brand merek: Tesla

  • Elon Musk Bangun Pabrik Raksasa di China, AS Minggir Dulu

    Elon Musk Bangun Pabrik Raksasa di China, AS Minggir Dulu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tesla telah meneken kesepakatan untuk membangun fasilitas pembangkit listrik untuk baterai skala grid di China, di tengah ketegangan geopolitik antara Washington dan Beijing.

    Dalam unggahan di Weibo, Tesla mengatakan proyek ini akan jadi yang terbesar di China ketika sudah rampung.

    Sistem penyimpanan energi baterai berskala utilitas membantu jaringan listrik untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Sistem ini dibutuhkan untuk menjembatani ketidaksesuaian pasokan dan permintaan yang disebabkan sumber energi tidak menentu seperti tenaga surya dan angin.

    Media China Yicai pertama kali melaporkan bahwa kesepakatan bernilai 4 miliar yuan (Rp9,1 triliun) tersebut telah ditandatangani oleh Tesla, pemerintah daerah Shanghai, dan perusahaan pembiayaan China Kangfu International Leasing.

    Tesla mengatakan pabrik baterainya di Shanghai telah memproduksi lebih dari 100 Megapack di kuartal-I (Q1) 2025. 1 Megapack bisa menyediakan hingga 1 Megawatt energi dalam 4 jam.

    “Pembangkit listrik ini mrupakan ‘pengatur cerdas’ untuk listrik perkotaan, yang dapat menyesuaikan sumber daya jaringan secara fleksibel,” kata Tesla di Weibo, dikutip dari CNBC International, Senin (23/6/2025).

    “Hal ini akan secara efektif mengatasi tekanan pasokan listrik perkotaan dan memastikan permintaan listrik yang aman, stabil, dan efisien di kota tersebut. Setelah selesai, proyek ini diharapkan menjadi proyek penyimpanan energi sisi jaringan terbesar di China,” Tesla menambahkan.

    Menurut situs web perusahaan, setiap Megapack dijual seharga kurang dari US$1 juta (Rp16,5 triliun) di AS. Harga untuk China belum tersedia.

    Kesepakatan ini penting bagi Tesla, di tengah sengitnya persaingan dengan pemain mobil listrik lokal BYD, dan produsen baterai CATL, yang menawarkan produk yang serupa.

    Kedua perusahaan asal China tersebut telah membuat rencana yang matang dalam pengembangan dan manufaktur baterai. CATL merupakan pemasok baterai kawakan yang meraup 40% pangsa pasar global.

    CATL juga berencana untuk menyuplai sel dan pack baterai yang akan digunakan pada fasilitas Megapack Tesla, menurut sumber dalam Reuters.

    Kesepakatan Tesla dengan pemerintah China juga penting di tengah ketegangan geopolitik dengan AS, setelah Presiden AS Donald Trump melancarkan perang dagang dengan mengenakan tarif impor tinggi dari China.

    Permintaan instalasi baterai skala grid sangat pesat di China. Pada Mei 2024, Beijing menetapkan target untuk menambah hampir 5 Gigawatt suplai listrik berbasis baterai hingga akhir 2025. Target itu menghasilkan kapasitas total hingga 40 Gigawatt.

    Tesla selama ini diketahui telah mengekspor Megapack ke Eropa dan Asia lewat manufakturnya baterainya di Shanghai.

    Kapasitas sistem penyimpanan energi baterai global naik 42 Gigawatt pada tahun 2023, hampir dua kali lipat total peningkatan kapasitas yang diamati pada tahun sebelumnya, menurut Badan Energi Internasional.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tamparan Keras Buat Elon Musk Usai Ajak Ribut Trump

    Tamparan Keras Buat Elon Musk Usai Ajak Ribut Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk akhirnya resmi meluncurkan uji coba skala kecil untuk layanan taksi otomatis tanpa pengemudi (robotaxi) di Austin, Texas, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Sehari sebelumnya, pemerintah setempat mengeluarkan aturan baru terkait kendaraan otomatis.

    Gubernur Texas yang merupakan politisi Republik, Greg Abott, resmi meneken regulasi yang mengharuskan perusahaan mendapat izin negara bagian untuk mengoperasikan mobil otomatis, dikutip dari Reuters, Senin (23/6/2025).

