brand merek: Nike

  • Makin Diminati Sektor Industri dan Bisnis, Pengguna REC Naik 117 Persen

    Makin Diminati Sektor Industri dan Bisnis, Pengguna REC Naik 117 Persen

    Bisnis.com, JAKARTA – Layanan Green as a Service (GEAS) Renewable Energy Certificate (REC) PT PLN (Persero) kini semakin diminati oleh pelanggan. Hingga 2024, layanan listrik hijau ini telah dinikmati oleh 7.354 pelanggan, tumbuh 117% dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 3.378 pelanggan.

    REC adalah salah satu instrumen produk hijau inovasi PLN untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pengakuan atas penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. REC PLN memvalidasi bahwa produksi tenaga listrik per Megawatt hour (MWh) yang digunakan pelanggan berasal dari energi listrik hijau yang telah terverifikasi.

    Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyatakan, REC merupakan solusi bagi sektor industri dan bisnis untuk memperoleh listrik hijau yang andal dan terjangkau. Pasalnya, seiring perkembangan zaman, permintaan produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi faktor penting dalam menjaga daya saing industri.

    “Sebagai tulang punggung penyedia EBT nasional, PLN berkomitmen meningkatkan daya saing industri dengan menyediakan layanan listrik hijau yang 100% dipasok oleh pembangkit EBT kami melalui REC. Kami siap melayani kebutuhan listrik hijau untuk sektor bisnis dan industri dengan proses yang mudah dan cepat,” ujar Darmawan.

    Darmawan melanjutkan, sejak diluncurkan pada tahun 2020, penjualan REC terus mencatatkan pertumbuhan signifikan mencapai 10,99 Terawatt hour (TWh) hingga tahun 2024. Dari total penjualan tersebut, 49% dicapai pada tahun 2024 atau sebesar 5,38 TWh, meningkat dibanding tahun 2023 yang sebesar 3,54 TWh atau mampu tumbuh 52% year on year (YoY). Hal ini tidak lepas dari semakin tingginya minat pelanggan khususnya sektor bisnis dan industri terhadap REC.

    Ia mengungkapkan bahwa pelanggan perusahaan kenamaan seperti Nike, PT Cheil Jedang Indonesia, PT Asahimas Chemical, PT Agincourt Resources, PT Indah Klat Pulp & Paper Tbk, PT Air Liquide Indonesia, PT South Pacific Viscose, PT Sorini Agro Asia Corporindo, PT Smelting, dan PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia menjadi penikmat REC terbesar dengan total kapasitas mencapai 2,81 TWh atau sekitar 52% dari total kapasitas yang digunakan pada tahun 2024. Menurutnya, tingginya tren minat pelanggan sektor industri dan bisnis terhadap layanan listrik hijau REC pada tahun ini, diprediksi akan semakin meningkat di tahun berikutnya.

    “Semakin banyak perusahaan besar, baik dari dalam dan luar negeri, yang mempercayakan suplai listrik hijaunya dengan REC PLN. Sehingga, kami optimistis layanan listrik hijau ini akan terus tumbuh,” paparnya.

    Lebih lanjut, Darmawan memaparkan saat ini ada 8 pembangkit PLN yang telah menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC. Kedelapan pembangkit tersebut yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, PLTP Ulubelu, PLTP Lahendong, PLTP Ulumbu, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata, PLTA Bakaru, PLTA Orya Genyem, dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur.

    “REC memberikan jaminan atas penggunaan EBT secara transparan dan diakui internasional. Setiap sertifikat REC memastikan listrik yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil, dengan sistem pelacakan APX Tradable Instrument for Global Renewables (TIGRs) dari Amerika Serikat yang memastikan sertifikat telah memenuhi standar internasional,” tutup Darmawan.

  • Apple Watch Dituding Pakai Kimia Berbahaya, Ini Kata Apple

    Apple Watch Dituding Pakai Kimia Berbahaya, Ini Kata Apple

    Jakarta

    Apple tengah menghadapi gugatan yang diajukan di Distrik Utara California. Gugatan ini mengklaim bahwa tali pada Apple Watch mengandung ‘bahan kimia selamanya’ dalam kadar tinggi yang dikenal sebagai PFAS, yang dapat membahayakan kesehatan bagi manusia.

    Dalam gugatan tersebut, dijelaskan tiga tali jam tangan Apple Watch yang memiliki kandungan PFAS tinggi, yaitu Apple Watch Sport Band, Nike Sport Band, dan Ocean Band.

