brand merek: Ford

  • Kejurnas Rally Nasional 2025 Bakal Lebih ‘Panas’

    Kejurnas Rally Nasional 2025 Bakal Lebih ‘Panas’

    Jakarta

    Sempat meredup di Indonesia, ajang balap rally nasional diprediksi bakal kembali ‘panas’ tahun ini. Mengingat semakin banyaknya pendatang baru, yang bakal ikut memanaskan ajang balap ‘garuk tanah’ tersebut.

    Seperti Dewa United Motorsport x MSRT yang menyatakan akan ikut memanaskan persaingan rally nasional, dalam siaran resmi yang diterima detikOto.

    Dijelaskan didukung sejumlah pereli nasional dan mobil-mobil rally berkemampuan terbaik, Dewa United Motorsports x MSRT bertekad meraih gelar juara nasional team di Kejurnas Rally 2025 dan Kejurnas Sprint Rally 2025.

    “Kami optimis meraih prestasi terbaik di ajang Kejurnas Rally dan Sprint Rally 2025″ dikarenakan kami didukung pereli and mobil rally terbaik,” tegas Kusuma Bagya Dendawacana, selaku Team Director.

    Dikatakan menghadapi kejuaraan nasional rally dan sprint rally 2025 ini, Dewa United Motorsports x MSRT mempersiapkan diri secara maksimal. Sejumlah pereli nasional seperti TB. Adhi, Bintang Barlean dan Muliana Saleh yang mengisi line up sebagai ujung tombak tim.

    Dewa United Motorsports X MSRT ramaikan ajang rally nasional 2025. Foto: dok. Dewa United Motorsports X MSRT

    Persiapan tim ini juga mendapat dukungan dari sejumlah sponsor, di antaranya Dewa United, Pertamina Fastron, Suade, Adamare Villa, Askrida, DRX, dan Paling Restoran.

    Dikatakan reputasi pereli-pereli nasional itu juga istimewa. Tb Adhi misalnya, berpasangan dengan Fahrezi Fadh, berhasil meraih gelar terbaik:

    * 1st Overall Group J National Sprint Rally 2024;
    * 2nd AUTO – Overall Asia Cross Country Rally 2023 (AXCR with TGR) dan
    * AUTO – T1D Asia Cross Country Rally 2023 (AXCR with TGR).

    Prestasi mengagumkan juga dipersembahkan Bintang Barlean yang berduet dengan Anondo Eko. Di ajang Kejurnas rally, duet driver dan co-driver nasional mempersembahkan gelar terbaik. Antara lain:

    * 1st Place in M2 Class & 3rd Place Overall Sprint Rally Championship Round 2 di Malang, 20-21 Mei 2023;
    * 1st Place in M2 Class & 3rd Place Overall Rally Championship Round 1 Danau Toba, 23-25 Juni 2023; dan
    * 4th Place in M2 Class APRC & Rally Championship Round 2 di Danau Toba.

    Untuk mendukung pereli terbaiknya, Dewa United Motorsports X MSRT akan menahkodai Ford Fiesta Rally 4 yang akan ditunggangi Muliana Saleh yang dimpingi H. Rizky Fauzi. Serta Ford Fiesta Rally 3 Evo yang menjadi andalan duet TB. Adhi dan Fahrezi Fadh.

    Kedua mobil Ford Fiesta Rally itu dirancang dan dikembangkan oleh M-Sport Polandia. Performa mesin telah ditingkatkan secara signifikan, begitu pula transmisi dan suspensi. Bahkan setiap elemen telah dipikirkan ulang dan ditingkatkan untuk menghasilkan mobil yang berkinerja sesuai standar M-Sport Polandia yang tinggi.

    Mesin Ford EcoBoost 999cc turbo menghasilkan 200 HP pada 6.500 RPM dan transmisi sekuensial lima kecepatan dari SadevTim Rally yang dimiliki Muliana Saleh menggaet beberapa nama berpengalaman, yaitu Bintang Barlean dan Andi Yous, untuk memperkuat tim balap miliknya. Bintang akan berduet dengan Anondo Eko di balik kemudi Toyota Yaris Proto, sementara Andi Yous akan mengendarai Subaru Impreza didampingi Deny Ugun.

    Struktur Tim

    Team Owner : Muliana Saleh
    Team Director : Kusuma Bagya Dendawacana
    Team Manager : Ginanjar Pastika
    Public Relation: Dadan Pohang

    SUSUNAN DAN MOBIL RALLY

    Pereli :
    1. Muliana Saleh / H. Rizky Fauzi (FORD FIESTA RALLY 4 – Kelas RC4)
    2. Tb Adhi / Fahrezi Fadh (FORD FIESTA RALLY 3RS – Kelas RC3)
    3. Bintang Barlean / Anondo Eko (TOYOTA YARIS PROTO – Kelas M1)
    4. Andi Yous / Deny Ugun (Subaru Imprezza – Kelas M2)

    SUSUNAN DAN KENDARAAN SPRINT RALLY

    Pereli:
    1. Tb Adhi / Fahrezi Fadh (FORD FIESTA RALLY 3RS – Kelas RC3)
    2. Bintang Barlean / Ronan Riwong (TOYOTA YARIS PROTO – Kelas M1)
    3. Andi Yous / Deny Ugun (Subaru Imprezza – Kelas M2)
    4. Emmanuelle Amandio / H. Rizky Fauzi (Mitsubishi Lancer GTI – Kelas F3)
    5. Krishna Adiyasa / Kusuma Bagya (Mitsubishi Lancer GLX-i – Kelas F2)
    6. Indi Fiancoko / Agus Yuliono (Toyota Corolla DX – Kelas R2)
    7. Pohang / TBA* (Toyota FT 86 – Kelas R3)

    (lth/din)

  • Peserta Tambah Banyak, Lebih dari 55 Brand

    Peserta Tambah Banyak, Lebih dari 55 Brand

    Jakarta

    Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 akan dilaksanakan pada 23 Juli-3 Agustus 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang. Jumlah peserta yang mengikuti pameran akbar terbesar di luar China ini lebih banyak dibandingkan GIIAS 2024.

    Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi menjelaskan GIIAS 2025 diharapkan bisa menjadi stimulus penjualan otomotif di Indonesia. Sebab kuartal pertama tahun 2025 ini terjadi penurunan penjualan sekitar 4,8 persen dibandingkan tahun lalu.

    “Seperti kita ketahui bahwa pameran ini adalah pameran yang dianggap terbesar di dunia, di luar Cina, dengan lebih dari 50 brand, mulai kendaraan penumpang, kendaraan komersil, karoseri, dan sekitar motor akan ikut semuanya,” kata Nangoi saat konferensi pers di Jakarta Pusat, Rabu (16/5/2025).

    “Maka pameran ini bisa dianggap sebagai pameran yang spektakuler. Bahkan beberapa teman-teman menganggap ini adalah hari raya terbesar untuk industri otomotif kita. Seperti yang kita ketahui bahwa industri otomotif Indonesia juga terganggu,” tambah dia.

    Konferensi pers GIIAS 2025 Foto: Ridwan Arifin

    GIIAS 2025 menghadirkan total lebih dari 55 merek kendaraan yang berpartisipasi, meliputi kendaraan penumpang yaitu: Audi, Baic, BMW, BYD, Denza, Aletra, Chery, Ford, Citroen, Daihatsu, Jaecoo, Geely, GAC Aion, GWM, Honda, Hyundai, Jetour, KIA, Lexus, Mazda, Mercedes-Benz, MG, MINI, Mitsubishi Motors, Neta, Nissan, Mercedes-Benz, Porsche, Seres, Subaru, Suzuki, Toyota, VinFast, Volkswagen, Volvo, Polytron dan Wuling.

