brand merek: Suzuki

  • Toyota Kembangkan Teknologi Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Kendaraan

    Toyota Kembangkan Teknologi Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Kendaraan

    Jakarta

    Toyota terus mengembangkan beragam pilihan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Masih gencar dengan skema Multi Pathway, pabrikan raksasa asal Jepang itu bersama beberapa produsen lain mengembangkan bioetanol dari bahan nonpangan, termasuk sampah/limbah pertanian.

    detikOto menyaksikan langsung fasilitas riset bioetanol ini saat mengikuti rangkaian kunjungan Japan Mobility Show 2025, pekan lalu. Berlokasi di Fukushima, fasilitas ini merupakan hasil kerjasama Toyota dengan di antaranya Subaru Daihatsu, Subaru, Suzuki, Mazda, Eneos, dan Toyota Tsusho. Disebutkan juga proyek ini dapat dukungan dari beberapa jenama lain.

    Secara resmi, fasilitas yang baru dibuka pada tahun 2024 ini, diberi nama raBit (Research Association of Biomass Innovation for Next Generation Automobile Fuel). Sesuai namanya, ini diinisiasi untuk menciptakan bahan bakar karbon netral generasi baru — yang tidak lagi bersumber pada material pangan.

    Pertamina Uji Coba Bioetanol 100 Persen di Mobil Toyota Foto: Pool

    Sebagaimana diketahui, pengembangan etanol yang banyak dilakukan di seluruh dunia saat ini masih bersandar pada tanaman-tanaman pangan. Semisal jagung, tebu, atau bahkan singkong. Hal ini dianggap beberapa kalangan kurang etis, lantaran terjadi tarik ulur antara ketahanan pangan dan kebutuhan energi.

    Sedangkan di raBit telah dilakukan pengembangan bahan bakar menggunakan sampah atau limbah sisa pertanian. Misalnya jerami padi hingga sisa pengolahan tebu.

    Yasunobu Seki, Chairperson of Steering Committee raBit, menyebut apa yang mereka kembangkan merupakan etanol generasi kedua.

    Karena merupakan sebuah terobosan baru, etanol dari bahan nonpangan ini masih dalam proses pengembangan intensif. Apalagi rangkaian proses pembuatan etanol generasi kedua ini lebih rumit dibanding generasi pertama.

    Dari pengembangan yang terus dilakukan raBit saat ini, didapati hasil satu ton sampah/limbah sisa pertanian bisa dihasilkan 300 liter bioetanol.

    Pengembangan bioetanol berbasis tanaman nonpangan menekankan kembali pendekatan yang ditempuh Toyota yakni Mobility for All dan Multi Pathway.

    Toyota dalam banyak kesempatan menyatakan betapa mereka memahami kalau setiap negara memiliki kekayaan alam dan modal ketahanan energi yang berbeda. Karena itulah mereka bukan hanya menawarkan satu solusi pilihan kendaraan ramah lingkungan (BEV), tapi juga bagaimana mengembangkan industri tanpa meninggalkan ‘kearifan energi lokal’.

    Pakar Proses Konversi Biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB) Ronny Purwadi menjelaskan kendaraan berbahan bakar bioetanol menjadi salah satu pilihan untuk membantu mengurangi emisi gas buang. Foto: Arsip foto TMMIN

    “Bicara secara global, penggunaan bahan pangan untuk produksi bahan bakar kendaraan masih memunculkan perdebatan, apakah hal itu etis. Karena itulah penting untuk terus mengembangkan riset etanol berbasis komoditas nonpangan,” kata Wakil Presiden Eksekutif sekaligus Kepala Teknologi (Chief Technology Officer/CTO) TMC, Hiroki Nakajima, pada kesempatan berbeda, di Jepang.

    Mobil-mobil Toyota Siap Tenggak Etanol

    Etanol menjadi salah satu energi alternatif ramah lingkungan yang pemanfaatannya terus dikembangkan Toyota. Presiden Pusat Pengembangan Rekayasa Mesin Netral Karbon TMC, KeijiKaita,mengingatkan bahwa saat ini sebagian besar mesin bertenaga bensin kendaraan Toyota sudah siap menggunakan bahan bakar tercampur etanol berbagai level.