    Apple menyebut tali jam tangan tersebut terbuat dari fluoroelastomer, akan tetapi gugatan tersebut menuduh bahwa Apple dengan sengaja menyembunyikan keberadaan PFAS, yang terkait dengan efek kesehatan merugikan.

    Gugatan tersebut merupakan hasil dari penelitian baru yang dirilis oleh University of Notre Dame pada bulan Desember. Penelitian tersebut menguji 22 tali jam tangan pelacak kebugaran dan jam tangan pintar dan menemukan 15 di antaranya mengandung PFAS.

    Dari 15 gelang tersebut, sembilan di antaranya memiliki kadar asam perfluoroheksanoat (PFHxA) sangat tinggi. Meskipun penelitian ini tidak menyebutkan nama Apple atau merek lain, penelitian ini menyatakan tingkat PFHxA yang tinggi lebih banyak ditemukan pada gelang jam tangan dengan harga lebih tinggi, atau lebih dari USD 15.

    Menanggapi gugatan tersebut, Apple menegaskan bahwa tali jam tangan tersebut aman untuk dipakai. “Tali jam tangan Apple Watch aman dipakai pengguna. Selain pengujian kami sendiri, kami juga bekerja sama dengan laboratorium independen untuk melakukan pengujian dan analisis yang ketat terhadap bahan yang digunakan dalam produk kami, termasuk tali Apple Watch,” kata Apple dikutip detikINET dari Apple Insider, Sabtu (25/1/2024).

    Apple telah menyadari kontroversi seputar PFAS selama beberapa waktu dan berencana menghentikan penggunaan PFAS pada produknya. Pada November 2022, perusahaan merilis laporan yang membahas penggunaan PFAS dan penelitiannya untuk mengembangkan alternatif yang sesuai.

    Dalam laporan tersebut, perusahaan mencatat bahwa mereka telah menghilangkan dua zat PFAS yang sangat mengkhawatirkan dari produknya, asam perfluorooctanoic (PFOA) dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS), dengan membatasi penggunaannya pada tahun 2010 dan 2013.

    Pada tahun 2021, mereka membatasi penggunaan asam perfluorokarboksilat C9-C14 (PFCA) dan zat-zat terkait, serta asam perfluoroheksanoat (PFHxS) dan zat-zat terkait.

    Namun, mereka mencatat bahwa prosesnya akan memakan waktu. Mereka menunjukkan bahwa perlu menyusun katalog penggunaan PFAS dalam elektronik, dan kemudian mengidentifikasi dan mengembangkan alternatif non-PFAS.

    “Tali jam tangan Apple Watch aman untuk dipakai pengguna. Selain pengujian kami sendiri, kami juga bekerja sama dengan laboratorium independen untuk melakukan pengujian dan analisis yang ketat terhadap bahan yang digunakan dalam produk kami, termasuk tali Apple Watch,” kata Apple.

    “Terakhir, kami perlu memastikan bahwa alternatif non-PFAS tidak menghasilkan substitusi yang disesalkan – di mana alternatif sama berbahayanya, atau bahkan lebih berbahaya daripada PFAS yang digantikan,” imbuh mereka.

    (jsn/jsn)

  • Menlu AS Hubungi Vietnam, Bahas Defisit Perdagangan hingga China

    Menlu AS Hubungi Vietnam, Bahas Defisit Perdagangan hingga China

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri AS yang baru, Marco Rubio, mendesak Vietnam untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan antara kedua negara.

    Hal tersebut diungkapkan Rubio dalam panggilan telepon pada Jumat (24/1/2025) waktu setempat dengan Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Vietnam, Bui Thanh Son. Selain membahas masalah perdagangan, keduanya juga membicarakan kekhawatiran bersama tentang China.

    Sesi panggilan itu merupakan yang pertama antara dua diplomat tinggi di bawah pemerintahan baru Presiden AS Donald Trump.

    Dalam pernyataan resmi Departemen Luar Negeri yang dilansir dari Reuters (25/1/2025), pada panggilan telepon tersebut, keduanya memuji peringatan 30 tahun hubungan AS-Vietnam dan kemajuan yang dicapai di bawah Kemitraan Strategis Komprehensif yang disepakati kedua negara pada tahun 2023.

    “Menteri Luar Negeri AS juga membahas berbagai masalah regional, termasuk perilaku agresif Tiongkok di Laut Cina Selatan,” katanya.

    Sambil memuji kerja sama ekonomi kedua negara, Rubio mendorong Vietnam untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, katanya.

    Data yang dirilis AS pada bulan ini mencatat, defisit perdagangan AS dengan Vietnam melampaui US$110 miliar pada periode Januari-November 2024. Defisit tersebut seiring dengan meningkatnya ekspor dari pusat industri Asia Tenggara di tengah rekor jatuhnya mata uangnya terhadap dolar AS.

