brand merek: Tesla

  • Elon Musk Ancam Pemerintah Trump, AS Dalam Bahaya Besar

    Elon Musk Ancam Pemerintah Trump, AS Dalam Bahaya Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk resmi mundur dari pemerintah Trump sejak akhir Mei 2025. Ia akan fokus menggenjot dinasti bisnisnya, seperti Tesla, SpaceX, hingga X.

    Kendati demikian, pengaruh Musk di Gedung Putih tak sepenuhnya hilang. Musk sendiri mengatakan masih akan mengawasi Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), meski porsinya dikurangi secara signifikan.

    Pengaruh Musk di DOGE dan Gedung Putih secara umum dapat terlihat dari adopsi layanan AI miliknya, Grok, di lingkungan pemerintah federal.

    Laporan Reuters dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE memperluas penggunaan Grok di pemerintah federal untuk menganalisa data. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait data pribadi di lingkungan pemerintah.

    DOGE tampaknya mengesampingkan perlindungan yang telah lama ada atas penanganan data sensitif saat Presiden Donald Trump mengguncang birokrasi AS, menurut laporan Reuters.

    Salah satu dari 3 sumber dalam menyebut tim DOGE menggunakan versi modifikasi dari chatbot Grok. Tujuannya agar DOGE dapat menyaring data dengan lebih efisien.

    Sumber ke-2 dan ke-3 mengatakan staf DOGE juga memberi tahu pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk menggunakan Grok, meskipun sistem AI milik Musk belum disetujui di dalam lembaga tersebut.

    Reuters belum bisa mendapatkan perincian soal data apa saja yang digunakan untuk melatih tool AI milik Musk di lingkungan pemerintah. Sebagai informasi, Grok dikembangkan xAI, yakni perusahaan yang diluncurkan Musk pada 2023 lalu dan disematkan ke platform X miliknya.

    Menurut 5 spesialis teknolosi dan etika pemerintah, jika data yang digunakan di Grok bersifat sensitif dan menyimpan informasi rahasia pemerintah, maka penggunaan tool AI tersebut bisa melanggar aturan privasi dan keamanan.

    Para ahli mengatakan, hal itu juga dapat memberi CEO Tesla dan SpaceX akses ke data kontrak federal nonpublik yang berharga di lembaga-lembaga yang bekerja sama dengannya secara pribadi atau digunakan untuk membantu melatih Grok.

    Musk juga dapat memperoleh keuntungan kompetitif yang tidak adil atas penyedia layanan AI lainnya dari penggunaan Grok di pemerintah federal, menurut keterangan mereka, dikutip dari Reuters, Senin (26/5/2025).

    Musk, Gedung Putih, dan xAI tidak menanggapi permintaan komentar.

    Seorang juru bicara Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) membantah DOGE telah mendesak stafnya untuk menggunakan Grok.

    “DOGE tidak mendesak karyawan mana pun untuk menggunakan alat atau produk tertentu,” kata juru bicara tersebut, yang tidak menanggapi pertanyaan lebih lanjut.

    “DOGE hadir untuk menemukan dan memerangi pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan,” ia menambahkan.

    xAI milik Musk terhitung baru dibandingkan pemain AI lainnya di AS, yakni OpenAI dan Anthropic. Dalam laman resminya, xAI mengatakan perusahaan kemungkinan mengawasi pengguna Grok untuk tujuan bisnis tertentu.

    “Pengetahuan AI harus mencakup semuanya dan seluas mungkin,” kata situs web tersebut.

    Sebelumnya, Musk dan perannya di DOGE sudah menuai kontroversi terkait keamanan data. Sebagai bagian dari upaya Musk untuk menghilangkan pemborosan dan inefisiensi pemerintah, miliarder dan tim DOGE-nya telah mengakses basis data federal yang dijaga ketat yang menyimpan informasi pribadi jutaan warga AS.

    Para ahli mengatakan bahwa data biasanya tidak boleh diakses oleh semua orang kecuali segelintir pejabat karena risiko data tersebut dapat dijual, hilang, bocor, melanggar privasi warga AS, atau membahayakan keamanan negara.