    Selain itu juga terdapat kendaraan komersial yang juga turut hadir yaitu Hino, Isuzu, Mitsubishi Fuso, UD Trucks. Serta merek-merek dari kendaraan roda dua: Alva, Aprilia, Astra Honda Motor, Exotic, Pacific, Kupprum, Motoguzzi, Pacific, Piaggio, Maka Motor, Royal Enfield, Scomadi, Vespa, dan U-Winfly.

    Layout GIIAS 2025 Foto: Ridwan Arifin

    Selain kendaraan penumpang, kendaraan komersial, dan kendaraan roda dua, 3 merek Karoseri yakni Adiputro, Laksana, dan Tentrem, serta lebih dari 100 merek dari industri pendukung juga hadir memamerkan inovasi dan teknologi terbaru produk mereka dalam penyelenggaraanGIIAS2025.

    Rizwan Alamsjah, Ketua III sekaligus Ketua Penyelenggara Pameran GAIKINDO menyampaikan tema yang diusung GIIAS 2025 kali ini adalah empowering the future.

    “GIIAS kali ini akan membutuhkan berbagai teknologi yang futuristik yang akan ditampilkan, yang akan dirasakan, akan dilihat, dan kami yakin itu akan menjadi sangat menarik bagi para pengunjungnya nanti. Selain daripada 55 brand yang ikut, minimal maksud saya 55 brand, mungkin kemungkinan bisa sampai 60,” kata dia.

    “Ada juga 7 brand yang baik dari otomotif maupun dari kendaraan bermotor yang benar-benar baru, yang baru ikut pada kali ini di GIIAS yang ke-32,” tambah dia.

    Pameran GIIAS Tangerang hari pertama, 23 Juli 2025 dikhususkan untuk Media Activity Days, sementara publik dimulai dari 24 Juli 2025.

    Berikut ini jadwal GIIAS The Series 2025:

    – GIIAS Tangerang: 24 Juli – 3 Agustus
    – GIIAS Semarang: 27-31 September
    – GIIAS Bandung: 1-5 Oktober
    – GIIAS Makassar: 5-9 November

    (riar/lth)

  • Negara Kaya Minyak Jatuh dalam Krisis, Presiden Sebut Darurat Ekonomi

    Negara Kaya Minyak Jatuh dalam Krisis, Presiden Sebut Darurat Ekonomi

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Venezuela kembali masuk ke fase kritis dalam krisis ekonomi berkepanjangan yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

    Pendapatan negara dari sektor minyak kembali anjlok akibat sanksi ekonomi terbaru yang dijatuhkan Amerika Serikat kepada pemerintahan Presiden Nicolas Maduro atas dugaan kecurangan pemilu. Situasi ini diperparah dengan minimnya kapasitas pemerintah untuk mengambil kebijakan responsif, meskipun sempat mencicipi stabilitas ekonomi pascapandemi.

    Dilansir The Associated Press, Selasa (15/2025), kondisi memburuk begitu cepat sehingga Maduro pekan lalu mengumumkan keadaan darurat ekonomi. Ia mengirim dekrit ke Majelis Nasional-yang dikuasai partai berkuasa-untuk meminta kewenangan darurat guna menyusun langkah-langkah penyelamatan ekonomi.

    Di antaranya termasuk penghapusan sementara pajak, serta menetapkan mekanisme pembelian wajib produk dalam negeri untuk mendorong substitusi impor.

    Maduro menyebut kebijakan ini merupakan reaksi atas tarif global yang dipicu oleh kebijakan AS. Namun, para ekonom mencatat bahwa gejala kemerosotan sudah tampak jauh sebelum pengumuman tersebut.

    Dari Kebangkitan Ekonomi ke Jurang Inflasi

    Setelah pandemi Covid-19, Venezuela sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi. Pemerintah melonggarkan kontrol harga, memperbolehkan penggunaan dolar AS secara bebas, dan menyuntikkan jutaan dolar ke pasar valuta asing setiap pekan.

    Hal ini menghentikan hiperinflasi yang sempat menyentuh 130.000% pada 2018 dan membawa pertumbuhan ekonomi 8% di tahun 2022, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

    Ibukota Caracas pun terlihat hidup kembali. Toko barang impor, restoran, dan layanan digital seperti aplikasi ojek dan pesan-antar makanan tumbuh pesat. Di beberapa kawasan miskin, warga bahkan mulai membuka usaha kecil seperti gerobak hotdog dan warung makanan cepat saji.

    Namun, kemajuan itu ternyata hanya terpusat di Caracas. Wilayah lain seperti Maracaibo tetap tertinggal.

    “Kalau Anda lihat di jalan utama, banyak toko yang tutup,” kata Luis Medina, 21 tahun, sambil menunjuk deretan toko tutup di pusat kota Maracaibo. “Ada Subway yang tutup, di sebelahnya toko ponsel Movistar juga tutup. Di sebelahnya lagi restoran Argentina El Gaucho, juga tutup.”

    Inflasi Meledak, Daya Beli Terjun Bebas

    Kini, perbedaan tajam antara nilai tukar resmi dan pasar gelap membuat bisnis informal, seperti pasar tradisional tempat mayoritas warga membeli bahan pokok, memilih menggunakan kurs pasar gelap. Harga barang pun melambung, bahkan di toko-toko resmi seperti swalayan dan toko bangunan.

    Ekonom Pedro Palma memperkirakan inflasi Venezuela kini mencapai 180-200%. Ia memperingatkan bahwa daya beli masyarakat akan terus menurun karena gaji tidak sebanding dengan inflasi, bahkan dapat menyebabkan pemutusan hubungan kerja.

    “Kita menghadapi situasi yang benar-benar dramatis: di satu sisi inflasi melonjak, di sisi lain ada prospek resesi yang sangat signifikan,” ujar Palma.

    Kondisi ini juga berdampak pada kebijakan upah. Pemerintah hanya mampu memberikan gaji minimum sebesar US$1,65 per bulan, ditambah tunjangan bulanan sekitar US$100. Namun, perusahaan-perusahaan tak banyak yang membuka lowongan pekerjaan.

    Bahkan beberapa perusahaan mulai membayar pekerja dengan bolivar, mata uang lokal yang nilainya terus merosot, meningkatkan permintaan dolar di pasar gelap.

    Harapan yang Memudar, Migrasi yang Mandek

    Menjelang pemilu tahun lalu, banyak warga Venezuela mempertimbangkan untuk migrasi demi menyelamatkan ekonomi keluarga. Survei nasional menunjukkan bahwa seperempat warga berencana migrasi, sebagian besar karena alasan ekonomi.

    Namun kini, tren itu menurun. Pengetatan kebijakan imigrasi oleh mantan Presiden AS Donald Trump, khususnya terhadap imigrasi ilegal, membuat banyak orang mengurungkan niat.

    Jonatan Urdaneta, sopir taksi yang selama dua tahun terakhir mengantar migran dari terminal bus Maracaibo ke perbatasan Kolombia, merasakan perubahan ini secara langsung. Dulu, ia bisa melakukan dua kali perjalanan pulang-pergi per hari, kini kadang satu hari pun tak ada penumpang.

    “Terus terang, keadaannya terlihat sangat suram,” kata Urdaneta, 27 tahun, berdiri di samping mobil Ford keluaran 1984 miliknya. “Semoga ini membaik, kalau Tuhan mengizinkan.”

    (luc/luc)

  • Tak Ada Merek China, Ini 10 Mobil Listrik Paling Laris di AS

    Tak Ada Merek China, Ini 10 Mobil Listrik Paling Laris di AS

    Jakarta

    BYD, Chery, Wuling menjadi pabrikan China terlaris di Indonesia berkat penjualan mobil listrik. Namun merek-merek tersebut tidak ada dalam daftar mobil listrik terlaris di Amerika Serikat.