    Meskipun Vietnam telah menjadi mitra keamanan AS yang penting, kesenjangan perdagangan yang besar dipandang oleh para analis sebagai risiko besar bagi negara yang bergantung pada ekspor tersebut di tengah ancaman tarif menyeluruh dari Trump terhadap impor AS.

    Data AS bulan ini menunjukkan kenaikan hampir 18% dalam defisit AS dengan Vietnam dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menegaskan bahwa negara yang dipimpin Komunis tersebut memiliki surplus komersial tertinggi keempat dengan Amerika Serikat, hanya diungguli oleh China, Uni Eropa, dan Meksiko.

    Trump mengakhiri masa jabatan pertamanya di Gedung Putih dengan pernyataan Departemen Keuangan tentang Vietnam dan Swiss sebagai manipulator mata uang atas intervensi pasar mereka untuk melemahkan nilai mata uang mereka.

    Vietnam, yang menganggap AS sebagai pasar terbesarnya, merupakan rumah bagi operasi industri besar yang berfokus pada ekspor dari perusahaan multinasional AS seperti Apple, Google, Nike, dan Intel.

  • Apple Watch Digugat, Dituding Pakai Bahan Kimia Berbahaya

    Apple Watch Digugat, Dituding Pakai Bahan Kimia Berbahaya

    Jakarta

    Apple digugat karena diduga menjual gelang untuk jam tangan pintarnya yang mengandung “bahan kimia selamanya” dalam kadar tinggi yang dikenal sebagai PFAS yang dapat menyebabkan dampak kesehatan yang berbahaya bagi manusia.

    Gugatan yang diajukan Kamis (23/1/2025), yang diajukan kemarin di Distrik Utara California, secara khusus menargetkan tiga tali jam tangan Apple Watch; Sport Band yang tersedia dengan Apple Watch model dasar baru, Ocean Band, dan Nike Sport Band yang dikirimkan bersama Apple Watch bermerek Nike.

    Apple menyebut ketiganya terbuat dari fluoroelastomer, yang menurut gugatan tersebut menyembunyikan keberadaan zat per- dan polifluoroalkil, atau PFAS.

    Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan bahan kimia PFAS, bahan kimia ini banyak digunakan dalam produk konsumen seperti pakaian, pembersih, peralatan masak antilengket, dan produk kebersihan, dan dihargai karena harganya yang murah dan sangat efektif.

    Bahan kimia ini juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, penekanan sistem kekebalan tubuh, dan kemungkinan membahayakan janin dalam kandungan.

    Bahan kimia ini dikenal sebagai “bahan kimia selamanya” karena terurai dengan sangat lambat dan dapat bertahan di lingkungan selama beberapa dekade. Beberapa senyawa PFAS juga bersifat bioakumulatif, yang berarti dapat menumpuk di dalam tubuh dari waktu ke waktu.

    Singkatnya, mereka dianggap sebagai zat yang sangat berisiko. Memakainya di dekat kulit dalam waktu yang lama – seperti pada tali jam tangan – menciptakan lebih banyak peluang bagi tubuh Anda untuk menyerapnya. Gugatan mengacu pada penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Notre Dame.

    Diterbitkan bulan Desember, penelitian mereka menemukan peningkatan kadar PFAS pada sejumlah pelacak kebugaran dan tali jam tangan pintar, termasuk beberapa yang diproduksi oleh Apple, Fitbit, Google, dan Samsung.

    Menurut penelitian tersebut, fluoroelastomer adalah bahan yang sering digunakan dalam pembuatan gelang yang diuji karena ketahanannya terhadap keringat, minyak kulit, dan lotion. Satu jenis PFAS tertentu, asam perfluoroheksanoat (PFHxA), ditemukan dalam gelang pada tingkat yang tinggi.

    “Hal yang paling luar biasa yang kami temukan dalam penelitian ini adalah konsentrasi yang sangat tinggi hanya dari satu PFAS – ada beberapa sampel di atas 1.000 bagian per miliar PFHxA, jauh lebih tinggi daripada kebanyakan PFAS yang kami lihat dalam produk konsumen,” kata profesor emeritus Notre Dame dan rekan penulis studi Graham Peaslee sebagaimana dikutip detikINET dari The Register Jumat, (24/1/2025)

    Gugatan tersebut menyatakan bahwa Apple seharusnya tahu lebih baik daripada menjual tali jam tangan yang mungkin mengandung PFAS yang berpotensi berbahaya.

