brand merek: Ford

  • Trump Bakal Pakai Nama Elon Musk untuk Kapal Induk AS yang Baru

    Trump Bakal Pakai Nama Elon Musk untuk Kapal Induk AS yang Baru

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) bakal memiliki kapal induk baru untuk Angkatan Laut. Kapal itu akan menggunakan nama miliarder AS yang juga donatur utama kampanye Presiden AS Donald Trump, Elon Musk.

    Dilansir Anadolu Agency, Rabu (2/4/2025), kapal induk Angkatan Laut AS itu awalnya akan diberi nama USS Enterprise. Namun, nama kapal tersebut akan berubah menjadi Elon Musk berdasarkan perintah eksekutif yang rencananya dikeluarkan Selasa waktu setempat.

    Kapal induk tersebut merupakan kapal perang kelas Gerald R Ford yang dijadwalkan diluncurkan pada November dan akan mulai beroperasi pada tahun 2029. Kapal tersebut akan menggantikan USS Dwight D Eisenhower, yang dinamai sesuai nama jenderal Perang Dunia dan presiden pascaperang yang populer.

    Berbeda dengan tradisi, kapal induk ini akan menjadi kapal induk pertama yang dinamai sesuai nama penasihat Gedung Putih yang masih menjabat. Musk saat ini mempelopori upaya untuk merampingkan pemerintah yang telah menuai reaksi keras dari publik.

    Keputusan tersebut mengikuti rancangan perintah bulan Februari yang berjudul ‘Make Shipbuilding Great Again’ yang bertujuan untuk merevitalisasi produksi kapal angkatan laut AS. Pemerintah AS saat ini khawatir dengan peningkatan armada kapal China.

    “Dulu kita membuat begitu banyak kapal. Kita tidak membuatnya lagi, tetapi kita akan membuatnya dengan sangat cepat, segera,” ujar Trump saat itu.

    USS Musk akan dilengkapi Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik yang canggih, sejalan dengan visi Musk untuk inovasi bertenaga listrik. Namun, teknologi tersebut diperkirakan akan menghadapi kritik dari Trump, yang pernah menyarankan kembali menggunakan ketapel bertenaga uap pada tahun 2017.

    Meskipun kapal tersebut ditugaskan dengan mempertimbangkan China, Musk juga memiliki kepentingan bisnis yang besar di China. Musk sendiri terkenal sebagai bos Tesla dan juga media sosial X (dulu Twitter).

    Tonton juga Video: Elon Musk Bicara Tekanan Kerja di DOGE: Kami Terima Ancaman Pembunuhan

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Industri Otomotif Terancam, Trump Diminta Hentikan Tarif Impor Otomotif 25%

    Industri Otomotif Terancam, Trump Diminta Hentikan Tarif Impor Otomotif 25%

    Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku usaha di negara bagian Amerika Serikat (AS), Michigan, mendesak Presiden Donald Trump menghentikan rencana penerapan tarif 25% untuk impor kendaraan dan suku cadang impor.

    Kebijakan itu dinilai dapat membuat harga kendaraan melonjak signifikan, gangguan rantai pasok, hingga ancaman terhadap pekerja yang banyak bekerja di sektor otomotif.

    “Peningkatan biaya akan menyebabkan gangguan signifikan di seluruh rantai pasokan, dan mungkin yang paling penting menyebabkan kenaikan harga yang signifikan terhadap biaya kendaraan bagi konsumen Amerika,” kata Kamar Dagang Regional Detroit dan MichAuto, sebuah asosiasi otomotif dan mobilitas dalam suratnya, mengutip Reuters, Selasa (1/4/2025).

    Selain itu, Kamar Dagang Regional Detroit menyebut kebijakan ini dapat berdampak terhadap kelas pekerja. Mengingat di Michigan, satu dari lima pekerjaan terkait dengan otomotif. Belum lagi, kata asosiasi tersebut, sektor otomotif menyumbang sekitar US$300 miliar bagi perekonomian Michigan setiap tahunnya.

    Asosiasi ini mengatakan, kebijakan tersebut akan merusak industri otomotif dan perekonomian negara bagian, mengingat ada lebih dari 1.000 pemasok otomotif yang berpusat di Michigan.

    “Kebijakan tarif yang diusulkan akan meningkatkan harga, menurunkan permintaan konsumen, dan dengan demikian, menurunkan profitabilitas perusahaan kami, yang secara langsung berdampak pada pekerja keras Amerika yang merakit kendaraan ikonik tersebut,” tambah surat itu.

    Harga kendaraan baru yang lebih tinggi dikhawatirkan dapat mendorong beberapa pemilik untuk mempertahankan kendaraannya lebih lama, sehingga mengerek harga mobil bekas.“Peningkatan biaya kendaraan ini akan ditanggung secara tidak proporsional oleh keluarga kelas pekerja dan kelas menengah,” katanya.

    Menanggapi hal itu, Juru Bicara Gedung Putih Kush Desai mencatat produsen mobil seperti Hyundai, telah mengumumkan investasi baru di AS dan menyatakan bahwa investasi tersebut, hingga seruan Trump untuk pengurangan pajak baru akan memcu pertumbuhan manufaktur dan lapangan kerja.

