brand merek: Tesla

  • Kekayaan Elon Musk Turun Rp 243,8 Triliun Gegara Mau Bikin Partai Politik

    Kekayaan Elon Musk Turun Rp 243,8 Triliun Gegara Mau Bikin Partai Politik

    Jakarta

    Kekayaan bersih Elon Musk menurun USD 15,3 miliar (sekitar Rp 234,8 triliun) sejak CEO Tesla itu mengumumkan akan membentuk partai politik baru.

    Berita tersebut menimbulkan gejolak di pasar keuangan dan membuat para investor khawatir mengenai ambisi politik Musk dan kemungkinan implikasinya terhadap merek dan operasi bisnis Tesla.

    Musk, orang terkaya di dunia saat ini, kerap kali menggunakan jabatannya untuk memengaruhi kebijakan dan pasar, dan kiprahnya di dunia politik kali ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara dirinya dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Pada Sabtu (5/7), Musk mengumumkan pembentukan partai politik baru bernama America Party, dan pada Senin (7/7) saham Tesla anjlok 6,8%.

    Saham raksasa perusahaan EV itu ditutup pada USD 293,94, perusahaan kehilangan lebih dari USD 79 miliar dalam total nilai pasar.

    Sebagian besar kekayaan Musk terikat pada sahamnya di Tesla, yang kini bernilai sekitar USD 121 miliar. Total kekayaan bersihnya kini sekitar USD 346 miliar, turun dari USD 361 miliar pada hari sebelumnya, menurut Bloomberg Billionaires Index.

    Para investor sebelumnya menyatakan kekhawatiran tentang prioritas Musk, dan para pemegang saham Tesla pada Mei lalu meminta Musk untuk bekerja setidaknya 40 jam seminggu di perusahaan tersebut.

    Pembentukan America Party terjadi setelah Musk, yang sebelumnya mendukung Trump selama kampanye pemilihan presiden 2024 dan yang ditugaskan presiden untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, berselisih dengan Trump terkait Undang-Undang One Big Beautiful Bill.

    RUU belanja terbaru itu diproyeksikan akan meningkatkan defisit AS lebih dari USD 3 triliun dalam dekade mendatang. RUU tersebut dikritik oleh Musk karena menaikkan pagu utang dan mencabut insentif bagi produsen kendaraan listrik dan transisi energi.

    Sementara itu, Trump merespons pengumuman Musk, menyebut pembentukan America Party adalah hal konyol. “Saya sedih melihat Elon Musk benar-benar ‘keluar jalur’,” tulisnya dalam sebuah postingan di Truth Social.

    Meskipun America Party bertujuan mengganggu tatanan politik tradisional, sejarah menunjukkan sedikit keberhasilan bagi kelompok independen dan pihak ketiga dalam pemilihan presiden AS. Upaya-upaya sebelumnya yang dilakukan oleh Libertarian, Green, dan People’s Parties, telah gagal menembus dominasi Partai Republik dan Demokrat yang mengakar.

    “Saham Tesla telah terdampak oleh ‘ketidakpastian tarif’, ‘penghapusan subsidi untuk kendaraan listrik’, dan kekhawatiran tentang apakah Musk memiliki kapasitas yang cukup jika ia memutuskan untuk mendirikan America Party agar benar-benar bertanggung jawab dalam hal aktivitas bisnisnya,” kata Scott Lucas, pengajar politik Amerika di Dublin University, dikutip dari NewsWeek.

    Ivana Delevska, pendiri Spear Invest yang baru-baru ini menjual saham Tesla, mengatakan, “Meskipun peluangnya sangat besar, risikonya juga sangat signifikan. Meskipun potensi keuntungannya jelas ada, risikonya juga signifikan.”

    Sedangkan Jed Dorsheimer, analis di William Blair, dalam catatan risetnya menyebutkan bahwa para investor sudah jengah menghadapi kelakuan Musk.

    “Kami memperkirakan para investor mulai bosan dengan gangguan yang ada di saat bisnis sangat membutuhkan perhatian Musk dan hanya melihat sisi negatif dari kembalinya Musk ke dunia politik,” sebutnya.

    Adapun tindakan Musk selanjutnya terkait pendaftaran resmi partai tersebut masih belum jelas. Investor dan pengamat akan terus memantau dampak intervensi politik Musk terhadap saham Tesla dan perannya sebagai CEO.