    “Tergugat tahu bahwa beberapa produknya mengandung PFAS. Ia juga tahu bahwa bahan kimia tersebut berbahaya,” sebut gugatan, menunjuk pada dokumen tahun 2022 dari Apple di mana mereka berkomitmen untuk menghapus PFAS dari produknya.

    “Janji tersebut tidak menginformasikan kepada konsumen produk mana yang mengandung bahan kimia berbahaya. Sebaliknya, sehubungan dengan jam tangan, Apple terus menyembunyikan keberadaan PFAS pada saat pembelian dan sebaliknya.” lanjut gugatan tersebut.

    “Apple dapat menghindari bahaya keamanan dan lingkungan yang tidak masuk akal dengan alternatif manufaktur yang tersedia, dan kegagalannya untuk melakukannya sambil terus menjanjikan kesehatan, kesehatan, dan keberlanjutan kepada konsumen merupakan tindakan yang melanggar hukum, tidak adil, dan curang di bawah undang-undang perlindungan konsumen,” sebut gugatan tersebut.

    Para penggugat lebih lanjut menuduh bahwa tindakan Apple melanggar undang-undang persaingan usaha tidak sehat, periklanan, dan upaya hukum konsumen di California.

    Mereka juga menuduh raksasa teknologi tersebut melakukan penipuan, bujukan curang, penyembunyian, misrepresentasi, kelalaian, dan pengayaan yang tidak adil. Gugatan tersebut menuntut perintah untuk menghentikan penjualan tali jam tangan yang diduga melanggar, dan denda uang.

    (jsn/jsn)

  • Perkedel Nike Gorontalo, Kuliner Khas dari Hasil Laut Teluk Tomini

    Perkedel Nike Gorontalo, Kuliner Khas dari Hasil Laut Teluk Tomini

    Mungkin banyak yang belum tau soal ikan yang satu ini. Ikan nike adalah schooling fish atau kelompok yang memiliki nama latin Awaous melanocephalus itu, banyak ditemukan di Perairan Gorontalo.

    Mamalia laut ini merupakan jenis ikan yang berukuran kecil antara 2-4 sentimeter dan memiliki keunikan tersendiri. Siklus kemunculannya dalam jumlah besar pada satu lokasi tertentu, membuat segerombolan ikan ini sangat misterius.

    Ikan nike sendiri, muncul setiap periode bulan perbani akhir menjelang malam hari. Kehadirannya dalam bentuk schooling atau bergerombol dalam jumlah jutaan.

    Sementara daerah paling banyak dimunculi ikan ini, daerah  pantai yang dekat dengan muara sungai.

    Menurut warga lokal, jika sampai dengan hari ini mereka belum mengetahui induk ikan tersebut. Akan tetapi, menurut cerita jika ikan kecil ini hanyut dari hulu-hulu sungai.

    “Awal mula ikan ini berasal dari berupa gumpalan-gumpalan sebesar bola berwarna merah darah. Gumpalan tersebut hanyut dibawa air hingga ke lautan lepas,” kata Rino, salah satu nelayan di pesisir Teluk Tomini.

    Setelah itu, kata Rino, gumpalan yang terkena air laut kemudian pecah pada waktunnya. Dalam gumpalan tersebut keluarlah ikan-ikan kecil yang disebut nike.

    “Saat bulan perbani akhir menjelang malam hari, pasti akan muncul ikan nike. Kemunculannya berbeda tempat, tergantung gumpalan itu hanyut,” ujarnya.

    “Saat itulah nelayan kemudian menangkapnya dan menjualnya ke pengepul ikan nike,” ia menandaskan.

  • Lippo Group dan Pertamina Retail Sepakat Menjalin Kerja Sama Pengembangan Bisnis – Halaman all

    Lippo Group dan Pertamina Retail Sepakat Menjalin Kerja Sama Pengembangan Bisnis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Lippo Group dan PT Pertamina Retail secara resmi telah menandatangani kesepakatan strategis untuk melakukan kerja sama pengembangan bisnis.

    Acara penandatanganan dilakukan Rabu, 8 Januari 2025, di Jakarta.

    Hadir dalam acara itu Presiden Direktur PT Pertamina Retai, Zibali Hisbul Masih, Direktur Keuangan dan Umum PT Pertamina Retail Mohammad Fitrawan Nur, Direktur Komersial & Operasi PT Pertamina Retail Fedy Alberto, Presiden Direktur PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) Wahyudi Chandra, Presiden Direktur PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) & PT Lippo Malls Indonesia (LMI) Marlo Budiman, CEO PT Data Lake Indonesia (DLI) Nike P. Kosasih, dan CEO PT ZUP Loyalti Indonesia (ZU) Angkasa P. Putra.