    Sementara itu, kelompok yang mewakili General Motors, Ford, Toyota, Stellantis, dan lainnya memperingatkan bahwa kebijakan itu akan menaikkan biaya kendaraan. Hyundai bahkan telah menginfokan dealer mobil bahwa mereka mungkin perlu menyesuaikan harga jika kebijakan tarif impor 25% diberlakukan. 

    Sebagaimana diketahui, Trump berencana menerapkan tarif 25% untuk impor kendaraan dan suku cadang impor. Trump mengatakan, tarif akan mulai berlaku pada tanggal 2 April 2025 dan AS akan mulai mengenakannya sehari kemudian.

    Mengutip Bloomberg, Gedung Putih mengatakan tarif akan berlaku tidak hanya untuk mobil yang sudah dirakit sepenuhnya tetapi juga suku cadang mobil utama, termasuk mesin, transmisi, suku cadang mesin penggerak, dan komponen listrik. 

    Daftar tersebut dapat diperluas dari waktu ke waktu untuk mencakup suku cadang tambahan. Trump menyatakan tarif tersebut permanen dan dia tidak tertarik untuk menegosiasikan pengecualian apa pun.

  • Pikap Double Cabin BYD Mendekat ke Indonesia, Dijual Harga Segini

    Pikap Double Cabin BYD Mendekat ke Indonesia, Dijual Harga Segini

    Jakarta

    BYD mengenalkan pikap double cabin Shark 6 di Thailand. Pikap itu kabarnya bakal dijual seharga Rp 800 jutaan.

    BYD terus menambah lini produknya di pasar Asia Tenggara. Terbaru, BYD memboyong pikap double cabin bermesin hybrid Shark 6 di ajang Bangkok Motor Show. Pikap double cabin ini dibangun di atas platform BYD DMO dengan struktur body-on-frame dan suspensi double A-arm independen untuk bagian depan dan belakang.

    Mobil ini punya dimensi panjang 5.457 mm, lebar 1.917 mm, dan tinggi 1.925 mm, serta jarak sumbu roda 3.260 mm. Ukurannya juga lebih besar dari Ford Ranger yang merupakan pick-up terlaris di Thailand. Dikutip Carnewschina, Shark 6 sebenarnya sudah dijual di beberapa negara seperti Meksiko, Australia, dan Brazil. Di beberapa negara Shark 6 dijual dengan nama Shark saja.

    BYD Shark 6 dibekali dengan mesin 4 silinder berkapasitas 1.5 Liter turbo yang dipasangkan dengan dua motor listrik permanent magnet synchronous. Ada juga baterai blade BYD berkapasitas 29,58 kWh yang disematkan. Namun mesinnya hanya berfungsi sebagai generator untuk mengisi daya baterai dan menyalakan motor listrik. Adapun output gabungan dari kedua motor tersebut mencapai 430 daya kuda dan torsi 650 Nm.

    Shark 6 bisa berakselerasi 0-100 km/jam dalam waktu 5,7 detik. Pikap itu memiliki bobot 2.710 kg. Mobil memiliki jarak tempuh sejauh 800 km. Soal harga, BYD Shark 6 ini kabarnya bakal dijual dengan banderol 1,699 juta baht atau kalau dirupiahkan setara Rp 832,8 jutaan. (1 baht = Rp 490,184).

    Segmen pikap memang cukup mendominasi di Thailand. Bahkan pasar pikap terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Permintaan pikap cukup tinggi karena bisa berfungsi serba guna, torsi mesin besar, dan harga bahan bakar diesel yang lebih rendah.

    Bicara merek China, BYD bukanlah yang pertama mengenalkan mobil jenis pikap. GWM sudah lebih dulu merilis pikap double cabin Poer Sahar pada tahun 2024. Keseluruhan pikap dari GWM itu juga dilengkapi mesin hybrid yang menggabungkan mesin 2.0 L turbo dan motor listrik.

    (dry/din)

  • Trump ‘Bom’ Otomotif Dunia, Perusahaan Mobil Kacau-Tsunami PHK

    Trump ‘Bom’ Otomotif Dunia, Perusahaan Mobil Kacau-Tsunami PHK

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penggenaan tarif 25% untuk impor mobil Kamis. ‘Bom’ baru Trump ini menggemparkan dunia, dengan para produsen global memperingatkan adanya kenaikan harga langsung dan para pemilik dealer meneriakkan kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) di negara-negara pengekspor mobil besar dunia.

    Tarif 25% ini merupakan putaran awal dari tarif lain yang lebih luas, yang akan dikenakan AS pekan depan. Namun, kebijakan itu saja bisa menambah ribuan dolar biaya rata-rata kendaraan di AS dan melemahkan permintaan di sektor yang tengah berjuang mengelola transisi ke mobil listrik.

    “Seluruh industri otomotif, rantai pasokan global dan perusahaan serta pelanggan harus menanggung konsekuensi negatifnya,” kata Volkswagen Jerman dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Jumat (28/3/205).

    “Tidak ada ‘pemenang’ secara absolut, hanya pemenang relatif, dengan sejumlah besar biaya yang ditetapkan untuk diperkenalkan ke industri,” kata analis Barclays dalam sebuah catatan.