    Aturan itu mulai berlaku pada 1 September 2025 mendatang. Hal ini akan menambah daftar panjang urusan birokrasi yang harus dilalui perusahaan robotaxi seperti Tesla untuk mengoperasikan layanannya secara komersil di wilayah Texas.

    Padahal, aturan sebelumnya mengizinkan perusahaan kendaraan otomatis mengoperasikan armadanya di mana saja di Texas. Perusahaan hanya perlu memenuhi syarat pendaftaran dan asuransi dasar.

    Aturan baru disahkan dengan dalih untuk menjaga keamanan pengoperasian robotaxi di Texas, demi meningkatkan keselamatan penumpang.

    Sebelum aturan tersebut diteken Gubernur Texas, Musk dan Presiden AS Donald Trump diketahui terlibat adu mulut secara publik. Trump menghujat kebijakan anggaran Trump pasca dirinya mengundurkan diri sebagai Kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk yang merupakan pendonor besar dalam kampanye Trump pada Pilpres 2024 memang ramai disorot saat menjadi Kepala DOGE. Ia memangkas anggaran pemerintah besar-besaran yang menyebabkan badai PHK pegawai pemerintahan, serta membatalkan sejumlah kontrak dan program pemerintah.

    Di saat bersamaan, Musk dilaporkan malah mendorong kontrak-kontrak pemerintah yang menguntungkan kerajaan bisnisnya.

    Selain itu, kesibukan Musk di Gedung Putih juga memicu gejolak di kalangan investor Tesla. Pasalnya, Musk dinilai abai dengan tugasnya sebagai CEO, di kala Tesla mengalami penurunan penjualan akibat aksi boikot di mana-mana.

    Musk akhirnya memutuskan mundur dari pemerintahan Trump dan kembali fokus ke kerajaan bisnisnya. Namun, hal ini berarti bisnis-bisnis Musk tak bisa lagi mendapat ‘kemewahan’ dukungan dari pemerintah.

    Peluncuran uji coba robotaxi terbaru Tesla juga menghadapi berbagai tantangan. Beragam organisasi independen menggelar protes besar-besaran untuk menolak robotaxi Tesla karena alasan keamanan dan kurangnya transparansi perusahaan.

    Selain itu, sekelompok anggota parlemen Demokrat di Texas juga dilaporkan meminta Tesla menunda peluncuran uji coba robotaxi. Namun, akhirnya Musk tetap berpegang teguh pada rencana awal.

    Uji coba robotaxi Tesla digelar dalam skala kecil. Tesla mengundang beberapa influencer untuk mencoba menumpangi taksi otomatis tersebut dan membuat konten promosi.

    Menurut laporan Reuters, beberapa robotaxi Tesla terlihat di kawasan South Congress, Austin, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Ada sekitar 10 kendaraan dan penumpang di kursi depan yang bertindak sebagai “monitor keselamatan,” meskipun masih belum jelas seberapa besar kendali yang mereka miliki atas kendaraan tersebut.

    Uji coba ini merupakan langkah awal Tesla dalam meramaikan industri robotaxi yang sudah lebih dulu didominasi oleh Waymo milik Alphabet (Google). Waymo juga membutuhkan waktu bertahun-tahun dalam mematangkan industri robotaxi-nya untuk menggelar layanan secara komersil.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tesla Resmi Luncurkan Robotaxi, Kiamat Driver Online Menggila

    Tesla Resmi Luncurkan Robotaxi, Kiamat Driver Online Menggila

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sesuai omongan Elon Musk, Tesla resmi mengoperasikan taksi otomatis tanpa pengemudi (robotaxi) di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS). Untuk tahap uji coba awal, baru sedikit armada yang dikerahkan untuk melayani penumpang.

    Sepertinya Tesla juga menggandeng para influencer untuk mempromosikan robotaxi terbarunya. Banyak influencer yang mengunggah konten terkait pengalaman pertama menumpangi robotaxi Tesla.

    Peluncuran robotaxi di Austin menandai sejarah baru bagi Tesla. Meski Waymo dan banyak perusahaan China sudah lebih dulu meluncurkan robotaxi secara komersil, tetapi upaya Tesla untuk mengejar ketertinggalan akhirnya membuahkan hasil.

    Tesla menyebut robotaxi ini merupakan hasil kerja keras selama satu dekade. Ia mengatakan tim software dan chip AI untuk robotaxi ini dibangun dari nol di internal Tesla.