    Dalam kesepakatan ini, MLPT ditunjuk untuk mewakili beberapa entitas dan partner dari Lippo Group yang sepakat mendukung pengembangan bisnis ini dengan menandatangani kesepakatan strategis.

    Entitas tersebut antara lain DLI sebagai distributor resmi Starlink untuk segmen B2C dan B2B, PT Lippo Malls Indonesia (LMI) sebagai pemilik dan operator mall, LPKR sebagai entitas di sektor Retail dan Properti, serta turut juga menggandeng salah satu partner, yaitu PT ZUP Loyalti Indonesia (ZU) sebagai penyedia layanan kesetiaan pelanggan.

    Kerja sama pengembangan bisnis ini mencakup berbagai aspek antara lain:

    Pengelolaan dan pengoperasian teknologi informasi dan konektivitas SPBU yang dimiliki atau dikelola oleh Lippo Group.

    Jaringan layanan konektivitas yang mendukung digitalisasi SPBU yang dikelola oleh Pertamina Retail dan afiliasinya.

    Pengelolaan dan operasional SPBU dalam lingkup Lippo Properties.

    Kerja sama sebagai mitra teknologi untuk memberikan dukungan teknis hingga implementasi segala hal terkait digitalisasi SPBU di Pertamina Retail dan afiliasinya.

    Dan  kolaborasi terkait customer loyalty guna meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pelanggan Pertamina Retail.

    Selain itu, terdapat potensi kerja sama lain yang akan disepakati di masa mendatang oleh kedua belah pihak.

    Zibali Hisbul Masih, Presiden Direktur PT Pertamina Retail, menyampaikan saat ini, PERTARE telah menerapkan sejumlah program digitalisasi pada operasional SPBU yang sudah berjalan sejak tahun 2018.

    “Salah satu contoh program yang sudah kita berlakukan adalah pengawasan dan pembatasan transaksi bahan bakar solar bersubsidi dengan menggunakan barcode. Kami tentu berharap, kolaborasi dengan PT Multi Polar Technology Tbk kelak dapat semakin meningkatkan kualitas layanan bagi pelanggan.”

    Wahyudi Chandra, Presiden Direktur MLPT, mengatakan pihaknya sangat antusias menyambut kolaborasi strategis ini. 

    Sinergi antara Lippo Group dan Pertamina Retail merupakan langkah progresif dalam menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan bernilai tambah bagi publik. 

    Dengan menghadirkan inovasi layanan melalui pemanfaatan teknologi, kami yakin dapat meningkatkan pengalaman pelanggan, sebagai wujud nyata komitmen kami dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.”

    “Kami yakin kerja sama pengembangan bisnis ini akan memberikan manfaat maksimal bagi Lippo Group maupun PT Pertamina Retail. Kerja sama yang terjalin dalam berbagai aspek ini tentunya akan meningkatkan nilai tambah bagi masing-masing pihak,” jelas Presiden Direktur LPKR Marlo Budiman.

    Lippo Group dan PT Pertamina Retail optimis bahwa kerjasama pengembangan bisnis ini akan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat serta membuka peluang pertumbuhan usaha di masa mendatang.

  • Produsen Benang Asal AS Tak Terpengaruh Lesunya Bisnis Tekstil di Indonesia – Halaman all

    Produsen Benang Asal AS Tak Terpengaruh Lesunya Bisnis Tekstil di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Industri tekstil Indonesia saat ini dianggap lesu setelah maraknya pengurangan pegawai seperti yang dialami oleh PT. Alenatex, Bandung, Jawa Barat dan pailitnya Sritex di Solo, Jawa Tengah. 

    Namun, hal itu seakan tak berpengaruh bagi produsen benang, A&E Indonesia. Perusahaan asal Amerika Serikat yang sudah berdiri sejak tahun 1891 tersebut bahkan sukses meraih hasil yang positif meskipun baru membuka cabangnya di Indonesia pada tahun 2018.

    Pabrik A&E Indonesia di Sidoarjo, Jawa Timur tersebut diketahui mampu menghasilkan produksi benang 80 ton per hari dengan 200 tenaga kerja. Produk mereka telah dipercaya oleh banyak brand ternama diantaranya Abercrombie & Fitch, GAP, Victoria’s Secret, Jansport, Nike, Adidas dan Hoka.