    “Tarif Trump hasil yang lebih kejam daripada yang diantisipasi kebanyakan orang,” tambahnya.

    Mengutip data riset GlobalData, Amerika merupakan importir terbesar dunia. Sebagian besar diimpor dari Jepang, Korea Selatan (Korsel), Jerman, lalu Kanada dan Meksiko.

    Meski begitu, kelompok pendukung Trump di antaranya Serikat Pekerja Otomotif AS, mengatakan negeri itu kini harus fokus pada peningkatan produksi dalam negeri. Meski proses pemindahan fasilitas kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun, di mana biaya akan meningkat dan produksi dapat turun.

    “Produsen Mobil AS berkomitmen pada visi Presiden Trump untuk meningkatkan produksi otomotif dan lapangan kerja di AS dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah untuk membuat kebijakan yang berkelanjutan yang membantu warga Amerika,” klaim American Automotive Policy Council (AAPC) meski mengingatkan “sangat penting agar tarif diterapkan dengan cara yang menghindari kenaikan harga bagi konsumen”.

    Perusahaan Mobil Kacau

    Kebijakan Trump berdampak pada kekacauan bagi perusahaan mobil global. Kebijakan baru ini telah membuat saham sejumlah perusahaan otomotif besar turun drastis Kamis sore waktu AS.

    General Motors kehilangan 7% di bursa AS sementara Ford Motor dan Stellantis 3%, dalam perdagangan Kamis sore. Volkswagen, BMW, Mercedes-Benz, Porsche, dan Continental juga kehilangan 5,5 miliar euro (Rp 98 triliun) dalam nilai pasar gabungan kemarin.

    Produsen kini harus memutuskan apakah akan melokalisasi lebih banyak produksi di AS atau menanggung biaya tarif dan meneruskannya ke konsumen. Beberapa perusahaan, termasuk Volvo Cars, Audi milik Volkswagen, Mercedes-Benz, dan Hyundai, telah mengatakan akan memindahkan sebagian produksi sementara Ferrari, akan menaikkan harga 10% untuk sejumlah model, diikuti pemasok suku cadang mobil Valeo asal Prancis.

    Industri otomotif Eropa misalnya menyerukan kesepakatan translantik untuk menghindari tarif. Namun belum diketahui bagaimana poin keputusan itu.

    “Tarif akan berdampak pada produksi hampir seketika,” kata Cox Automotive, perusahaan layanan otomotif dan penyedia teknologi di Amerika Utara.

    Perusahaan itu memperkirakan gangguan pada hampir semua produksi kendaraan Amerika Utara pada pertengahan April. Di mana produksi sekitar 20.000 mobil per hari akan hilang, atau sekitar 30%.

    “Kita tahu bahwa presiden menganggap indeks Dow Jones sebagai barometer utama keberhasilannya,” kata analis di Bernstein Research.

    “Sulit untuk menilai durasi kebijakan yang seperti gergaji mesin tersebut jika kebijakan tersebut menyebabkan kemerosotan pasar yang tampaknya tidak bersifat sementara,” tambahnya.

    Tsunami PHK

    Sementara itu, firma konsultan Anderson Economics Group (AEG) mengatakan tarif Trump untuk otomotif ini bisa membuat tsunami PHK. Bakal ada pengurangan karyawan besar-besaran signifikan di seluruh dunia.

    Ini setidaknya terjadi di Amerika Utara, seperti Kanada dan Meksiko, mitra utama AS. Asosiasi Manufaktur Suku Cadang Otomotif, merujuk bnnbloomberg, mengatakan fakta itu tak terelakkan.

    “Jika (Trump) bersikeras mengenakan tarif pada Kanada dan Meksiko, imbalannya akan mempertaruhkan pekerjaan satu juta pekerja otomotif Amerika. Ia tidak mengerti betapa saling terkaitnya kita atau tidak peduli,” katanya.

    Hal sama juga dikatakan kepala pabrik Unifor 88, yang mewakili pekerja di CAMI Automotive di Ingersoll, Kanada, dikutip CTV. PHK, tegasnya, hampir pasti.

    “Saya kira hampir pasti. Saya kira seluruh industri Kanada berpotensi tutup dalam beberapa minggu tergantung pada bagaimana semua ini berjalan,” kata Mike Van Boekel.

    “Saat ini ada banyak kecemasan. Orang-orang jelas khawatir. Kita hanya butuh waktu sekarang untuk mencari tahu dengan tepat apa yang akan terjadi dengan tarif dan bagaimana hasilnya,” katanya lagi.

    (sef/sef)

  • China Ditendang, Nasib TikTok Ditentukan Setelah Lebaran

    China Ditendang, Nasib TikTok Ditentukan Setelah Lebaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintahan Donald Trump tengah membahas nasib keberlanjutan operasi TikTok di Amerika Serikat (AS). Tenggat waktu untuk keputusan apakah TikTok dapat terus beroperasi atau diblokir akan diumumkan setelah Lebaran, tepatnya 5 April 2025.

    Menurut dua sumber yang mengetahui diskusi tersebut, investor non-China berencana meningkatkan kepemilikan mereka dengan mengakuisisi saham investor China untuk operasi TikTok di AS.