    (rns/fay)

  • Video: Elon Musk Mau Bikin Partai, Saham Tesla Susut Rp 1,1 Triliun

    Video: Elon Musk Mau Bikin Partai, Saham Tesla Susut Rp 1,1 Triliun

    Video

    Video: Elon Musk Mau Bikin Partai, Saham Tesla Susut Rp 1,1 Triliun

    News

    3 jam yang lalu

  • Saham Tesla Menyusut Rp 1,1 T Gegara Elon Musk Umumkan Bikin Partai

    Saham Tesla Menyusut Rp 1,1 T Gegara Elon Musk Umumkan Bikin Partai

    Jakarta

    Saham Tesla mengalami penurunan cukup dalam pada Senin (7/7) waktu setempat. Menyusut sekitar Rp 1,1 triliun, valuasi produsen mobil listrik itu drop gegara Elon Musk mengumumkan mau bikin partai politik.

    Dikutip dari CNBC, saham Tesla merosot sebesar 7% pada perdagangan Senin (7/7) waktu setempat. Secara total market cap, Tesla disebutkan mengalami kerugian mencapai US$ 68 juta, itu setara dengan Rp 1,110 triliun.

    Masih dikutip dari sumber yang sama, penurunan tersebut terjadi sebagai reaksi atas pernyataan Musk yang berniat mendirikan partai baru di Amerika Serikat. Musk, pada Sabtu (5/7) membuat berita menghebohkan ketika menyatakan akan mendirikan Partai Amerika.

    Itu merupakan manuver politik lanjutan yang dibuat Musk setelah sejak tahun lalu dia memutuskan berada di belakang pencalonan Presiden Donald Trump dalam pemilu yang dilangsungkan pada 2024. Musk kemudian malah mendapat japatan strategis pada sebuah departemen yang diberi nama ‘Departemen Efisiensi Pemerintahan’.

    Terjunnya Musk ke kancah politik menjadi perdebatan banyak investor Tesla, dan perusahaan lain yang dimiliki pria 54 tahun itu.

    Elon Musk mengalami hubungan naik-turun dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. (Foto: REUTERS/Kevin Lamarque)

    “Sederhana saja, masuknya Musk lebih dalam ke kancah politik adalah arah yang berlawanan dengan apa yang diinginkan investor,” kata Dan Ives, kepala penelitian teknologi global di Wedbush Securities.

    Langkah-langkah politis yang diambil Musk dalam beberapa waktu terakhir terjadi ketika Tesla justru tengah mendapat tekanan sangat berat di pasar mobil listrik. Di banyak negara, mobil-mobil Tesla tak lagi menjadi pilihan utama kendaraan nol emisi buang.

    Tesla terus mendapat persaingan ketat dari mobil-mobil listrik Tesla, terutama BYD yang semakin mengukuhkan diri sebagai produsen mobil listrik utama dunia. Pada kuarter kedua tahun ini, Tesla sudah merilis laporan bahwa penjualan mobil mereka turun sebanyak 14% (yer on year).

    (din/lua)

  • Petaka Driver Online Menggila, China Langsung Bereaksi

    Petaka Driver Online Menggila, China Langsung Bereaksi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri otomotif China sudah melampaui pesaingnya dari luar negeri, termasuk Amerika Serikat (AS), dalam pengembangan teknologi pengemudian otomatis (automatic vehicles/AV).

    Pasalnya, AS memiliki regulasi yang ketat dalam mengizinkan perusahaan menguji coba AV di jalanan, umumnya untuk bisnis taksi otomatis (robotaxi).

    Sejauh ini, baru Waymo yang sudah menggelar layanan robotaxi komersil di jalanan AS. Tesla baru melakukan uji coba skala kecil di Austin, Texas.

    Padahal, di China sudah banyak robotaxi yang ‘menjajah’ jalanan berbagai daerah. Nama-nama yang terkenal seperti WeRide, Apollo Go, Pony.ai, AutoX, dan SAIC.

    Salah satu faktornya karena regulasi di China yang cenderung lebih longgar untuk inovasi teknologi AV, maupun sistem pengemudian dengan bantuan asisten.

    Namun, China sepertinya mulai waswas dengan perkembangan yang terlalu cepat. Reuters melaporkan Beijing mulai memberi sinyal baru untuk pengembangan industri AV dan kendaraan dengan asisten teknologi.

    Pesannya, industri harus bergerak cepat, tetapi hati-hati, dikutip dari Reuters, Senin (7/7/2025).

    Regulator China baru-baru ini telah menyelesaikan peraturan keselamatan baru untuk sistem bantuan pengemudi. Beijing mempertajam pengawasan terhadap teknologi tersebut setelah kecelakaan yang melibatkan sedan Xiaomi SU7 pada Maret 2025.

    Insiden itu menewaskan tiga penumpang ketika mobil mereka menabrak beberapa detik setelah pengemudi mengambil alih kendali dari sistem bantuan pengemudian.

    Pejabat China ingin mencegah produsen mobil menjual kemampuan sistem tersebut dengan promosi berlebihan. Regulator ingin menyeimbangkan antara inovasi dan keselamatan untuk memastikan produsen mobil China tidak kalah dari para pesaing AS dan Eropa.