    “Indonesia adalah pasar yang sudah lama kita nantikan. Kami sudah melakukan banyak kerjasama dan tanam investasi di sini. Kita memang masih baru di Indonesia, namun sudah berhasil meraih pencapaian yang bagus dan tentunya kedepannya bakal lebih baik lagi,” ucap Chris Alt, selaku President of A&E Global LLC dalam pernyataannya, Sabtu(11/1/2025).

    A&E Indonesia diketahui berfokus pada garmen untuk produk ekspor dan sudah bekerjasama dengan baik ke banyak brand ternama dari Amerika serta Eropa. Hal itulah yang membuat mereka berhasil memperoleh raihan positif di tengah kondisi pabrik tekstil yang dinilai sedang layu.

    “Tekstil dan garmen dua hal yang berbeda.  Tekstil banyak sekali saingannya, beda dengan garmen yang sudah punya market sendiri. Kita fokus ekspor ke Amerika dan Eropa, dari tahun 2023 ke 2024 penjualan kami naik 97 persen. Di 2025, kami yakin penjualan bisa naik 3 kali lipat dari sebelumnya,” kata Senior Sales Manager A&E Indonesia, Janat Permana.

    Torehan positif tersebut tentunya tak terlepas dari keberhasilan mereka dalam menghadapi setiap tantangan. Terus berinovasi dan menjalin partnership dengan pasar diyakini telah menjadi kunci dari kesuksesan A&E Indonesia.

    “Tantangan utama di Indonesia mungkin karena kita datang telat di pasar ini tapi kami tetap punya pertumbuhan yang agresif. Saya kira kita punya posisi yang bagus di sini dengan fokus bangun partnership dengan pasar, itu yang kita lakukan selama ini,” kata President Director A&E Indonesia, Sanjay Chandraratna.

    Pada tahun ini, A&E Indonesia optimis bisa memperoleh hasil positif 3 kali lipat dari tahun sebelumnya dengan memperluas kapasitas produksinya dan mencoba industri non-apparel berupa footwear.

    “Pasar footwear di Indonesia itu mencapai 70 juta dolar AS per tahun. Ini angka yang begitu besar. Oleh karena itu, kami akan berfokus juga di industri ini, bahkan kami telah mendirikan divisi khusus untuk pengembangan di industri footwear. Kami jauh-jauh hari sudah melalukan pendekatan. Yang sudah pasti kita develop itu dengan Hoka, yang lainnya tinggal menunggu waktu saja. Kami yakin penjualan bisa naik 3 kali lipat dari hasil di tahun 2024, 30% nya di sumbang dari footwear,” tegas Janat.

  • Pabrik Benang A&E Asal AS di Sidoarjo Incar Penjualan Naik 300% Tahun Ini

    Pabrik Benang A&E Asal AS di Sidoarjo Incar Penjualan Naik 300% Tahun Ini

    Bisnis.com, BANDUNG — American & Efird (A&E), produsen benang asal Amerika Serikat yang memiliki pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur, memasang target ambisius tahun ini dengan peningkatan penjualan hingga 300%. 

    Senior Sales Manager A&E Indonesia Janat Permana mengungkapkan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 300% tahun ini dengan optimisme yang didapat dari capaian signifikan tahun sebelumnya. 

    “Yang jelas, dari 2023 ke 2024 kita 97% peningkatannya. Bisa bayangin penjualan sales kita naik 97%. Jadi hampir 100%,” ujar Janat Permana, saat ditemui usai rapat kerja di Intercontinental Bandung, Jumat (10/1/2025). 

    Di tengah keresahan industri garmen Indonesia saat ini yang bertumbangan, produsen benang tersebut masih bertahan lantaran bisnisnya berorientasi pada pasar ekspor sepenuhnya. 

    Janat juga mengungkap bahwa pihaknya masih selektif dalam menjaring mitra industri garmen lokal. Pasalnya, pabrik benang A&E Indonesia baru hadir 6 tahun lalu, cukup sulit bersaing dengan kompetitor lokal. 

    Oleh karena itu, pihaknya fokus ke pasar ekspor sembari mencari produsen domestik yang mau menjalin kerja sama. Hingga saat ini, beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Jepang, dan negara Asia lainnya. 

    “Kita berbeda dengan tekstil, kita main di garmen yang punya market ha sendiri dan kita ekspor. Berbeda dengan tekstil yang mereka sulit bersaing dengan impor dari China,” tuturnya. 

    Lebih lanjut, Janat menerangkan sejumlah strategi yang dipersiapkan untuk mencapai target pertumbuhan penjualan 300% tahun ini. 

    Untuk mencapai target ini, A&E Indonesia melakukan rebranding nama brand, mengandalkan peningkatan kapasitas produksi, memperluas pasar dan lini produk yang dijalani. 