    Beberapa robotaxi Tesla terlihat di kawasan South Congress, Austin, pada Minggu (22/6) waktu setempat. Tesla menggelar uji coba kecil dengan sekitar 10 kendaraan dan penumpang di kursi depan yang bertindak sebagai “monitor keselamatan,” meskipun masih belum jelas seberapa besar kendali yang mereka miliki atas kendaraan tersebut.

    Dalam beberapa hari terakhir, Tesla telah mengirimkan undangan kepada sekelompok influencer terpilih untuk uji coba robotaxi yang diawasi ketat di zona terbatas. Layanan ini ditawarkan dengan biaya tetap sebesar US$4,20 (Rp69 ribu), kata Musk di X.

    Investor Tesla dan figur publik Sawyer Meritt mengunggah video di X pada akhir pekan lalu. Isinya terkait cara memesan, dijemput, dan menumpangi robotaxi Tesla menuju bar dan restoran, menggunakan aplikasi robotaxi Tesla di HP.

    Kendati demikian, Tesla masih menghadapi tantangan baru usai uji coba skala kecilnya. Sebagai perbandingan, Waymo menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun industri robotaxi-nya karena berbagai kendala keamanan dan regulasi.

    Terlebih, bertepatan dengan uji coba robotaxi Tesla di Austin, pemerintah setempat langsung menggenjot aturan baru terkait kendaraan otomatis.

    Gubernur Texas Greg Abbott, seorang Republikan, pada Jumat (20/6) pekan lalu menandatangani undang-undang yang mewajibkan izin negara bagian untuk mengoperasikan kendaraan tanpa pengemudi.

    Undang-undang tersebut akan mulai berlaku pada 1 September mendatang. Hal ini menandakan bahwa pejabat negara dari kedua partai ingin industri kendaraan tanpa pengemudi berjalan dengan hati-hati.

    Tesla tidak merespons permintaan komentar. Kantor Gubernur juga menolak berkomentar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Tepis Kabar xAI Bakar Rp 16,4 Triliun Perbulan

    Elon Musk Tepis Kabar xAI Bakar Rp 16,4 Triliun Perbulan

    Jakarta

    Startup kecerdasan buatan (AI) xAI besutan Elon Musk disebut menghabiskan setidaknya USD 13 miliar selama tahun 2025, atau setara USD 1 miliar ( Rp 16,4 triliun) setiap bulannya.

    Bloomberg, yang mengutik sumber anonim, menyebut setiap USD 500 juta yang dihasilkan oleh xAI akan terlihat sangat kecil dibanding pengeluaran mereka sebesar USD 13 miliar selama tahun 2025.

    Lewat postingan di X, Elon Musk menyebut laporan tersebut tidak benar. Ia pun mengiyakan postingan lain yang menyebut banyak orang tidak tahu apa yang menjadi pertaruhan di pengembangan xAI ini.

    Bahkan dana sebesar USD 14 miliar yang berhasil dikumpulkan sejak 2023 kini, pada Q1 2025, tersisa USD 4 miliar, dan nyaris tak akan tersisa lagi pada Q2 2025, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (20/6/2025).

    xAI mengaku tengah memfinalisasi suntikan dana sebesar USD 4,3 miliar dalam bentuk pendanaan ekuitas baru, dan berencana menggalan dana sebesar USD 6,4 miliar pada tahun 2026 mendatang. Dana ini di luar utang sebesar USD 5 miliar yang dikumpulkan oleh Morgan Stanley.

    Dana sebesar itu akan dipakai untuk membiayai pengembangan sejumlah data center Colossus xAI. Salah satu fasilitas data center itu, Memphis Supercluster, akan berisi 200 ribu GPU Nvidia Hopper, yang ditenagai dari baterai Tesla Megapack berkapasitas 150MW.

    Pada Q1 2025 valuasi xAI mencapai USD 80 miliar, meningkat jauh dibanding valuasinya pada akhir 2024 yang “hanya” USD 51 miliar. Startup besutan Musk ini sukses menarik banyak investor seperti Andreessen Horowitz, Sequoia Capital, dan VY Capital.

    Beberapa orang memprediksikan kalau xAI sudah bisa meraup keuntungan pada 2027. Prediksi ini lebih cepat ketimbang OpenAI, yang diperkirakan baru bisa mendapat keuntungan pada 2029 mendatang.