    Rencana tersebut mencakup pemisahan entitas TikTok khusus di AS dan mengurangi kepemilikan China di bisnis baru tersebut hingga di bawah ambang batas 20 persen. Jika disepakati, maka pengaruh China terhadap operasi TikTok di AS akan sangat minim.

    Susquehanna International Group milik Jeff Yass dan General Atlantic milik Bill Ford, yang terwakili dalam dewan direksi ByteDance, memimpin diskusi dengan Gedung Putih mengenai rencana tersebut.

    Perusahaan ekuitas swasta KKR juga berpartisipasi, kata salah satu sumber, dikutip dari laporan Reuters, Senin (24/3/2025).

    Nasib TikTok yang digunakan oleh hampir separuh penduduk AS ini telah berada dalam ketidakpastian sejak sebuah undang-undang yang berlaku pada 19 Januari 2025 engharuskan ByteDance untuk melakukan divestasi terhadap TikTok atau menghadapi pemblokiran atas dasar keamanan nasional.

    Undang-undang tersebut disahkan tahun lalu ketika AS masih di bawah pemerintahan Joe Biden. Kemelut TikTok didasari kekhawatiran AS bahwa induk ByteDance asal China bisa menyerahkan data pengguna AS ke pemerintahan Xi Jinping.

    Para pendukung kebebasan berbicara berpendapat bahwa larangan tersebut secara tidak sah mengancam warga AS dalam mengakses media asing dan melanggar Amandemen Pertama Konstitusi AS.

    Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda penegakan hukum atas TikTok pada 19 Januari 2025 setelah ia resmi dilantik pada 20 Januari 2025.

    TikTok sempat diblokir selama beberapa jam, kemudian aksesnya dibuka kembali. Dalam perintah eksekutif Trump, pemerintah akan melakukan negosiasi lebih lanjut dengan ByteDance dan TikTok hingga 5 April 2025.

    Mulanya, Trump mengusulkan agar kepemilikan China atas TikTok di AS menjadi 50%, lalu 50% lagi dipegang investor AS. Namun, proses diskusi masih terus berlangsung hingga kini.

    Menurut pengajuan hukum dari TikTok tahun lalu, investor global memiliki sekitar 58% saham ByteDance. Sementara pendiri perusahaan yang berbasis di Singapura, Zhang Yiming, memiliki 21% saham. Karyawan di berbagai negara, termasuk 7.000 orang AS, memiliki 21% saham sisanya. 

    (fab/fab)

  • Startup Perplexity AI Tertarik Akuisisi TikTok, Rencana Besar Telah Disiapkan

    Startup Perplexity AI Tertarik Akuisisi TikTok, Rencana Besar Telah Disiapkan

    Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI), Perplexity, berminat untuk membeli TikTok, yang menghadapi tenggat waktu untuk melepaskan diri dari pemiliknya di China atau dilarang di Amerika Serikat.

    Perplexity dalam postingan blognya menguraikan visi untuk mengintegrasikan kemampuan pencarian internet berbasis AI-nya dengan aplikasi berbagi video pendek yang populer tersebut.

    “Menggabungkan mesin jawaban Perplexity dengan perpustakaan video TikTok yang luas akan memungkinkan kami membangun pengalaman pencarian terbaik di dunia,” tulis Perplexity di blog, dikutip Senin (24/3/2025).

    Perplexity menyampaikan mereka dalam posisi menarik untuk membangun kembali algoritma TikTok tanpa menciptakan monopoli, menggabungkan kemampuan teknis kelas dunia dengan independensi Little Tech. 

    Perplexity mengatakan akan membangun infrastruktur untuk TikTok di pusat data di Amerika Serikat dan melakukan perawatan dengan pengawasan AS.

    Perusahaan rintisan AI tersebut juga mengusulkan untuk membangun kembali algoritma kemenangan TikTok “dari bawah ke atas”, membuat umpan rekomendasi “Untuk Anda” aplikasi tersebut menjadi sumber terbuka.

    Perplexity juga berjanji untuk memungkinkan pengguna TikTok melakukan referensi silang informasi saat mereka menonton video untuk memeriksa kebenarannya.

    Pada bulan Desember 2024, Perplexity berhasil meraih US$500 juta dalam pendanaan dengan valuasi mencapai US$9 miliar, menunjukkan potensi besar dalam pengembangan teknologi pencarian berbasis AI. 

    Dana baru ini akan digunakan untuk mempercepat pengembangan dan ekspansi perusahaan, yang saat ini berfokus pada pencarian berbasis kecerdasan buatan yang dapat memberikan pengalaman lebih baik bagi pengguna.

    Menurut dua sumber yang mengetahui diskusi tersebut, pembicaraan yang dipimpin Gedung Putih tentang masa depan TikTok berpusat pada rencana yang melibatkan pemisahan entitas AS untuk TikTok dan mengurangi kepemilikan China di bisnis baru tersebut hingga di bawah ambang batas 20 persen yang disyaratkan oleh undang-undang AS.