    Janat menyebutkan bahwa perusahaan akan memperkenalkan brand A&E di Indonesia pada tahun ini, yang sebelumnya memakai nama PT Benang Amefird Indonesia (BAI). 

    Lebih lanjut, Janat menekankan bahwa pasar Indonesia sangat potensial, tetapi perusahaan harus selektif dalam memilih target pasar yang tepat. 

    “Permintaan kualitas itu dengan produk yang kita tawarkan di market ini masih di range ekspor untuk kualitas. Bukan berarti produk lokal ini tidak bagus, bukan. Cuma ada beberapa produk sekarang Indonesia ini lebih picky, selektif untuk memilih,” jelasnya.

    Di sisi lain, salah satu strategi utama untuk meraih target tersebut adalah dengan memasuki sektor industri sepatu, yang dikenal sebagai footwear. 

    Sebelumnya, A&E Indonesia lebih fokus pada produk apparel (pakaian) dan aksesoris. Namun, mulai 2025, perusahaan akan merambah pasar sepatu olahraga, seperti Nike, Hoka, Adidas, Converse, dan New Balance.

    Terlebih, pasar benang untuk industri sepatu di Indonesia cukup besar, mencapai US$70 juta per tahun. 

    “Jadi kita akan share kontribusinya itu dari footwear, kita nggak muluk-muluk dulu, 30% kontribusinya. Dan kita berani bilang itu, kenapa? Karena kita sudah melakukan development sebelumnya,” tegasnya.

    A&E Indonesia sudah memulai pengembangan produk footwear sejak kuartal keempat 2024, dengan berbagai merek besar, salah satunya melakukan penawaran dengan pabrik baru Hoka di Kawasan Industri Terpadu Batang. 

    Dengan rencana ekspansi ke sektor footwear, peningkatan kapasitas produksi, dan penguatan brand A&E di Indonesia, perusahaan optimistis dapat mencapai target penjualan yang sangat ambisius tersebut. 

    “Kapasitas kita akan tingkatkan. Kita nggak mungkin bicara 3 kali lipat kalau kapasitas gitu-gitu aja,” ucapnya. 

    Adapun, kapasitas produksi yang saat ini mencapai 80 ton per hari atau sekitar 30.000 ton per tahun akan ditingkatkan 2 kali lipat. Begitupun dengan tenaga kerja yang saat ini menyerap 200 pekerja. 

  • Bertentangan dengan Arahan Presiden Prabowo

    Bertentangan dengan Arahan Presiden Prabowo

    Jakarta, Beritasatu.com – Asosiasi Pengusaha Indonesia Jawa Barat (Apindo Jabar) mengkritisi penerbitan SK Gubernur Jawa Barat terkait upah sektoral minimum kabupaten/kota (UMSK). Ketua Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik secara tegas menilai SK tersebut cacat hukum.

    “SK UMSK ini dapat mengancam keberlangsungan sektor padat karya. Hal ini bertentangan dengan arahan Presiden Prabowo yang mendorong agar sektor tersebut tetap berkembang,” kata Ning Wahyu dalam siaran pers yang diterima Beritasatu.com, Minggu (5/1/2025).

    Ning Wahyu menjelaskan, SK Gubernur Nomor 561.7/Kep.838-Kesra/2024 yang merevisi SK Gubernur sebelumnya (561.7/Kep.802-Kesra/2024) terkait UMSK Tahun 2025 di Jawa Barat, yang ditandatangani pada 27 Desember 2024, dianggap melanggar ketentuan hukum.

    Menurut Ning Wahyu, sektor padat karya yang tercantum dalam SK ini lebih berfokus pada perusahaan multinasional. Namun, definisi perusahaan multinasional ini bukan berdasarkan merek yang diproduksi, melainkan kehadiran perusahaan tersebut di berbagai negara. Sebagai contoh, perusahaan yang memproduksi merek seperti New Balance, Nike, atau Adidas tidak otomatis dianggap multinasional, kecuali jika perusahaan tersebut memiliki cabang di berbagai negara.

    Menurutnya, SK ini hanya berlaku bagi perusahaan yang mampu memenuhi ketentuan pembayaran upah tersebut.

    “Jika tidak mampu, perusahaan dapat mengadakan perundingan dengan pekerja sesuai dengan Diktum Kedua-A dalam SK Gubernur Jawa Barat,” tambah dia.