    Dikutip dari Kelley Blue Book EV Q1 2025, sebanyak 296.227 unit mobil listrik terjual sepanjang Januari-Maret 2025 di Amerika Serikat (AS). Angka ini naik 11,4 persen dari tahun lalu yang mencatatkan angka 265.981 unit.

    Tesla menguasai pasar AS dengan menguasai segmen sebesar 43,5 persen. Tesla Y menyumbang angka terbesar bagi Tesla dengan capaian 65.051 unit pada Januari-Maret 2025, faktanya penjualan itu turun 33,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Model 3 jadi tulang punggung penjualan Tesla yang kedua. Mobil entry level dari perusahaan Elon Musk itu terdistribusi sebanyak 52.520 unit pada Q1 atau naik 70,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Melengkapi tiga besar datang dari merek asal AS, yaitu Ford Mustang Mach E. Mobil listrik ini terdistribusi 11.607 unit. Disusul merek Chevrolet Equinox dengan capaian 10.329 unit, dan barulah lima besar ditempati brand non AS, yaitu Honda Prologue dengan capaian 9.561 unit

    Hyundai Ioniq 5 menempati peringkat keenam dengan angka penjualan 8.611 unit atau naik 26,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Selanjutnya posisi 10 besar diisi oleh VW ID.4: 7.663 unit, Ford F-150 Lightning: 7.187 unit, BMW i4: 7.125 unit, dan Tesla Cybertruck: 6.406 unit.

    Dari jajaran mobil listrik terlaris di atas, kenapa tidak ada merek mobil listrik China di AS?

    Dikutip CNN International, tarif impor yang tinggi jadi penyebab brand China belum masuk ke pasar AS.

    Setelah mendominasi pasar asalnya di Tiongkok, pasar mobil terbesar di dunia, BYD mulai berekspansi secara global, dengan pengecualian penting seperti Amerika.

    Meskipun tidak hadir di AS, pabrikan China seperti BYD membuat terobosan di negara lain.

    BYD, merupakan juara mobil listrik asal Tiongkok yang berbasis di Shenzhen, mengalahkan Tesla dalam penjualan tahunan tahun lalu.

    BYD meluncurkan teknologi pengisian baterai revolusioner yang dikatakan dapat menambah jarak tempuh 250 mil dalam lima menit, melampaui Supercharger Tesla, yang membutuhkan waktu 15 menit untuk menambah jarak tempuh 200 mil. Dan bulan lalu, BYD meluncurkan “God’s Eye,” sebuah sistem bantuan pengemudi canggih yang menyaingi fitur swakemudi Penuh Tesla, tanpa biaya tambahan untuk sebagian besar mobilnya.

    Itu hanyalah tiga contoh bagaimana BYD telah berhasil mengungguli Tesla. Perusahaan yang pernah ditertawakan oleh Musk ini sekarang secara efektif mengungguli Tesla dalam hal penjualan, inovasi, dan daya saing harga.

    “Mereka tidak berpuas diri, seperti yang Anda lihat dari pengumuman God’s Eye dan pengumuman pengisian daya yang cepat,” kata Tu Le, pendiri dan direktur pelaksana perusahaan konsultan Sino Auto Insights, kepada CNN.

    “Mereka puas untuk mendorong batas dan mengatur langkah untuk seluruh dunia,” tambahnya lagi.

    Berikut ini 10 model mobil listrik terlaris di AS selama kuartal pertama 2025:

    1. Tesla Model Y: 64.051 unit
    2. Tesla Model 3: 52.520 unit
    3. Ford Mustang Mach E: 11.607 unit
    4. Chevrolet Equinox: 10.329 unit
    5. Honda Prologue: 9.561 unit
    6. Hyundai Ioniq 5: 8.611 unit
    7. VW ID.4: 7.663 unit
    8. Ford F-150 Lightning: 7.187 unit
    9. BMW i4: 7.125 unit
    10. Tesla Cybertruck: 6.406 unit

    (riar/dry)

  • Senjata Makan Tuan, Kebijakan Tarif Impor Trump Bisa Sulitkan Industri Mobil AS

    Senjata Makan Tuan, Kebijakan Tarif Impor Trump Bisa Sulitkan Industri Mobil AS

    Jakarta

    Kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bisa menjadi senjata makan tuan. Niatnya ingin melindungi produsen mobil dalam negeri dan mengamankan lapangan kerja di AS, kebijakan itu justru bisa menyulitkan industri mobil AS sendiri.

    Diketahui pekan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif resiprokal ke 180 negara. Hal itu dilakukan Trump untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, sekaligus melindungi industri dalam negeri AS. Belakangan, penerapan tarif tersebut ditunda selama 90 hari. Namun khusus untuk China, kebijakan itu langsung diberlakukan.

    Mengutip laman Carscoops, kebijakan tarif resiprokal alias tarif timbal balik itu bisa menjadi senjata makan tuan buat industri otomotif Amerika Serikat. Alasannya, tidak semua merek-merek Amerika membuat mobil di Amerika Serikat.

    Tahun lalu misalnya, merek-merek ternama AS seperti GM, Ford, dan Stellantis, menjual sekitar 1,85 juta kendaraan ringan di AS yang semuanya diimpor. Angka penjualan itu mencakup 13% dari total penjualan global mereka.

    Sebagai perbandingan, tiga produsen mobil terbesar di Jepang, yaitu Toyota , Honda, dan Nissan, secara kolektif menjual 1,53 juta unit di Amerika Serikat atau mencakup 9% dari penjualan global mereka. Sedangkan mobil impor dari Jerman seperti VW Group, BMW Group, dan Mercedes-Benz mewakili 7% dari total penjualan mereka.

    Artinya, produsen mobil dalam negeri AS sebenarnya lebih bergantung pada impor kendaraan dari pabrik mereka di negara-negara luar AS seperti Kanada dan Meksiko. Maka, kebijakan tarif impor tinggi Trump justru akan membuat merek-merek mobil AS harganya melonjak signifikan. Sebagai informasi, AS telah menetapkan tarif impor 25% untuk Kanada dan Meksiko.

    General Motors (GM) disebut-sebut akan paling merasakan dampak tarif Trump, karena pada tahun 2024, perusahaan ini berada tepat di belakang perusahaan Hyundai-Kia dan Toyota dalam hal total impor kendaraan di AS. Model impor GM mencapai 18% dari penjualan globalnya, yang merupakan persentase tertinggi di antara lima produsen mobil terbesar di dunia.

    Meski berpotensi menyulitkan industri mobil buatan AS, kebijakan Trump dinilai ada benarnya juga. Sebab jika dilihat secara makro, kebijakan Trump akan membuat produsen mobil di luar merek AS, dipaksa untuk membangun pabrik di dalam negeri Amerika Serikat. Jika menolak, maka merek-merek mobil di luar AS itu harus menghadapi risiko penjualan menurun karena harga mobil-mobil mereka akan menjadi terlalu mahal dibandingkan dengan mobil-mobil yang diproduksi secara lokal di AS.

    (lua/din)

  • Pilihan Baru SUV Arogan, Ford Everest Sport Meluncur dengan Harga Rp 700 Jutaan

    Pilihan Baru SUV Arogan, Ford Everest Sport Meluncur dengan Harga Rp 700 Jutaan

    Jakarta

    Melengkapi lini Everest, Ford RMA Indonesia resmi merilis Next-Gen Everest Sport. SUV ini berparas ‘arogan’ yang hadir dengan spesifikasi lebih merakyat ketimbang tipe XLT dan Titanium. Everest Sport dijual dengan harga Rp 700 jutaan.

    Secara tampilan, Ford Everest Sport tetap hadir dengan wujud yang sangar. Apalagi mobil ini dilengkapi dengan grill hitam, roof rail, hingga spion hitam.