    Reuters melaporkan Susquehanna International Group milik Jeff Yass dan General Atlantic milik Bill Ford, yang keduanya diwakili di dewan ByteDance, memimpin diskusi dengan Gedung Putih tentang rencana tersebut, kata sumber tersebut kepada Reuters.

    Perusahaan ekuitas swasta KKR juga berpartisipasi, kata salah satu sumber.

    Di bawah rencana yang diusulkan oleh investor yang ada, raksasa perangkat lunak Oracle akan terus menyimpan data pengguna AS dan memberikan jaminan bahwa data tersebut tidak dapat diakses dari Tiongkok, tambah sumber tersebut.

    Perwakilan TikTok, ByteDance, Susquehanna, Oracle, dan Gedung Putih tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar. General Atlantic dan KKR menolak berkomentar.

    Menurut pengajuan hukum dari TikTok tahun lalu, investor global memiliki sekitar 58 persen ByteDance, sementara pendiri perusahaan yang berbasis di Singapura dan berasal dari Tiongkok, Zhang Yiming, memiliki 21 persen lainnya, dan karyawan dari berbagai negara—termasuk sekitar 7.000 warga Amerika—memiliki 21 persen sisanya.

    Gedung Putih telah terlibat pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pembicaraan kesepakatan yang diawasi ketat ini, yang secara efektif memainkan peran bank investasi.

    Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan Amerika Serikat  dalam pembicaraan dengan empat kelompok yang tertarik untuk mengakuisisi TikTok, dengan aplikasi milik China itu menghadapi masa depan yang tidak pasti di negara tersebut.

    Undang-undang AS telah memerintahkan TikTok untuk melepaskan diri dari pemiliknya di Tiongkok, ByteDance, atau dilarang di Amerika Serikat.

    “Kami sedang berurusan dengan empat kelompok yang berbeda. Dan banyak orang menginginkannya, dan itu terserah saya,” kata Trump di atas Air Force One.

    “Keempatnya bagus,” tambahnya, tanpa menyebutkan nama mereka.

  • Lihat Ada Celah Lucid dan Ford Goda Pemilik Tesla di AS yang Kecewa dengan Insentif Menggiurkan

    Lihat Ada Celah Lucid dan Ford Goda Pemilik Tesla di AS yang Kecewa dengan Insentif Menggiurkan

    JAKARTA – Tesla sudah cukup lama bertengger di posisi atas sebagai produsen kendaraan listrik terlaris di dunia. Reputasi Tesla ini pun sulit digoyang oleh sejumlah pabrikan lain. Tapi kini celah itu ada, kepemilikan mobil kini semakin sarat dengan nuansa politik. Kontroversi yang terus menerus melibatkan CEO Tesla, Elon Musk, di luar dunia otomotif, memicu gelombang kekecewaan di kalangan pemilik Tesla yang tak hanya di Eropa tapi juga di kandang sendiri, Amerika Serikat (AS). 

    Melihat adanya peluang ini, dilaporkan CarBuzz, 21 Maret, Lucid Motors dan Ford berlomba-lomba menawarkan insentif menggiurkan untuk menarik pemilik Tesla yang ingin beralih.

    Lucid Motors, dengan sedan mewahnya Air, secara terang-terangan menargetkan pemilik Tesla yang merasa tidak puas. Mereka menawarkan insentif total minimal 4.000 dolar AS (setara Rp65,2 juta), terdiri dari 2.000 dolar AS sebagai trade-in allowance dan 2.000 dolar AS lagi sebagai conquest bonus (penawaran khusus yang diberikan oleh produsen mobil kepada pelanggan yang beralih dari merek pesaing) khusus bagi pemilik Tesla. Tawaran ini hanya berlaku bagi pembelian Lucid Air Sedan, yang sering disebut sebagai pesaing Tesla Model S, dan hanya untuk pendaftaran di Texas, New York, New Jersey, Maryland, Georgia, California, Florida, Colorado, Virginia, Arizona, Massachusetts, atau Illinois.

    Nah ternyata Lucid tidak hanya mengincar pemilik Tesla semata, Lucid juga menawarkan conquest deal sebesar 2.000 dolar AS bagi pemilik mobil dari merek premium seperti Acura, Audi, BMW, Cadillac, Jaguar, Land Rover, Mercedes-Benz, Porsche, dan Volvo. Namun, kembali lagi insentif ini juga hanya berlaku untuk pembelian Lucid Air Sedan, bukan SUV Gravity yang baru diluncurkan.

    Tawaran ini berlaku hingga akhir Maret, sehingga pemilik Tesla yang ingin beralih harus segera mengambil keputusan.

    Persaingan sengit ini tidak hanya melibatkan Lucid. Ford juga turut meramaikan pasar dengan menawarkan conquest deal untuk pemilik Tesla yang ingin beralih ke kendaraan listrik buatan Amerika. Langkah ini mengikuti jejak Polestar, yang bahkan menawarkan diskon hingga 20.000 dolar AS untuk kendaraan listriknya.

    “Perang penawaran ini membuktikan bahwa pasar kendaraan listrik semakin kompetitif. Insentif terus-menerus ditawarkan, jadi jika Anda melewatkan kesempatan ini, kemungkinan besar akan ada tawaran lain dalam waktu dekat,” kata seorang analis otomotif.

