brand merek: Tesla

  • Ratusan Triliun di Bawah Tenda, Mark Zuckerberg Sudah ‘Kebelet’

    Ratusan Triliun di Bawah Tenda, Mark Zuckerberg Sudah ‘Kebelet’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mark Zuckerberg, CEO Meta, ingin membangun data center secepat mungkin untuk menunjang layanan berbasis kecerdasan buatan di Instagram, WhatsApp, dan Facebook. Saking buru-burunya, Meta mulai membangun data center di dalam tenda.

    Pertarungan teknologi AI memang sedang panas-panasnya. Meta adalah salah satu perusahaan yang mengucurkan dana jumbo untuk bertarung dengan Google dan perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI.

    Laporan dari SemiAnalysis yang dikutip oleh Futurism, menyatakan Meta kini mengutamakan kecepatan di atas semua hal dengan membangun kapasitas tambahan di fasilitas data center mereka di dalam tenda.

    Modul tenda pre-fabrikasi dirancang untuk memastikan data center tambahan bisa beroperasi secepat mungkin.

    “Semua orang ini membangun data center secepat mungkin dalam perlombaan mencapai AGI. Karena keterbatasan daya listrik, kapasitas data center, dan pekerja konstruksi, Meta mulai membangun data center di dalam tenda,” kata CEO SemiAnalysis, Dylan Patel.

    AGI atau artificial general intelligence adalah istilah untuk model AI yang mampu mengimbangi kecerdasan manusia.

    Zuckerberg memberikan pernyataan yang bisa mengkonfirmasi pernyataan Patel. Dalam unggahan di Facebook, Zuckerberg menyatakan,”Meta bakal menjadi yang pertama mendirikan 1 GW+ klastersuper online.”

    Proyek konstruksi data center Meta adalah bagian dari ambisi Meta menciptakan “kecerdasan super” dengan nilai investasi mencapai ratusan miliar dolar AS.

    Jurus Meta serupa dengan aksi Elon Musk yang pernah mendirikan pabrik Tesla di dalam Tenda pada 2023. Saat itu, Tesla membutuhkan tambahan kapasitas untuk memenuhi permintaan atas Tesla Model 3 yang menumpuk.

    Zuckerberg juga sangat agresif dalam persaingan berebut peneliti AI terbaik. Meta dikabarkan menawarkan bonus hingga US$100 juta kepada staf OpenAI, menurut komentar Sam Altman dalam sebuah podcast bersama saudaranya, Jack Altman.

    Seorang sumber di dekat Meta membenarkan bahwa Meta tengah meningkatkan agresivitas rekrutmennya, bahkan secara personal Mark Zuckerberg menghubungi beberapa kandidat unggulan. Tawaran besar-besaran ini diduga dilakukan untuk membangun dominasi Meta di ranah AI generatif.

    Sementara itu, karyawan OpenAI sendiri sedang menghadapi tekanan tinggi dengan jam kerja hingga 80 jam seminggu. Perusahaan kabarnya akan “shutdown” sementara minggu depan demi memberi waktu istirahat bagi para pegawai.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mastel dan ASSI Pertanyakan Dampak dan Investasi Minim Starlink di Indonesia – Page 3

    Mastel dan ASSI Pertanyakan Dampak dan Investasi Minim Starlink di Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Langkah Starlink yang menghentikan penerimaan pelanggan baru di Indonesia menjadi momentum penting bagi Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap izin operasional yang telah diberikan.

    Selain itu, pemberian izin kepada penyelenggara layanan telekomunikasi lain yang menggunakan satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO) juga perlu dipertimbangkan.

    Tokoh senior Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sigit Djarot, mengungkapkan kekecewaannya terhadap realisasi janji-janji Starlink sejak mendapatkan “karpet merah” dari pemerintah pada 2022.

    Pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) serta rencana pembangunan pabrik Tesla hingga kini belum terwujud.

    Bahkan, janji Starlink untuk menyediakan layanan bagi masyarakat di daerah 3T dan fasilitas publik seperti puskesmas dinilai tidak ada realisasinya.