    Umumnya, mekanisme pembagian data di pemerintah federal membutuhkan otorisasi lembaga tertentu dan keterlibatan spesialis pemerintah untuk memastikan kepatuhan terhadap privasi, kerahasiaan, dan hukum lainnya yang berlaku.

    Menganalisa data federal yang sensitif dengan Grok akan menandai perubahan penting dalam pekerjaan DOGE. Mereka telah mengawasi pemecatan ribuan pegawai federal, mengambil alih kendali sistem data sensitif, dan berusaha membubarkan lembaga-lembaga atas nama pemberantasan dugaan pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan.

    “Melihat skala data yang dikelola DOGE menimbulkan kekhawatiran besar jika data tersebut diserahkan ke doftware seperti Grok. Menurut saya, ini adalah ancaman privasi yang serius,” kata Albert Fox Cahn, direktur eksekutif di Surveillance Technology Oversight Project, lembaga nirlaba yang mengadvokasi keamanan.

    Kekhawatirannya mencakup risiko bahwa data pemerintah akan bocor ke xAI, sebuah perusahaan swasta, dan kurangnya kejelasan mengenai siapa yang memiliki akses ke versi khusus Grok ini.

    Akses DOGE ke informasi federal dapat memberi Grok dan xAI keunggulan dibandingkan kontraktor AI potensial lainnya yang ingin menyediakan layanan pemerintah, kata Cary Coglianese, pakar regulasi dan etika federal di University of Pennsylvania.

    “Perusahaan memiliki kepentingan finansial dalam mendesak agar produk mereka digunakan oleh pegawai federal,” katanya.

    (fab/fab)

  • Elon Musk Mundur, Badai PHK Makin Menggila

    Elon Musk Mundur, Badai PHK Makin Menggila

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk resmi mundur dari perannya sebagai tulang punggung di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) sejak awal Mei 2025. Musk akan lebih fokus mengurus perusahaannya, Tesla, yang hancur lebur digerus persaingan dan aksi boikot.

    Ke depan, Musk hanya akan memberi masukan di DOGE dan porsi waktunya di lembaga bentukan Presiden Donald Trump itu dikurangi secara signifikan.

    Kendati demikian, aksi pemangkasan karyawan atau PHK di lembaga pemerintah ternyata tetap berlanjut meski peran Musk sudah berkurang di DOGE.

    Lembaga Sumber Daya Masyarakat Federal melanjutkan gerakan Musk untuk melakukan PHK besar-besaran. Mereka bersiap meluncurkan software baru yang dinilai akan mempercepat PHK di kalangan pegawai pemerintah, menurut sumber dalam Reuters.

    Sejauh ini, sejak Musk memimpin DOGE, sebanyak 260.000 pegawai pemerintah sudah kehilangan pekerjaan mereka, baik melalui skema pensiun dini maupun PHK.

    Prosesnya juga banyak mengalami masalah. Banyak pegawai yang sudah dipecat akhirnya harus direkrut kembali karena PHK dilakukan secara sembrono.

    Terkait software canggih untuk mempercepat PHK, pengembangannya dilakukan oleh tim developer di Kantor Manajemen Personil AS (OPM), di bawah perintah langsung dari Musk ketika masih aktif di DOGE, dikutip dari Reuters, Jumat (9/5/2025).

    Software tersebut merupakan versi berbasis web yang lebih user-friendly untuk menargetkan pegawai kena PHK dengan lebih cepat. Prosesnya lebih efisien ketimbang menggunakan tenaga manusia secara manual untuk melakukan penargetan, menurut 4 sumber Reuters.

    Proses pengembangan software tersebut dilakukan selama beberapa bulan terakhir. Program software ini akan diluncurkan ke berbagai lembaga pemerintah oleh OPM, hanya beberapa saat setelah Musk menyatakan mundur dari DOGE.

    Sebelumnya, software yang digunakan untuk penargetakn PHK dinamai ‘AutoRIF’ yang merupakan singkatan dari ‘Auto Reduction in Force’ (Pengurangan Tenaga Kerja Otomatis). Versi terbarunya yang lebih canggih dinamai ‘Workforce Reshaping Tool’ (Alat Pembentukan Kembali Tenaga Kerja).