    Fenomena ini menunjukkan bahwa preferensi mobil tidak lagi sekadar soal spesifikasi teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai politik dan pribadi pemiliknya. Dengan kontroversi yang melingkupi Tesla, merek-merek lain melihat peluang untuk merebut pangsa pasar dengan menawarkan insentif yang menarik.

  • Vale Indonesia Targetkan Smelter Pomalaa dan Morowali Rampung 2026

    Vale Indonesia Targetkan Smelter Pomalaa dan Morowali Rampung 2026

    JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menargetkan dua proyek smelter dengan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan Morowali di Sulawesi Tengah (Sulteng) akan rampung pada tahun 2026.

    Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy menyebut saat ini INCO memiliki tiga proyek yang tengah berjalan dengan total investasi mencapai 9 miliar dolar AS atau senilai Rp130 triliun.

    “Saat ini kita punya program investasi besar di PT Vale. Kita punya 3 program investasi yang besar. Tiga-tiganya hilirisasi berbasis energi low carbon dan HPAL,” ujar Febriany kepada awak media di Jakarta yang dikutip Rabu, 19 Maret.

    Ia menjelaskan, untuk proyek smelter HPAL di Pomalaa, INCO menggandeng Ford Motor Company dan Zhejiang Huayou Cobalt Co dan telah merampungkan semua perizinan pada tahun 2024. Dalam waktu dekat, Vale akan mendatangkan alat autoclave atau mesin uap serta akan melakukan upgrade pada pelabuhan untuk mendatangkan alat yang dikerjakan di China tersebut.

    “Itu total investasinya besar ya karena itu kapasitas 120.000 ton HPAL,” sambung dia.

    Kemudian proyek kedua yang berlokasi di Morowali dengan kapasitas 60.000 ton HPAL, lanjut dia, akan memiliki konsep net zero emission sejak hari pertama. Vale juga telah membangun fasilitas research and development (R&D) atau penelitian dan pengembangan. Lembaga R&D tersebut, bertujuan untuk transfer knowledge terkait teknologi dari perusahaan China ke tenaga kerja Indonesia.

    “Dari bagian capexnya kita announce di Sulteng ini termasuk 40 juta dolar AS untuk membangun R&D facility. Saat ini sudah banyak student Indonesia yang dapat beasiswa dan disekolahkan,” terang Febri.

    Dengan pesatnya perkembangan kedua proyek ini Febri yakin akan rampung lebih cepat dari rencana awal yang dicanangkan pada tahun 2027.

    “Akan selesai di 2026, walau kita announce selesai 2027 tapi partner kemarin bicara sama saya, kita akan upayakan lebih cepat 2026. Jadi harapan kita kalau lancar semua 2026 ini 2 pabrik di Sultra dan Sulteng bisa selesai. Kita upayakan,” tandas Febriany.

  • Foto Satelit Ungkap China Bikin Kapal Induk Nuklir Raksasa

    Foto Satelit Ungkap China Bikin Kapal Induk Nuklir Raksasa

    Jakarta

    China semakin memperkuat angkatan lautnya. Foto satelit baru dari Maxar menunjukkan, China saat ini diduga tengah mengembangkan kapal induk nuklir raksasa yang akan menandingi kapal induk Amerika Serikat terbesar.

    Kemungkinan, itu adalah kapal induk China generasi selanjutnya yang disebut Type 004. Satelit merekam fasilitas pembangunan kapal di Dailan, China, sedang membuat kapal tersebut atau prototipenya. Pakar menilai desain kapal itu baru, tidak seperti kapal induk China sebelumnya.

    Tiga kapal induk China sebelumnya hanya punya kapasitas meluncurkan jet tempur dari tiga bagian di dek kapal. Sementara kapal induk super terbarunya yaitu Fujian yang adalah Type 003, punya 3 sistem ketapel elektromagnetis untuk menerbangkan jet tempur.

    Nah, Type 004 itu diduga bisa meluncurkan jet dari 4 bagian di dek penerbangan kapal. Jika benar, China tampaknya mulai berusaha menandingi AS yang punya 11 kapal induk super yang juga dapat meluncurkan pesawat dari 4 lokasi di dek.

    “Kami rasa mereka ini menguji peralatan dan layout untuk kapal induk Type 004 yang akan datang,” cetus Michael Duitsman, periset di James Martin Center for Nonproliferation Studies yang dikutip detikINET dari NBC, Selasa (18/3/2025).

    Menurutnya, konsensus umum menduga kapal induk baru itu akan punya 4 sistem ketapel yang memungkinkan lebih banyak pesawat bisa diluncurkan. Kemampuan itu menyamai kapal induk AS yang tercanggih seperti USS Gerald R Ford.

    Nah, untuk mengakomodasi empat ketapel, kapal induk tersebut seharusnya lebih besar daripada kapal induk Fujian, menyamai tonase kapal induk AS dan ditenagai dengan reaktor nuklir.

    Citra satelit fasilitas di Dalian menunjukkan prototipe dengan dua lintasan atau parit. “Lintasan ini jelas terkait dengan ketapel. Namun, ini bukanlah kapal induk yang sebenarnya sedang dibangun. Sebaliknya, yang ditunjukkan adalah galangan kapal sedang bersiap memproduksi kapal induk,” kata HI Sutton, analis angkatan laut independen.