    Menetapkan regulasi yang jelas untuk teknologi bantuan mengemudi tanpa memperlambat kemajuannya dapat memberi industri China keunggulan atas pesaing global, kata para analis.

    Pendekatan ini sangat kontras dengan pasar AS, di mana perusahaan yang mengejar mobil otonom telah menyatakan frustrasi karena pemerintah belum menerapkan sistem regulasi untuk memvalidasi dan menguji teknologi tersebut.

    Cepat dan Hati-hati

    Markus Muessig, pimpinan industri otomotif di Accenture Greater China, mengatakan regulator dan industri China telah lama mengikuti filosofi mantan pemimpin China Deng Xiaoping.

    “Coba rasakan batu untuk menyeberangi sungai,” kata tokoh kawakan tersebut.

    Ungkapan tersebut berarti China mendukung eksplorasi teknologi baru yang belum pasti. Muessig mengatakan nilai tersebut selama ini terbukti berhasil.

    Peraturan China saat ini memperbolehkan sistem yang secara otomatis mengendalikan, mengerem, dan mempercepat kendaraan dalam kondisi tertentu, tetapi tetap mengharuskan pengemudi untuk terlibat.

    Oleh karena itu, istilah pemasaran seperti “pintar” dan “otonom” dilarang.

    Peraturan baru tersebut akan difokuskan pada desain hardware dan software yang memantau kondisi kesadaran pengemudi dan kapasitas mereka untuk mengambil kendali tepat waktu.

    Untuk melakukan hal ini, regulator meminta bantuan produsen mobil China Dongfeng dan raksasa teknologi Huawei untuk membantu menyusun peraturan baru dan telah meminta masukan publik selama periode satu bulan, yang berakhir pada Jumat (4/7) pekan lalu.

    Pada saat yang sama, pejabat pemerintah mendesak produsen mobil China untuk segera menerapkan sistem yang lebih canggih, yang dikenal sebagai assisted-driving Level 3.

    Sistem itu memungkinkan pengemudi mengalihkan pandangan dari jalan dalam situasi tertentu. Level 3 adalah titik tengah pada skala pengemudian otomatis. Mulai dari fitur dasar seperti kendali jelajah di Level 1, hingga kemampuan mengemudi sendiri dalam semua kondisi di Level 5.

    Pemerintah China telah menunjuk perusahaan milik negara, Changan, untuk menjadi produsen mobil pertama yang memulai uji validasi Level 3 pada April 2025, tetapi rencana itu dihentikan setelah kecelakaan Xiaomi, kata seorang sumber yang mengetahui proses perencanaan regulasi.

    Beijing masih berharap untuk melanjutkan pengujian tersebut tahun ini dan menyetujui mobil Level 3 pertama negara itu pada tahun 2026, kata sumber itu.

    Kementerian Perindustrian Teknologi Informasi China dan Changan tidak menanggapi permintaan komentar. Xiaomi mengatakan pihaknya bekerja sama dengan penyelidikan polisi atas kecelakaan yang melibatkan unit produknya.

    Sistem bantuan pengemudi dipandang oleh analis industri sebagai medan pertempuran besar berikutnya di pasar mobil China yang sangat kompetitif.

    Selama satu dekade terakhir, sistem Level 2 telah menjamur di China, termasuk sistem Full Self Driving milik Tesla, serta fitur Xiaomi yang terlibat dalam kecelakaan Maret lalu.

    Kemampuannya berkisar dari mengikuti kendaraan dasar di jalan raya hingga menangani sebagian besar tugas di jalan perkotaan yang sibuk, di bawah pengawasan pengemudi.

    Produsen mobil telah menekan biaya hardware ke tingkat yang memungkinkan mereka menawarkan fitur Level 2 dengan sedikit atau tanpa biaya tambahan.

    Produsen mobil nomor 1 China, BYD telah meluncurkan perangkat lunak bantuan mengemudi “God’s Eye” secara gratis di seluruh lini produknya. Lebih dari 60% mobil baru yang dijual di China tahun ini akan memiliki fitur Level 2, menurut perkiraan dari firma riset Canalys.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Trump Sebut Rencana America Party Milik Elon Musk Konyol

    Trump Sebut Rencana America Party Milik Elon Musk Konyol

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump kritik peluncuran partai politik baru oleh CEO multitriliuner Elon Musk yang diberi nama America Party pada Minggu (06/07).

    CEO Tesla dan SpaceX itu, yang tadinya merupakan penasihat Trump, mengumumkan pembentukan America Party melalui serangkaian unggahan di media sosial X pada Sabtu (05/07) malam.

    “Negara terus dibebani pemborosan dan korupsi, seolah kita hidup dalam satu partai, bukan demokrasi. Hari ini, America Party dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” tulis Musk di X, platform media sosial yang ia miliki.