    Dengan rampungnya tool versi baru tersebut, OPM akan memimpin demonstrasi, pengujian, dan menambahkan pengguna baru dalam beberapa pekan ke depan, menurut keterangan sumber dalam.

    DOGE, OPM, Gedung Putih, Pentagon, dan Musk tidak langsung merespons permintaan komentar lebih lanjut. Majalah Wired adalah media pertama yang melaporkan terkait upaya yang diperbarui ini.

    Reuters kemudian memberitakan penyelesaian upaya pembaruan, kapabilitas program baru, dan rencana peluncuran software untuk PHK massal di lingkungan pemerintah AS.

    (fab/fab)

  • Tetangga Elon Musk Ngamuk, Kelakuan Liar Diumbar

    Tetangga Elon Musk Ngamuk, Kelakuan Liar Diumbar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk kembali bikin gaduh, kali ini dengan tetangga di lingkungan elite rumahnya di Austin, Texas.

    Mengutip laporan The New York Times, Musk membeli sebuah rumah mewah enam kamar tidur di kawasan elite West Lake Hills pada 2022.

    Rumah ini berada di jalan sempit di area perumahan yang tenang, lokasi yang tak lazim bagi seseorang seperti Musk yang membutuhkan pengamanan ketat 24 jam.

    Namun demi keamanan, Musk membangun pagar kawat setinggi 4,8 meter mengelilingi propertinya.

    Masalahnya, pagar ini melebihi batas tinggi yang diizinkan, selisih sekitar 3 meter dari aturan kota. Tak hanya itu, pembangunan pagar dan gerbang logam tersebut melanggar enam peraturan kota sekaligus, dan tidak memiliki izin resmi.

    Musk kini sedang berupaya mendapatkan izin pembangunan, baru setelah pagar tersebut berdiri. Namun, prosesnya masih berlarut-larut.

    Di sisi lain, warga sekitar mulai gerah. Banyak yang mengeluh atas gangguan akibat renovasi rumah Musk, dari lalu lintas kendaraan pekerja hingga aktivitas 24 jam yang mengusik ketenangan lingkungan.

    “Mobil para pekerja parkir sembarangan, lalu-lalang angkut laundry dari satu rumah ke rumah lain, ini harus dihentikan,” ujar warga lokal Paul Hemmer kepada Komisi Zonasi dan Perencanaan.

    Aksi Musk ini dianggap mencerminkan pola lamanya, yakni membangun dulu, izin belakangan. Pola yang juga pernah menyeret perusahaan-perusahaannya ke banyak masalah hukum.

    CEO Tesla dan SpaceX itu juga dikenal semakin paranoid. Ia bahkan pernah menyatakan bahwa dirinya adalah target pembunuhan nomor dua setelah Trump.

    Mansion Musk di West Lake Hills adalah bagian dari tiga properti yang membentuk semacam “kompleks keluarga”, tempat tinggal para ibu dari anak-anaknya.

    Mantan kekasihnya, penyanyi Grimes, pernah tinggal di sana, sementara eksekutif Neuralink Shivon Zillis, ibu dari empat anak Musk, tinggal hanya 10 menit jalan kaki.

    Alih-alih menciptakan tempat nyaman untuk keluarga, sikap Musk justru bikin warga lokal geram.

    “Saya sebut itu Fort Knox,” kata Paul Hemmer, ketua asosiasi warga setempat.

    Sidang Dewan Kota West Lake Hills dijadwalkan pada 14 Mei untuk membahas pelanggaran zonasi ini. Situasinya diperkirakan akan memanas.

    (dem/dem)

  • Tesla Hancur Lebur, Merek China Tak Terkenal Jauh Lebih Laku

    Tesla Hancur Lebur, Merek China Tak Terkenal Jauh Lebih Laku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla menghadapi mimpi buruk usai bisnisnya hancur lebur gara-gara aksi boikot yang meluas. Di Inggris, mobil Tesla makin sepi peminat. Bahkan, posisinya sudah dikalahkan dua merek China yang tak terkenal.