    Penggunaan pelek alloy 20 inci serta model lampu LED C-Clamp juga bikin tampil tetap terlihat berkelas, meski menjadi trim paling hemat.

    Nah! Bedanya dengan Everest tipe termahal, mobil ini dibekali dengan mesin diesel 2.0L Turbo tunggal. Sementara tipe termahalnya pakai teknologi bi-Turbo.

    Selain itu, Ford juga membekali Everest Sport dengan penggerak 4×2 dengan transmisi otomatis 6-percepatan. Diklaim akselerasinya responsif dan tetap halus berkat teknologi SelectShift.

    Ford membekali Everest Sport dengan empat mode berkendara: Normal, Eco, Tow/Haul, dan Slippery. Fitur ini bikin mobil lebih fleksibel di berbagai kondisi jalan meski masih mengusung penggerak 4×2.

    Selain itu, ground clearance 200 mm dan kemampuan menerjang air hingga 800 mm membuat Everest Sport tetap siap diajak bertualang ke medan ekstrem.

    Di sektor keamanan, SUV ini dilengkapi tujuh airbag, sistem pengereman ABS, EBD, Brake Assist, dan rem parkir elektrik.

    Fitur keselamatan aktif seperti ESC, Traction Control, dan Rollover Mitigation bikin mobil tetap stabil di tikungan maupun jalan licin.

    Hill Launch Assist menjaga mobil tidak mundur saat menanjak. Ada juga Adaptive Load Control untuk kestabilan saat angkut beban berat.

    Ford Everest Sport Foto: dok. Ford RMA Indonesia

    Masuk ke kabin, kesan mewah langsung terasa lewat jok kulit dan kursi elektrik delapan arah di baris depan.

    Sistem infotainment-nya mengandalkan layar sentuh 10 inci dengan Ford SYNC 4A, Apple CarPlay, Android Auto, dan delapan speaker.

    Ada juga wireless charger dan empat USB port tersebar di kabin. Semua gadget keluarga bisa tetap terisi penuh sepanjang jalan.

    Fitur power liftgate bikin buka bagasi makin praktis. Sementara AC Dual-Zone menjaga kenyamanan suhu di area pengemudi dan penumpang.

    Nah untuk harganya, Ford Everest Sport dijual Rp 799.000.000 OTR Jakarta. Harga itu berarti lebih murah Rp 25 jutaan ketimbang tipe XLT dan Rp 170 jutaan ketimbang tipe Titanium.

    (mhg/rgr)

  • Perusahaan Startup Antah Berantah Tiba-Tiba Incar Triliunan

    Perusahaan Startup Antah Berantah Tiba-Tiba Incar Triliunan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada bulan Februari, sebuah perusahaan rintisan tak dikenal yang berambisi untuk membuat robot futuristik, mulai mengumpulkan uang dengan valuasi hampir US$40 miliar atau sekitar Rp671,67 triliun.

    Mengutip The Wall Street Journal (WSJ), perusahaan itu memberikan penawaran akan menempatkan lebih dari 200.000 robot di seluruh jalur perakitan dan rumah pada tahun 2029, menjawab tantangan teknik yang terluput dari pengembang perangkat keras selama beberapa dekade.

    Perusahaan itu, Figure AI, masih harus melalui perjalanan yang panjang. Figure tidak memiliki pendapatan tahun lalu dan hanya beberapa lusin robot yang diproduksi, sebagaimana tertera dalam dokumen yang dibagikan kepada investor dalam beberapa minggu terakhir. Dokumen tersebut menunjukkan Figure telah mengontrak BMW sebagai pelanggan komersial pertamanya dan memperkirakan akan menghasilkan pendapatan US$9 miliar pada tahun 2029.

    Pada tanggal 24 Maret, pendiri Figure, Brett Adcock, menulis bahwa perusahaan rintisannya adalah “saham swasta paling dicari di pasar sekunder.” Ia membagikan daftar yang menempatkan Figure di atas SpaceX dan OpenAI.

    Namun, perusahaan itu menggemparkan Silicon Valley karena mengincar jumlah uang yang akan menjadikannya salah satu perusahaan swasta paling berharga di Amerika. Adcock telah melampaui Tesla dan Google dalam mengembangkan robot otonom? Atau, mereka bertanya-tanya, apakah ini pertanda bahwa gelembung AI mencapai puncaknya?

    Adcock, seorang pengusaha serial, telah sering memposting di media sosial tentang seberapa besar minat terhadap saham Figure dan menggembar-gemborkan kemitraan BMW sebagai bukti kemajuan pesat perusahaan berusia tiga tahun tersebut. Namun, Adcock tidak menanggapi permintaan komentar WSJ.

    Dalam postingan tanggal 31 Maret, di mana ia membagikan video humanoid ramping yang bekerja pada tugas perakitan untuk BMW, Adcock menulis: “Ini bukan uji coba-inilah penampakan robot otonom dalam operasi produksi. Nyalakan musiknya!”

    Seorang juru bicara BMW mengatakan pada tanggal 1 April bahwa produsen mobil tersebut memiliki tiga robot di fasilitasnya untuk evaluasi teknis.

    “Hanya satu yang digunakan pada satu waktu, tetapi robot tersebut telah berlatih mengambil dan memegang komponen selama jam-jam nonproduksi di bengkel kami,” kata juru bicara tersebut, dikutip dari WSJ, Sabtu (12/4/2025).

    Minggu berikutnya, juru bicara BMW mengatakan bahwa ia telah menerima informasi terbaru dari rekan-rekannya di pabrik dan bahwa kini ada lebih dari tiga robot di lokasi. Ia mengatakan bahwa robot-robot tersebut digunakan dalam situasi nonproduksi dan produksi langsung.

    Dokumen tersebut menunjukkan Figure telah berupaya untuk mengumpulkan US$1,5 miliar dalam putaran pendanaan terbaru dengan valuasi US$39,5 miliar. Pada level tersebut, Figure akan lebih bernilai daripada produsen mapan seperti Ford serta perusahaan rintisan Silicon Valley yang sedang naik daun seperti Anduril, sebuah perusahaan teknologi pertahanan.

    Salah satu investor terbesar dalam putaran pendanaan tersebut, Align Ventures, telah menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk memasarkan putaran tersebut dan mencari investor yang lebih kecil untuk membeli dengan valuasi perusahaan rintisan yang lebih tinggi. Hal itu disampaikan dalam lembar persyaratan dan dokumen lainnya.

    Investor yang lebih kecil akan mengumpulkan uang mereka ke dalam dana tujuan khusus, mengurangi jumlah yang harus dikeluarkan Align untuk putaran terbaru. Align tidak menanggapi permintaan WSJ komentar.

    (fsd/fsd)

  • Tarif Trump Jadi Bumerang, Industri Ini Ditimpa ‘Petaka’ Rp 1.800 T

    Tarif Trump Jadi Bumerang, Industri Ini Ditimpa ‘Petaka’ Rp 1.800 T

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tarif yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump rupanya telah menjadi bumerang bagi industri otomotif di Negeri Paman Sam. Analisis baru oleh Pusat Penelitian Otomotif menemukan bahwa tarif otomotif sebesar 25% yang diberlakukan Trump akan meningkatkan biaya sekitar US$ 108 miliar (Rp 1.800 T) bagi produsen mobil di AS pada tahun 2025.

    Dalam studi yang dirilis Kamis (10/4/2025) itu, tiga produsen mobil yang berbasis di Detroit, Ford Motor, General Motors (GM), dan Stellantis akan mengalami peningkatan biaya sebesar US$ 42 miliar (Rp 706 triliun). Detroit Three juga mengalami tarif hampir US$ 5.000 (Rp 84 juta) untuk suku cadang yang mereka impor rata-rata untuk setiap mobil yang diproduksi di AS, dan sekitar US$ 8.600 (Rp 144 juta) rata-rata untuk setiap mobil yang mereka impor.