    Pada Minggu (06/07), Trump menyebut pembentukan partai ketiga sebagai sesuatu yang “konyol”.

    “Partai Demokrat memang telah kehilangan arah, tetapi sejak dulu sistem (di AS) selalu dua partai,” ujar Trump, seraya menambahkan, “dan saya pikir adanya partai ketiga hanya menambah kebingungan. Konsep ini mungkin memang sengaja dikembangkan, tapi konsep tiga partai tidak pernah berhasil.”

    Musk menentang UU ‘Big Beautiful Bill’ kebanggaan Trump

    Wacana partai politik baru dari Musk muncul setelah hubungan dengan Trump memburuk di hadapan publik.

    Musk pernah menyumbangkan ratusan juta dolar untuk kampanye periode kedua Trump, serta memimpin lembaga bernama Departemen Efisiensi Pemerintahan DOGE yang dibentuk untuk mengurangi pengeluaran negara. Hubungan keduanya kemudian memburuk dan pertikaian mereka mencuat ke publik.

    Musk menjadi salah satu pengkritik paling vokal terhadap kebijakan tersebut. Ia bertekad mendirikan partai baru untuk menentang Partai Republik yang mendukung RUU tersebut.

    Lewat jajak pendapat yang ia unggah di X pada Jumat (04/07), Musk mempertanyakan apakah publik ingin “merdeka dari sistem dua partai, atau seperti yang diyakini sebagian orang, sistem satu partai yang disamarkan.” Survei itu direspons oleh lebih dari 1,2 juta pengguna X, dan lebih dari 60 persen menyatakan mendukung hadirnya partai baru.

    Upaya Musk membentuk partai ketiga dibayangi kegagalan di masa lalu

    Ide untuk membentuk partai ketiga yang benar-benar kompetitif dan berpotensi menggoyahkan dominasi Partai Demokrat dan Republik telah berlangsung lebih dari satu abad di seluruh tingkat pemerintahan AS.

    Namun, Musk bukan orang pertama yang mencoba mendirikan partai untuk menantang dominasi tersebut.

    Mantan Presiden Theodore Roosevelt menjadi sosok yang paling mendekati keberhasilan dalam pembentukan partai ketiga pada tahun 1912, setelah berpisah dari Partai Republik. Ia maju sebagai kandidat dari Partai Progresif dan berhasil meraih 27 persen suara populer serta 88 suara elektoral.

    Pada 1992, miliarder Ross Perot mencatatkan perolehan 19 persen suara populer sebagai kandidat independen dalam pemilu presiden. Ia tidak berhasil meraih suara elektoral, tetapi akhirnya ia membentuk Partai Reformasi.

    Kekayaan Musk diuji oleh realitas politik

    Musk telah memberi sinyal bahwa ia tidak menargetkan kemenangan mutlak. Sebaliknya, America Party akan fokus pada upaya merebut beberapa kursi di DPR dan Senat melalui pendekatan, “kekuatan yang sangat terfokus di titik tertentu di medan tempur.”

    Musk meyakini bahwa dengan menyasar pemilihan di daerah-daerah kunci, America Party dapat meraih suara penentu dalam proses legislasi yang diperdebatkan dengan sengit.

    Dana kampanye yang sangat besar bisa menjadi keunggulan Musk.

    Partai politik biasanya menghabiskan miliaran dolar untuk memenangkan kandidat mereka. Menurut pemantau sumbangan politik, OpenSecrets, hampir USD16 miliar (sekitar Rp260,8 triliun) dihabiskan untuk pemilu presiden dan kongres AS tahun 2024.

    Musk sendiri tercatat sebagai penyumbang terbesar dalam periode pemilu 2023-2024. Ia menyumbangkan lebih dari USD291 juta kepada kandidat Partai Republik di berbagai tingkatan pemilu.

    Namun, uang bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam politik.

    Pada April lalu, Musk memberikan cek jutaan dolar kepada sejumlah pemilih di Wisconsin menjelang pemilihan hakim Mahkamah Agung negara bagian tersebut.

    Namun, pemilih justru memilih kandidat yang didukung Partai Demokrat, Susan Crawford. Ia mengalahkan kandidat konservatif Brad Schimel, meskipun Schimel memiliki anggaran belanja kampanye sebesar USD25 juta dari Elon Musk.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Pratama Indra
    Editor: Tezar Aditya/Hendra Pasuhuk

    Lihat juga Video Trump Skeptis dengan Rencana Elon: Partai Ketiga Tak Pernah Berhasil

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil Listrik Xpeng G7 Terjual 10 Ribu Unit dalam 9 Menit, Apa Hebatnya?

    Mobil Listrik Xpeng G7 Terjual 10 Ribu Unit dalam 9 Menit, Apa Hebatnya?