    Sepanjang bulan lalu, raksasa mobil listrik (EV) milik Elon Musk tersebut ‘hanya’ menjual 512 unit mobil. Jumlah itu anjlok dibandingkan penjualan mobil Tesla di April 2025 yang menembus 1.300 unit.

    Kecaman masyarakat terhadap sikap politik Musk terbukti berdampak besar pada kinerja penjualan Tesla di kawasan Eropa. Masyarakat Inggris ramai-ramai menyerbu mobil merek China dan ogah membeli mobil Tesla.

    Saingan kuat Tesla, BYD, berhasil menjual 2.511 unit mobil dalam periode yang sama. Jumlah itu meningkat 650% dibandingkan tahun sebelumnya.

    Jika dibandingkan BYD, Tesla sudah kalah sangat jauh. Namun, Tesla ternyata juga tak mampu bersaing dengan dua merek China yang masih jarang terdengar, yakni Jaecoo dan Omoda.

    Kedua merek tersebut dimiliki konglomerasi China, Chery. Jaecoo berhasil menjual 1.053 unit mobil di Inggris sepanjang April 2025, sementara Omoda menjual 910 unit mobil pada periode yang sama, dikutip dari Business Insider, Rabu (7/5/2025), berdasarkan data lembaga perdagangan SMMT.

    Ironisnya, Jaecoo dan Omoda baru masuk pasar Inggris tahun lalu, sementara Tesla sudah lebih lama malang-melintang di negara tersebut.

    Jaecoo dan Omoda menawarkan beragam model mobil berteknologi canggih. Ada yang sepenuhnya mobil listrik, ada pula yang bersifat hibrida, hingga yang sepenuhnya masih menggunakan bahan bakar minyak.

    Sementara itu, diketahui bahwa Tesla sepenuhnya menjual mobil listrik. Kendati demikian, fakta bahwa Tesla sudah dikalahkan 2 merek China baru yang belum terkenal menunjukkan tingkat masalah yang dialami Tesla di Eropa.

    Eropa merupakan pasar ketiga terbesar Tesla. Jika Tesla sudah tak berpengaruh di kawasan tersebut, maka bisnisnya secara keseluruhan bisa ikut terdampak.

    Saham Tesla anjlok 2,7% pada perdagangan awal di Selasa (6/5) waktu setempat. Hal ini menyebabkan penurunan harga saham Tesla sepanjang 2025 sudah mencapai 28%.

    Sentimen negatif Tesla di Eropa ditengarai sikap politik Musk yang mendukung partai sayap kanan garis keras AfD. Selain itu, peran Musk dalam pemerintahan Trump dan dukungannya yang dinilai berlebihan dalam masa Pilpres 2024 menyulut kemarahan warga Eropa.

    Aksi penyerangan showroom Tesla dan mobil Tesla di jalanan pun sempat heboh beberapa saat lalu. Polisi juga menyelidiki kebakaran di dealer Tesla di Roma pada 31 Maret 2025 silam.

    Di tengah huru-hara tersebut, Tesla juga menghadapi persaingan ketat dengan merek asal Eropa seperti Volkswagen, serta pabrikan mobil listrik China yang makin kencang mengekspansi penjualan ke pasar Eropa.

    Untung menggenjot kembali minat beli Tesla di Inggris, perusahaan mulai menawarkan pengisian daya gratis selama 2 tahun di fasilitas Supercharging miliknya untuk unit Model Y. Kita tunggu saja apakah taktik ini berhasil menggenjot penjualan Tesla atau upayanya sia-sia.

    (fab/fab)

  • Elon Musk Cabut dari Ibukota AS, Kini Punya Kota Sendiri

    Elon Musk Cabut dari Ibukota AS, Kini Punya Kota Sendiri

    Jakarta, CNBC Indonesia – Markas besar perusahaan roket milik Elon Musk, SpaceX, kini resmi menjadi kota mandiri bernama Starbase.

    Keputusan ini disahkan melalui pemungutan suara pada Sabtu (3/5), yang didominasi oleh para karyawan SpaceX yang tinggal di wilayah tersebut, tepatnya di ujung selatan negara bagian Texas, dekat perbatasan Meksiko.

    Dari 283 pemilih yang memenuhi syarat, 212 mendukung pembentukan kota baru ini, sedangkan hanya 6 yang menolak.