    (asj/asj)

  • Demo Tolak Kiamat Driver Online, Pemerintah Gagalkan Peluncuran Tesla

    Demo Tolak Kiamat Driver Online, Pemerintah Gagalkan Peluncuran Tesla

    Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas Amerika Serikat (AS) berupaya menggagalkan rencana peluncuran taksi otomatis (robotaxi) milik Tesla di Austin. Proyek ambisius Elon Musk itu tadinya direncanakan meluncur pada 22 Juni 2025. 

    Namun, otoritas setempat meminta Tesla menunda niatannya. Permintaan tersebut berasal dari sekelompok anggota parlemen Demokrat di Texas. Dalam suratnya, mereka meminta penundaan hingga September mendatang, saat undang-undang pengemudi otonom baru berlaku.

    Sebagai informasi, aturan yang ada sekarang mengizinkan perusahaan kendaraan otonom mengoperasikan kendaraannya di mana saja di Texas. Hanya saja, kendaraan harus memenuhi syarat pendaftaran dan asuransi dasar.

    Ke depan, aturan akan diubah. Undang-undang terbaru mewajibkan perusahaan mengajukan izin beroperasi. Aturan tersebut telah disahkan badan legislatif di Texas bulan lalu, namun belum ditandatangani gubernur setempat.

    Mereka meminta adanya informasi terperinci jika Tesla tetap memutuskan meluncurkan robotaxi bulan ini. Yakni terkait cara perusahaan mematuhi aturan tersebut, dikutip dari Reuters, Kamis (19/6/2025).

    Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait surat tersebut.

    Reuters juga menuliskan tidak jelas seberapa besar dampak surat anggota parlemen Demokrat untuk wilayah yang jabatan gubernur dan mayoritasnya dipegang oleh Partai Republik.

    Proyek robotaxi sudah jadi impian Musk sejak lama. Dia pernah mengatakan Tesla akan mengoperasikan 1 juta kendaraan robotaxi pada 2020, namun tidak jadi kenyataan. Terbaru, dia menjanjikan akan meluncurkan robotaxi di Austin Texas akhir bulan ini. Musk mengungkapkan telah menguji kendaraan Model Y tanpa supir cadangan beberapa waktu lalu.

    Bahkan Tesla telah menyiapkan 10 kendaraan dalam tahap awal peluncuran layanan. Kemudian memperluasnya hingga ribuan unit dan membuka layanan serupa ke lebih banyak kota jika peluncuran sukses.

    Demo Tolak Robotaxi Tesla

    Sebelumnya, masyarakat setempat juga menggelar demo untuk mengungkapkan penolakan terhadap robotaxi Tesla yang bisa membawa ‘kiamat’ bagi profesi driver online. Pemicu utamanya karena sistem pengemudian otomatis Tesla dianggap tidak aman dan perusahaan tidak transparan.

    Para advokat keselamatan publik dan pendemo lainnya mengaku kecewa dengan keterlibatan CEO Tesla Musk dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Meski hubungan keduanya sempat renggang, namun masyarakat tetap menunjukkan penolakan terhadap perusahaan Musk.

    Para pendemo berkumpul bersama di area downtown Austin pada Kamis (12/6) pekan lalu untuk mengekspresikan kekhawatiran mereka terkait peluncuran robotaxi, dikutip dari CNBC International.

    Anggota gerakan perlawanan terhadap Musk, seperti ‘Down Project’, ‘Tesla Takedown’, dan ‘Resist Austin’, mengatakan sistem pengemudian otomatis sebagian milik Tesla memiliki masalah keamanan serius.

    Sebagai informasi, Tesla menjual mobilnya dengan paket standar ‘Autopilot’ yang membantu pengemudian otomatis bagi pengendara. Selain itu, ada juga paket premium yang dinamai ‘Full Self-Driving’ (FSD) yang meliputi fitur penjagaan jalur otomatis, kemudi, dan parkir.

    Namun, sistem FSD itu sudah terlibat di banyak insiden tabrakan, termasuk puluhan yang masuk kategori fatal, menurut data yang dicatat Lembaga Keamanan Lalu Lintas Nasional (NHTS).

    Sementara itu, robotaxi Tesla yang dipamerkan Musk dalam klip video di X pada pekan lalu, memperlihatkan versi baru dari kendaraan populer Model Y milik Tesla yang dilengkapi software FSD teranyar.

    Sistem FSD tanpa supervisi manusia tersebut, atau teknologi robotaxi, belum tersedia untuk publik saat ini.