    Jakarta

    Mobil listrik Xpeng G7 baru saja meluncur di China dan langsung mencatatkan angka penjualan fantastis.

    Dilansir dari CNEVPost, hanya butuh waktu 9 menit sejak peluncuran, SUV listrik Xpeng G7 ini laku sebanyak 10.000 unit.

    Konsumen diminta membayar deposit 5.000 yuan atau sekitar Rp 11 juta untuk mengamankan unit. Ini jadi sinyal kuat bahwa peminat mobil listrik di China masih tinggi, apalagi dengan banderol G7 yang tergolong menggoda yakni mulai dari 195.800 yuan atau sekitar Rp442 juta.

    Xpeng G7 Foto: dok. Xpeng

    Lantas apa yang membuat Xpeng G7 sangat diminati masyarakat China?

    Perlu diketahui bahwa Xpeng G7 menempati segmen SUV menengah. Artinya mobil listrik ini bermain melawan Tesla model Y atau Xiaomi YU7 di pasar China.

    Xpeng G7 tetap menawarkan performa impresif lewat motor listrik 218 kW (sekitar 297 PS) yang ditanamkan ke roda belakang. Diklaim mobil ini mampu melesat dari 0-100 km/jam dalam 6,5 detik saja.

    Soal baterai, G7 tersedia dalam dua opsi yakni 68,5 kWh yang sekali cas penuh bisa dibawa hingga 602 km (klaim CLTC) dan ada juga yang 80,8 kWh dengan jarak tempuh hingga 702 km (klaim CLTC).

    Kedua opsi tersebut hadir dengan arsitektur pengisian cepat 800V dan mendukung charging rate tinggi sehingga waktu pengisiannya jadi lebih singkat.

    Xpeng G7 Foto: dok. Xpeng

    Nilai jual utama Xpeng G7 juga terletak pada teknologi AR-HUD (Augmented Reality Head-Up Display) yang mereka kembangkan bersama Huawei. Di mana, mobil ini memiliki layar proyeksi yang menggantikan panel instrumen konvensional dan mampu menampilkan navigasi AR, panduan saat persimpangan, hingga arahan ganti jalur secara dinamis.

    Versi tertinggi, G7 Ultra, dibekali chip AI Turing buatan Xpeng sendiri dengan daya komputasi mencapai 2.250 TOPS. Chip ini mengendalikan sistem bantuan berkendara semi otonom berbasis kamera, mulai dari City Navigation Guided Pilot (NGP), highway NGP, hingga fitur parkir otomatis.

    Di sisi lain,Xpeng G7 juga tampil menarik. Dari luar, G7 tampil hadir dengan “X Face” generasi baru, grille aktif, lampu DRL full-lebar, serta handle pintu tersembunyi. Dimensinya cukup bongsor dengan panjang 4.892 mm dan wheelbase 2.890 mm.

    Masuk ke dalam, kabinnya dibuat senyap dan mewah. Panel instrumen ditiadakan demi layar sentral 15,6 inci, ditambah layar kontrol 8 inci di baris kedua. Jok kulit Nappa dilengkapi pemanas, ventilasi, dan fitur pijat. Fitur lain seperti panoramic sunroof, ambient lighting, hingga audio 20-speaker 7.1.4 juga ikut disematkan.

    Sayang model SUV dari Xpeng G7 ini belum ada kabar untuk dibawa ke Indonesia. Saat ini, Xpeng Indonesia tengah fokus menjual model MPV premium X9 dan SUV G6.

    (mhg/din)

  • Taktik Elon Musk Lawan Trump: Bikin Partai Politik

    Taktik Elon Musk Lawan Trump: Bikin Partai Politik

    Jakarta

    Elon Musk tiba-tiba membuat gebrakan baru untuk melawan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Orang terkaya di dunia itu meluncurkan partai politik tandingan Trump.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (7/7/2025), Elon Musk meluncurkan partai politik baru di AS. Dia membentuk partai itu untuk melawan apa yang dianggapnya ‘sistem satu partai’ di AS.

    Musk merupakan donor politik terbesar Trump dalam Pilpres AS 2024. Dia kemudian berselisih dengan Trump setelah memimpin upaya Partai Republik untuk memangkas pengeluaran dan memotong pekerjaan federal sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk berselisih dengan Trump mengenai rencana pengeluaran domestik besar-besaran. Dia mengatakan hal itu akan meledakkan utang AS dan berjanji untuk melakukan segala daya untuk menggagalkan rencana itu.

    Sekarang, dia mengklaim telah menciptakan apa yang disebut Partai Amerika. Dia menuding politik AS yang selama ini didominasi Partai Demokrat dan Partai Republik bukan demokrasi.