    Tarif impor otomotif 25% Trump mulai berlaku pada tanggal 3 April, menyebabkan gelombang kejut di seluruh industri karena pasokan datang dari seluruh dunia. Kendaraan yang dibuat di Meksiko dan Kanada dikenakan pungutan, kecuali 

    Tarif tersebut telah mendorong produsen mobil untuk melakukan perubahan produksi, dengan GM meningkatkan produksi truk di pabrik Indiana dan Stellantis menghentikan sementara produksi di pabrik di Meksiko dan satu pabrik di Kanada. Langkah-langkah ini mempengaruhi lima fasilitas AS yang terhubung dengan mereka.

    “Produsen mobil Detroit Three akan melihat biaya rata-rata tarif per kendaraan untuk suku cadang kendaraan impor sebesar US$ 4.911 (Rp 82,5 juta), lebih tinggi dari rata-rata industri secara keseluruhan sebesar US$ 4.239 (Rp 71,2 juta) per kendaraan.

    “Untuk kendaraan impor, studi tersebut menemukan biaya tarif rata-rata per kendaraan sebesar US$ 8.722 (Rp 146,6 juta) untuk industri secara keseluruhan dan US$ 8.641 (Rp 145 juta) untuk Detroit Three.”

    Matt Blunt, presiden American Automotive Policy Council, yang mewakili tiga produsen mobil Detroit, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa studi tersebut menunjukkan biaya signifikan yang akan ditanggung oleh industri otomotif akibat tarif sebesar 25%. Ia mengaku akan terus berkoordinasi dengan pemerintah terkait hal ini 

    “Produsen mobil Amerika Ford, GM, dan Stellantis bermaksud untuk mempertahankan dialog berkelanjutan dengan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama kita, yaitu meningkatkan produksi otomotif AS,” ucapnya.

    (tps)

  • AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur – Halaman all

    AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur – Halaman all

    AS Mau Tarik Mundur 10.000 Tentara dari Pintu Rusia, Daya Cegah NATO Melemah di Eropa Timur
     
    TRIBUNNEWS.COM – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan perubahan signifikan dalam postur militernya dalam konteks peran mereka di aliansi negara-negara NATO.

    AS dilaporkan mempertimbangkan penarikan hingga 10.000 tentara dari Eropa Timur, menurut beberapa sumber yang mengetahui wacana tersebut.

    Eropa Timur merupakan pintu depan Rusia, negara yang diwaspadai negara-negara NATO merujuk aksi ekspansi pasukan Moskow di Ukraina.

    Perkembangan ini, yang dilaporkan oleh NBC News, Selasa (8/4/2025), terjadi hanya tiga tahun setelah pemerintahan Biden memperkuat wilayah tersebut dengan pasukan tambahan pada tahun 2022 untuk melawan invasi Rusia ke Ukraina.

    Para pejabat Eropa telah menyatakan kekhawatiran, memperingatkan kalau langkah tersebut dapat membuat Presiden Rusia Vladimir Putin semakin berani di tengah meningkatnya ketegangan.

    Seth Jones, wakil presiden senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional [CSIS], telah memperingatkan bahwa “pengurangan pasukan Amerika akan melemahkan pencegahan,” sebuah pernyataan yang menggarisbawahi risiko besar bagi NATO.

    AS Bukan Lagi Penyelamat NATO

    Potensi penarikan mundur pasukan AS ini menandakan perubahan yang dapat membentuk kembali lanskap operasional NATO dan prioritas strategis Amerika, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang logistik, teknologi, dan papan catur geopolitik yang lebih luas.

    Momen ini bermula pada Februari 2022, ketika invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina memicu respons cepat AS.

    Presiden AS saat itu, Joe Biden mengizinkan pengerahan sekitar 20.000 pasukan tambahan ke Eropa Timur, sehingga total kehadiran Amerika di benua itu menjadi sekitar 100.000.

    Pengerahan pasukan ini, yang terpusat di negara-negara seperti Polandia, Rumania, dan negara-negara Baltik, bertujuan untuk meyakinkan sekutu NATO dan mencegah agresi Rusia lebih lanjut.

    Apa saja rincian pasukan AS di Eropa?

    “Pasukan tersebut mencakup gabungan infanteri, unit lapis baja, dan aset penerbangan, yang dirancang untuk memproyeksikan kekuatan di sepanjang sisi timur NATO,” tulis ulasan situs militer BM.

    Kini, dengan Pentagon yang mempertimbangkan pengurangan hingga setengah dari lonjakan tahun 2022 itu, implikasi terhadap kesiapan militer dan kohesi aliansi menjadi semakin jelas.

    Dari sudut pandang logistik, penarikan 10.000 tentara dari Eropa Timur akan memerlukan pemisahan unit dan peralatan yang cermat.

    Meskipun rincian pastinya masih dirahasiakan, data publik memberikan beberapa petunjuk tentang jejak AS saat ini.

    Pada pertengahan tahun 2024, Komando Eropa Amerika Serikat [EUCOM] mengawasi sekitar 65.000 pasukan AS yang ditugaskan secara permanen, ditambah dengan pasukan rotasi yang meningkatkan jumlah total menjadi lebih dari 100.000 selama puncak penempatan pasukan terkait situasi Perang Ukraina. 

    Polandia menjadi tuan rumah sebagian besar pasukan AS ini, dengan Komando Depan Korps V di Poznań yang berfungsi sebagai pusat perencanaan operasional.

    Sementara itu, Rumania mendukung kehadiran bergilir unit Stryker —pasukan infantri AS yang sangat mobile yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja beroda Stryker, platform seberat 19 ton yang dipersenjatai dengan meriam 30 mm atau rudal anti-tank Javelin, yang mampu melaju hingga kecepatan 60 mil per jam.

    Unit-unit ini, yang dirancang untuk pengerahan cepat, telah menjadi kunci bagi strategi pencegahan NATO.

    “Penarikan pasukan AS dapat berarti pengurangan formasi unit infanteri tersebut, yang berpotensi mengurangi kemampuan Angkatan Darat untuk merespons krisis di wilayah tersebut dengan cepat,” ulas BM menjelaskan risiko yang dihadapi kalau AS benar-benar mengurangi jumlah pasukan mereka di Eropa.

    Pertahanan Eropa Bakal Melemah

    Konsekuensi jika AS menarik sebagian pasukannya ini bukan sekadar angka prajurit, tetap juga memengaruhi kekuatan persenjataan Eropa.

    “Kehadiran AS mencakup kemampuan penting seperti sistem pertahanan udara Patriot, yang dikerahkan di Polandia sejak 2022 untuk melawan ancaman rudal Rusia,” kata BM.

    Patriot, sistem persenjataan jarak jauh dan ketinggian tinggi, dapat melacak dan mencegat rudal balistik pada jarak lebih dari 100 mil, menawarkan perisai terhadap rudal Iskander yang ditempatkan Rusia di Kaliningrad, hanya 300 mil dari Warsawa. 

    “Menghapus sebagian saja dari aset ini dapat meninggalkan celah dalam payung pertahanan NATO, yang memaksa sekutu untuk memikirkan kembali penempatan mereka sendiri,” ulas BM.

    Demikian pula, Resimen Kavaleri ke-2 AS, yang bermarkas di Jerman tetapi sering bergiliran di Eropa Timur, mengerahkan infanteri berkuda Stryker.

    “Penarikannya yang potensial dapat mengurangi kehadiran pasukan darat yang telah menenangkan negara-negara seperti Lithuania, di mana kenangan pendudukan Soviet masih terasa kuat,” kata laporan itu.