    Kritikus Tesla di The Dawn Project embawa versi Model Y dengan software FSD yang relatif baru (versi 13.2.9) untuk menunjukkan kepada masyarakat Austin cara kerjanya.

    Dalam demonstrasinya pada pekan lalu, mereka menunjukkan bagaimana Tesla dengan FSD melaju kencang melewati sebuah bus sekolah dengan rambu berhenti dan menabrak manekin seukuran anak-anak yang mereka letakkan di depan kendaraan tersebut.

    Sebagai informasi, CEO Dawn Project Dan O’Dowd yang juga mengelola Green Hiils Software, menjual teknologinya ke kompetitor Tesla seperti Ford dan Toyota.

    Stephanie Gomez yang juga menjadi peserta demo mengatakan kepada CNBC International bahwa ia tak suka dengan peran Musk di pemerintahan Trump. Ia juga mengatakan tak percaya pada standar keamanan Tesla.

    Lebih lanjut, Gomez mengklaim Tesla tak transparan kepada masyarakat terkait cara kerja robotaxi yang akan diluncurkan di Austin dalam beberapa waktu ke depan.

    Pendemo lainnya, Silvia Revelis, juga mengatakan menentang sikap dan aktivitas politik Musk. Namun, alasan terbesarnya ikut demo adalah tak percaya dengan keamanan Tesla.

    “Masyarakat belum mendapatkan hasil pengujian keamanan. Musk percaya posisinya ada di atas hukum,” kata dia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kunci Jaga Kesehatan Otak ala Elon Musk, Ternyata Sesimpel Ini

    Kunci Jaga Kesehatan Otak ala Elon Musk, Ternyata Sesimpel Ini

    Jakarta

    Menjadi Elon Musk dengan segala aktivitasnya tentu tak lepas dengan tantangan banyak hal yang harus diingat. Di sisi lain, kapasitas otak manusia juga terbatas. Lalu bagaimana trik CEO Tesla tersebut untuk mengingat sesuatu?

    Dikutip dari Times of India, Elon Musk sendiri memiliki satu trik khusus agar otaknya mampu menyimpan banyak detail-detail penting, seperti nama orang, peristiwa, atau hal-hal lainnya.

    Menurut Elon, kunci dari mengingat sesuatu adalah dengan memberinya makna. Dengan ini, kecil kemungkinan otak akan melupakan hal tersebut.

    Misalnya, jika ingin mengingat nama orang, cobalah kaitkan sesuatu yang istimewa atau berhubungan dengan orang tersebut. Bisa jadi hobi mereka, cerita lucu, atau gaya bicaranya.

    Ini akan menciptakan hubungan mental yang kuat, sehingga nama akan mudah diingat. Hubungan yang bermakna ini akan membantu otak manusia lebih terprogram untuk mengingat cerita dan emosi lebih baik daripada fakta acak.

    Mengaitkan dengan sesuatu yang lucu mungkin bisa menjadi cara paling ampuh untuk mengingat sesuatu. Ini karena otak sendiri menyukai hal-hal yang tidak biasa dan mengejutkan.

    Trik mengingat dari pendiri X Corp ini ternyata bisa dibuktikan lewat sains. Para ahli memori menjelaskan bahwa otak kita menyimpan informasi lebih baik jika dikaitkan dengan emosi atau gambaran mental yang kuat.

    Hal ini karena bagian otak yang emosional dan visual membantu menciptakan memori yang bertahan lama.

    (dpy/kna)

  • Heboh Tes Urin Elon Musk Usai Dituduh Pakai Narkoba

    Heboh Tes Urin Elon Musk Usai Dituduh Pakai Narkoba

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk agaknya masih terganggu dengan laporan yang menyebutnya sebagai pengidap narkoba. Musk dituduh secara rutin menggunakan ekstasi dan ketamin.

    Orang terkaya di dunia tersebut sampai membagikan hasil tes urinnya ke akun X personalnya. Hasilnya, Musk dinyatakan negatif untuk penggunaan berbagai obat-obatan terlarang.

    Musk dinyatakan tidak mengonsumsi kokain, metamfetamin, ketamin, ganja, dan ekstasi. Bersamaan dengan hasil tes urin tersebut, Musk menuliskan caption ‘lol’ yang merupakan ekspresi tertawa terbahak-bahak dalam slang Inggris.