    Dengan luas sekitar 3,9 kilometer persegi, Starbase menjadi kota kecil dengan visi besar, yakni sebagai pusat peluncuran roket yang ditargetkan mengantar manusia kembali ke Bulan dan bahkan ke Mars.

    Elon Musk pun menyambut hasil pemungutan suara ini dengan antusias. Lewat akun X miliknya, ia menyatakan Starbase kini adalah “kota sungguhan”.

    Namun, status baru Starbase sebagai kota mandiri menuai kritik. Sebagian pihak khawatir hal ini akan memperluas kontrol pribadi Musk atas kawasan tersebut, termasuk kemungkinan penutupan akses publik ke pantai dan taman negara bagian untuk mendukung peluncuran roket.

    Saat ini, beberapa rancangan undang-undang juga tengah digodok di legislatif negara bagian Texas. Salah satunya mengusulkan agar kewenangan seperti penutupan pantai dipindahkan dari pemerintah daerah ke walikota dan dewan kota Starbase.

    Perusahaan juga tengah mengajukan izin kepada otoritas federal untuk meningkatkan frekuensi peluncuran dari lima kali menjadi 25 kali per tahun.

    Di tengah menurunnya popularitas Musk dan kinerja Tesla yang melemah, kemenangan pembentukan Starbase ini disebut sebagai pencapaian personal bagi sang miliarder, demikian dikutip dari APNews, Selasa (6/5/2025).

    Pihak SpaceX sendiri belum memberikan pernyataan resmi. Namun dalam suratnya tahun lalu, Manajer Umum Starbase Kathryn Lueders menulis bahwa mereka membutuhkan wewenang penuh untuk mengembangkan komunitas Starbase, yang kini sudah mengelola jalan, utilitas, sekolah, hingga layanan medis.

    Status markas SpaceX menjadi kota mandiri membuat warga sekitarnya menjadi cemas, termasuk Josette Hinojosa

    Ia mengatakan bahwa dirinya ikut serta untuk memastikan akses berkelanjutan ke pantai yang telah dinikmati keluarganya selama beberapa generasi.

    Kehadiran SpaceX membuat akses masyarakat umum ke pantai menjadi terbatas. “Suatu hari ditutup, dan beberapa hari lagi Anda ditolak,” kata dia.

    (dem/dem)

  • Warren Buffett Mundur dari CEO Berkshire Hathaway, Ini Calon Kuat Penggantinya

    Warren Buffett Mundur dari CEO Berkshire Hathaway, Ini Calon Kuat Penggantinya

    Jakarta

    Warren Buffett mengumumkan kabar mengejutkan. Investor legendaris Amerika Serikat (AS) itu menyatakan dirinya akan mundur sebagai CEO Berkshire Hathaway, dan dia meminta dewan Berkshire Hathaway untuk menunjuk Greg Abel sebagai CEO pada akhir tahun ini.

    Buffett kini telah berusia 94 tahun dan Abel sendiri sebetulnya sudah ditunjuk sebagai calon kuat pengganti CEO perusahaan pada tahun 2021. Namun, kabar ini tetap mengejutkan ribuan pemegang saham yang berkumpul untuk rapat tahunan tahun ini.

    “Saya pikir sudah tiba saatnya Greg harus menjadi kepala eksekutif perusahaan pada akhir tahun,” kata Buffett, dalam beberapa menit terakhir rapat yang digelar di Omaha, Sabtu kemarin, dikutip dari CNBC, Minggu (4/5/2025).

    Buffett menyerahkan kendali perusahaannya dengan penuh rasa gembira. Sebab, saham Berkshire baru saja mencapai puncak baru dengan kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai hampir US$ 1,2 triliun.

    Pria yang dijuluki Oracle of Omaha itu mengatakan bahwa dirinya akan tetap berada di Berskhire untuk membantu beberapa pekerjaan. Namun tetap, keputusan akhir tentang operasi perusahaan dan penggunaan modal akan berada di tangan Abel setelah resmi diangkat sebagai CEO. Abel saat ini menjabat sebagai wakil ketua operasi non-asuransi untuk Berkshire.