    “Masih belum ada kejelasan sejauh mana pemerintah bisa memaksa Starlink untuk patuh terhadap seluruh aturan penyelenggaraan telekomunikasi beserta turunannya. Juga terkait janji-janji investasi dalam bentuk infrastruktur fisik dan komitmen layanan di daerah 3T, sampai sekarang belum ada realisasinya,” ujar Sigit dalam keterangannya, Rabu (16/7/2025).

    Lebih lanjut, Sigit menyoroti isu kedaulatan digital dan kedaulatan jaringan. Ia menjelaskan bahwa kedaulatan digital adalah kemampuan negara untuk mengontrol data, infrastruktur digital, dan aliran informasi di wilayahnya sesuai dengan hukum nasional, tanpa adanya dominasi asing.

    “Saat ini, Starlink membawa seluruh data ke luar negeri. Sejauh mana pemerintah mampu menegakkan prinsip kedaulatan juga tidak jelas, termasuk kewajiban terkait keamanan dan penegakan hukum seperti lawful intercept pun penegakan aturannya tidak jelas,” pungkasnya.

     

  • Elon Musk Mau Bunuh ChatGPT, Begini Taktik Barunya

    Elon Musk Mau Bunuh ChatGPT, Begini Taktik Barunya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk kembali bikin gebrakan untuk menguasasi industri kecerdasan buatan (AI). SpaceX miliknya dilaporkan menyuntikkan dana jumbo sebesar US$2 miliar (Rp32 triliun) ke startup kecerdasan buatan xAI yang juga miliknya. Langkah ini disebut sebagai strategi besar Musk untuk menyaingi bahkan mengalahkan dominasi ChatGPT milik OpenAI.

    Laporan Wall Street Journal mengungkap, suntikan dana dari SpaceX itu merupakan bagian dari pendanaan ekuitas senilai US$5 miliar. Sebelumnya, X milik Elon Musk juga mengumumkan merger dengan xAI yang membuat valuasi gabungan kedua perusahaan mencapai US$113 miliar.

    Chatbot besutan xAI yang diberi nama Grok kini mulai dimanfaatkan untuk mendukung layanan pelanggan Starlink. Musk bahkan berencana mengintegrasikan Grok ke dalam robot humanoid Tesla bernama Optimus.

    Menariknya, Musk menyebut Grok sebagai “AI paling cerdas di dunia”, meskipun sebelumnya sempat menuai kritik atas sejumlah respons kontroversialnya.

    Ia juga mengisyaratkan bahwa Tesla berpotensi ikut masuk ke jajaran investor xAI. Namun, dalam unggahannya di X, Musk menyatakan bahwa keputusan akhir tentang investasi Tesla di xAI bukan di tangannya, melainkan di tangan para pemegang saham, demikian dikutip dari Reuters, Senin (14/7/2025).

    Tahun lalu, Musk juga melakukan jajak pendapat kepada pengguna X tentang apakah Tesla harus berinvestasi US$5 miliar di xAI, dan saat itu ia hanya menguji coba.

    “Itu bukan keputusan saya. Jika itu keputusan saya, Tesla pasti sudah berinvestasi di xAI sejak lama. Kita akan mengadakan pemungutan suara pemegang saham mengenai hal ini,” tulis Musk dalam unggahannya di X.

    Hingga kini, pihak SpaceX, xAI, maupun Tesla belum memberikan komentar resmi terkait laporan tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • SpaceX Dikabarkan Berencana Investasi Rp32,44 Triliun ke Startup xAI

    SpaceX Dikabarkan Berencana Investasi Rp32,44 Triliun ke Startup xAI

    Bisnis.com, JAKARTA — SpaceX, perusahaan dirgantara milik Elon Musk, dikabarkan bakal menginvestasikan US$2 miliar atau Rp32,44 triliun ke startup kecerdasan buatan (AI) xAI, yang juga milik Musk. Langkah ini memperdalam hubungan antara berbagai perusahaan teknologi yang dipimpin Musk, sekaligus memperkuat posisi xAI dalam persaingan melawan OpenAI. 

    Reuters pada Minggu (13/7/2025) melaporkan menurut sumber WJS, SpaceX bakal menggelontorkan investasi besar ke xAI. Langkah ini diambil tak lama setelah xAI menyelesaikan merger dengan X (sebelumnya Twitter). 