    Kendati demikian, hasil tes urin tersebut tampak tidak terverifikasi, menurut laporan Complex, dikutip Rabu (18/6/2025).

    Sebagai informasi, pada awal bulan ini, The New York Times melaporkan dugaan penyalahgunaan obat-obat terlarang oleh Musk yang sempat mengepalai Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) dalam pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

    Dalam laporan yang berdasarkan informasi orang dekat Musk, pemilik Tesla dan SpaceX itu disebut menggunakan ketamin, ekstasi, dan mushroom, selama masa kampanye Trump di Pilpres 2024.

    Musk buru-buru membantah laporan itu dan menuduh The New York Times berbohong.

    “Untuk lebih jelasnya, saya TIDAK mengonsumsi obat-obatan! The New York Times berbohong,” tulis Musk, beberapa saat lalu, merespons laporan media asal AS tersebut.

    “Saya mencoba ketamin *dengan resep* beberapa tahun lalu dan mengatakannya pada X, jadi ini bahkan bukan berita baru. [Ketamin] membantu saya untuk keluar dari lubang mental yang gelap, tetapi saya belum meminumnya lagi sejak saat itu,” ia menambahkan.

    The New York Times mengutip lebih dari puluhan sumber yang dekat dengan Musk yang mengklaim bahwa sang miliarder menggunakan ketamin lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya, selain ekstasi dan jamur.

    Media tersebut menyatakan bahwa mereka melakukan penyelidikan melalui wawancara, pesan pribadi, catatan hukum, dan foto, dalam proses pembuatan laporan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Bangun Pabrik Raksasa di China, AS Minggir Dulu

    Elon Musk Tukang Bohong, Tesla Makin Hancur Lebur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri taksi otomatis (robotaxi) yang membawa ‘kiamat’ bagi profesi driver online kian kompetitif. Pabrikan otomotif dari China dan Amerika Serikat (AS) berbondong-bondong mengembangkan teknologi pengemudian otomatis paling canggih dan aman.

    Layanan ride-hailing seperti Uber dan Lyft juga makin kencang menggandeng mitra untuk mewujudkan layanan transportasi online berbasis robotaxi.

    Konsep mobil tanpa sopir sebenarnya sudah lama digaungkan oleh CEO Tesla, Elon Musk. Pada 2016 lalu, Tesla pertama kali memperkenalkan sistem pengemudian otomatis penuh (Full Self-Driving/FSD).

    Namun, kebohongan Musk terungkap. Tesla ternyata menggunakan video rekayasa untuk menampilkan mobil otomatis tanpa sopir yang berjalan aman di kondisi menantang. Video itu sudah dihapus dan Tesla mengklaim teknologinya sudah ada, hanya tinggal memvalidasi software-nya.

    Tak berhenti sampai di situ, 6 tahun lalu Musk menggembar-gemborkan rencana Tesla untuk mengoperasikan 1 juta robotaxi di jalanan pada 2020. Lagi-lagi, omongan itu hanya bualan.

    Bahkan, perusahaan robotaxi asal China seperti WeRide sudah mulai mengoperasikan armadanya hingga ke Abu Dhabi. Pabrikan robotaxi asal AS seperti Waymo juga terus memperluas jangkauan operasionalnya di beberapa negara bagian.

    Di kala perusahaan lain sudah berkembang pesat, Tesla masih jalan di tempat, berkutat pada izin operasional dan isu keamanan. Beberapa kali Musk memasang tenggat untuk pengoperasian robotaxi Tesla, tak beberapa kali pula mengalami penundaan.

    Beberapa saat lalu, Musk mengatakan robotaxi Tesla akan mulai beroperasi di Austin, Texas, pada 22 Juni 2025 mendatang. Namun, Musk menyebut tanggal itu ‘tentatif’. Kita tunggu saja apakah omongan kali ini terbukti benar atau lagi-lagi kebohongan semata.

    Tesla Makin Kacau

    Masalah bertubi-tubi dihadapi Tesla akibat kebohongan Musk, berbagai kecelakaan dan isu keselamatan pengemudi, hingga sikap politik Musk di pemerintah Trump yang memicu gerakan boikot di mana-mana.

    Di saat bersamaan, Tesla menghadapi tekanan kompetisi mobil listrik dari pabrikan China seperti BYD, Xpeng, Chery, dan Geely. Terbaru, muncul laporan bahwa Tesla menghentikan produksi Cybertruck dan Model Y selama sepekan di Austin, Texas.