    Drone MQ-9 Reaper AS saat terbang di udara. Drone dengan kemampuan pengintaian dan penyerangan ini diklaim kelompok Houthi Yaman sudah lima yang mereka tembak jatuh sejak operasi blokade Laut Merah dilaksanakan. (khaberni/HO)

    Lebih Andalkan Teknologi Ketimbang Pasukan Lapangan

    Selain pengerahkan pasukan di lapangan, Pentagon mengisyaratkan memberi pertimbangan ke NATO untuk kemungkinan pergeseran ke arah solusi yang digerakkan oleh teknologi. 

    Selama dekade terakhir, militer AS telah berinvestasi besar dalam sistem tanpa awak, pengawasan satelit, dan kemampuan serangan presisi untuk mengimbangi tenaga manusia tradisional.

    Drone MQ-9 Reaper, misalnya, telah menjadi andalan operasi Amerika di seluruh dunia.

    Dengan lebar sayap 66 kaki dan jangkauan 1.150 mil, Reaper dapat terbang hingga 24 jam, melepaskan rudal Hellfire atau melakukan penyisiran intelijen.

    Di Eropa Timur, platform semacam itu telah mendukung pemantauan NATO terhadap pergerakan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina.

    Inisiatif Replicator Pentagon, yang diluncurkan pada tahun 2023, bertujuan untuk mengerahkan ribuan pesawat nirawak berbiaya rendah pada tahun 2026, yang berpotensi memungkinkan AS untuk mempertahankan kewaspadaan situasional bahkan dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit.

    “Jika penarikan (pasukan manusia oleh AS) ini berlanjut, hal itu dapat mempercepat penyebaran sistem tersebut, yang mencerminkan tren yang lebih luas dalam menggantikan kehadiran manusia dengan mesin.

    Sistem Rudal Polandia yang di kota Rzeszow yang akan dipindah AS ke Ukraina, namun ditolak karena menjadi pengaman logistik militer untuk Ukraina (CZYTAJRZESZOW.PL – BEZPIECZEŃSTWO)

    Negara-Negara Eropa Tersentak

    Namun, sekutu Eropa mungkin tidak melihat pesawat nirawak dan satelit sebagai pengganti penuh bagi tentara lapangan.

    Wacana AS ini kemudian menyentak negara-negara Eropa untuk lebih mengandalkan kekuatan mereka sendiri.

    Polandia, yang telah muncul sebagai poros pertahanan timur NATO, telah memperkuat militernya sendiri dalam beberapa tahun terakhir.

    Angkatan Bersenjata Polandia kini beranggotakan lebih dari 200.000 personel aktif, didukung oleh anggaran pertahanan sebesar $14 miliar pada tahun 2025—sekitar 4 persen dari PDB, dua kali lipat dari pedoman NATO sebesar 2%.

    Persenjataan Polandia meliputi 250 tank Leopard 2, raksasa buatan Jerman yang beratnya 62 ton, dan dipersenjatai dengan meriam laras halus 120 mm, yang mampu menembus lapisan baja modern pada jarak hingga 3 mil.

    Rumania juga telah melangkah maju, menjadi tuan rumah bagi situs pertahanan rudal Aegis Ashore milik NATO sejak 2016, versi darat dari sistem pencegat SM-3 milik Angkatan Laut.

    Namun, negara-negara ini bergantung pada integrasi AS untuk memaksimalkan efektivitas mereka.

    “Penarikan pasukan AS dapat mendorong mereka untuk mempercepat latihan gabungan atau membeli perangkat keras tambahan, meskipun keterbatasan anggaran dan jadwal produksi dapat membatasi kelincahan mereka.\,” tulis ulasan BM

    Negara-negara Baltik—Estonia, Latvia, dan Lithuania—menghadapi kenyataan yang lebih pahit.

    Dengan jumlah penduduk gabungan hanya 6 juta jiwa, militer mereka kecil tetapi tangguh. Estonia, misalnya, memiliki K9 Thunder, howitzer gerak sendiri Korea Selatan dengan meriam 155 mm dan jangkauan 25 mil, yang diperoleh pada tahun 2024 untuk memperkuat pencegahannya terhadap pasukan Rusia yang berkekuatan 700.000 orang di Ukraina.

    Sebagai konteks, negara-negara ini telah menjadi tuan rumah bagi unit-unit rotasi AS seperti Brigade Lintas Udara ke-173, pasukan terjun payung yang dilatih untuk diterjunkan dengan cepat ke zona-zona yang diperebutkan.

    “Kehilangan pertahanan Amerika itu dapat mengungkap kerentanan, terutama mengingat kedekatan Rusia—perbatasannya dengan Lithuania terletak hanya 150 mil dari Vilnius. NATO telah berjanji untuk beradaptasi, tetapi pertanyaannya tetap apakah pasukan Eropa dapat mengisi kekosongan itu dengan cukup cepat?” ulasan BM menyoroti kerentanan pertahanan negara-negara NATO.

    Fokus AS Berubah

    Secara historis, kehadiran AS di Eropa mengalami pasang surut seiring dengan ancaman global.

    Selama Perang Dingin, Amerika menempatkan lebih dari 300.000 tentara di benua itu, mencapai puncaknya pada 400.000 pada tahun 1950-an sebagai benteng melawan Uni Soviet.

    Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 memicu penarikan pasukan, sehingga mengurangi total pasukan menjadi 62.000 pada tahun 2015.

    Aneksasi Rusia atas Krimea pada tahun 2014 membalikkan tren tersebut, yang mendorong pemerintahan Obama untuk meluncurkan Operasi Atlantic Resolve, serangkaian rotasi yang membawa tank Abrams dan  kendaraan tempur Bradley kembali ke Polandia dan negara-negara Baltik.

    M1A2 Abrams, tank raksasa seberat 68 ton dengan meriam 120 mm dan lapis baja komposit canggih, tetap menjadi simbol komitmen Amerika.

    Mesin turbin gasnya boros bahan bakar—hingga 2 galon per mil—tetapi menghasilkan dominasi medan perang yang tak tertandingi.

    “Lonjakan bantuan dari Biden pada tahun 2022 dibangun di atas fondasi itu, hanya untuk proposal saat ini yang menyarankan pengurangan sebagian,” kata laporan tersebut menyoroti pergeseran sikap AS ke NATO.

    Potensi ditarik mundurnya sebgaian pasukan AS dari Eropa ini tidak terjadi begitu saja.

    Hal ini bertepatan dengan reorientasi strategis ke Indo-Pasifik, di mana peningkatan kekuatan militer Tiongkok menimbulkan tantangan yang semakin besar.

    Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China memiliki 2 juta tentara aktif dan angkatan laut yang terdiri dari 370 kapal, termasuk kapal perusak Tipe 055, kapal seberat 12.000 ton yang dipersenjatai dengan 112 sel peluncur vertikal untuk rudal.

    Sebaliknya, militer Rusia, meskipun tangguh di Eropa, telah digempur oleh Ukraina, kehilangan lebih dari 600.000 korban sejak 2022, menurut perkiraan AS.

    Pentagon mungkin melihat ini sebagai momen untuk mengalihkan sumber daya—mungkin mengalihkan kapal induk seperti USS Gerald R. Ford, dengan 4.500 pelaut dan pesawat tempur F-35C, ke Laut Cina Selatan.

    Langkah tersebut akan sejalan dengan retorika bipartisan selama bertahun-tahun yang memprioritaskan Asia daripada Eropa, sebuah sikap yang digaungkan oleh pidato Menteri Pertahanan Pete Hegseth pada bulan Februari 2025 di Brussels, di mana ia menyatakan bahwa “realitas strategis yang nyata” menuntut fokus untuk melawan Tiongkok.

    “Namun, dampak berantainya bisa melampaui Moskow dan Beijing. Jejak AS yang lebih kecil di Eropa Timur mungkin memberi isyarat kepada sekutu seperti Jepang dan Korea Selatan bahwa komitmen Amerika dapat dinegosiasikan, terutama di bawah pemerintahan yang skeptis terhadap keterlibatan di luar negeri,” tulis BM mengulas efek perubahan sikap dan fokus AS ini.