    “Artinya setiap negara dapat menyesuaikan penerapannya dengan mempertimbangkan kondisi iklim, infrastruktur, maupun kebijakan energi masing-masing,” kata Kaita di Jepang.

    Di Indonesia, ini sejalan dengan strategi yang sudah dicanangkan pemerintah. Pemerintah Indonesia baru-baru ini menyatakan rencana untuk menerapkan peraturan kewajiban penggunaan bensin dengan campuran etanol 10 persen (B10) yang bakal mulai berlaku pada 2027.

    Toyota punya line up kendaraan yang bisa menggunakan etanol, bahkan sampai pada kadar 100% (E100). Komitmen yang kian ditegaskan Toyota dengan rencana mempertimbangkan membangun pabrik etanol di Indonesia bekerjasama dengan Pertamina.

    (din/rgr)

  • Kei Car di Jepang Lucu-lucu, Aman Nggak Diimpor ke Indonesia?

    Kei Car di Jepang Lucu-lucu, Aman Nggak Diimpor ke Indonesia?

    Hamamatsu

    Jepang punya mobil yang menjadi favorit masyarakatnya. Mobil itu adalah jenis kei car, mobil kecil dengan mesin compact nan irit.

    Dengan dimensi yang kecil, bentuk kei car di Jepang lucu-lucu. Pilihan warnanya pun unik-unik. Tak jarang orang Indonesia yang tertarik memiliki mobil jenis kei car itu. Tapi, apakah aman menggunakan kei car di Indonesia?

    Menurut Arif Rahman Malis sebagai Assist to Section Head of Development Quality Assurance PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), yang baru saja menyelesaikan training selama 2 tahun di Suzuki Motor Corporation (SMC) Jepang, mobil yang dijual di Jepang tidak serta-merta aman digunakan di Indonesia. Soalnya, ada perbedaan kondisi dan iklim di antara kedua negara tersebut.

    “Contoh yang paling beda dari sisi material ya. Jadi kondisi Indonesia itu kan bikin lebih cepat korosif. Mobil yang dijual di Indonesia materialnya di-upgrade supaya lebih tahan korosi dibanding mobil yang dijual di Jepang. Jadi kalau ditanya mobil di Jepang itu bagus ya karena iklimnya lebih bagus, tapi kalau dari segi material lebih murah di Jepang,” kata Malis saat ditemui di kantor pusat SMC di Hamamatsu, Jepang, baru-baru ini.

    “Jadi kalau teman-teman tanya kei car dijual ke Indonesia, bisa lebih cepat korosinya. Karena materialnya tidak dirancang untuk tahan korosi,” sebut Malis.

    Malis mencontohkan kei car seperti Suzuki Alto Lapin di Jepang. Di sana, harganya sekitar Rp 150-170 jutaan. Tapi, ketika dijual di Indonesia (bukan dijual resmi oleh Suzuki), harganya mencapai Rp 300 jutaan. Dengan harga yang lebih mahal, sayangnya material kei car tidak dirancang untuk kondisi lingkungan Indonesia.

    “Maka dari itu biasanya kei car tidak dijual di luar Jepang karena standarnya standar Jepang. Tapi kalau dari segi performance nggak ada masalah. Jepang itu jalanannya lebih mendaki-daki,” katanya.

    Sementara itu, Malis menegaskan mobil-mobil Suzuki pengujiannya dilakukan dengan standar yang sama. Termasuk mobil Suzuki di Indonesia, standar pengujiannya sama secara global.

    “Kalau dari pengujian standarnya sama. Yang dipakai itu standar global Suzuki Jepang. Bedanya adalah habit pemakaian orang Indonesia dan Jepang itu beda. Kalau gaya pakainya berbeda, pasti efeknya berbeda. Ini jadi acuan standar mereka apakah menjadi standar baru atau sudah diwakili standar yang sudah ada,” katanya.

    (rgr/din)

  • Kei Car di Jepang Lucu-lucu, Aman Nggak Diimpor ke Indonesia?

    Seukuran Karimun Wagon R, Mobil Listrik Baru Suzuki Bakal Masuk Indonesia?

    Tokyo/Hamamatsu

    Suzuki Motor Corporation baru saja meluncurkan konsep mobil listrik Suzuki Vision e Sky. Mobil ini berukuran kecil seperti Karimun Wagon R, tapi sudah berbekal tenaga listrik sepenuhnya.