    “Saya yakin saya bisa membantu dalam hal tertentu, jika kita menghadapi periode peluang besar atau apa pun,” tambah Buffet.

    Dia juga menegaskan dirinya sebagai pemegang saham terbesar perusahaan tidak akan menjual satu pun sahamnya ketika era baru perusahaan dimulai setelah Abel jadi CEO.

    “Keputusan untuk mempertahankan setiap saham adalah keputusan ekonomi karena saya pikir prospek Berkshire akan lebih baik di bawah manajemen Greg daripada saya,” kata Buffett.

    Abel sempat mendapatkan sederet pujian dari Buffet di depan sekitar 40.000 pemegang sahamnya. Buffet menilai gaya manajerial Abel akan sangat cocok untuk lebih dari 60 anak perusahaan Berkshire.

    “Perusahaan akan bekerja jauh lebih baik dengan Greg daripada dengan saya karena Anda tahu saya tidak ingin bekerja sekeras dia. Saya bisa lolos (berbagai krisis) karena kami memiliki bisnis yang pada dasarnya bagus, bisnis yang sangat bagus,” papar Buffet.

    Abel sendiri bergabung dengan Berkshire pada tahun 2000 ketika Berkshire membeli MidAmerican Energy, dan akhirnya menjadi CEO pada tahun 2008. Sebelumnya, Abel bekerja di CalEnergy di sana dia mengubah perusahaan geotermal kecil itu menjadi bisnis energi yang terdiversifikasi.

    Mengenai alokasi modal, Abel mengatakan dia akan mewarisi gaya investasi nilai Buffett yang sabar dan dia siap untuk menggunakan benteng uang tunai Berkshire yang sangat besar senilai setiap kali ada peluang bagus.

    ‘Lihat juga Video: Elon Musk Didesak Mundur dari CEO, Imbas Saham Tesla Anjlok 50%’

    (acd/acd)

  • Dampak Efisiensi Anggaran: 260.000 PNS AS Terancam – Halaman all

    Dampak Efisiensi Anggaran: 260.000 PNS AS Terancam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 260.000 pegawai federal di Amerika Serikat (AS) terpaksa menghadapi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pensiun dini sebagai dampak dari kebijakan Presiden Donald Trump.

    Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), terungkap bahwa jumlah pegawai federal non-pos di luar layanan pos AS berkurang sebanyak 8.500 orang pada April 2025.

    Jika termasuk pegawai Pos AS, total jumlah pegawai sipil federal yang terdampak mencapai 9.000 orang pada bulan yang sama.

    Mengapa PHK Terjadi?

    Sejak awal tahun 2025, total pengurangan pegawai federal telah mencapai lebih dari 26.000 orang.

    Kebijakan ini menjadikan Trump sebagai presiden paling agresif dalam memangkas tenaga kerja federal sejak era Ronald Reagan, yang melakukan pemangkasan sekitar 46.000 pegawai pada awal 1981.

    Pengurangan ini dilakukan melalui Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency – DOGE), yang saat ini dipimpin oleh CEO Tesla, Elon Musk.

    Apa Tujuan Dari Kebijakan Pemangkasan Ini?

    Trump mengeklaim bahwa DOGE dibentuk untuk memangkas lembaga-lembaga yang dianggap membuang-buang uang.

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs DOGE, mereka telah memotong dana federal sebesar 160 miliar dollar AS (sekitar Rp 26 kuadriliun) yang dialokasikan kepada berbagai lembaga.

    Namun, dampak dari penghematan anggaran ini adalah pengurangan jumlah pegawai yang signifikan.

    Banyak lembaga pemerintah terpaksa mengurangi tenaga kerja mereka melalui PHK atau pensiun dini massal.

    Bagaimana Dampak Pengangguran di AS?

    Meskipun DOGE belum merilis data resmi mengenai jumlah pegawai yang terdampak.

    Namun lebih dari 75.000 pegawai federal telah menerima tawaran pensiun dini melalui skema deferred retirement, meskipun secara administratif mereka masih tercatat aktif hingga akhir tahun 2025.