    SpaceX dan xAI tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    Salah satu hasil nyata dari integrasi ini adalah penggunaan chatbot Grok, produk andalan xAI, yang kini telah digunakan untuk mendukung layanan pelanggan Starlink. Grok juga tengah dipersiapkan untuk integrasi lebih lanjut ke dalam robot Optimus milik Tesla serta fitur asisten suara di kendaraan Tesla. 

    Elon Musk menargetkan terciptanya ekosistem AI yang terintegrasi lintas bisnis dari otomotif, media sosial, hingga ruang angkasa. Dengan mengembangkan dan mengintegrasikan AI secara internal, Musk berharap dapat menekan biaya lisensi model eksternal dan meningkatkan keunggulan kompetitif di industri padat modal seperti otomotif dan aerospace menurut laporan AInvest. 

    Dalam perkembangan lain, SpaceX juga terus mencari pendanaan baru dengan valuasi US$400 miliar atau sekitar Rp6,5 triliun (Kurs: Rp16.000).

    Dilansir Techcrunch, Selasa (9/7/2025) perusahaan milik Elon Musk itu menyusun strategi untuk mengumpulkan dana melalui putaran penggalangan dana dan secara terpisah mengadakan penawaran tender agar karyawan dapat menjual sebagian saham mereka kepada sekelompok investor tertentu.

    Putaran penggalangan dana akan berjalan dengan cara, mereka akan menjual sejumlah kecil saham baru kepada investor. 

    Salah satu putaran penggalangan dana yang pernah SpaceX adakan pada 2021 berhasil mengumpulkan sekitar US$850 juta atau sekitar Rp13,8 miliar (kurs: Rp16.000).

    Sementara itu, untuk penjualan internal saham kepada karyawan dan investor awal dilakukan untuk penawaran sekunder, dengan harga yang ditentukan oleh putaran pertama. Rinciannya dapat berubah, bergantung pada minat dari penjual dan pembeli dari orang dalam.

    Perusahaan ini pada umumnya mengadakan penawaran tender dua kali dalam setahun.

    Jika kesepakatan tersebut berjalan sesuai rencana, ini akan menandai lompatan besar lainnya dalam  lintasan valuasi SpaceX.

    Sejak perusahaan ini didirikan lebih dari dua dekade lalu, SpaceX menembus angka valuasi US$100 miliar atau sekitar Rp1,6 triliun (kurs Rp16.00) dan menggandakannya hanya dalam waktu tiga tahun.

    Sebelumnya, SpaceX mencatat pendapatan sekitar US$15,5 miliar atau Rp253,18 triliun pada 2024, dengan Starlink menjadi kontributor utama pendapatan tersebut.

  • Profesi Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Meluas

    Profesi Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Meluas

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Masa depan profesi driver online berada di ujung tanduk, seiring perkembangan taksi otomatis (robotaxi) yang pesat. Robotaxi merupakan layanan transportasi online dengan armada tak berpengemudi.

    Raksasa teknologi asal China dan Amerika Serikat (AS) berlomba-lomba meluncurkan layanan robotaxi, meski masih ada tantangan regulasi dan tingkat keselamatan penumpang.

    Pada 2024 lalu, laporan Reuters menyebut sudah ada 19 kota di China yang mengimplementasikan robotaxi dan robobus. Beberapa perusahaan yang memimpin teknologi ini adalah Apollo Go, Pony.ai, WeRide, AutoX, dan SAIC Motor.

    Apollgo Go mematok target ekspansi di 100 kota pada 2030 mendatang. Pony.ai yang dibekingi Toyota Motor asal Jepang mengatakan ingin mengoperasikan 1.000 robotaxi pada 2026 mendatang.

    WeRide makin gencar menggandeng mitra global seperti Uber untuk mengekspansi layanannya ke negara-negara di luar China. AutoX yang dibekingi Alibaba Group sudah beroperasi di Beijing dan Shanghai, sementara SAIC juga mulai menggarap industri robotaxi sejak 2021.

    China Mulai Hati-hati

    Managing Director Boston Consulting Group, Augustin Wegscheider, dalam laporan Reuters mengatakan percepatan di China disebabkan oleh kemudahan regulasi dari pemerintah setempat.