    “Jika menyangkut kebangkrutan negara kita dengan pemborosan & korupsi, kita hidup dalam sistem satu partai, bukan demokrasi,” bos Space X dan Tesla itu memposting di X, platform media sosial miliknya.

    “Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” sambungnya.

    Musk mengutip jajak pendapat, yang diunggahnya sendiri pada Hari Kemerdekaan AS, di mana dia menanyakan apakah responden ‘menginginkan kemerdekaan dari sistem dua partai (ada yang mengatakan satu partai)’ yang telah mendominasi politik AS selama sekitar dua abad. Survei ya-atau-tidak itu memperoleh lebih dari 1,2 juta tanggapan.

    “Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” ia memposting pada hari Sabtu.

    Elon Musk Bikin Parpol Baru

    Foto: Elon Musk dan Donald Trump (REUTERS/Nathan Howard).

    Musk membagikan meme yang menggambarkan ular berkepala dua dan judul ‘Akhiri Satu Partai’. Meski demikian, tidak jelas seberapa besar dampak partai baru tersebut terhadap pemilihan paruh waktu AS di tahun 2026 atau terhadap pemilihan presiden 2 tahun setelah itu.

    Perseteruan Trump-Musk kembali memanas secara dramatis akhir bulan lalu saat Trump mendorong Partai Republik di Kongres untuk memaksakan agenda domestiknya yang besar dalam bentuk RUU One Big Beautiful. Musk menentang keras undang-undang tersebut dan dengan kejam menyerang pendukungnya dari Partai Republik karena mendukung apa yang dianggapnya perbudakan utang.

    Dia kemudian berjanji untuk meluncurkan partai politik baru untuk menantang anggota parlemen yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran federal tetapi malah memilih RUU tersebut. RUU diprediksi para ahli akan menambah defisit AS sebesar USD 3,4 triliun selama satu dekade.

    “Mereka akan kalah dalam pemilihan pendahuluan tahun depan jika itu adalah hal terakhir yang saya lakukan di Bumi ini,” kata Musk awal minggu ini.

    Setelah Musk mengkritik keras RUU pengeluaran unggulan, yang akhirnya disahkan Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang, Trump mengancam akan mendeportasi taipan teknologi tersebut dan mencabut dana federal dari bisnisnya.

    “Kita harus melihatnya,” kata presiden kepada wartawan ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk mendeportasi Musk, yang lahir di Afrika Selatan dan telah memegang kewarganegaraan AS sejak 2002.

    Setelah mengunggah jajak pendapat, Musk memaparkan kemungkinan rencana pertempuran politik untuk merebut kursi DPR dan Senat yang rentan dan menjadi ‘suara penentu’ pada undang-undang utama.

    “Salah satu cara untuk melaksanakannya adalah dengan berfokus pada hanya 2 atau 3 kursi Senat dan 8 hingga 10 distrik DPR,” ujar Musk.

    Sebagai informasi, 435 kursi DPR AS diperebutkan setiap 2 tahun, sementara sekitar sepertiga dari 100 anggota Senat, yang menjabat selama enam tahun, dipilih setiap dua tahun.

    Beberapa pengamat dengan cepat menunjukkan bagaimana kampanye pihak ketiga secara historis telah memecah suara, seperti yang dilakukan oleh pencalonan presiden independen pengusaha Ross Perot pada tahun 1992 ketika hal itu membantu menghancurkan upaya pemilihan kembali George HW Bush yang mengakibatkan kemenangan Demokrat Bill Clinton.

    Lihat juga Video Trump Skeptis dengan Rencana Elon: Partai Ketiga Tak Pernah Berhasil

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Trump Kecam Elon Musk Bikin Partai Politik Baru: Konyol!

    Trump Kecam Elon Musk Bikin Partai Politik Baru: Konyol!

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam partai politik baru yang diluncurkan orang terkaya di dunia, Elon Musk. Trump menyebut langkah Elon Musk itu konyol.

    “Menurut saya, mendirikan partai ketiga itu konyol,” kata Trump dilansir kantor berita AFP, Senin (7/7/2025).

    Trump mengatakan mendirikan partai ketiga di AS itu tidak masuk akal. Dia menyebut hanya ada dua partai politik yang dominan di AS yakni Republik dan Demokrat.

    “Sistemnya selalu dua partai, dan menurut saya mendirikan partai ketiga hanya akan menambah kebingungan,” ujarnya.

    Seperti diketahui, Elon Musk meluncurkan partai politik baru di AS. Dia membentuk partai itu untuk melawan apa yang dianggapnya ‘sistem satu partai’ di AS.

    Musk merupakan donor politik terbesar Trump dalam Pilpres AS 2024. Dia kemudian berselisih dengan Trump setelah memimpin upaya Partai Republik untuk memangkas pengeluaran dan memotong pekerjaan federal sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).