    Prediksi dari situs Kalshi memperkirakan bahwa jumlah pegawai federal yang akan dipangkas dapat mencapai 300.000 orang pada akhir 2025, dari total lebih dari 24 juta pegawai yang tercatat pada akhir 2024.

    Jika prediksi tersebut menjadi kenyataan, ini akan menjadi pemangkasan terbesar dalam sejarah awal pemerintahan baru AS sejak BLS mulai mencatat data pada tahun 1950.

    Pemangkasan ini bahkan akan melampaui rekor 195.000 pegawai yang dipangkas pada tahun pertama Dwight D.

    Eisenhower menjabat di 1953.

    Apa Reaksi Masyarakat Terhadap Kebijakan ini?

    Respon terhadap kebijakan agresif yang dikeluarkan oleh Trump datang dalam bentuk protes besar-besaran.

    Ribuan demonstran di seluruh AS menggelar aksi unjuk rasa untuk menentang kebijakan tersebut pada Hari Buruh Internasional, yang jatuh pada 1 Mei 2025.

    Aksi tersebut berlangsung tidak hanya di depan Gedung Putih, tetapi juga di Downing Park serta kantor Departemen Tenaga Kerja New York City.

    Protes tidak hanya melibatkan masyarakat sipil, tetapi juga mendapat dukungan dari sejumlah politisi progresif seperti Senator Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Ilhan Omar.

    Dengan meningkatnya jumlah pengangguran dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan yang diterapkan, situasi ini menciptakan tantangan besar bagi pemerintahan AS dan masa depan ketenagakerjaan di negara tersebut.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Dampak Efisiensi Anggaran: 260.000 PNS AS Terancam – Halaman all

    260.000 PNS AS Terdampak PHK, Dipensiunkan Dini Buntut Efisiensi Anggaran Gagasan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Lebih dari 260.000 pegawai federal atau PNS di Amerika Serikat (AS) terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dipensiunkan dini buntut kebijakan Presiden Donald Trump.

    Hal ini terungkap Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) merilis laporan ketenagakerjaan terbaru.

    Dalam laporan itu tercatat bahwa jumlah pegawai federal non-pos di luar layanan pos AS berkurang sebanyak 8.500 orang pada April 2025.

    Sementara itu, jika dihitung termasuk pegawai Pos AS, total jumlah pegawai sipil federal menurun sebanyak 9.000 pada April.

    Bahkan sejak awal tahun, total pengurangan telah mencapai lebih dari 26.000 orang

    Jumlah PHK ini menjadikan Trump sebagai presiden paling agresif dalam memangkas tenaga kerja federal sejak era Ronald Reagan yang memangkas sekitar 46.000 pegawai pada awal 1981, sebagaimana dikutip dari Nypost.

    PHK dilakukan Trump lewat melalui Departemen Efisiensi Pemerintahan (Department of Government Efficiency/DOGE) yang kini dipimpin oleh CEO Tesla, Elon Musk.

    Trump berdalih diivisi ini dibangun untuk membidik lembaga-lembaga yang dinilai buang-buang uang.

    Berdasarkan situs DOGE, mereka setidaknya  telah memotong 160 miliar dolar AS atau sekitar Rp2,6 kuadriliun dana federal yang dikucurkan kepada berbagai lembaga.

    Namun imbas pemangkasan anggaran ini secara langsung membuat operasional lembaga-lembaga pemerintahan tidak lagi mampu mempertahankan jumlah pegawai yang ada.

    Akibatnya, banyak lembaga dipaksa mengurangi tenaga kerja melalui PHK atau pensiun dini massal.

    Pengangguran di AS Membludak

    Hingga kini, DOGE belum merilis data resmi soal jumlah pegawai yang terdampak.

    Akan tetapi lebih dari 75.000 pegawai federal disebut telah menerima tawaran pensiun dini melalui skema deferred retirement (pensiun tangguhan), meski secara administratif mereka masih tercatat aktif hingga akhir tahun.

    Situs prediksi online Kalshi memperkirakan bahwa hingga akhir 2025, jumlah pegawai federal yang akan dipangkas bisa mencapai 300.000 orang, dari total lebih dari 2,4 juta pegawai yang tercatat pada akhir 2024 menurut data BLS.