    Sikap ini berbeda dengan AS yang pendekatan regulasinya lebih bertahap untuk penerapan robotaxi.

    Meski China terkenal memiliki regulasi pro-inovasi, namun sepertinya negara kekuasaan Xi Jinping mulai waswas dengan perkembangan kendaraan otomatis yang terlalu cepat.

    Reuters melaporkan baru-baru ini Beijing mulai memberi sinyal baru untuk pengembangan industri kendaraan otomatis (AV) dan kendaraan dengan asisten teknologi. Pesannya, industri harus bergerak cepat, tetapi hati-hati, dikutip dari Reuters, Senin (7/7/2025).

    Pejabat China ingin mencegah produsen mobil menjual kemampuan sistem tersebut dengan promosi berlebihan. Regulator ingin menyeimbangkan antara inovasi dan keselamatan untuk memastikan produsen mobil China tidak kalah dari para pesaing AS dan Eropa.

    Robotaxi di Amerika Makin Meluas

    Di sisi lain, AS yang bisa dibilang tertinggal dari China di industri robotaxi mulai mengejar ketinggalan. Waymo yang merupakan anak usaha Alphabet (Google) adalah satu-satunya perusahaan yang sudah mendapat izin mengoperasikan robotaxi di AS.

    Perusahaan sudah memiliki 1.500 armada yang tersebar di Atlanta, Austin, San Francisco, Los Angeles, dan Phoenix. Bahkan, Waymo dikatakan akan memperluas jangkauannya ke Philadephia dan New York City.

    Waymo akan mulai melakukan pemetaan hingga uji coba, sebelum menghadirkan layanannya. Belum diketahui kapan armada komersilnya akan sampai di Philadelphia dan Waymo.

    Rencananya, Waymo akan hadir lebih dulu di Miami pada tahun ini dan tahun depan di Washington DC.

    Tak tinggal diam, robotaxi Tesla milik Elon Musk juga mulai gaspol. Bulan lalu, Tesla menggelar uji coba skala kecil di Austin. Selanjutnya, laporan Reuters dikutip Jumat (11/7/2025), menyebut Tesla akan mengekspansi layanan robotaxi di San Francisco Bay Area dalam 1-2 bulan ke depan.

    Melalui akun X personalnya, Musk mengatakan Tesla juga akan memperluas area jangkauannya di Austin mulai akhir pekan ini. Musk tak mengungkap lokasi dan skala pastinya, namun ia merespons pengguna X yang menanyakan kapan robotaxi Tesla hadir di Bay Area.

    “Masih menunggu persetujuan regulasi, namun kemungkinan 1-2 bulan [lagi],” Musk membalas pertanyan tersebut.

    Driver Online Waswas Jadi Pengangguran

    Laporan Reuters beberapa saat lalu menyebut China memiliki sekitar 7 juta driver online yang terdaftar. Angka itu jauh lebih besar ketimbang 4,4 juta orang pada 2 tahun lalu.

    Data menunjukkan banyak orang beralih menjadi driver online di tengah sulitnya bursa kerja karena kelesuan ekonomi. Efek samping robotaxi akan menimbulkan kekhawatiran baru bagi para pekerja tersebut.

    Diskusi soal hilangnya pekerjaan karena robotaxi sempat menjadi trending di media sosial. Banyak orang bertanya-tanya “apakah mobil otomatis akan mencuri mata pencarian para sopir taksi?”.

    Liu Yi (36 tahun) adalah salah satu dari 7 juta sopir online di China yang khawatir akan kehilangan pekerjaan. Pria yang berdomisili di Wuhan tersebut mulai bekerja paruh waktu sebagai driver online pada 2024.

    Sopir lainnya bernama Wang Guoqiang (63 tahun) melihat ancaman besar di depan mata dari inovasi teknologi.

    “Ride-hailing adalah pekerjaan untuk kelas bawah,” kata dia.

    “Jika Anda membunuh industri ini. Apa yang tersisa bagi kami?” ia bertanya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • CEO X Tiba-tiba Resign, Diduga Gegara Elon Musk

    CEO X Tiba-tiba Resign, Diduga Gegara Elon Musk

    Jakarta

    Linda Yaccarino mengundurkan diri dari posisi CEO X setelah dua tahun memimpin perusahaan media sosial milik Elon Musk. Kepergian Yaccarino diduga karena ada campur tangan Musk.