    Musk berselisih dengan Trump mengenai rencana pengeluaran domestik besar-besaran. Dia mengatakan hal itu akan meledakkan utang AS dan berjanji untuk melakukan segala daya untuk menggagalkan rencana itu.

    “Jika menyangkut kebangkrutan negara kita dengan pemborosan & korupsi, kita hidup dalam sistem satu partai, bukan demokrasi,” bos Space X dan Tesla itu memposting di X, platform media sosial miliknya.

    “Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk mengembalikan kebebasan Anda,” sambungnya.

    Musk mengutip jajak pendapat, yang diunggahnya sendiri pada Hari Kemerdekaan AS, di mana dia menanyakan apakah responden ‘menginginkan kemerdekaan dari sistem dua partai (ada yang mengatakan satu partai)’ yang telah mendominasi politik AS selama sekitar dua abad. Survei ya-atau-tidak itu memperoleh lebih dari 1,2 juta tanggapan.

    “Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” ia memposting pada hari Sabtu.

    Musk membagikan meme yang menggambarkan ular berkepala dua dan judul ‘Akhiri Satu Partai’. Meski demikian, tidak jelas seberapa besar dampak partai baru tersebut terhadap pemilihan paruh waktu AS di tahun 2026 atau terhadap pemilihan presiden 2 tahun setelah itu.

    Perseteruan Trump-Musk kembali memanas secara dramatis akhir bulan lalu saat Trump mendorong Partai Republik di Kongres untuk memaksakan agenda domestiknya yang besar dalam bentuk RUU One Big Beautiful. Musk menentang keras undang-undang tersebut dan dengan kejam menyerang pendukungnya dari Partai Republik karena mendukung apa yang dianggapnya perbudakan utang.

    Dia kemudian berjanji untuk meluncurkan partai politik baru untuk menantang anggota parlemen yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran federal tetapi malah memilih RUU tersebut. RUU diprediksi para ahli akan menambah defisit AS sebesar USD 3,4 triliun selama satu dekade.

    “Mereka akan kalah dalam pemilihan pendahuluan tahun depan jika itu adalah hal terakhir yang saya lakukan di Bumi ini,” kata Musk awal minggu ini.

    Setelah Musk mengkritik keras RUU pengeluaran unggulan, yang akhirnya disahkan Kongres dan ditandatangani menjadi undang-undang, Trump mengancam akan mendeportasi taipan teknologi tersebut dan mencabut dana federal dari bisnisnya.

    “Kita harus melihatnya,” kata presiden kepada wartawan ketika ditanya apakah dia akan mempertimbangkan untuk mendeportasi Musk, yang lahir di Afrika Selatan dan telah memegang kewarganegaraan AS sejak 2002.

    Setelah mengunggah jajak pendapat, Musk memaparkan kemungkinan rencana pertempuran politik untuk merebut kursi DPR dan Senat yang rentan dan menjadi ‘suara penentu’ pada undang-undang utama.

    “Salah satu cara untuk melaksanakannya adalah dengan berfokus pada hanya 2 atau 3 kursi Senat dan 8 hingga 10 distrik DPR,” ujar Musk.

    Sebagai informasi, 435 kursi DPR AS diperebutkan setiap 2 tahun, sementara sekitar sepertiga dari 100 anggota Senat, yang menjabat selama enam tahun, dipilih setiap dua tahun.

    Beberapa pengamat dengan cepat menunjukkan bagaimana kampanye pihak ketiga secara historis telah memecah suara, seperti yang dilakukan oleh pencalonan presiden independen pengusaha Ross Perot pada tahun 1992 ketika hal itu membantu menghancurkan upaya pemilihan kembali George HW Bush yang mengakibatkan kemenangan Demokrat Bill Clinton.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Elon Musk Bentuk Partai buat Lawan Kebijakan Trump

    Elon Musk Bentuk Partai buat Lawan Kebijakan Trump

    Jakarta

    Elon Musk membuat gebrakan baru di Amerika Serikat (AS). Orang terkaya dunia versi Forbes itu mengumumkan pembentukan partai politik bernama America Party, yang disebutnya akan mengembalikan kebebasan rakyat AS.

    “America Party akan memberikan kembali kebebasan Anda. Dengan faktor 2 banding 1, Anda menginginkan partai politik baru dan Anda akan mendapatkannya!” tulis Musk melalui akun X pribadinya, dikutip dari CNBC, Minggu (6/7/2025).

    Bos Tesla itu menjelaskan, partai barunya tidak berambisi besar dalam perebutan kursi, melainkan fokus pada 2 hingga 3 kursi Senat dan 8 sampai 10 kursi DPR. Target ini cukup untuk mempengaruhi keputusan legislasi, khususnya soal undang-undang yang dianggap kontroversial.