    China belum mengakui sedang mengembangkan kapal induk super. Liu Pengyu, jubir kedutaan besar di Washington hanya mengatakan kebijakan pertahanan nasional negaranya murni bersifat defensif. “China selalu berpegang pada strategi pertahanan diri dan tidak terlibat dalam perlombaan senjata dengan negara lain mana pun,” katanya.

    Ni Lexiong, seorang analis militer yang di Shanghai, menilai China takkan kesulitan membuat satu atau dua kapal induk bertenaga nuklir, meskipun ia mempertanyakan apakah kapal induk semacam itu masih diperlukan di era AI.

    “Kapal induk tanpa awak yang berfokus pada serangan drone dapat menjadi senjata utama angkatan laut masa depan,” katanya.

    (fyk/fay)

  • Ramai ‘Boycott USA!’ Gegara Tarif Impor Trump

    Ramai ‘Boycott USA!’ Gegara Tarif Impor Trump

    Jakarta

    Negara-negara Skandinavia dan Kanada berada di garis depan tren internasional yang berkembang, di mana para konsumen meninggalkan produk-produk AS akibat keputusan Presiden Donald Trump mengenakan tarif impor tinggi pada berbagai produk dari negara-negara tertentu.

    Beberapa grup Facebook telah dibentuk dalam beberapa minggu terakhir untuk mengorganisir boikot dan kampanye. Salah satu grup asal Swedia bernama “Bojkotta varor fran USA” yang artinya “Boikot produk dari AS,” sudah memiliki hampir 80.000 anggota pada saat artikel ini ditulis.

    Grup ini menyatakan, tujuannya adalah untuk “melindungi demokrasi, kedaulatan, dan keamanan,” dan berharap boikot ini dapat memberikan tekanan pada pemerintahan Trump. Penggunaan platform Facebook dianggap sebagai “senjata terbaik.”

    Beberapa grup serupa di Kanada juga mulai bermunculan di Facebook, sementara grup Prancis bernama “BOYCOTT USA: Achetez Francais et Europeen!” — BOYCOTT USA: Beli produk Prancis dan Eropa! — telah memiliki lebih dari 20.000 anggota.

    Ada juga dukungan untuk sikap serupa di Jerman. Sebuah survei oleh kelompok riset Civey untuk surat kabar bisnis Handelsblatt menemukan bahwa 64% warga Jerman lebih memilih untuk menghindari produk AS, jika memungkinkan. Sebagian besar mengaku bahwa kebijakan Trump sudah mempengaruhi pilihan mereka saat berbelanja.

    Garritt van Dyk, seorang pengajar sejarah di Universitas Waikato di Selandia Baru, mengatakan bahwa aksi boikot yang dilakukan konsumen jadi populer dalam beberapa tahun terakhir karena orang-orang melihatnya sebagai pilihan tambahan selain memilih dalam pemilu untuk menyatakan pendapat politik.

    “Mungkin mereka memilih dengan harapan tertentu, tetapi kenyataannya berbeda, atau mereka tidak mendapatkan hasil yang mereka inginkan,” katanya kepada DW. “Mereka mencari cara lain untuk melaksanakan kewenangan mereka.”

    Penjualan mobil Tesla turun di tengah kemarahan terhadap Elon Musk

    Penjualan Tesla di Eropa anjlok pada bulan Januari, demikian menurut data dari Asosiasi Pabrikan Mobil Eropa, turun 45% dibandingkan periode yang sama pada 2024. Penjualan Tesla di Eropa turun sepanjang tahun 2024, dengan penurunan 13% di seluruh Uni Eropa.

    Van Dyk mengatakan boikot ini mulai populer di berbagai kalangan politik, dengan contoh boikot bir Bud Light di AS yang dimulai pada April 2023. Boikot ini terjadi sebagai respons terhadap kampanye iklan Bud Light yang dibintangi oleh seorang transgender, yang menyebabkan reaksi balik dari konservatif Amerika Serikat dan penurunan signifikan dalam penjualan bir tersebut. “Hal itu bisa datang dari arah mana saja,” kata van Dyk. “Ini bukan hanya alat progresif.”

    Kampanye ‘Beli (Produk) Kanada’ di tengah sentimen anti-Trump

    Sentimen menentang produk AS tampaknya sangat kuat di Kanada. Trump terus melanjutkan tarif 25% terhadap Kanada meskipun kedua negara adalah sekutu lama dan berbagi perbatasan sepanjang hampir 9.000 kilometer.

    Trump juga sering berbicara tentang menjadikan Kanada negara bagian ke-51 AS . Ia melakukannya dengan cara mengolok-olok perdana menteri Kanada yang habis masa jabatannya tahun ini, Justin Trudeau, sebagai “Gubernur Trudeau”, yang tampaknya dimaksudkan untuk merendahkan orang nomor satu di negara itu.