    Pengumuman itu disampaikan Yaccarino melalui unggahan di akun X. Unggahan tersebut mengisyaratkan bahwa pengunduran dirinya sebagai CEO merupakan keputusan dirinya sendiri. Kendati begitu, Musk mempunyai sejarah menghentikan bawahannya secara tiba-tiba.

    “Saya telah memutuskan untuk mundur sebagai CEO X,” tulis Yaccarino, dikutip dari Reuters, Jumat (11/7/2025).

    Hengkangnya Yaccarino menambah gejolak dalam kerajaan bisnis Musk yang semakin luas, termasuk penurunan penjualan di produsen kendaraan listriknya, Tesla, dan kontroversi terkait AI. Musk telah terlibat perseteruan dengan mantan sekutunya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    “Terima kasih atas kontribusinya,” tulis Musk di X, menanggapi unggahan pengunduran diri Yaccarino.

    Yaccarino menjabat selama dua tahun sebagai CEO X. Perempuan berusia 61 tahun ini memulihkan citra X saat dulu tengah anjlok gara-gara ditinggalkan banyak perusahaan dan iklan.

    Sejauh ini, ia tidak memberikan alasan spesifik atas keputusannya. Baik pihak X maupun Yaccarino tidak segera memberikan tanggapan ke media. Selain itu, belum jelas kapan pengunduran diri tersebut berlaku efektif.

    Pengunduran diri Yaccarino terjadi sehari setelah Grok, chatbot AI yang dikembangkan oleh xAI, mengunggah konten di platform X yang berisi sentimen anti semit dan pujian untuk Adolf Hitler. Unggahan tersebut dihapus setelah mendapat kecaman publik, dan Yaccarino menulis bahwa ia sedang berupaya memulihkan kepercayaan pengiklan dan memprioritaskan keamanan di X.

    (rea/kil)

  • Bos Perempuan Perusahaan Milik Elon Musk Mundur, Disebut Enggak Tahan

    Bos Perempuan Perusahaan Milik Elon Musk Mundur, Disebut Enggak Tahan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Secara mengejutkan, Linda Yaccarino mundur dari jabatannya sebagai CEO X, media sosial milik Elon Musk yang dulunya bernama Twitter. Namun dia tak menjelaskan dengan pasti alasannya mundur.

    Dalam unggahannya, dia mengatakan alasan pengunduran dirinya karena keputusan sendiri.

    “Saya memutuskan untuk mundur dari CEO X,” tulis Yaccarino dalam pengumumannya, dikutip dari Reuters.

    Alasan tersebut membantah spekulasi Yaccarino dipecat Musk dari jabatannya sebab orang terkaya di dunia itu dikenal kerap memecat petinggi perusahaannya secara tiba-tiba.

    Musk juga menjawab unggahan Yaccarino itu. Dia mengucapkan terima kasih atas pekerjaan Yaccarino pada perusahaannya.

    “Terima kasih atas kontribusi Anda,” tulis Musk dalam balasan terhadap unggahan Yaccarino.

    Yaccarino baru menjabat sebagai bos X sejak 2023 silam. Dia berupaya membersihkan reputasi X yang dikenal negatif di kalangan pengiklan karena platformnya dikenal menjadi sarang ujaran kebencian dan disinformasi.

    Pengunduran diri ini terjadi saat Musk dan bisnisnya tengah menghadapi banyak masalah. Misalnya chatbot AI X bernama Grok diketahui mengunggah konten yang dinilai antisemitik dengan memuji Adolf Hitler.

    Unggahan juga langsung dihapus karena banyak kontroversi yang muncul. Bahkan Yaccarino juga langsung turun gunung menyelesaikan dan mengembalikan pengiklan dan memprioritaskan keamanan X.

    Selain itu, Musk memiliki banyak masalah dengan perilakunya yang terkadang kontroversial. Misalnya perseteruannya dengan Presiden AS Donald Trump yang didukungnya saat pemilihan presiden tahun lalu.

    Sejumlah perusahaan Musk terdampak dengan manuver politiknya. Mulai dari harga saham Tesla yang terus turun, hingga roket Starship milik SpaceX yang sering bermasalah.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • CEO X Linda Yaccarino Mendadak Mundur, Buntut Kontroversi Elon Musk?

    CEO X Linda Yaccarino Mendadak Mundur, Buntut Kontroversi Elon Musk?

    Bisnis.com, JAKARTA — Linda Yaccarino, salah satu tangan kanan Elon Musk yang menjabat sebagai CEO X atau dulu dikenal sebagai Twitter mengumumkan resmi mengundurkan diri dari jabatannya.

    Laporan Reuters menyebutkan pengunduran diri ini terjadi hanya beberapa bulan setelah platform tersebut diambil alih oleh perusahaan kecerdasan buatan (AI) milik Musk, xAI.

    Dalam unggahan di platform X pada Rabu (9/7/2025), Yaccarino yang berusia 61 tahun mengumumkan pengunduran dirinya dan mengisyaratkan bahwa keputusan itu datang dari dirinya sendiri.

    “Setelah dua tahun yang luar biasa, saya telah memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai CEO X,” tulisnya.

    Yaccarino bergabung dengan X dua tahun lalu. Dia dikenal sebagai tokoh senior di dunia periklanan dan sempat menjabat sebagai ketua divisi periklanan global di NBCUniversal.

    Dia dibawa masuk untuk memulihkan kepercayaan para pengiklan, yang sempat meninggalkan X karena meningkatnya konten ujaran kebencian dan postingan bermuatan negatif.

    Namun hingga pengunduran dirinya, tidak ada penjelasan resmi mengenai alasan kepergiannya, dan belum ada keterangan siapa yang akan menggantikannya.

    “Saya sangat berterima kasih kepadanya [Elon Musk] karena telah mempercayakan saya dengan tanggung jawab untuk melindungi kebebasan berbicara, membalikkan perusahaan, dan mengubah X menjadi Aplikasi Everything,” tuturnya.

    Pengunduran diri Yaccarino terjadi hanya sehari setelah Grok, chatbot AI buatan xAI, memicu kemarahan publik karena mengunggah konten bernada antisemit dan pujian terhadap Adolf Hitler.

    Konten tersebut langsung dihapus. Yaccarino sempat mengatakan bahwa ia tengah berupaya mengembalikan kepercayaan pengiklan dan menjadikan keamanan platform sebagai prioritas utama.

    Para analis menilai tugas Yaccarino memang tidak mudah. Ia harus menghadapi reputasi Musk yang kontroversial serta maraknya konten ekstrem di platform.

    “Dia harus menjalankan bisnis sambil terus memadamkan api,” kata Jasmine Enberg, Wakil Presiden di Emarketer.

    Namun, Enberg juga menambahkan bahwa bisnis iklan X diprediksi akan tumbuh di 2025, dan Yaccarino sebenarnya telah menjalankan tugasnya dengan baik.

    Analis dari DA Davidson, Gil Luria, menyebut perbedaan gaya antara Yaccarino dan Musk mungkin menjadi pemicu utama kepergian Yaccarino.

    “Masalah ini memuncak ketika chatbot AI Grok mulai merespons unggahan dengan komentar yang semakin ofensif,” katanya.

    Keputusan Yaccarino menambah daftar masalah di kerajaan bisnis Musk. Tesla, perusahaan mobil listrik milik Musk, mengalami penurunan penjualan. Di sisi lain, Musk juga tengah diterpa kontroversi seputar AI dan konflik terbuka dengan Presiden AS, Donald Trump.

    Di sisi lain, Tesla juga tengah dilanda gejolak. Dua orang kepercayaan Musk di Tesla, Omead Afshar dan direktur HRD Amerika Utara Jenna Ferrua, dikabarkan telah hengkang bulan lalu.

    Saham Tesla dilaporkan turun sekitar 1% setelah kabar mundurnya Yaccarino mencuat.

  • Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Jelas di China dan Amerika

    Driver Online Bakal Punah, Tandanya Makin Jelas di China dan Amerika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lebih banyak taksi robot yang akan terlihat di jalanan China. Terbaru, Car Inc meluncurkan layanan penyewaan mobil otonom bersama dengan Baidu.