    “Mengingat margin legislatif yang sangat tipis, itu akan cukup untuk menjadi suara penentu pada undang-undang yang kontroversial, memastikan bahwa undang-undang tersebut melayani keinginan sejati rakyat,” terang Musk.

    Namun, ia belum mengungkap apakah partai ini sudah terdaftar resmi di Komite Pemilihan Federal AS.

    Sebagai catatan, Musk dikenal aktif dalam dunia politik AS selama beberapa tahun terakhir. Ia pernah menjadi sponsor besar dalam kampanye pemilihan presiden, dengan total sumbangan mencapai US$ 280 juta. Dukungan terbesarnya diberikan kepada Donald Trump saat kampanye presiden.

    Meski sempat dekat, hubungan keduanya kini renggang. Musk dan Trump bahkan kerap saling sindir di media sosial setelah berselisih pandangan soal kebijakan fiskal pemerintah.

    “Jelas terlihat dengan pengeluaran yang gila-gilaan dari RUU ini, yang meningkatkan pagu utang hingga rekor LIMA TRILIUN DOLAR bahwa kita hidup di negara satu partai PORKY PIG PARTY!!” sindir Musk di media sosial.

    (ada/rrd)

  • Mobil Murah Tak Kunjung Datang, Konsumen Kabur

    Mobil Murah Tak Kunjung Datang, Konsumen Kabur

    Jakarta

    Tesla makin keteteran di pasar mobil listrik global. Di saat persaingan makin sengit dan minat konsumen mulai goyah, merek mobil listrik asal Amerika Serikat ini justru belum menepati janjinya untuk menghadirkan kendaraan dengan harga terjangkau.

    Dikutip dari Forbes, lesunya penjualan Tesla terjadi hampir di seluruh pasar utama. Di Eropa, Tesla mencatat penurunan selama lima bulan berturut-turut.

    Data menyebutkan, penjualan Tesla di Amerika Serikat yang notabene pasar domestik sekaligus basis produksi utama mereka terus melemah. Bahkan di China yang selama ini jadi pasar kunci, penjualan Tesla turun hingga 15% di bulan lalu.

    Sepanjang kuartal II 2025, Tesla hanya mampu mengirimkan 384.122 unit kendaraan listrik ke pasar global. Angka itu turun 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan jadi penurunan kuartal ketiga berturut-turut.

    Tesla Model Y Foto: (Rangga Rahadiansyah/detikOto)

    Salah satu penyebab utama adalah absennya model entry-level yang sebelumnya dijanjikan Elon Musk. Model Y versi murah yang sempat digadang-gadang meluncur tahun ini, justru ditunda.

    Tak hanya itu, babak belur Tesla di pasar Otomotif ini terjadi karena berkurangnya minat beli masyarakat Amerika Serikat akan mobil listrik.

    Dari studi yang dilakukan oleh AAA (American Automobile Association) pada Juni 2025 minat beli masyarakat Amerika Serikat akan mobil listrik kian menurun. Disebutkan bahwa hanya 16% orang dewasa di Amerika Serikat yang menyatakan ingin membeli EV. Padahal pada 2022, angkanya masih di 25%.

    Reputasi pribadi Elon Musk yang belakangan dekat dengan Presiden AS Donald Trump juga mempengaruhi persepsi konsumen. Business Insider mencatat, banyak konsumen mulai berpaling dari Tesla karena citra politik Musk yang dianggap kontroversial.

    Di sisi lain, persaingan dari merek mobil listrik China semakin tajam. Tesla juga disebut salah strategi untuk menghadapi perang di skena otomotif global. Diketahui bahwa merek lain mulai mengalihkan fokus ke kendaraan hybrid sebagai alternatif, Tesla justru makin fokus ke teknologi futuristik seperti robotaxi dan AI. Padahal, bisnis utamanya saat ini masih bergantung pada penjualan mobil listrik dan baterai.

    Solusi Elon Musk: Pecat Orang Kepercayaannya

    Di tengah situasi sulit ini, CEO Tesla Elon Musk mengambil keputusan drastis. Ia memecat Omead Afshar, Kepala Operasional untuk wilayah Amerika Utara dan Eropa.

    Padahal, Afshar dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan Musk. Ia bergabung sejak 2017 sebagai insinyur, lalu naik menjadi Wakil Presiden yang membawahi operasional di dua pasar terbesar Tesla.

    Pemecatan dilakukan menjelang tutup kuartal II 2025, dan diyakini sebagai langkah Musk untuk merespons tekanan yang kian besar dari investor dan publik.
    “Afshar selama ini dikenal sebagai tangan kanan Musk. Bahkan dia yang memimpin perayaan peluncuran robotaxi Tesla di Austin bulan lalu,” tulis Forbes.

    (mhg/din)