    Hal itu juga dapat memberanikan aktor yang lebih kecil—Iran, misalnya, yang telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak Shahed—atau mempersulit peran Turki di NATO, mengingat posisinya yang berada di antara Timur dan Barat.

    Pentagon bersikeras akan berkonsultasi dengan sekutu, tetapi para pemimpin Eropa sudah mulai kewalahan.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron, berbicara kepada Financial Times pada bulan Februari 2025, menyebut kembalinya pemerintahan Trump sebagai “kejutan listrik” bagi Eropa, dan mendesak UE untuk memperkuat pertahanannya sendiri.

    Pesawat siluman F-35 (OFER ZIDON/FLASH90)

    Eropa Kehilangan Senjata-Senjata Ampuh

    Perangkat keras militer apa yang mungkin akan tetap ada atau disingkirkan seiring wacana AS menarik mundur pasukan dari Eropa? 

    F-35A Lightning II, pesawat tempur siluman dengan jangkauan 1.200 mil dan fusi sensor yang menghubungkannya dengan aset darat dan udara, telah menerbangkan misi pencegahan di atas Polandia sejak 2022.

    Dengan biaya $80 juta per unit, ini adalah aset yang sangat berharga—Su-57 Felon Rusia, pesaing terdekatnya, tertinggal dalam hal kemampuan siluman dan produksi, dengan jumlah yang beroperasi kurang dari 20 unit pada tahun 2025.

    Pengurangan rotasi F-35 dapat menyebabkan hilangnya keunggulan udara, meskipun AS mungkin mengimbanginya dengan pesawat pengebom B-21 Raider, platform siluman generasi berikutnya yang akan mulai beroperasi pada tahun 2027.

    Tank Bradley buatan AS yang dikirim ke Ukraina. /Foto: Militer AS (Via BI)

    Di darat, M2 Bradley, kendaraan tempur infanteri seberat 34 ton dengan senapan rantai 25 mm dan rudal TOW, telah berlatih bersama unit Polandia dan Rumania. Penarikannya akan melemahkan kekuatan lapis baja NATO, terutama terhadap tank T-90 Rusia, yang memiliki lapis baja reaktif dan senapan 125 mm.

    “Ke depannya, langkah Pentagon selanjutnya akan mengungkap kalkulasinya. Dalam 30 hingga 60 hari, kita mungkin akan melihat rotasi pasukan disesuaikan atau kontrak baru ditandatangani—mungkin untuk rudal hipersonik Raytheon, yang melaju dengan kecepatan Mach 5 dan dapat mencapai Moskow dari Polandia dalam hitungan menit,” kata ulasan BM.

    Respons NATO juga akan sama meyakinkannya.

    “Akankah Jerman, dengan Bundeswehr yang beranggotakan 183.000 orang, akhirnya memenuhi janjinya untuk membentuk dua divisi bagi aliansi tersebut? Akankah kenaikan anggaran pertahanan Uni Eropa sebesar €250 miliar, yang diusulkan pada Februari 2025 menurut Bruegel, terwujud? Pertanyaan-pertanyaan ini terus muncul saat AS mempertimbangkan perannya di kawasan yang telah mengandalkan kekuatannya selama delapan dekade,” ulas BM.

    “Pada akhirnya, potensi penarikan pasukan AS ini mencerminkan sebuah negara di persimpangan jalan. Ini bukan hanya tentang 10.000 tentara atau beberapa tank—ini tentang visi Amerika tentang posisi globalnya di era ancaman yang saling bersaing,” lanjut ulasan tersebut.

    Jika benar AS mengeksekusi penarikan pasukannya ini, penurunan logistik, perubahan teknologi, dan pembagian beban dengan sekutu, adalah faktor-faktor yang mengarah pada kalibrasi ulang kekuatan NATO, bukan kemunduran, meski negara-negara Eropa tidak dapat dipungkiri merasa was-was atas wacana AS ini. 

    “Kegelisahan di Warsawa, Bukares, dan Tallinn terasa nyata, sebuah pengingat bahwa pencegahan lebih banyak berkaitan dengan kehadiran daripada kemampuan.”

    “Untuk saat ini, pertimbangan Pentagon menawarkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban: Dapatkah teknologi benar-benar menggantikan pasukan di darat? Akankah Eropa bangkit menghadapi tantangan tersebut? Dan berapa harga yang mungkin harus dibayar jika keseimbangan berubah terlalu jauh dan terlalu cepat? Sejarah menunjukkan bahwa jawaban tersebut akan membentuk lebih dari sekadar nasib Eropa Timur,” tutup ulasan BM.

     

    (oln/bm/*)

     

  • Parahnya Israel, Mencuri Nuklir dari Amerika dan Didiamkan

    Parahnya Israel, Mencuri Nuklir dari Amerika dan Didiamkan

    Jakarta

    Israel bertekad mendapatkan bom apa pun yang diperlukan, termasuk mencuri bahan peledak nuklir dan komponen bom dari Amerika Serikat (AS) dan melanggar perjanjian pengendalian senjata nuklir utama yang melibatkan Israel, bahkan berbohong tentang hal itu. Hal ini menjadi kecaman para ilmuwan.

    Kelakuan parah Israel ini dibeberkan secara terang-terangan dalam serial TV Israel berjudul ‘The Atom and Me’. Tayangan ini memaparkan bagaimana negara itu mendapatkan senjata nuklirnya.

    “Serial ini menganggap remeh apa yang telah diketahui oleh siapa pun yang mengawasi selama bertahun-tahun. Namun, serial ini jauh melampaui diskusi umum tentang senjata nuklir Israel,” tulis Victor Gilinsky dan Leonard Weiss yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists (BAS), dikutip dari laman resmi BAS.

    Benang merah yang terjalin pada setiap episode serial tersebut adalah percakapan berkelanjutan dengan Benjamin Blumberg sebelum ia meninggal pada 2018. Benjamin Blumberg adalah kepala Lakam, badan intelijen ilmiah Israel yang bertanggung jawab atas misi nuklir yang menghasilkan bom Israel.

    Beberapa misi nuklir bahkan sangat rahasia sehingga tidak diketahui Mossad, badan Israel yang menangani pengumpulan intelijen asing dan tindakan rahasia.

    Wawancara dengan Blumberg dilakukan saat ia dalam kondisi kesehatan yang buruk. Ia setuju untuk berbicara asalkan wawancara tersebut baru ditayangkan setelah ia meninggal.

    Beberapa peristiwa yang dibahas dalam serial TV tersebut berhubungan langsung dengan AS, antara lain pencurian sejumlah bom uranium 235 dari fasilitas NUMEC di Pennsylvania, AS pada 1960-an, tempat para pemimpin tim Israel yang menyelundupkan Eichmann keluar dari Argentina muncul secara misterius pada 1968 dengan identitas palsu, pembelian gelap ratusan sakelar kecepatan tinggi (krytron) untuk memicu senjata nuklir, dan menyelundupkannya keluar dari negara tersebut pada 1980-an oleh mata-mata dan pedagang senjata Israel, dan oleh produser Hollywood saat itu, Arnon Milchan.

    Yang paling signifikan pada titik ini, uji coba nuklir Israel pada 1979 di laut lepas Afrika Selatan yang tampaknya merupakan tahap fisi awal untuk senjata termonuklir. Uji coba nuklir tersebut melanggar Perjanjian Larangan Uji Coba Terbatas pada 1963 yang melibatkan Israel.

    AS Berlagak Bisu dan Tuli

    Apa yang menonjol dari serial TV tersebut adalah cengkeraman Israel terhadap kebijakan AS terkait senjata nuklir Israel.