    Hal ini memicu reaksi keras dari masyarakat Kanada. Sentimen anti-Trump yang meningkat membuat Partai Liberal, yang sebelumnya dipimpin oleh Trudeau dan kini dipimpin oleh perdana menteri baru Mark Carney, meraih pemulihan dukungan dramatis dalam jajak pendapat. Pada awal 2025, mereka tertinggal 25% dari Partai Konservatif, tetapi sekarang mereka memimpin suara di banyak jajak pendapat.

    Sentimen ini semakin tercermin di kalangan konsumen. Dylan Lobo menjalankan situs web bernama “Made in CA,” yang bertujuan menyediakan direktori online produk-produk buatan Kanada. Dia mengatakan kepada majalah Business Insider bahwa situs webnya baru-baru ini mengalami lonjakan pengunjung.

    “Banyak patriotisme di negara ini,” katanya kepada majalah tersebut. “Ada perasaan membuncah bahwa orang Kanada ingin mendukung sesama orang Kanada.”

    Beberapa aplikasi bahkan muncul, seperti Buy Beaver dan Maple Scan, yang membantu pembeli mengidentifikasi produk AS saat berbelanja.

    Banyak bisnis Kanada juga mengambil tindakan dengan kampanye “Beli (produk) Kanada.” Di Ontario, Dewan Pengendalian Minuman Beralkohol provinsi itu mengumumkan akan berhenti memasok produk buatan AS seperti bourbon dan anggur di toko-tokonya. Provinsi lain, seperti British Columbia dan New Brunswick, juga melakukan tindakan serupa.

    Perdana Menteri Ontario Doug Ford juga membatalkan kontrak senilai CA$100 juta (sekitar US$69 juta) dengan Starlink, perusahaan telekomunikasi milik Elon Musk. “Ontario tidak akan melakukan bisnis dengan orang-orang yang bertekad menghancurkan ekonomi kami,” kata Ford di platform media sosial X.

    Proteksionisme AS memicu reaksi balik di Eropa

    Beberapa perusahaan Eropa juga mengambil tindakan terhadap perusahaan AS. Pengecer terbesar di Denmark, Salling Group, mengatakan akan memberi label bintang hitam pada produk-produk Eropa di toko-tokonya untuk membantu pelanggan mengenalinya. Perusahaan ini tetap akan menjual produk AS, tetapi CEO-nya, Anders Hagh, menulis di LinkedIn bahwa label baru ini merupakan “layanan tambahan bagi pelanggan yang ingin membeli barang dengan merek Eropa.”

    Sementara itu, beberapa perusahaan mengambil tindakan yang lebih tegas. Haltbakk Bunkers dari Norwegia, yang menyediakan minyak dan bahan bakar untuk kapal, baru-baru ini mengumumkan akan berhenti memasok bahan bakar untuk kapal-kapal Angkatan Laut AS.

    Di luar Eropa dan Kanada, banyak pemimpin bisnis menyadari potensi reaksi terhadap produk AS dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi bisnis mereka. Takeshi Niinami, CEO dari raksasa minuman Jepang Suntory Holdings — yang memiliki merek seperti Jim Beam — memperingatkan beberapa minggu setelah Trump kembali ke Gedung Putih bahwa merek AS akan menjadi sasaran konsumen internasional.

    “Kami sudah merencanakan strategi dan anggaran untuk 2025, dengan harapan produk-produk Amerika, termasuk wiski Amerika, akan lebih sulit diterima oleh negara-negara di luar AS karena pertama, tarif, dan kedua, emosi,” katanya kepada Financial Times.

    Hal ini menunjukkan bahwa boikot dan perilaku konsumen bisa mempengaruhi penjualan perusahaan AS di Kanada, Eropa, dan tempat lainnya, dengan data yang akan dirilis dalam beberapa bulan mendatang, di mana kemungkinannya akan diperhatikan secara seksama.

    Van Dyk mengatakan bahwa reaksi balik terhadap produk AS memiliki kemiripan dengan kampanye “freedom fries” yang terkenal pada tahun 2003, ketika oposisi Prancis terhadap invasi Irak menyebabkan penggantian nama kentang goreng menjadi “freedom fries” di beberapa bagian AS.

    “Ada kalanya di masa lalu di mana kita mendapatkan reaksi aneh seperti ini: ‘Kami tidak ingin itu menjadi bagian dari budaya kami lagi,’” katanya.

    Dia percaya bahwa kerusakan reputasi yang dialami oleh perusahaan dan produsen AS bisa sangat signifikan pada akhirnya. “Dari segi kerusakan pada merek dan reputasi, situasi ini bisa mempengaruhi karena di pasar yang penuh sesak, orang bisa membuat pilihan,” kata van Dyk.

    Seorang juru bicara untuk The European Consumer Organisation, yang mewakili kepentingan konsumen di seluruh Eropa, mengatakan bahwa mereka belum memiliki posisi terkait masalah boikot ini, dan mereka fokus pada “mempelajari bagaimana tarif akan mempengaruhi konsumen.”

    Dalam sebuah pernyataan kepada DW, organisasi ini juga mengatakan mereka bekerja sama dengan kelompok konsumen AS mengenai “bagaimana menjaga kerja sama transatlantik tetap berfungsi demi kepentingan konsumen.”

    Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris

    Lihat juga Video: Kebijakan Tarif Impor Trump Bikin Kanada Meradang

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu