar laba inti perusahaan.

    Klik di sini untuk menonton video-video lainnya!

    Alifia Nur Fadillah – 20DETIK

  • Pemegang Saham Tesla Sepakati Paket Gaji Jumbo Elon Musk USD 1 Triliun

    Pemegang Saham Tesla Sepakati Paket Gaji Jumbo Elon Musk USD 1 Triliun

    Liputan6.com, Jakarta – Pemegang saham Tesla telah memberikan persetujuan terhadap gaji ambisius yang dirancang untuk Elon Musk, yang dapat menjadikannya triliuner pertama di dunia.

    Dalam rapat umum pemegang saham tahunan yang digelar pada Kamis lalu, lebih dari 75% saham Tesla menyetujui paket gaji tersebut. Keputusan ini mengguncang industri, mengingat potensi nilai paket yang dapat mencapai USD 1 triliun atau atau Rp 16.688 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.688)

    Paket Gaji Tergantung pada Kinerja Tesla

    Paket gaji tersebut tidak berupa gaji tunai, melainkan hibah saham yang akan diberikan kepada Musk selama 10 tahun ke depan. Total saham yang dapat diberikan kepada Musk mencapai 423,7 juta lembar, yang akan bernilai sekitar USD 1 triliun jika Tesla berhasil mencapai kapitalisasi pasar sebesar USD 8,5 triliun. Untuk memenuhi syarat menerima saham ini, Tesla harus memenuhi serangkaian target operasional dan finansial yang ketat.

    “Ini adalah pencapaian luar biasa, dan saya sangat menghargainya,” kata Musk setelah hasil pemungutan suara diumumkan.

    Meskipun tidak menerima gaji langsung, Musk akan mendapatkan saham dalam blok yang sama besar, yang jika tercapai, bisa membuatnya mengantongi sekitar USD 275 juta atau Rp 4,58 triliun setiap hari. Angka ini lebih besar dari paket gaji eksekutif manapun yang pernah ada dalam sejarah.

    Ambisi Tesla dan Tantangan yang Dihadapi

    Namun, untuk mencapai target kapitalisasi pasar USD 8,5 triliun, saham Tesla harus melonjak 466% dari harga saat ini. Ini tentu bukan tugas mudah, mengingat Tesla baru-baru ini mengalami penurunan dalam penjualan dan laba, serta potensi kerugian miliaran dolar akibat berkurangnya dukungan pemerintah AS untuk kendaraan listrik.

    Musk sendiri, yang saat ini diperkirakan memiliki kekayaan USD 473 miliar atau Rp 7.893 triliun, juga menyinggung tentang tantangan tersebut dalam pidatonya kepada pemegang saham.