    Business Insider melaporkan pemberhentian produksi akan dimulai pada 30 Juni mendatang, menurut informasi dari pertemuan para staf ketika penghentian produksi tersebut diumumkan.

    Hal ini menandai kali ketiga fasilitas Tesla di Austin mengalami penghentian produksi sepanjang tahun lalu hingga sekarang, menurut laporan Business Insider.

    Investor langsung bereaksi dan membuat saham Tesla anjlok 4% pada Selasa (17/6) waktu setempat. Sebagai informasi, Model Y merupakan salah satu model paling laris Tesla.

    Selain itu, Model Y juga merupakan salah satu model yang akan ditanamkan sistem FSD Tesla untuk peluncuran robotaxi pada 22 Juni 2025 mendatang.

    Saat Musk mengumbar soal robotaxi, ia membagikan klip video Model Y dan Model X yang dibenamkan teknologi robotaxi dan melintas di jalan raya Austin.

    Demo Besar-besaran

    Kelompok advokasi keselamatan publik mengatakan bahwa sistem pengemudian otomatis parsial Tesla (Autopilot) memiliki masalah keselamatan. Namun, fitur premium FSD juga belum sepenuhnya aman.

    Kendaraan dengan sistem FSD, yang mencakup fitur-fitur seperti menjaga lajur, kemudi, dan parkir otomatis, telah terlibat dalam ratusan tabrakan, termasuk puluhan kematian, menurut data Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional (NHTSA).

    Robotaxi Tesla yang direncanakan meluncur pada 22 Juni 2025 dilengkapi dengan software FSD terbaru. Teknologi FSD “tanpa pengawasan” itu belum tersedia untuk umum.

    Beberapa kelompok di Austin pada pekan lalu memprotes peluncuran pilot robotaxi Tesla dan keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump.

    Dawn Project, kelompok keselamatan teknologi yang mengkritik kemampuan FSD Tesla, mendemonstrasikan situasi keselamatan menggunakan Model Y yang dilengkapi dengan software yang tersedia saat ini.

    Dalam demonstrasi FSD, Model Y melaju melewati bus sekolah yang berhenti dengan tanda berhenti dan menabrak manekin seukuran anak-anak yang ditarik di depan mobil yang sedang melaju, yang mensimulasikan seorang anak berlari menyeberang jalan untuk mengejar bus.

    Pendiri Dawn Project Dan O’Dowd juga mengelola Green Hills Software, yang menjual teknologi kepada pesaing Tesla.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tendang Elon Musk, Trump Kasih Proyek Triliunan ke Pencipta ChatGPT

    Tendang Elon Musk, Trump Kasih Proyek Triliunan ke Pencipta ChatGPT

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Presiden Donald Trump memberikan proyek senilai US$200 juta (Rp3,2 triliun) untuk OpenAI yang merupakan raksasa teknologi di balik layanan AI populer ChatGPT.

    Proyek itu untuk menyediakan tool AI bagi Kementerian Pertahanan AS, menurut pernyataan Pentagon pada Senin (16/6) awal pekan ini.

    “[OpenAI] akan mengembangkan prototipe kapabilitas AI terdepan untuk menghadapi tantangan keamanan nasional kritis, baik dalam domain peperangan dan perusahaan,” kata Pentagon, dikutip dari Reuters, Selasa (17/6/2025).

    Proyek ini terutama akan dilakukan di Washington dan sekitarnya dengan perkiraan tanggal penyelesaian pada Juli 2026, kata Pentagon.

    Pekan lalu, OpenAI mengatakan bahwa pendapatan tahunannya melonjak hingga US$10 miliar (Rp162 triliun) pada Juni 2025. Angka itu memposisikan perusahaan untuk mencapai target setahun penuh di tengah maraknya adopsi AI.

    Sebelumnya, pada Maret 2025, OpenAI mengatakan akan mengumpulkan US$40 miliar (Rp651 triliun) dalam seri pendanaan baru yang dipimpun SoftBank Group.

    OpenAI mengantongi 500 juta pengguna aktif mingguan pada akhir Maret 2025.

    Pada April 2025, Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih merilis panduan khusus yang mengarahkan lembaga-lembaga federal untuk memastikan pemerintah dan masyarakat mendapat manfaat dari pasar AI Amerika yang kompetitif.