    Sejak John F Kennedy, tidak ada Presiden AS yang mencoba mengendalikan program nuklir Israel. Penggantinya, Lyndon B Johnson, tidak menentang Israel dalam masalah nuklir, dan menutup-nutupi upaya Israel selama perang enam hari pada 1967 untuk menenggelamkan kapal mata-mata AS Liberty.

    Tidak seorang pun pernah didakwa atas hilangnya material nuklir dari NUMEC. Ketika isu keterlibatan Israel muncul lagi pada 1976, Jaksa Agung menyarankan kepada Presiden Gerald Ford kemungkinan untuk mendakwa pejabat AS, mungkin di Atomic Energy Commission (AEC), dengan tuduhan tidak melaporkan tindak pidana. Namun, sudah terlambat.

    Ford kalah dalam pemilihan umum melawan Jimmy Carter, yang membiarkan masalah itu berlalu begitu saja. Milchan tidak pernah didakwa atas pencurian krytron meskipun ia kemudian membanggakan perdagangan senjata dan kegiatan mata-matanya untuk Israel. Dan Carter, juga setiap presiden AS setelahnya, tidak mengambil tindakan penegakan hukum sebagai tanggapan atas uji coba nuklir ilegal pada 1979.

    “Keterikatan AS terhadap senjata nuklir Israel tidak luput dari perhatian internasional, dan kemunafikan yang nyata telah merusak kebijakan nonproliferasi AS,” kata Victor Gilinsky yang saat kejadian tersebut menjabat sebagai komisaris di AEC.

    “Posisi publik pemerintah AS tetap bahwa mereka tidak tahu apa pun tentang senjata nuklir Israel, dan ini tampaknya akan terus berlanjut hingga Israel mengungkap bungkam AS. Kebijakan ini diduga ditegakkan oleh buletin rahasia federal yang mengancam tindakan disipliner bagi setiap pejabat AS yang secara terbuka mengakui senjata nuklir Israel,” jelasnya.

    Israel Pamer Senjata

    Sementara itu, Israel membanggakan senjata nuklirnya. Ironisnya, Israel merasa bebas untuk menyinggung senjata nuklir mereka kapan pun mereka merasa itu berguna. Contoh paling mewakili adalah pidato Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di 2016 saat menerima Rahav, kapal selam terbaru yang dipasok oleh Jerman.

    The Times of Israel, menggunakan standar ‘menurut laporan asing’, menggambarkan kapal selam itu sebagai kendaraan yang mampu mengirimkan muatan nuklir.

    “Di atas segalanya, armada kapal selam kami bertindak sebagai pencegah bagi musuh-musuh kami. Mereka perlu tahu bahwa Israel dapat menyerang, dengan kekuatan besar, siapa pun yang mencoba menyakitinya,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

    Dalam episode terakhir serial ‘The Atom and Me’ tersebut, jurnalis Meir Doron, yang telah menulis tentang rahasia keamanan Israel, mengatakan: “Setelah uji coba nuklir, untuk pertama kalinya, para pimpinan program nuklir Israel, Blumberg, Shimon Peres, dan semua orang dari reaktor, dapat tidur nyenyak di malam hari. Mereka tahu bahwa apa yang mereka bangun berhasil.”

    Berbagai Pelanggaran Israel

    Sementara Israel tidak menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) 1970, negara itu menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Terbatas 1963, yang mewajibkan para pihak untuk tidak meledakkan perangkat nuklir di atmosfer atau lautan.

    Uji coba semacam itu juga memicu ketentuan nonproliferasi hukum AS, Amandemen Glenn 1977 (Bagian 102 (B) dari Undang-Undang Pengendalian Ekspor Senjata), yang mengenakan sanksi berat pada negara mana pun (selain lima negara yang disetujui dalam NPT) yang meledakkan perangkat nuklir setelah 1977. Setelah mengetahui ledakan seperti itu, presiden seharusnya mengenakan sanksi yang luas dengan ‘segera’. Namun tentu saja, sanksi itu tidak terjadi.

    Sinyal dua pucuk khas ledakan nuklir itu terdeteksi oleh satelit AS pada 22 September 1979, dan badan intelijen AS yakin Israel adalah biang keladinya. Presiden Carter tidak ingin mempertaruhkan upaya kebijakan Timur Tengahnya yang sedang berlangsung dengan menyalahkan Israel.

    Gedung Putih bertanya kepada sekelompok ilmuwan apakah kilatan cahaya yang terdeteksi itu entah bagaimana bisa jadi tidak berhubungan dengan ledakan nuklir. Para ilmuwan itu mengemukakan beberapa gagasan yang memberi presiden kesempatan untuk berbicara di depan publik.

    Pada saat yang sama, Gedung Putih merahasiakan laporan Angkatan Laut tentang gelombang suara laut dari ledakan yang mendukung data satelit itu. Dan Carter menulis dalam buku hariannya: “Kami memiliki keyakinan yang berkembang di antara para ilmuwan kami bahwa Israel memang melakukan uji coba ledakan nuklir di lautan dekat ujung selatan Afrika.” Semua ini pada dasarnya adalah upaya menutup-nutupi.

    “Amandemen Glenn memungkinkan presiden untuk menunda sanksi atas dasar keamanan nasional atau mencabutnya sepenuhnya dengan bantuan tindakan kongres. Undang-undang tersebut tidak mengizinkan presiden untuk mengabaikannya. Namun, itulah yang telah dilakukan oleh mereka semua,” kata Leonard Weiss yang pernah menjadi ajudan Senator Glenn.

    Kebungkaman pemerintah AS atas senjata nuklir Israel telah menyebabkan kebungkaman tentang senjata tersebut dalam diskusi tentang program nuklir Iran. Debat publik merupakan bagian penting dari pengembangan kebijakan AS dan, dalam kasus Iran, terhambat oleh ketidakmampuan untuk menilai secara jujur sifat dan tujuan senjata nuklir Israel.

    Keberadaan senjata-senjata ini mungkin saja dimulai sebagai tindakan pencegahan terhadap Holocaust lain tetapi kini telah berubah menjadi instrumen Israel yang agresif dan ekspansionis.

    Keheningan pemerintah AS juga membentuk pers untuk menghindari isu tersebut. Terakhir kali seorang koresponden Gedung Putih bertanya tentang senjata nuklir Israel, meskipun secara tidak langsung, adalah ketika Helen Thomas bertanya kepada Presiden Obama pada 2009 apakah ia mengetahui adanya senjata nuklir di Timur Tengah. Ia mendapat jawaban dingin, Obama mengatakan ia tidak akan berspekulasi.

    Pengecualian dari kurangnya minat pers secara umum terhadap isu ini adalah laporan New Yorker tahun 2018 oleh Adam Entous , yang mengungkap bagaimana Presiden AS telah menandatangani surat rahasia kepada Israel dengan janji tidak akan melakukan apa pun untuk mengganggu senjata nuklir Israel atau mengakui keberadaan mereka.

    Keteguhan pendirian Israel, bahwa apa yang mereka anggap terbaik bagi Israel mengalahkan semua pertimbangan lain, terlihat di akhir episode serial ‘The Atom and Me’.

    Percakapan dengan Benjamin Blumberg beralih ke hubungan Israel yang lebih dari sekadar bersahabat dengan Afrika Selatan pada era apartheid, tempat Israel memperoleh uranium untuk bahan bakar reaktor Dimona dan kemudian izin untuk melakukan uji coba nuklir pada 1979, dan tempat Israel menyediakan tritium untuk meningkatkan senjata nuklir Afrika Selatan.

    Dia ditanya, bukankah Afrika Selatan merupakan rezim rasis yang menindas? “Semua benar. Tetapi saya tidak peduli. Saya menginginkan yang terbaik bagi Israel,” ujarnya.

    (rns/fay)