    Suzuki berencana meluncurkan mobil listrik Vision e Sky pada tahun fiskal 2026. Apakah mobil listrik ini akan dijual juga di Indonesia seperti Suzuki e Vitoria?

    Sayangnya, Masafumi Harano, Executive General Manager Asia, Latin America and Oceania Automobile Dept. Global Automobile Marketing Suzuki Motor Corporation (SMC), tak mau bicara kemungkinan itu. Dia bilang, Suzuki menampilkan konsep mobil listrik itu untuk menjadi bukti bahwa Suzuki siap masuk ke elektrifikasi.

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda. Sebenarnya mobil-mobil yang kami tampilkan itu adalah bukti bahwa kami siap. Mobil listrik jenis apa pun akan siap. Pertama e Vitara, di mana kami kuat di 4×4. Kedua adalah minicar compact yang juga kami kuat di segmen itu. Dua segmen yang kami kuat di dalamnya, kami siap menyediakan mobil listrik,” kata Harano saat ditemui di kantor pusat SMC di Hamamatsu, Jepang.

    BEV Product Planning Department, Kei-A Planning Group, Suzuki Motor Corporation (SMC) Takako Minowa mengatakan, saat ini Vision e Sky baru sekadar konsep. Suzuki Vision e Sky dikembangkan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan pasar di segmen kendaraan kei car.

    “Untuk tahap awal perkenalan konsep saat ini, kami akan memprioritaskan Vision e Sky untuk pasar domestik terlebih dahulu,” katanya saat ditemui di Tokyo, Jepang.

    Minowa mengatakan, dari segi dimensi dan ukuran, Vision e-Sky dapat dikatakan memiliki kemiripan dengan model populer Suzuki Wagon R. Namun, ini bukan sebagai pengganti Wagon R.

    “Tidak. Vision e-Sky hadir sebagai model yang baru dan tidak bertujuan untuk menggantikan posisi dari Suzuki Wagon R,” tegasnya.

    Spesifikasi detail dari Suzuki Vision e Sky belum dirilis. Namun Suzuki mengungkapkan, Vision e-Sky dibuat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang rutin menggunakan mobil mini sebagai alat transportasi sehari-hari, seperti untuk bepergian, berbelanja, dan perjalanan singkat saat liburan. Berdasarkan tema “Unik, Cerdas, Positif”, mobil ini mengekspresikan desain unik Suzuki yang membuat orang merasa positif dan ceria.

    Mobil listrik ini punya panjang keseluruhan 3.395 mm, lebar 1.475 mm, dan tinggi 1.625 mm. Sekali cas sampai penuh, mobil listrik ini bisa melaju lebih dari 270 km.

    “Ya, bentuknya kei car wagon bertenaga listrik. Setelah kami meluncurkan konsep eWX (konsep mobil listrik Suzuki yang sempat dipamerkan di Indonesia International Motor Show 2025, ada banyak feedback dari masyarakat. Jadi kami sudah menyesuaikan dengan feedback tersebut,” kata Takako Minowa.

    (rgr/din)

  • Di Jepang Beli Mobil Harus Punya Lahan Parkir, di Indonesia Gimana?

    Di Jepang Beli Mobil Harus Punya Lahan Parkir, di Indonesia Gimana?

    Hamamatsu

    Membeli mobil baru di Jepang tidak bisa sembarangan. Warga di Jepang jika ingin beli mobil harus membuktikan dirinya punya garasi di rumah atau lahan parkir yang disewa dari pihak lain. Bagaimana di Indonesia?

    Jepang dengan keterbatasan ruang tidak menoleransi praktik parkir sembarangan. Pemilik kendaraan di Jepang harus memarkir mobilnya di garasi atau lahan parkir khusus, tidak boleh parkir di badan jalan.

    Wakil Kepala Suzuki Arena, Suzuki Motor Sales Hamamatsu Co,Ltd, Masahiro Kotani, mengatakan pembeli kendaraan di Jepang wajib melakukan pendaftaran lokasi parkir terlebih dahulu. Kalau tidak ada lahan parkir, maka mobil tidak bisa dibeli dari dealer.

    “Jadi kalau tempat parkirnya tidak ada, tidak bisa beli mobilnya. Sebelum membeli mobil harus mempersiapkan tempat parkir terlebih dahulu yang sesuai dengan dimensi mobil. Jadi proses dapat registrasi tempat parkir contohnya peta, lokasi parkirnya di mana, dimensi parkirnya sudah sesuai dengan dimensi mobilnya. Harus dibuktikan, terus nanti harus daftar ke polisi. Salah satu staf polisi akan cek ke lokasi apakah benar sesuai,” katanya saat ditemui di showroom Suzuki Arena Hamamatsu di Jepang baru-baru ini.

    Jika garasi di rumah tidak cukup, pembeli mobil baru di Jepang juga bisa menggunakan lahan sewa parkir. Syaratnya tetap, harus ada surat keterangan bahwa lahan sewa parkir tersebut akan kita gunakan.

    “Terkait biaya, jika lokasi parkir merupakan lahan sewa, maka diperlukan surat keterangan dari pemilik lahan sebagai bukti izin penggunaan. Namun, jika menggunakan lahan pribadi (rumah sendiri), prosesnya hanya bersifat verifikasi tanpa dikenakan biaya,” ujarnya.

    Bagaimana di Indonesia? Untuk diketahui, di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Jakarta ada peraturan daerah yang mengharuskan pembeli kendaraan punya garasi. Namun sayangnya, perda tersebut belum dijalankan secara maksimal.

    Aturan Beli Mobil Harus Punya Garasi di Jakarta

    Peraturan daerah yang mewajibkan pemilik kendaraan bermotor mempunyai atau menguasai garasi sudah lama diterbitkan. Peraturan itu sudah ada sejak April 2014.

    Kewajiban punya garasi tersebut diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2014 tentang Transportasi pasal 140. Dalam pasal itu, diatur ketentuan sebagai berikut:

    (1) Setiap orang atau badan usaha pemilik Kendaraan Bermotor wajib memiliki atau menguasai garasi.
    (2) Setiap orang atau badan usaha pemilik Kendaraan Bermotor dilarang menyimpan Kendaraan Bermotor di ruang milik Jalan.
    (3) Setiap orang atau badan usaha yang akan membeli Kendaraan Bermotor wajib memiliki atau menguasai garasi untuk menyimpan kendaraannya yang dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan garasi dari Kelurahan setempat.
    (4) Surat bukti kepemilikan garasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi syarat penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor.

    Namun pada kenyataannya, masih ada saja warga yang belum memahami aturan itu. Beberapa di antaranya masih abai untuk memarkirkan mobil jalan umum yang bukan peruntukannya. Padahal jelas disebutkan dalam pasal 140 ayat 2, pemilik kendaraan dilarang menyimpang di ruang milik jalan.

    (rgr/din)

  • Suzuki Indonesia Kirim 4 Orang Berguru ke Jepang

    Suzuki Indonesia Kirim 4 Orang Berguru ke Jepang

    Hamamatsu

    Suzuki tak hanya jualan kendaraan mobil atau motor. Pabrikan otomotif berlogo ‘S’ ini juga melakukan people development atau pengembangan sumber daya manusianya demi meningkatkan kualitas produknya.

    PT Suzuki Indomobil Motor (SIM), sebagai perusahaan pabrik kendaraan Suzuki di Indonesia, mengirimkan empat orang karyawannya untuk berguru ke Jepang. Mereka adalah Arif Rahman Malis sebagai Assist to Section Head of Development Quality Assurance, Refka Darmawan Tryantama sebagai Staff of Field Quality Assurance 4W, Widya Cahya Mahendra sebagai Supervisor of Design Engineering Body Design Group, serta Mochammad Ridwan, Staf of Design Engineering Body Design Group.

    Arif Rahman Malis mengatakan, dia dikirim ke Jepang untuk mempelajari cara Suzuki Jepang melakukan pengujian kendaraan di pusat pengujiannya di Hamamatsu, Jepang.

    “Suzuki trennya mau ke hybrid dan mobil listrik. Itu yang lagi kami uji saat ini. Dan apakah nanti masuk Indonesia atau tidak, itu urusan manajemen. Tapi tugas kami saat ini mempelajarinya, agar ketika itu nanti diterapkan di Indonesia, kami bisa mengujinya,” kata Malis saat ditemui di kantor pusar Suzuki Motor Corporation di Hamamatsu, Jepang.

    Begitu juga Refka. Di SMC, Refka belajar terkait failure dan material analysis. Menurut Refka, Suzuki Indonesia ingin meningkatkan kapasitasnya untuk menganalisa ketika ada problem di kendaraan. Agar tidak ada kegagalan material, Suzuki Indonesia ingin bisa melakukan pengetesan sendiri. “Untuk itu saya sebagai salah satu orang yang dikirim ke Suzuki Jepang untuk mempelajari hal tersebut,” kata Refka.

    Lanjut, Widya yang bertanggung jawab di Design Engineering Body Design Group di Suzuki Indomobil Motor punya peran dalam persiapan produksi. Di Jepang, Widya dilatih untuk belajar lebih detail mengenai upper body design dan desain eksterior. Hal yang sama juga dilakukan Ridwan sebagai Staf of Design Engineering Body Design Group.

    “Kami mulai melakukan training sejak 2023, jadi sudah 2 tahun. Kami akan fokus terkait pengembangan untuk upper body design. Untuk saat ini fokus kami untuk upper body design,” ucap Ridwan.

    (rgr/dry)

  • Makna di Balik Slogan Baru ‘By Your Side’ dan Perubahan Logo Suzuki

    Makna di Balik Slogan Baru ‘By Your Side’ dan Perubahan Logo Suzuki

    Tokyo

    Suzuki mengumumkan slogan baru sebagai strategi bisnis jangka menengah. Kini, Suzuki mengadopsi slogan ‘By Your Side’ menggantikan ‘Way of Life’.

    ‘By Your Side’ bukan sekadar slogan, tapi juga tagline penuh makna dari Suzuki yang sudah berusia lebih dari 100 tahun menemani konsumennya.

    “Michio Suzuki, sang pendiri (Suzuki), berkata, “Selalu punya ide dengan berfokus pada pelanggan. Jika pelanggan membutuhkan sesuatu, kami harus melakukan apa pun untuk memenuhinya. Kami bisa melakukan apa pun jika kami bekerja keras.” Semangat ini terus diwariskan dan kami telah bergerak maju bersama pelanggan kami selama lebih dari 100 tahun. Semangat ini diwujudkan dalam By Your Side,” kata Toshihiro Suzuki, Representative Director and President Suzuki Motor Corporation.

    “Industri mobilitas saat ini sedang menghadapi perubahan besar seperti perubahan iklim, kekurangan tenaga kerja akibat penurunan populasi dan penuaan, serta penggunaan AI dalam mobilitas. Namun, apa pun eranya, jawaban kami tetap sama: berdiri di sisi Anda dan memecahkan berbagai tantangan kehidupan sehari-hari di seluruh dunia. Itulah By Your Side,” sambungnya.

    Director and Senior Managing Officer Suzuki Motor Corporation (SMC) Aritaka Okajima menambahkan slogan ‘By Your Side’ ini dikeluarkan untuk midtime business plan di tahun 2030 mendatang.

    “Brand Suzuki sendiri sudah lebih dari 100 tahun mendampingi masyarakat termasuk masyarakat Indonesia, oleh karena itu Suzuki membuat slogan corporate ‘By Your Side’ yang menampilkan sebuah sikap Suzuki sebagai brand yang sudah tumbuh bersama bermasyarakat,” ujar Aritaka.

    Menurutnya, Suzuki adalah pabrikan otomotif yang tidak hanya memproduksi mobil (roda empat) tetapi juga sepeda motor (roda dua), dan produk mobilitas lainnya. Harapan Suzuki adalah dapat terus mendampingi masyarakat dan dapat terus berkembang di negara-negara seperti Indonesia, India, dan Jepang.

    “Di India sudah ada banyak proyek atau kegiatan yang berdampingan dengan masyarakat, ke depannya Indonesia juga akan seperti ini,” sebutnya.

    Logo baru Suzuki Foto: Dok. Suzuki

    Bersamaan dengan itu, Suzuki juga baru saja meluncurkan logo baru. Memang tidak banyak berubah, tapi logo baru Suzuki ini dibuat lebih ramping untuk mengikuti perkembangan digitalisasi.

    “Perubahan logo ini adalah bagian dari digitalisasi. Kalau kita melihat logo yang lama dari handphone atau website terlihat mepet jadi susah diidentifikasi. Sedangkan untuk logo yang sekarang dapat dilihat lebih jelas untuk platform digital namun tidak ada perubahan besar yang signifikan,” katanya.

    (rgr/din)

  • Suzuki Fronx Cari Peruntungan di Tengah Popularitas Kei Car di Jepang

    Suzuki Fronx Cari Peruntungan di Tengah Popularitas Kei Car di Jepang

    Hamamatsu

    Mobil-mobil yang paling populer di Jepang adalah mobil jenis kei car, atau mobil kecil bermesin compact 660 cc. Di sisi lain, Suzuki memasarkan SUV compact Fronx juga di negara tersebut. Suzuki mencoba peruntungan menjual Fronx di pasar yang lebih populer kei car-nya.

    Wakil Kepala Suzuki Arena, Suzuki Motor Sales Hamamatsu Co,Ltd, Masahiro Kotani, mengatakan ada dua strategi pemasaran yang dijalankan Suzuki untuk menjual Fronx. Menurutnya, SUV terbaru Suzuki itu dikenalkan untuk menyasar pelanggan kei car yang ingin naik kelas.

    “Khususnya mereka yang masih lajang dan menginginkan kendaraan dengan desain yang lebih modern serta fitur lebih lengkap. Melalui pendekatan ini, showroom secara aktif mengajak pelanggan untuk melakukan upgrade ke Suzuki Fronx, yang menawarkan performa lebih tinggi dari mesin 660cc serta tampilan yang lebih bergaya,” katanya saat ditemui di showroom Suzuki Arena Hamamatsu di Jepang.

    Strategi kedua ditujukan untuk keluarga berusia lanjut yang anak-anaknya sudah dewasa dan mandiri. Dalam kondisi ini, orang tua di Jepang umumnya tidak perlu lagi mobil keluarga seperti 7-seater.

    “Sehingga mereka cenderung melakukan downsize ke kendaraan yang lebih compact, namun tetap memiliki fitur modern dan canggih. Tren downsize seperti ini juga mulai terlihat di Indonesia, di mana konsumen semakin mempertimbangkan efisiensi dan kemudahan berkendara,” sebutnya.

    Menurutnya, Fronx merupakan model yang relatif baru di pasar Jepang, dan responnya cukup positif. Mobil ini mendapat perhatian dari kalangan pengguna laki-laki yang mencapai sekitar 70 persen.

    “Tantangannya adalah kondisi demografis Jepang yang didominasi oleh penduduk usia lanjut, sehingga preferensi kendaraan cenderung kepada model yang lebih kecil dan praktis seperti Kei-Car,” ucapnya.

    (rgr/din)

  • Syarat Wajib Beli Mobil di Jepang: Ada Lahan Parkir Dulu

    Syarat Wajib Beli Mobil di Jepang: Ada Lahan Parkir Dulu

    Hamamatsu

    Peraturan di Jepang membuat warga di sana tidak bisa sembarangan beli mobil. Membeli mobil harus menyertakan syarat kepemilikan atau pemanfaatan lahan parkir buat kendaraan yang akan dibelinya.

    Jepang dengan keterbatasan ruang tidak menoleransi praktik parkir sembarangan. Apalagi parkir di luar garasi rumah yang memakan badan jalan. Hal itu akan menyulitkan pengguna jalan lain. Untuk itu, di Jepang ada aturan ketat dalam hal penempatan kendaraan.

    Wakil Kepala Suzuki Arena, Suzuki Motor Sales Hamamatsu Co,Ltd, Masahiro Kotani, mengatakan pembeli kendaraan di Jepang wajib melakukan pendaftaran lokasi parkir terlebih dahulu. Kalau tidak ada lahan parkir, maka mobil tidak bisa dibeli dari dealer.