    Pemberian kontrak baru untuk OpenAI dilakukan beberapa saat setelah Elon Musk mundur dari posisinya sebagai Kepala Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE) di pemerintahan Trump, sekaligus penasihat khusus Trump. 

    Musk diketahui sebagai salah satu pendukung militan Trump dalam kampanye Pilpres AS 2024. Ia menggelontorkan US$300 juta untuk mendanai kampanye Trump, sekaligus mengerahkan media sosial X untuk menyebar propaganda yang menguntungkan Trump. 

    Kedekatan Trump dan Musk sempat membawa berkah bagi Tesla dan bisnis-bisnis Musk lainnya, sebelum akhirnya anjlok karena mendapat sentimen buruk dari masyarakat luas. Trump dan Musk juga sempat bersitegang karena perbedaan pandangan terkait kebijakan pemerintah dan anggaran negara. 

    Di sisi lain, Musk yang merupakan salah satu pendiri OpenAI juga terlibat kasus hukum dengan mantan perusahaannya itu. Musk menuduh CEO OpenAI Sam Altman telah mengubah nilai perusahaan menjadi for-profit. Bahkan, Musk sempat menawar untuk membeli OpenAI, tetapi ditolak mentah-mentah oleh pihak OpenAI.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cakung DC Bisa Berubah Total, Ini Bukti Manusia Bisa Digantikan

    Cakung DC Bisa Berubah Total, Ini Bukti Manusia Bisa Digantikan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Transaksi ecommerce yang kian tinggi membuat paket makin menggunung di gudang logistik tempat sortir di kota-kota besar di RI. Sebuah perusahaan kini memiliki robot menyerupai manusia yang bisa mempermudah proses pengiriman karena mampu melakukan sortir dengan kecepatan tinggi.

    Warga RI, khususnya di area Jabodetabek, yang pernah membeli barang lewat ecommerce pasti akrab dengan nama-nama hub logistik seperti Cakung DC. Nama-nama gudang logistik tersebut kerap muncul di aplikasi ecommerce saat pembeli mengecek lokasi paket yang tak kunjung tiba.

    Gudang-gudang logistik modern kini makin banyak menggunakan mesin otomatis untuk mempercepat proses sortir. Namun, mesin dan robot-robot berbentuk lengan yang digunakan oleh gudang logistik punya keterbatasan. Tiap mesin dan robot hanya bisa digunakan untuk satu jenis pekerjaan.

    Sebuah perusahaan asal Amerika Serikat bernama Figure kini mengembangkan robot yang menyerupai manusia (humanoid) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan di gudang logistik. Tujuan mereka adalah menyediakan robot yang bisa diprogram untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan sekaligus.

    Dalam unggahan di media sosial, Figure memamerkan robot yang diberi nama Figure 2 melakukan pekerjaan sortir di gudang logistik. Robot-robot tersebut mampu mengenali barcode dan memilah paket dengan ukuran dan bentuk yang berbeda, kemudian mengelompokkannya. Bahkan, teknologi yang diberi nama Helix itu membuat robot bisa bekerja dengan paket yang biasanya harus dipilah oleh manusia seperti amplop tipis atau kantung gelembung plastik.

    Figure mengikuti jejak perusahaan-perusahaan lain seperti Tesla dan Agility Robotics yang giat mencari cara untuk mengembangkan robot yang bisa mengerjakan tugas berulang yang biasanya dikerjakan oleh manusia.

    Robot buatan Figure diklaim mampu mengenali dan memilah paket dalam empat detik dengan akurat. Dalam uji coba terkini, tingkat kesalahan sortir hanya sekitar 5 persen.

    [Gambas:Twitter]

    Figure juga menyatakan robot buatan mereka bisa menyesuaikan diri dengan beragam bentuk paket, misalnya “menyentil” paket untuk membalik paket berbentuk kantung kemudian menggunakan jarinya untuk memutar amplop. Bahkan, robot Figure 2 mampu belajar sendiri untuk “meratakan” bungkus plastik agar bisa memindai barcode dengan lebih akurat.

    “Aksi ‘meratakan’ ini diajari lewat demonstrasi, memastikan barcode terlihat dengan jelas. Perilaku adaptif ini menggarisbawahi keunggulan dari pembelajaran end-to-end. Robot bisa belajar dari demonstrasi, bukan dari pemrograman langsung, untuk mengatasi permasalahan seperti paket yang ‘tak sempurna,’” kata Figure lewat siaran pers.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]