    Batch pertama mobil bernama Apollo itu akan bisa menampung tiga penumpang sekaligus, dikutip dari Reuters, Rabu (9/7/2025).

    Perusahaan telah membuka reservasi bagi mereka yang berminat bagi mereka berusia 18 tahun. Pemesanan dapat dilakukan untuk rentang waktu empat jam hingga tujuh hari.

    Pengembangan taksi yang bisa berjalan sendiri memang tengah masif. Di China, pemain taksi robot mulai menjamur misalnya WeRide, Pony.Ai dan AutoX.

    Di AS, juga ada Waymo yang cakupan layanannya kian meluas. Philadelphia dan New York City masuk dalam wilayah yang tengah dipetakan kendaraan self drivingnya.

    Sementara itu, taksi Waymo sudah terlihat lalu lalang di beberapa daerah di AS seperti Santa Mobica, Los Angeles, Atlanta, Austin, Bay Area hingga Phoenix.

    Waymo berencana merilis layanannya di Miami untuk tahun ini. Tahun depan, giliran Washington DC yang bisa mencicipi langsung layanan tersebut.

    Waymo juga bekerja sama dengan perusahaan ride hailing Uber untuk memperluas layanannya dengan mobil listrik Jaguar I-Pace. Layanannya meluncur di Atlanta dan Austin dengan tarif setara UberX atau Comfort.

    Tesla juga masuk ke industri ini. Beberapa waktu lalu perusahaan milik Elon Musk meluncur di Austin.

    Namun tak lama, layanan itu memicu penyelidikan dari otoritas keselamatan transportasi setempat. Dari video yang beredar, robotaxi Tesla terekam melaju melawan arus dan mengerem mendadak di tengah jalanan.

    Selain itu, mobil juga berlaku aneh pada mobil polisi yang sedang parkir.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Orang Dekat Ungkap Pikiran Tak Terduga di Benak Elon Musk

    Orang Dekat Ungkap Pikiran Tak Terduga di Benak Elon Musk

    Jakarta, CNBC Indonesia – Orang dekat Elon Musk buka suara soal keadaan bos Tesla terkait keadaan perusahaan dan opininya di publik. Orang terkaya dunia itu disebut tengah berupaya memahami apa yang terjadi di sekelilingnya.

    Musk diketahui orang yang cukup kontroversial dan bahkan membuat khawatir para investor Tesla. Misalnya, ucapan dia yang berencana membangun partai politik ketiga di AS.

    Kontroversi itu terus berlanjut meskipun keadaan Tesla yang juga memburuk. Penjualannya mengalami kemerosotan di seluruh dunia dan pendapatan yang menurun dari tahun sebelumnya.

    Proyek robotaxi Tesla juga bermasalah dan mengalami gangguan teknis. Belum lagi permintaan konsumen pada produk mengalami penurunan, menambah daftar hal buruk bagi perusahaan.

    Meskipun minat pada kendaraan listrik masih meningkat khususnya di Eropa, tapi permintaannya mengalami penurunan drastis. Futurism mencatat salah satu penyebabnya adalah sikap Musk yang mengasingkan diri pada ideologi sayap kanan yang ekstrem.

    Seorang sumber menyebutkan berbagai masalah itu membuat Musk akhirnya berpikir. Namun nampaknya upayanya sedikit terlambat.

    “Akhirnya Elon menyadari hal ini, namun telah sehari dan ia sudah kehilangan beberapa dolar,” kata seorang mantan eksekutif Tesla dikutip dari Futurism, Rabu (9/7/2025).

    Masa jabatan kedua presiden AS Donald Trump juga membuat Tesla kian terpuruk. Hubungan keduanya yang sangat akrab berakhir hancur.

    Kebijakan Trump soal tarif ekspor mengganggu supply chain Tesla dengan China. Selain itu, anggaran negara yang disebut Trump sebagai “UU Besar dan Indah” makin membuat hubungan mereka kian memburuk.

    “Ini kebijakan buruk dan pukulan telak untuk laba Tesla. Semuanya terintegrasi: tarif, kredit konsumen US$7.500, kredit pajak manufaktur, kredit pengisian daya dan kredit perumahan tenaga surya,” jelas mantan eksekutif Tesla.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]