    “Jadi kalau tempat parkirnya tidak ada, tidak bisa beli mobilnya. Sebelum membeli mobil harus mempersiapkan tempat parkir terlebih dahulu yang sesuai dengan dimensi mobil. Jadi proses dapat registrasi tempat parkir contohnya (melampirkan) peta, lokasi parkirnya di mana, dimensi parkirnya sudah sesuai dengan dimensi mobilnya. Harus dibuktikan, terus nanti harus daftar ke polisi. Salah satu staf polisi akan cek ke lokasi apakah benar sesuai,” katanya saat ditemui di showroom Suzuki Arena Hamamatsu di Jepang baru-baru ini.

    Dimensi parkirnya pun harus disesuaikan dengan dimensi mobil yang mau dibeli. Jadi tidak bisa beli mobil SUV besar tapi melampirkan lokasi parkir kei car yang lebih kecil.

    “Ada pengecekan dimensi. Area parkir harus sesuai dengan ukuran kendaraan. Untuk Kei-Car, dimensinya menyesuaikan dengan standar Kei-Car. Namun, jika area parkir hanya cukup untuk Kei-Car, maka kendaraan non Kei-Car tidak dapat diparkir di lokasi tersebut,” jelasnya.

    Jika garasi di rumah tidak cukup, pembeli mobil baru di Jepang juga bisa menggunakan lahan sewa parkir. Syaratnya tetap, harus ada surat keterangan bahwa kita akan menggunakan lahan sewa parkir tersebut.

    “Terkait biaya, jika lokasi parkir merupakan lahan sewa, maka diperlukan surat keterangan dari pemilik lahan sebagai bukti izin penggunaan. Namun, jika menggunakan lahan pribadi (rumah sendiri), prosesnya hanya bersifat verifikasi tanpa dikenakan biaya,” ujarnya.

    (rgr/din)

  • Beda Harga dan Spek Suzuki Fronx Indonesia dan Jepang

    Beda Harga dan Spek Suzuki Fronx Indonesia dan Jepang

    Hamamatsu

    Suzuki Fronx juga dijual di Jepang. Apa bedanya Suzuki Fronx versi Indonesia dengan Jepang?

    Suzuki sebenarnya sudah lebih dulu meluncurkan Fronx di Jepang sejak tahun lalu Tapi, Suzuki Fronx di Jepang masih impor utuh dari pabrik Suzuki di India. Sedangkan Fronx di Indonesia sudah diproduksi di dalam negeri. Lantas bagaimana spesifikasinya?

    Wakil Kepala Suzuki Arena, Suzuki Motor Sales Hamamatsu Co,Ltd, Masahiro Kotani, mengatakan Fronx di Jepang dengan di Indonesia memiliki banyak kesamaan. Pilihan mesin dan transmisinya hampir sama.

    “Perbedaannya terletak pada beberapa detail, seperti roof rail ada di Indonesia, fitur electric parking brake tersedia di Jepang,” katanya saat ditemui di dealer Suzuki Arena Hamamatsu, di Jepang, baru-baru ini.

    Untuk pilihan mesin pun sama. Di Jepang, Suzuki Fronx menggunakan mesin K15C 1.500 cc mild hybrid dengan transmisi otomatis enam percepatan.

    “Namun di Indonesia, Suzuki Fronx hadir dengan dua pilihan mesin K15B dan K15C serta opsi transmisi manual 5 percepatan dan matic 6 percepatan,” katanya.

    Untuk sistem penggerak, Suzuki Fronx di Jepang tersedia dalam dua pilihan penggerak. Ada Front Wheel Drive (FWD) dan All Wheel Drive (AWD). Penggunaan penggerak AWD di Jepang membantu pengendaranya saat menghadapi musim salju.

    “Suzuki Safety Support juga hadir di kedua pasar tersebut (Indonesia dan Jepang) sebagai fitur keselamatan,” katanya.

    Soal harga nggak jauh beda. Saat ini, Suzuki Fronx di Indonesia dijual dengan harga Rp 259 juta sampai Rp 321,9 juta on the road Jakarta. Sedangkan di Jepang, dikutip dari situs resmi Suzuki Jepang, Suzuki Fronx dijual seharga 2,541 juta yen (Rp 274 jutaan) sampai Rp 2,739 juta yen (Rp 295 jutaan).

    (rgr/din)

  • Potret Museum Suzuki di Jepang

    Potret Museum Suzuki di Jepang

    Potret Museum Suzuki di Jepang