    Jika prediksi tersebut terealisasi, pemangkasan ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah awal pemerintahan baru AS sejak BLS mulai mencatat data tersebut pada 1950.

    Bahkan melampaui rekor pemangkasan 195.000 pegawai pada tahun pertama Dwight D. Eisenhower menjabat di 1953.

    Trump Diserang Demonstran

    Merespon kebijakan agresif yang terus disahkan Trump, ribuan demonstran di Amerika Serikat menggelar aksi protes besar-besaran untuk menentang kebijakan Presiden Donald Trump.

    Demo ini digelar bertepatan dengan diperingatinya Hari Buruh Internasional yang jatuh pada 1 Mei 2025.

    Aksi demo tak hanya digelar di depan Gedung Putih, tapi juga di Downing Park serta kantor Departemen Tenaga Kerja New York City.

    Selain menentang kebijakan pemangkasan anggaran, protes juga diarahkan pada tindakan keras terhadap imigran, termasuk deportasi massal dan pembatasan visa yang dianggap tidak manusiawi.

    Tak hanya masyarakat sipil kecaman juga turut dilontarkan beberapa politisi progresif.

    Diantaranya seperti Senator Bernie Sanders, Alexandria Ocasio-Cortez, dan Ilhan Omar yang mendukung gerakan ini secara langsung maupun lewat pernyataan publik.

    “PHK massal, pelemahan hak buruh, dan serangan terhadap imigran adalah serangan terhadap demokrasi itu sendiri,” ujar AOC dalam unggahan media sosialnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Video: Elon Musk Kritik Pemerintah AS, Tuding Sarat Penipuan

    Video: Elon Musk Kritik Pemerintah AS, Tuding Sarat Penipuan

    Jakarta, CNBC Indonesia –CEO Tesla Elon Musk melontarkan kritik tajam terhadap program-program pembiayaan pemerintah Amerika Serikat yang menurutnya tidak transparan dan sarat penipuan.

    Selengkapnya saksikan di Program Nation Hub CNBC Indonesia, Jumat (02/05/2025).

  • Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump, Hilang dari Gedung Putih

    Elon Musk Mundur dari Pemerintahan Trump, Hilang dari Gedung Putih

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk disebut tak terlihat lagi di Gedung Putih. Apakah ini pertanda miliarder tersebut sudah resmi resign dari pekerjaannya di pemerintahan Donald Trump?

    Laporan the Post menyebutkan Musk tak benar-benar keluar dari pekerjaannya di Departemen Efisiensi Pemerintah atau DOGE. Namun, dia memang tidak pernah terlihat di kantornya yang tak jauh dari Ruang Oval Gedung Putih.

    Kepala Staf Gedung Putih, Susie Wiles mengatakan tidak pernah bertemu dengan Musk. Dia hanya berbicara melalui telepon.

    “Alih-alih bertemu langsung, saya berbicara dengannya lewat telepon, namun hasilnya tetap sama,” kata Wiles kepada The Post, Jumat (2/5/2025).

    “Belum pernah hadir secara fisik, namun itu tidak terlalu penting,” dia menambahkan.

    Musk memang berencana mengurangi perannya di Gedung Putih secara signifikan mulai akhir Mei ini. Ia berencana untuk lebih fokus mengurus Tesla yang kinerjanya hancur lebur.

    Ke depan, Musk hanya akan memberikan saran kepada DOGE secara informal. The Post sendiri menuliskan tidak jelas seberapa sering Musk akan berkantor di Gedung Putih hingga akhir bulan mendatang.

    Sebelumnya, Musk memang aktif bekerja kantoran di Gedung Putih. Ia memberikan pengarahan pribadi kepada Trump, menghadiri rapat kabinet, hingga berpergian untuk mendampingi Trump.

    Bahkan beberapa kali, Musk terlihat mengajak salah satu anaknya bernama X untuk ikut bekerja di sana.

    Musk dengan DOGE memberikan gebrakan di awal pemerintahan Trump sejak awal tahun ini. Misalnya melakukan efisiensi pada sejumlah kementerian dan lembaga AS, termasuk dengan merumahkan ribuan pegawai.

    (fab/fab)