    Secara hukum, Ning Wahyu menilai SK ini melanggar beberapa aturan. Pertama, soal waktu penetapan SK yang diterbitkan melebihi batas waktu yang ditentukan dalam Pasal 10 Ayat (2) Permenaker Nomor 16 Tahun 2024, di mana UMSK harus ditetapkan paling lambat 18 Desember 2024. Sementara SK ini baru diterbitkan pada 27 Desember 2024.

    Kedua, soal kriteria sektor SK UMSK ini mencakup sektor-sektor yang tidak memenuhi kriteria sektor tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (3) Permenaker. Ketiga, SK ini melanggara soal kesepakatan dewan pengupahan.

    Penetapan SK dilakukan secara sepihak tanpa melalui kesepakatan Dewan Pengupahan, yang bertentangan dengan Pasal 9 Ayat (2). SK UMSK ini juga melanggar prinsip-prinsip administrasi pemerintahan yang baik sebagaimana diatur dalam UU Nomor 30 Tahun 2014,” jelasnya.

    Untuk itu, Apindo Jabar mengimbau para pengusaha untuk cermat menyikapi kebijakan terkait SK UMKS ini dan meminta auditor kepatuhan perusahaan untuk menjalankan tugas mereka secara objektif dan sesuai hukum.

  • Berawal dari Keresahan, Bapak 2 Anak Ini Ciptakan Sneakers Khusus Anak

    Berawal dari Keresahan, Bapak 2 Anak Ini Ciptakan Sneakers Khusus Anak

    Jakarta

    Ide bisnis bisa didapatkan dari mana saja, termasuk keresahan. Seperti yang rasakan oleh seorang ayah sekaligus pecinta sneakers, Adhiprana Waraputra. Ia mendirikan bisnis brand lokal STUVW, sepatu sneakers khusus anak yang berawal dari sebuah keresahan.

    Adhiprana bercerita dirinya merasa resah ketika melihat pasar sepatu anak yang didominasi oleh produk impor. Sebagai ayah dari dua anak laki-laki yang aktif dan penggemar sepatu, Adhiprana sering dihadapkan pada dilema saat ingin membeli sepatu untuk anak-anaknya.

    “Setiap kali saya mencari sepatu anak, yang terlaris atau direkomendasikan di marketplace selalu produk impor dari China. Di sisi lain, sepatu dari brand besar seperti Nike atau Adidas harganya terlalu mahal, apalagi mengingat ukuran kaki anak cepat sekali berubah,” ungkap Adhiprana katanya, ditulis Minggu (5/1/2024).

    Ia juga merasa bahwa banyak brand lokal hanya menawarkan sepatu hitam atau desain yang terlalu basic. Menurutnya, saat ini belum ada brand lokal yang berani membuat sepatu anak dengan desain berkualitas.

    “Kenapa tidak ada brand lokal yang berani membuat sepatu anak dengan desain yang benar-benar keren dan berkualitas?” pertanyaan ini menjadi motivasi bagi Adhiprana untuk memulai STUVW.

    Dari keresahan itulah dirinya lalu mencoba menciptakan sendiri bisnis sepatu khusus anak. Dengan modal terbatas, Adhiprana memilih untuk fokus pada pengembangan sepatu berkualitas tinggi. Ia meyakini jika kualitasnya bagus, maka produknya akan diterima oleh masyarakat.

    “Kami mengutamakan investasi pada teknologi outsole yang bagus karena saya yakin, jika produknya bagus, pasar akan menerimanya dengan cepat,” jelasnya.

    Pendekatan ini terbukti berhasil, karena dalam waktu singkat STUVW menjadi favorit di komunitas olahraga anak, khususnya balance bike. Adhiprana memiliki misi besar: menyediakan sepatu anak yang keren secara visual, berkualitas tinggi, namun tetap terjangkau bagi para orang tua Indonesia.

    Setelah sukses mendapatkan tempat di hati para orang tua dan anak-anak, STUVW tidak berhenti berinovasi. “Kami ingin terus memberikan yang terbaik bagi komunitas kami. Tunggu saja gebrakan STUVW di tahun 2025 ini,” tambah Adhiprana penuh semangat.

    Sebagai brand lokal yang hadir dari keresahan pribadi seorang ayah, STUVW menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menghasilkan produk anak dengan standar internasional. Dengan harga yang tetap terjangkau, STUVW tidak hanya menantang dominasi produk impor tetapi juga menjadi kebanggaan bagi orang tua Indonesia.

    Adhiprana mengatakan fokus utama STUVW adalah menciptakan sepatu anak yang keren secara visual, berkualitas tinggi, dan tetap terjangkau. Dalam waktu singkat, STUVW telah menjadi brand favorit di komunitas olahraga anak, seperti balance bike, dan terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

    (fdl/fdl)